Home , , , , , � Risalah Huquq; Hak Bermusyawarah, Hari Keimamahan Imam Mahdi Dimulai, Peringatan Allah dalam Al-Quran: Syirik, Hari Ketika Malaikat Terlihat Gembira, Nasihat Imam Husein as: Dunia; Tempat Tinggal yang Fana serta Mengenal Jenis-Jenis Hasut

Risalah Huquq; Hak Bermusyawarah, Hari Keimamahan Imam Mahdi Dimulai, Peringatan Allah dalam Al-Quran: Syirik, Hari Ketika Malaikat Terlihat Gembira, Nasihat Imam Husein as: Dunia; Tempat Tinggal yang Fana serta Mengenal Jenis-Jenis Hasut

 















Risalah Huquq; Hak Bermusyawarah
Sabtu, 2013 Januari 19 10:11

Manusia terbiasa untuk bermusyawarah dan meminta saran atau masukan dari orang-orang yang dianggap berwawasan, berpengalaman dan yang lebih tua. Orang yang bijaksana dan berpandangan ke depan akan meminta pendapat dan arahan terkait kehidupan individu maupun sosial dari orang yang menurutnya pintar dan bijak. Orang-orang seperti inilah yang dinilai bakal mampu membantu menyelesaikan berbagai permasalahan.

Dengan datangnya risalah agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw bermusyawarah menjadi masalah yang penting dan ditekankan dalam ajaran agama ini. Di ayat 159 surat Ali Imran, Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya,"Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu."Padahal Nabi Saw adalah insan yang memiliki akal paling sempurna dan paling bijak. Meski demikian beliau diperintah oleh Allah untuk bermusyawarah dengan kalangan bijak dan pandai dari para sahabatnya. Dengan demikian beliau bisa memanfaatkan hasil pemikiran mereka.  Nabi Saw sangat menghargai pendapat umatnya. Jika beliau memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat kebanyakan sahabat, maka beliau dengan lapang dada menerima  pendapat mayoritas. Dalam tutur kata dan perilaku, beliau mengajarkan musyawarah dan mendidik umatnya untuk bertukar pikiran di antara mereka.

Di dunia modern, seorang manager atau pimpinan sebuah instansi pasti memiliki orang-orang yang bekerja untuknya sebagai penasehat yang membantu memberinya masukan demi kelancaran kerja dan memperbaiki kinerja. Penasehat itu umumnya adalah para pakar yang punya keahlian khusus sehingga bisa membantu kelancaran dan perbaikan kerja. Masukan yang diberikan oleh para penasehat jika dijalankan dengan baik dan benar akan mengurangi resiko kesalahan sementara peluang keberhasilan akan semakin besar.

Imam Sajjad as dalam Risalatul Huquq mengenai signifikansi musyawarah menjelaskan hak orang orang yang memintas nasehat dan arahan. Beliau berkata, "Hak orang yang memerlukan nasehat darimu adalah hendaknya engkau memberi pandangan yang jelas dan baik kepadanya. Saat menasehatinya, perlakukanlah dia sebaik engkau memperlakukan dirimu jika berada pada posisinya. Berikan nasehat itu dengan lemah lembut sehingga kecemasannya berubah menjadi ketenangan. Jika engkau tidak mengerti apa yang mesti engkau sampaikan arahkanlah dia kepada orang yang engkau menjadi kepercayaanmu saat engkau memerlukan nasehat."

Musyawarah mendatangkan banyak manfaat baik untuk pribadi orang dalam lingkup kehidupannya maupun untuk masyarakat dalam kehidupan sosial. Selain itu, musyawarah akan mencegah terjadinya kediktatoran dalam berpendapat.  Orang yang hanya mementingkan pendapatnya saja berarti telah terjebak ke dalam salah satu petaka besar. Jika petaka ini menyebar di tengah masyarakat maka orang akan mudah melupakan kepribadiannya dan akibatnya, masyarakat akan terperosok ke dalam dekandensi yang mengerikan. Orang yang hanya mementingkan pendapatnya saja tak akan peduli dengan pendapat orang lain. Ia tak ubahnya bagai kayu yang tak lentur yang akan patah jika dipaksa untuk dilenturkan. Sementara, orang yang bisa menghargai orang lain akan memiliki sifat yang fleksibel dan bisa menempatkan diri dengan pandangan orang lain.  Orang yang seperti ini akan mudah diarahkan ke jalan yang benar.

Ketika musyawarah menjadi tradisi di sebuah masyarakat, pemikiran akan berkembang dan dari berbagai pandangan dan ide yang terbaiklah yang akan dipilih. Rasulullah Saw dalam sebuah hadis bersabda, "Ketika penguasa kalian adalah dari kalangan orang-orang yang baik, orang kuat kalian dari kalangan dermawan, dan pekerjaan kalian dilakukan dengan musyawarah maka saat itu muka ini akan lebih baik bagi kalian dari kandungan di dalamnya."

Musyawarah akan menjadikan orang lebih siap dalam mengambil keputusan pada kondisi yang sulit. Hal itu akan semakin membuka jalan bagi aktualisasi potensi di tengah masyarakat. Dengan kata lain, lewat musyawarah pemikiran dan ide akan semakin matang. Di tingkat sosial partisipasi masyarakat di dewan-dewan dan perkumpulan untuk bertukar pandangan membantu mereka untuk terlibat dalam menentukan perjalanan masyarakat. Dalam sebuah hadis Nabi Saw bersabda, "Tak ada satupun masyarakat yang bermusyawarah di antara mereka kecuali memperoleh petunjuk terbaik dalam urusannya."

Manusia tidak akan pernah mengetahui semua masalah yang ia hadapi juga akibat dari segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Karena itu ia memerlukan musyawarah. Akal memang menjadi pemandu manusia dalam membuka jalan baginya. Tetapi sangat mungkin ia tidak melihat apa yang terjadi di ujung perjalanan sana atau tak mampu menganalisa permasalahan secara sempurna. Karena itu ia memerlukan pandangan orang lain sebagai masukan. Imam Ali as menyebut musyawarah sebagai tindakan menyertakan akal orang-orang lain dalam sebuah masalah. Kata-kata Imam Ali ini mengingatkan bahwa akal dan pemikiran beberapa orang akan lebih sempurna dibanding pemikiran satu orang. Manusia memerlukan akal yang lebih tinggi dan suci khususnya dari para nabi dan manusia-manusia pilihan Allah.

Tentunya bermusyawarah tidak bisa dilakukan dengan sembarang orang. Ada sekelompok orang yang justeru akan mencelakakan kita jika diajak untuk bermusyawarah. Dalam kaitan ini Imam Ali as berkata, "Jangan pernah bemusyawarah dengan tiga kelompok manusia, pertama, orang-orang kikir, sebab mereka akan mencegahmu berbuat baik kepada orang lain dan menakut-nakutimu akan kemiskinan. Kedua, orang-orang penakut sebab mereka akan mencegah langkahmu melakukan pekerjaan-pekerjaan penting. Ketiga, orang-orang yang rakus sebab mereka akan menggambarkan orang yang zalim layaknya orang baik demi meraih kekayaan atau kedudukan."(IRIB Indonesia)


Hari Keimamahan Imam Mahdi Dimulai

Tanggal 9 Rabiul Awal tahun 260 Hijriah, sehari setelah wafatnya Imam Hasan Askari as, dimulailah hari pertama keimamahan Imam Mahdi af.  Imam Mahdi adalah putra Imam Hasan Askari as yang pada tanggal 8 Rabiul Awal tahun 260 Hijriah gugur syahid akibat dibunuh khalifah saat itu yang berasal dari Dinasti Abbasiah.

Tak lama setelah diangkat sebagai imam kaum Muslimin, Imam Mahdi atas perintah Allah Swt menyembunyikan diri dari umatnya karena keselamatannya terancam. Berdasarkan berbagai hadis yang sahih, Imam Mahdi as pada saat yang ditentukan Allah akan kembali muncul di tengah kaum Muslimin untuk menegakkan pemerintahan yang adil di muka bumi. (IRIB Indonesia)

Hari Ketika Malaikat Terlihat Gembira

Suatu hari terlihat seorang muslimah dan non muslimah sedang terlibat perdebatan tentang masalah agama. Kedua-duanya menganggap dirinya yang paling benar dan yang lain pasti salah. Perdebatan berlangsung semakin memanas. Akhirnya keduanya sepakat mencari solusi atas masalah yang diperdebatkan ini kepada Sayidah Fathimah as.

Sayidah Fathimah az-Zahra as dikenal dengan kepandaiannya di antara para muslimah. Beliau menjelaskan masalah yang diperdebatkan dari pelbagai sudut pandang, sehingga perempuan non muslim menerima kesalahannya dan mengakui pendapat beliau. Ketika itu ia tidak dapat berkata apa-apa. Sebaliknya, muslimah yang berdebat dengannya terlihat gembira penuh kemenangan.

Pada waktu itu, Sayidah Fathimah az-Zahra as memandang perempuan muslimah itu dan berkata, "Ketahuilah bahwa kegembiraan para malaikat melihat kemenanganmu lebih dari kegembiraanmu."

Allah kepada para malaikat berkata, "Karena bantuan Fathimah kepada perempuan itu, berikan ia sejuta derajat di surga lebih banyak dari yang akan diberikan kepada perempuan muslimah itu. Sejak saat ini, siapa saja yang membantu orang-orang yang benar dan mempermudah jalan kemenangannya, maka berikan ia sejuta derajat lebih dari pahala yang diterima orang-orang yang benar." (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Sayidah Fathimah Zahra as.

Peringatan Allah dalam Al-Quran: Syirik



Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. an-Nisa: 48)

Syirik merupakan pengertian dan istilah yang paling banyak diperingatkan dalam al-Quran. Keyakinan syirik dikecam dalam al-Quran. Bila Allah Swt dapat mengampuni segala bentuk dosa, tapi hal itu tidak berlaku pada syirik, sebagaimana disebutkan dalam surat an-Nisa ayat 48.

Selain ayat ini, disebutkan juga, "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. az-Zumar: 65)

Di tempat lain tentang para nabi, al-Quran menyebutkan, "... Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. al-Anam: 88)

Dalam ayat-ayat lain, syirik disebut sebagai dosa besar(1), kesesatan yang jauh(2) dan kezaliman yang besar(3) dan secara terang-terangan telah diperingatkan bahwa siapa yang melakukan kesyirikan maka ia diharamkan dari surga dan tempatnya di api neraka.(4)

Dengan semua peringatan serius dari Allah Swt, perlu untuk memaknai apa itu syirik dan bagaimana al-Quran memperkenalkan keyakinan dan perbuatan apa saja yang disebut syirik.

Memperhatian satu persatu al-Quran dapat ditemukan bahwa syirik merupakan sebuah pengertian yang luas. Al-Quran tidak hanya menyebut orang-orang Musyrik di masa Nabi Muhammad Saw yang menyembah berhala sebagai musyrik, tapi lebih banyak menilai orang-orang sebelumnya sebagai musyrik.(5) Kesyirikan ini terkadang karena menyembah matahari(6), bulan(7) dan terkadang menyembah sesuatu yang lebih dari ukuran manusia seperti yang dilakukan terhadap Nabi Isa dan Nabi Uzair as.(8)

Sangat menarik bahwa ternyata orang-orang Musyrik sendiri tidak menyebut berhalanya sebagai pencipta atau pemberi rezeki, sebagaimana disebutkan oleh al-Quran, "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)." (QS. al-Ankabut: 61)

Mereka menyembah sesuatu yang tidak memiliki manfaat dan bahaya kepada mereka dengan alasan untuk lebih dekat kepada Allah Swt. Mereka mengatakan bahwa para berhala ini di sisi Allah Swt menjadi pemberi syafaat. Allah Swt menyebut perbuatan ini sebagai syirik dan mensucikan Zatnya dari penisbatan ini.(9) Sejatinya, menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan bahaya bagi manusia dan hanya untuk menarik perhatian manusia kepada Allah yang Esa itulah syirik.

Bentuk lain dari syirik dapat ditemukan dalam surat Kahfi ayat 32 hingga 42 adalah menganggap nikmat dunia sebagai hal yang abadi dan melupakan akhirat. Dalam ayat-ayat ini Allah Swt membawakan kisah dua orang yang satu memiliki kebun yang subur tertutup oleh pohon-pohon kurma dan anggur. Di antara kedua pohon ini mengalir air bersih. Sementara yang kedua tidak memiliki nikmat yang seperti ini. Keduanya terlibat dalam percakapan dan orang yang diberi nikmat yang banyak itu menjelaskan pemikirannya, "Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu". (QS. al-Kahfi: 35-36)

Ucapannya ini menunjukkan dirinya lalai akan akhirat, bahkan berusaha untuk mengingkarinya. Selain itu, ia begitu sombong dan membayangkan bila ada nikmat ukhrawi, maka itu juga miliknya. Setelah menjelaskan keyakinannya, pria yang tidak memiliki apa-apa berkata, "Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya -sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku." (QS. al-Kahfi: 37-38)

Pada waktu itu, teman berbicara orang yang diberi nikmat itu berkata bahwa "aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku". Ucapannya kepada pemilik kebun yang sombong itu seakan-akan menunjukkan ia seorang musyrik. Setelah itu Allah melanjutkan kisah kedua orang itu dan mengabarkan rusak dan binasanya kebun orang yang sombong itu. Dengan hati penuh hasrat akibat kerusakan itu, ia berkata, "... Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku." (QS. al-Kahfi: 42)

Dapat disimpulkan dari ayat-ayat ini bahwa bila manusia tidak meyakini seluruh nikmat itu dari Allah Swt dan dengan ucapan dan perbuatan ia tidak mengucapkan "Masya Allah La Quwwata Illa Billah"(10), bahkan ia merasa selain kehendak Allah ada juga keinginan lain yang berpengaruh, maka ia telah mengidap penyakit syirik. Dalam ayat-ayat itu juga disebutkan ungkapan dari orang yang tidak bersyukur itu, maka tidak ada bedanya kita menyebut itu sebagai dampak dari syirik, atau ucapan penuh kesyirikan dan kita menghukumi seseorang sebagai musyrik ketika ia menampakkanya. Yang terpenting adalah dalam kisah ini menunjukkan sebagian pemikiran bisa mengarah pada kesyirikan dan Allah memperingatkan soal ini. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Catatan:
1. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. an-Nisa: 48)
2. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. an-Nisa: 116)
3. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)
4. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. al-Maidah: 72)
5. Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". (QS. ar-Rum: 42)
6. Sebagaimana dalam surat an-Naml, selain mengutip kisah Nabi Sulaiman as dan periode pemerintahannya, burung Hud-hud membawa berita kepadanya bahwa ia bertemu dengan satu kelompok yang bersujud kepada matahari dan dari lisan Hud-hud al-Quran mengutipnya, "Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (QS. an-Naml: 24)
7. Dari kisah Nabi Ibrahim as di surat al-Anam disebutkan bahwa beliau menyebut bintang, bulan dan matahati sebagai tuhan, tapi ketika mereka terbenam, beliau berlepas tangan dari mereka dan perbuatan beliau itu menunjukkan di masa itu masyarakat menyembah bintang-bintang, bulan dan matahari di langit lalu menilainya sebagai sekutu Tuhan. (QS. al-Anam: 76-79)
8. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. at-Taubah: 30-31)
9. Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). (QS. Yunus: 18)
10. Ucapan ini disampaikan oleh pria teman orang yang tidak bersyukur dan sombong itu. Dengan sedikit menghardiknya ia berkata mengapa ketikta engkau memasuki kebunmu engkau tidak mengatakan, "Maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (QS. al-Kahfi: 39)

Sumber: Hoshdar-ha va Tahzir-haye Qorani, Hamid Reza Habibollahi, 1387 Hs, Markaz-e Pajuhesh-haye Seda va Sima.


Nasihat Imam Husein as: Dunia; Tempat Tinggal yang Fana


Dunia; Tempat Tinggal yang Fana

Imam Husein as berkata:

"Wahai hamba-hamba Allah! Takutklah kepada Allah. Berhati-hatilah menghadapi dunia. Bila diandaikan dunia diberikan kepada seseorang saja atau ada seseorang yang tinggal selama-lamanya di dunia, maka para nabi yang paling layak untuk tinggal di dunia dan sangat baik bagi kita untuk membuat mereka gembira. Hal yang demikian lebih baik bagi semua.

Tapi hal itu tidak pernah terjadi! Karena Allah menciptakan dunia untuk fana. Dimana segala sesuatu yang baru di dunia ini sebenarnya sudah lama. Nikmat yang ada di dunia semuanya akan musnah. Segala kegembiraan dan keriangan akan berubah menjadi kesedihan dan kegalauan. Dunia adalah rumah yang hina dan sangat pendek waktunya.

Bila memang demikian, manfaatkan dunia untuk mengumpulkan bekal buat akhiratmu. Dan ketahuilah bahwa bekal di akhirat adalah takwa dan takut kepada Allah Swt." (Abul Qasim Ali Syafi'i, Tarikh Ibnu Asakir, Beirut, Muassasah Mahmudi, 1389 Hq, hal 215) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.

Mengenal Jenis-Jenis Hasut



 














Hasut memiliki banyak model yang muncul dalam pelbagai bidang. Jenis hasut dari sisi dampaknya bisa dibagi menjadi hasut yang merusak dirinya sendiri dan hasut yang merusak masyarakat. Berikut ini sekilas tentang jenis-jenis hasut:

Hasut kepada ilmu
Mereka yang sedang belajar dan menuntut ilmu ada yang merasa hasut akan keberhasilan dan kelebihan ilmu orang lain. Untuk itu ia berusaha menghancurkan kelebihan itu. Terkadang orang yang hasut dari jenis ini melihat seseorang yang begitu serius berlajar dan memiliki masa depan yang cemerlang. Ia mulai menciptakan segala bentuk penghalang guna menjegal orang itu, bahkan bila perlu orang tersebut sampai tidak dapat melanjutkan pendidikannya.

Sebagai contoh, ada sebuah rumah sakit yang memiliki seorang ahli bedah yang hebat. Pengalamannya selama melakukan operasi dan upayanya untuk menimba ilmu lebih jauh membuatnya semakin ahli di bidangnya. Terkadang bentuk hasut datang dengan cara mengangkatnya untuk posisi yang lebih tinggi agar tidak lagi berada di rumah sakit itu.

Hasut akan masalah remeh
Orang yang paling tidak layak adalah manusia yang memiliki sifat hasut terhadap hal-hal parsial dan tidak bernilai. Ia akan menghasuti orang yang suka tidur lebih darinya. Terkadang juga ia menghasuti orang yang makan lebih banyak darinya. Ada orang yang lebih gendut, iapun menghasutinya. Bila ada yang tubuhnya lebih tinggi darinya, ia menghasuti orang itu. Biasanya sifat hasutnya ini diungkapkan dengan kritik, sindiran atau cacian. Tapi terkadang sifat hasutnya ini ditampilkan dengan cara menasihati orang yang dihasutinya.

Terkadang sifat hasut jenis ini sampai pada batas dimana ketika seseorang ingin menyatakan kesukaannya ungkapan yang disampaikan justru terbalik. Seperti mengapa engkau tambah kurus, mengapa engkau sedikit makan atau mengapa engkau sedikit tidur? Seakan-akan mereka senantiasa mengintai tidur, makan, gendut, pakaian dan perbuatan sehari-hari orang lain. Kebanyakan orang-orang seperti ini orang yang tidak sehat dan tidak bisa bercanda. Mereka mengungkapkan hasut mereka dengan cara seperti itu.

Hasut kepada keluarga
Ada kalanya anak perempuan hasut kepada anak perempuan paman dan bibinya baik dari pihak ayah atau ibu, begitu juga sebaliknya, anak laki-laki hasut kepada anak laki-laki paman dan bibinya baik dari pihak ayah atau ibu. Bahkan banyak juga anak perempuan hasut dengan saudara perempuannya atau laki-laki dengan saudara laki-lakinya sendiri. Tidak jarang juga terjadi seorang ibu hasut terhadap anak perempuannya. Banyak kejadian bagaimana sebuah keluarga hancur akibat hasut yang terjadi di antara mereka. Hal itu dikarenakan setiap dari anggota keluarga memiliki sifat hasut terhadap lainnya. Akibatnya, mereka memutuskan hubungan keluarga ini dan berujung pada kehancuran keluarga.

Hasut kepada orang asing
Ada orang-orang yang hanya hasut kepada orang asing dan tidak punya masalah dengan dirinya sendiri atau keluarganya. Mereka ini dalam definisi hasut merupaka tingkat orang-orang hasut yang paling baik. Jalan untuk mencapai kebahagiaan di kalangan orang yang hasut semacam ini lebih terbuka. Karena sifat buruk ini tidak berakar dalam dirinya. Oleh karenanya, untuk mengobatinya lebih mudah. Teman dan keluarganya tidak melihat keburukan orang yang memiliki jenis hasut semacam ini. Mereka tidak berususan dengan orang-orang di sekitarnya. Orang-orang yang seagama dan memiliki keyakinan yang sama dengannya berada dalam ketenangan. Ia juga tidak mengganggu warga di sekelilingnya. Ia pada dasarnya tidak punya permusuhan dengan orang-orang setanah air, tapi seluruh keburukan dan permusuhannya dengan orang-orang asing.

Mungkin saja sebagian orang melihat penyakit hasut jenis ini sebagai satu keutamaan. Orang-orang yang menganggap baik ini terdiri dari orang-orang yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan memiliki fanatisme kekeluargaan atau kedaerahan. Sekalipun mereka juga rugi dengan sifat ini, tapi orang-orang di sekelilingnya justru beruntung. Tapi ada kebalikan dari jenis hasut sepert ini. Ia hasut terhadap orang-orang di sekelilingnya, tapi tidak dengan orang-orang asing. Ini model paling buruk dan rendah dari hasut.

Hasut akan popularitas
Ada orang yang hasut akan keutamaan orang lain, tapi ia memusuhi orang itu bukan dari keutamaan, tapi dari sisi popularitas yang diraih lewat keutamaan yang ada pada dirinya. Orang yang hasut popularitas orang lain akibat keutamaan yang dimiliki orang itu senantiasa akan merasa benci. Seperti saudara-saudara Nabi Yusuf as yang akhirnya memutuskan membawa beliau ke gurun pasir dan membuangnya ke dalam sebuah sumur. Ini merupakan contoh dari sifat hasut akan popularitas orang lain yang berasal dari keutamaannya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Mehr News

0 comments to "Risalah Huquq; Hak Bermusyawarah, Hari Keimamahan Imam Mahdi Dimulai, Peringatan Allah dalam Al-Quran: Syirik, Hari Ketika Malaikat Terlihat Gembira, Nasihat Imam Husein as: Dunia; Tempat Tinggal yang Fana serta Mengenal Jenis-Jenis Hasut "

Leave a comment