Risalah Huquq; Hak Anak Kecil
Manusia lahir dan tumbuh besar di sebuah lingkungan kecil yang disebut keluarga. Kepribadiannya akan terbentuk sedikit demi sedikit di bawah pengaruh berbagai faktor yang berhubungan dengan dirinya. Dengan kata lain, kumpulan potensi dan kemampuan yang ada diri seorang anak dan dipengaruhi oleh pendidikan keluarga akan menjadi faktor yang dominan dalam membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Mengingat dominasi faktor-faktor tersebut dalam membentuk kepribadian manusia, Islam menetapkan serangkaian hak untuk anak dalam keluarga sehingga ia akan tumbuh di tengah keluarga dengan pendidikan yang benar untuk menjadi manusia yang berguna bagi masyarakatnya.
Dalam kitab Risalatul Huquq, Imam Sajjad as menjelaskan beberapa hal mengenal pendidikan anak. Beliau berkata, "Tentang hak anak, cintai dan sayangilah ia. Didiklah ia dan maafkanlah kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya selaku anak kecil, perlakukanlah dengan lemah lembut dan bantulah ia. Sebab cara itu bisa mencegah terulangnya kesalahan, melahirkan kasih sayang dan tidak memprovokasinya. Cara itu adalah jalan paling pintas untuk perkembangannya."
Imam Sajjad menekankan bahwa kasih sayang terhadap anak kecil adalah hak baginya yang merupakan tanggung jawab dan kewajiban orang yang dewasa. Sebab, anak kecil memiliki jiwa yang sangat lembut dan suci. Cinta dan kasih sayang terhadapnya adalah pemenuhan tuntutan fitrah suci yang ada pada diri mereka. Cinta dan kasih sayang ibarat air kehidupan yang mengurai kesulitan-kesulitan jiwa manusia. Kasih sayang yang diiringi dengan keramahan adalah faktor pemikat hati dalam hubungan antar manusia. Imam Ali as menyebut keramahan dan persahabatan sebagai separuh kebijaksanaan. Beliau mengingatkan bahwa seorang pendidik mesti memerhatikan raut muka yang harus selalu dihiasi senyuman dan nada pembicaraan yang baik.
Salah satu unsur penting dalam pendidikan adalah mengajarkan ilmu dan akhlak kepada anak yang dibarengi dengan sikap memaafkan kesalahan yang mungkin dilakukannya. Hal itu akan membantu pertumbuhan dan aktualisasi potensi anak. Orang tua hendaknya menanamkan keimanan dan akhlak pada diri anak karena hal itu akan memprotek keselamatan dan kesucian jiwanya yang pada gilirannya akan menjauhkannya dari penyimpangan dan keburukan. Karena itu, Imam Sajjad as mengingatkan bahwa anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan secara perlahan dan berkesinambungan. Anak harus lebih dikenalkan kepada kebaikan dan sifat-sifat terpuji dibanding melarangnya dari perbuatan buruk dan sifat-sifat keji.
Salah satu faktor utama dalam membantu perkembangan dan pendidikan anak adalah rasa aman dan kebebasan di lingkungan keluarga. Sebaliknya, suasana ancaman dan kekerasan akan mengganggu pertumbuhan dan kematangan jiwanya. ketenangan dan kebebasan yang cukup ada di lingkungan keluarga, anak akan mudah mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Karena itu, dalam ajaran Islam pendidik diarahkan untuk tidak menjadikan paksaan dan kekerasan sebagai jalan alternatif paling akhir. Islam mengajarkan untuk menghormati anak.
Dalam Islam, anak sejak kecil sudah harus mendapat penghormatan sebagai manusia. Sejumlah riwayat dan hadis menekankan kepada kita untuk memperlakukan anak dengan kasih sayang dan lemah lembut khususnya di saat ia masih kecil dengan fisiknya yang sangat lemah. Perlakuan Rasulullah Saw terhadap cucu-cucunya adalah teladan bagi kita semua. Dalam sebuah riwayat beliau menyebut masa tujuh tahun pertama usia anak sebagai masa untuk memperlakukannya bagai tuan.
Nabi Saw dalam kehidupan sehari-hari dikenal penyayang kepada anak-anak. Jika melewati lorong-lorong kota atau pasar dan berpapasan dengan anak-anak, wajah beliau akan nampak berseri-seri. Tak jarang beliau diajak bermain oleh anak-anak. Setiap berjumpa dengan anak-anak beliau selalu mengucapkan salam kepada mereka. Dalam sebuah hadis yang mengandung sisi psikologis, Nabi Saw bersabda, "Orang yang memiliki anak kecil hendaknya berlaku seperti anak kecil bersamanya."
Dalam hadis lain beliau bersabda, "Semoga Allah merahmati ayah yang mengajarkan jalan kebaikan kepada anaknya, berbuat baik kepadanya, memperlakukannya seakan kawan di masa kecil dan membantunya untuk tumbuh menjadi orang yang berilmu dan berakhlak."
Tak diragukan bahwa dalam rangka menjaga hak-hak anak, ayah dan ibu harus menjadi orang yang paling mengenal tugas dan tanggung jawab dalam mendidik anak mereka. Keberadaan ayah dan ibu yang bijak akan menguatkan tekad dan semangat pada diri anak serta menjadikannya manusia yang berperilaku baik. Anak yang seperti ini akan terpacu untuk mempelajari banyak hal yang bisa membantunya menjadi insan yang berguna bagi masyarakat dan umat manusia.
Di akhir pembahasan ini kita simak doa Imam Sajjad berikut ini, "Ya Allah bantulah kami dalam mendidik anak kami dengan pendidikan yang baik." (IRIB Indonesia)
Pesan Imam Ali as Tentang Bagaimana Mencapai Akhlak Mulia
Masalah akhlak dan mensucikan diri sangat penting dalam Islam. Tujuan diturunkannya al-Quran sendiri untuk membina akhlak, mensucikan jiwa manusia, menumbuhkan dan membimbing masyarakat. Al-Quran meletakkan keutamaan akhlak sebagai parameter nilai manusia.
Akhlak di masa kini boleh dikata sebagai "barang yang hilang dari manusia modern". Untuk mendapatkan jawaban tentang akhlak, Imam Ali as merupakan satu rujukan terpercaya. Duduk sejenak mendengarkan kuliah beliau tentang bagaimana mencapai akhlak mulia memberikan pelita bagi manusia untuk menapaki jalan kehidupannya.
Imam Ali as dalam pesannya untuk meraih akhlak mulia mengatakan, "Hendaknya kalian berusaha untuk meraih akhlak mulia. Karena akhlak mulia sumber ketinggian dan kejayaan. Jauhilah akhlak yang buruk! Karena ia membuat manusia mulia menjadi rendah dan tercela serta menghancurkan kebesaran seseorang."(1)
Ada yang bertanya kepada Imam Ali as tentang akhlak mulia dan beliau menjawab, "Memaafkan orang yang menzalimimu, menjalin hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan, memberi kepada orang yang tidak mau memberimu dan mengatakan kebenaran sekalipun itu merugikanmu."(2)
Di tempat lain Imam Ali berkata, "Hendaknya kalian kreatif dan istiqamah dalam meraih akhlak mulia."(3)
Coba kita bertanya kepada Imam Ali as tentang manakah akhlak mulia yang paling baik. Beliau akan menjawab, "Akhlak mulia terbaik adalah pengorbanan."(4)
Imam Ali as juga pernah berkata, "Akhlak mulia yang paling baik adalah seorang yang mampu membalas tapi memaafkan dan seorang yang memberi, padahal dia sendiri membutuhkan."(5)
Tentang hubungan antara takwa dan akhlak, Imam Ali as mengatakan, "Takwa adalah pangkal akhlak."(6)
Beliau juga berpesan tentang akhlak, "Bila kita tidak punya harapan dan keyakinan akan surga, bila kita tidak takut akan neraka dan bila tidak ada pahala dan siksa, tetap saja layak bagi seseorang untuk meraih akhlak mulia. Karena jalan kesuksesan dan kemenangan ada pada akhlak mulia."(7) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Catatan:
1. Bihar al-Anwar, 78/53/89, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 184.
2. Nahjul Fashahah, hadis 781.
3. Ghurar al-Hikam, hadis 4712, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 184.
4. Ghurar al-Hikam, hadis 4953, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 184.
5. Ghurar al-Hikam, hadis 3165, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 184.
6. Nahjul Balaghah, al-Hikmah 410, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 60.
Sembuh Berkat Sapu Tangan Bekas Ayatullah Haq Shenas!
Haji Sayid Mohsen Hosseini mengutip sebuah kenangan tentang Ayatullah Haq Shenas:
"Bertahun-tahun seorang pemuda yang masih terhitung famili kami mengidap penyakit kanker paru-paru. Sekitar setahun lalu ia sudah pasrah akan hidupnya. Karena sudah menemui banyak dokter, tapi semua jawabannya sama. Sebagian dokter bahkan mengatakan bahwa hidupnya sudah tidak lebih dari satu bulan lagi.
Suatu hari di sebuah pertemuan keluarga saya melihat keluarga pemuda itu sangat sedih. Keluarganya sudah putus asa akan kesembuhan pemuda itu, khususnya ayahnya. Kemudian saya mengusulkan agar pemuda itu dibawa kepada Ayatullah Haq Shenas. Mereka menerima usulan saya, sekalipun tetap masih putus asa. Satu atau dua hari setelahnya, saudara-saudaranya membawa pemuda itu ke rumah Ayatullah Haq Shenas.
Ayatullah Haq Shenas berkata kepada saya, "Sekarang engkau bacakan kepada kami kisah dan kidung duka Ali Akbar as."
Saya kemudian mulai membaca kisah dan kidung duka, sementara Ayatullah Haq Shenas mulai menangis. Setelah pembacaan kidung duka berakhir, Ayatullah Haq Shenas memberikan saya sapu tangan yang dipakainya untuk mengusap air matanya dan berkata, "Saudaraku! Berikan sapu tangan ini kepada pemuda itu lalu usapkan di dadanya. Setelah itu dia sudah tidak perlu lagi pergi ke dokter."
Setelah berkata demikian, Ayatullah Haq Shenas tidak mengucapkan satu katapun dan kami mulai mengusap sapu tangan itu ke atas dada pemuda itu. Setelah itu kami pamit dan keluar dari rumah beliau.
Beberapa hari berlalu, pemuda itu datang ke pasar untuk bekerja. Ia berkata, "Sejak hari pertemuan dengan Ayatullah Haq Shenas, saya memutuskan untuk kembali ke kehidupan normal dan sudah lama saya tidak pernah menemui dokter atau menggunakan obat."
Saya lalu teringat ketika hari pertemuan dengan Ayatullah Haq Shenas, saya membacakan doa demi kesembuhan keluarga kami itu setelah pemberian sapu tangan. Setelah selesai pertemuan itu Ayatullah Haq Shenasi berkata kepada saya, "Saudaraku! Pemuda itu telah sembuh!"
Dan saya melihat memang itulah yang terjadi. Setelah beberapa waktu terbukti bahwa pemuda itu telah sembuh seratus persen dari penyakitnya dan tidak ada bekas sedikitpun seakan-akan ia tidak pernah menderita kanker paru-paru.
Alhamdulillah, pemuda itu selama bertahun-tahun hidup dalam kondisi sehat dan melanjutkan kehidupannya seperti biasa. Terkadang ia ikut hadir dalam acara pembacaan doa tawasul atau pembacaan kidung duka yang dilakukan oleh perkumpulan kami. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber: Farhangnews
0 comments to "Hak Anak Kecil, Bagaimana Mencapai Akhlak Mulia dan Sembuh Berkat Sapu Tangan Bekas...!!!"