Home , , , , , , , , , , , , � Apa Sebenarnya Kata Rakyat Suriah?!?!? (Ismail Haniyah,Khaled Meshal,Putin, Hizbuttahrir, Maher Zain,Adnan Ar'our serta Bernard Henry Levy bikin KAMI rakyat Suriah BERSEDIH...!!!!!)

Apa Sebenarnya Kata Rakyat Suriah?!?!? (Ismail Haniyah,Khaled Meshal,Putin, Hizbuttahrir, Maher Zain,Adnan Ar'our serta Bernard Henry Levy bikin KAMI rakyat Suriah BERSEDIH...!!!!!)


Para pendukung jihad di Suriah selalu mengulang-ulang klaim bahwa rakyat Suriah menderita di bahwa Assad dan menginginkan tergulingnya Assad. Bahkan sebagian mereka mengklaim, rakyat Suriah ingin mendirikan khilafah. Pertanyaannya: seberapa banyak ‘rakyat’ yang mereka sebut ini?Apakah mayoritas? Kalau mayoritas, tanpa perlu perang, Assad sudah sejak setahun atau dua tahun lalu bisa ditumbangkan, seperti Mubarak atau Ben Ali.
Yang perlu diakui, ADA bagian rakyat Suriah yang tak menginginkan perang. Mungkin mereka memang mencintai Assad, tapi mungkin juga yang mereka cintai adalah negeri dan kehidupan damai mereka selama ini. Mari kita bayangkan bila tiba-tiba saja di Jawa Barat muncul pasukan mujahidin yang ingin memisahkan Jawa Barat dari NKRI. Mereka mengaku memperjuangkan kepentingan rakyat Jabar, tapi yang terjadi justru hancur leburnya gedung-gedung, sekolah, universitas, fasilitas publik, dll (misalnya lho, naudzu billah.. tapi seperti inilah yang terjadi di Suriah).
Foto-foto berikut ini membuktikan bahwa ADA rakyat Suriah yang memang tak mendukung aksi jihad. Saat melihat foto-foto Suriah, perhatikan benderanya. Bila orang-orang membawa bendera merah-putih-hitam, itu adalah bendera resmi Suriah dan yang mengibarkannya pastilah pro Assad, atau pro Suriah (sangat mungkin tidak pro Assad tapi mereka tak mau negara mereka dihancurkan milisi bayaran dari luar negeri). Sebaliknya, bila mereka membawa bendera hijau-putih-hitam, artinya mereka ini pendukung terorisme (tentu saja, mereka menyebutnya ‘jihad’, meski itu diwarnai dengan pengeboman di berbagai fasilitas publik termasuk sekolah dan universitas; bom bunuh diri, membantai dan memutilasi para ulama Sunni, antara lain Syekh Buthy dan Syekh Seifeddin, membongkar kuburan sahabat Nabi, serta memakan jantung mayat tentara Suriah). Perlu diketahui, bendera hijau-putih-hitam adalah bendera Suriah saat masih dijajah Prancis.
Ini foto pendukung pemberontak. (Sangat disayangkan, sebagian pendukung terorisme di Suriah justru mereka yang dulu dibela oleh rezim Assad, misalnya Khaled Meshal dan Ismail Haniyah).
foto1
ISMAIL HANIYAH (KIRI)
Khaled Meshal dan para elit Hamas kibarkan bendera pro-pemberontak.
KHALED MESHAL DAN PARA ELIT HAMAS KIBARKAN BENDERA PRO-PEMBERONTAK.
Maher Zein dalam konser penggalangan dana untuk Free Syrian Army
MAHER ZEIN DALAM KONSER PENGGALANGAN DANA UNTUK FREE SYRIAN ARMY
Adnan Ar'our, salah satu pemimpin spiritual pemberontak, tinggal di Saudi, dalam khutbahnya dia menyeru bahwa 'orang-orang Alawi akan dicincang dan dagingnya diberikan ke anjing'
ADNAN AR’OUR, SALAH SATU PEMIMPIN SPIRITUAL PEMBERONTAK, TINGGAL DI SAUDI, DALAM KHUTBAHNYA DIA MENYERU BAHWA ‘ORANG-ORANG ALAWI AKAN DICINCANG DAN DAGINGNYA DIBERIKAN KE ANJING’
Bernard Henry Levy, tokoh Zionis yang jadi makelar perang Libya dan Syria
BERNARD HENRY LEVY, TOKOH ZIONIS YANG JADI MAKELAR PERANG LIBYA DAN SYRIA
Berikut ini, foto-foto demo pro Assad, perhatikan warna benderanya.
demo pro-Assad-2demo pro Assaddemo pro-Assad-1demo pro-Assad-3
Berikut ini foto demo warga kota Al Qusayr yang gembira setelah kota mereka dibebaskan oleh tentara Suriah (hampir dua tahun kota ini dijadikan basis suplai senjata dan pasukan dari luar negeri oleh para “mujahidin”)
demo Al Qusayr-2demo Al Qusayr-3demo Al Qusayr
Kalimat berikut ini diungkapkan oleh seorang dokter Suriah, menurut saya jauh lebih tepat menggambarkan apa sebenarnya yang diinginkan rakyat Suriah:
“Twenty percent of the people of all Syria love the president too much. And 20 percent may hate the president too much. But the rest, which is 60, loves their country. …They do not want their country to be destroyed… I am with any revolution who change for the better, who changes for democracy. But I do not agree with any revolution who destroy the country.”
Dan karena itu, saya mengajak kita semua berpikir ulang dalam menanggapi seruan penggalangan dana untuk mujahidin Suriah. Benarkah mereka mujahidin? Kalaupun benar, apakah mereka memang diinginkan oleh mayoritas rakyat Suriah? Apakah perjuangan mereka membawa maslahat buat mayoritas rakyat Suriah? Sekali lagi, bayangkan bila situasi yang sama terjadi di Indonesia, naudzubillah…
Alangkah lebih baiknya bila dana ratusan juta yang konon sudah terkumpul dalam aksi-aksi penggalangan dana Suriah itu disumbangkan untuk sesuatu yang lebih jelas maslahatnya, misalnya pembangunan RS Indonesia di Gazayang hingga kini masih sangat membutuhkan bantuan dana kita bangsa Indonesia; karena penggagas RS ini (MER-C) bertekad menyelesaikan RS ini dengan murni dana bangsa Indonesia.
Musuh kita adalah Zionis, bukan sesama umat Muslim.

Gilad Atzmon: Israel Kalah di Suriah


Dina Y. Sulaeman*
Sudah lama saya ingin menulis tentang isi buku Gilad Atzmon, seperti saya janjikan di sini. Tapi belum sempat juga. Atzmon adalah seorang penulis Yahudi yang ‘tercerahkan’. Dia lahir dan besar di Israel dan merenungkan berbagai paradoks yang ditemuinya di tanah kelahirannya itu. Akhirnya dia memilih keluar dan kemudian menulis buku “The Wandering Who”. Buku ini membongkar ideologi dan filosofi Yahudi dan Zionisme hingga ke akarnya. Tak pelak, dia pun dibenci oleh para Zionis, meski di saat yang sama, mampu mencerahkan banyak orang Yahudi. Yang aneh, bahkan sebagian aktivis Palestina pun memrotes buku itu, antara lain Ali Abunimah. Mereka  telah membuat petisi menuduh Gilad sebagai rasis. Buku  itu seolah menjadi ‘pembeda’ bagi mereka yang mengaku aktivis pembela Palestina. Ada mereka yang benar-benar menginginkan kemerdekaan Palestina, dan mereka ini mendukung buku Atzmon. Tapi ada banyak juga yang sebenarnya hanya ingin kekuasaan dan uang melalui aktivitasnya itu. Kehadiran buku ini juga membongkar kedok sebagian kelompok perdamaian Yahudi, karena sebagian kelompok  Yahudi yang mengklaim diri antipenjajahan di Palestina, justru menolak isi buku ini. Di sini terlihat bahwa mereka sebenarnya hanya ingin melakukan pencitraan saja, tapi tidak benar-benar menginginkan tegaknya keadilan di Palestina.
Di blognya, Atzmon aktif mengkritik sepak terjang Israel dengan sudut pandang yang unik, sudut pandang seorang Yahudi yang benar-benar memahami esensi Israel dan keyahudian. Tulisan terbaru di blog Atzmon adalah tentang sepak terjang Israel di Suriah dan menurut saya menarik dicermati. Saya akan terjemahkan sebagiannya, berikut ini.
Pada minggu terakhir ini kita menyaksikan betapa Inggris dan Prancis dengan putus asa berupaya mendorong dilakukannya intervensi militer di Suriah. Sudah menjadi rahasia umum, baik pemerintah Inggris maupun Prancis sesungguhnya didominasi oleh kelompok lobby pro-Israel. Di Inggris, kelompok lobby itu adalah organisasi ultra Zionis, CFI (Conservatif Friend of Israel). Tampaknya 80%  anggota parlemen konservatif Inggris adalah anggota dari organisasi ini. Di Prancis situasinya bahkan lebih dahsyat, sistem politik negara itu seluruhnya dibajak oleh CRIF (Conseil Représentatif des Institutions juives de France).
Jika ada yang masih belum paham mengapa lobby Yahudi mendorong intervensi militer langsung di Suriah, Debka, kanal berita Israel, telah memberikan jawabannya. Tampaknya, tentara Suriah telah memenangkan semua lini pertempuran [melawan pemberontak]. Kalkulasi militer dan geopolitik Israel telah terbukti salah.
Menurut Debka, “Pertempuran Damaskus sudah berakhir. Tentara Suriah telah kembali menguasai kota dengan kemenangan heroik. Para pemberontak, sebagian besar tentara bayaran, telah kalah dalam pertempuran mereka dan tidak dapat melakukan aksi lebih banyak dari sekedar serangan sporadis. Mereka tidak bisa lagi melancarkan serangan, atau menimbulkan ancaman ke pusat kota, bandara, atau pangkalan militer udara Suriah di dekatnya. Pesawat Rusia dan Iran yang terus-menerus membawa suplai baru untuk menjaga agar tentara Suriah terus bisa bertempur, kini telah bisa kembali mendarat di bandara Damaskus yang sebelumnya selama berbulan-bulan disandera pemberontak. “

Debka menyatakan bahwa perwira senior IDF  (Israel Defense Force) mengkritik menteri pertahanan Israel (Moshe Ya’alon) yang “menyesatkan” Knesset beberapa hari lalu, dengan memperkirakan bahwa “Bashar Assad hanya mengendalikan 40% dari wilayah Suriah.” Debka menyebut bahwa Menhan Israel telah mendasarkan diri pada informasi intel
ijen yang salah dan hal ini membuat angkatan bersenjata Israel telah bertindak atas dasar data yang tidak akurat. Debka juga menekankan,  kalkulasi yang keliru telah mengarahkan pada pengambilan keputusan yang salah.
Debka jelas cukup berani untuk mengakui bahwa miskalkulasi militer Israel mungkin akan mendatangkan bencana dahsyat [bagi Israel]. Debka menulis, “Pengeboman besar-besaran Israel terhadap gudang senjata dari Iran untuk Hizbullah yang disimpan dekat Damaskus, ternyata terbukti malah mendatangkan bahaya. Aksi ini justru memberi Bashar Assad kekuatan, bukannya melemahkan tekadnya. “
Debka juga menyimpulkan, Israel kini menghadapi realitas yang baru. Israel kini berhadapan langsung dengan pasukan Hizbullah yang mengalir dari Libanon menuju dataran tinggi Golan dan perbatasan dengan Suriah.

Yang menarik, Atzmon menutup tulisannya dengan mengkritik media Barat. Menurutnya, adalah menyedihkan, justru Debka (media Israel) yang memberi jawaban mengapa Inggris dan Prancis sedemikian berkeras untuk melakukan intervensi militer di Suriah. Mengapa bukan media Barat sendiri? Jelas, keberpihakan pemerintah Inggris dan Prancis terhadap Israel justru merugikan rakyat di kedua negara itu sendiri; sumber dana yang besar dihamburkan untuk perang demi Israel,  bukan untuk kesejahteraan rakyat. Setidaknya, menurut Atzmon, media Israel saja berani mengkritik pemimpinnya sendiri. Sementara, media massa Barat malah bertindak sebaliknya.
Kritikan Atzmon ini cocok juga disampaikan kepada (sebagian) media Islam yang justru menjadi corong Zionis. Ketika media Israel sendiri sudah buka-bukaan menyatakan bahwa Israel memang terlibat dalam perang Suriah dan memiliki kepentingan besar dalam upaya penjatuhan Assad, mengapa (sebagian) media Islam tetap bersikeras bahwa konflik Suriah adalah pemberontakan kaum Sunni terhadap sebuah rezim yang dituduh sesat dan kafir?
*magister Hubungan Internasional Unpad, research associate di Global Future Institute 

Kemenangan Tentara Syria, Humor Putin, dan Hizbut Tahrir

Dina Y. Sulaeman*
Tentara Arab Syria (Syrian Arab Army, SAA) telah berhasil merebut kembali Al Qusayr, kota yang menjadi pusat kekuatan pemberontak. Persis seperti diprediksikan jurnalis Syria yang saya wawancarai di sini. Setelah dikepung 3 pekan oleh SAA yang dibantu tentara Hizbullah Lebanon, akhirnya, kelompok pemberontak telah mengeluarkan statemen bahwa mereka menarik pasukannya pada hari Rabu dini hari kemarin (5 Juni).
Pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dikenal suka bercanda sarkastis, mengeluarkan pernyataan di KTT Uni Eropa-Rusia, soal rencana negosiasi Jenewa (antara Assad dan oposisi). Dia menyatakan melihat video pemberontak yang memakan jantung mayat tentara Suriah, lalu berkata, “Saya harap mereka itu tidak muncul dalam negosiasi Jenewa. Kalau muncul, saya akan kesulitan untuk menjamin keselamatan delegasi Rusia.”  LOL
Pada tanggal 4 Juni (sehari sebelumnya), situs Global Muslim merilispernyataan Jubir Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto: ‘Anggota Hizbut Tahrir Terlibat Jihad Di Suriah Secara Personal’ . Wow, sounds familiar? Mirip sekali dengan pernyataan standar berbagai lembaga yang ketahuan bersalah, “Bukan kami yang melakukannya, itu oknum.”
Tapi, ada pernyataan yang serius setelahnya:  Dirinya juga menambahkan bahwa secara kelembagaan, Hizbut Tahrir juga pernah mengikuti sumpah setia dengan banyak kelompok mujahidin yang ada di Suriah termasuk mujahidin Jabhah Al-Nusrah, untuk memastikan bahwa jihad di Suriah dalam upaya untuk menegakkan syariat Islam di bawah naungan khilafah Islamiyah.
HTI Suriah
Inilah pernyataan yang memiliki implikasi serius: HT pernah melakukan sumpah setia dengan JN, kelompok pemberontak yang terbukti berafiliasi dengan Al Qaida, dan mereka inilah kelompok yang melakukan berbagai tindakan mengerikan: bom bunuh diri, mengebom berbagai fasilitas publik, memakan jantung mayat, memutilasi mayat, dll.
Argumen saya dari sisi politik internasional terkait konflik Syria sudah banyak saya tulis, bisa dibaca di sini. Tapi, mungkin untuk para aktivis dakwah, mereka lebih menyukai argument agama. Karena itu saya copas saja argumen dariKabar Islam yang menurut saya sangat bagus dan telak ini. Marilah dibaca dengan lapang hati:
Siapa pun dia kalau bertentangan dgn Al Qur’an dan Hadits, wajib kita tentang; inilah yang diakui IJMA’ ULAMA. KESEPAKATAN PARA ULAMA. Bukan pendapat pribadi seorang Ulama. Qaradhawi salah dalam hal: Bughot, membunuh sesama Muslim, Adu Domba, dsb. [Artinya, kalaupun yang berbicara adalah ‘ulama’ sekelas Qaradhawi, kalau isinya bertentangan dengan Quran dan Hadis, tetap harus kita tentang; ini tambahan Dina]
Harusnya Qaradhawi melarang para pemberontak Bughot. Kalau itu dilakukan, niscaya Suriah damai. Sebab korban besar 90 ribu orang yg 24 ribu di antaranya tentara Suriah itu justru akibat Bughot dari Maret 2011. Sebelumnya Suriah aman2 saja. Coba, berapa jumlah korban yang dibantai Assad tahun 2010, 2009, 2008, atau 2007? Tidak ada bukan?Kalau kita mengikuti apa yang dikatakan Qaradhawi agar 1,7 milyar Sunni membunuh 100 juta orang Syi’ah, niscaya kita akan masuk neraka. Kata pepatah: Menang jadi Arang, Kalah jadi Abu.
Bughot itu haram bahkan thd Fir’aun sekalipun (Thaahaa 43-44) dan hukumannya adalah mati:Arfajah Ibnu Syuraih Ra berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa datang kepadamu ketika keadaanmu bersatu, sedang ia ingin memecah belah persatuanmu, maka bunuhlah ia.”
Riwayat Muslim.Dari Abu Said al Khudriy bahwa Rasulullah saw bersabda,”Apabila ada baiat kepada dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR. Ahmad)Terhadap seorang rakyat yang menghina dirinya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata:“Aku tidak seburuk Fir’aunDan Kamu tidak sebaik Musa.Apa firman Allah kepada Musa:“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” [Thaahaa 43-44]
Membunuh sesama Muslim tempatnya neraka:Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari)
Mengapa para Ulama yang faqih seperti Syekh Al Buthi, Syeikh Ahmad Hassoun, para Ulama NU, dsb menentang Bughot?Itu karena kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada manfaat yang belum tentu didapat.Sebagaimana bughot di Libya, Khilafah tidak dapat. Tapi yang jelas 30 ribu Muslim di Libya tewas. Dan jumlahnya akan terus bertambah karena masih ada perang antar kelompok.Kalau Bughot terjadi di Indonesia, korban tewas bisa jutaan (saat G30 S PKI ada 1 juta yg tewas), yang luka/cacat bisa puluhan juta, yang kehilangan rumah bisa puluhan juta, yang tak bisa kerja/cari uang juga bisa puluhan juta orang. Padahal belum tentu Khilafah didapat. Itu baru sekedar zhon atau angan-angan.
Mudah2an kita bukan termasuk orang2 yang gemar berbuat kerusakan:“Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [Al Baqarah 11-12]
Lakukan dakwah dengan baik. Dengan sabar.Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS An-Nahl: 125).
Ya, mendirikan negara Islam harus didahului dengan dakwah, bukan dengan perang. Kalau mau belajar dari Iran, sebelum menumbangkan rezim Shah, para ulamanya berdakwah selama lebih 200 tahun. Ketika pemikiran mayoritas umat (apapun agama dan mazhabnya) sudah seiya sekata soal pemerintahan Islam, tanpa perlu peperangan, negara Islam pun akan tegak.
Semoga Syria menjadi pelajaran bagi kita semua, bangsa Indonesia. Negeri ini sudah sangat kacau dari sisi politik dan ekonomi. Jangan lagi menambah kekacauannya dengan menyuarakan perbedaan dan kebencian sesama saudara sebangsa.
*research associate of Global Future Institute, penulis buku ‘Prahara Suriah’

Sudah Terbit: PRAHARA SURIAH


603686_10201010635896833_563716365_n
Buku ini sudah bisa didapatkan di Gramedia pekan depan, atau selama sepekan ini bisa pesan langsung ke penerbit, 021-7531711.
Sinopsis
Hasil perang ini tidak hanya berpengaruh bagi masa depan Suriah. Situasi di Suriah telah membagi dua dunia. Ini adalah konflik internal yang membawa konsekuensi global.”
Demikian narasi sebuah film dokumenter Rusia karya Proddubniy, dkk. Konflik Suriah melibatkan sangat banyak ‘pemain’, mulai dari Sekjen PBB, para presiden dari AS, Inggris, Prancis, Turki, raja-raja Arab, pasukan Suriah, pasukan jihad, hingga para pengguna internet. Inilah era facebook, twitter, danblog. Kelompok oposisi Suriah membuat sangat banyak rekaman video amatir dan disebarluaskan di internet. Para blogger antiperang pun memberikan ‘serangan’ balasan. Informasi bertaburan dan bersilangsengkarut. Ibarat menyusun puzzle, inilah puzzle yang terlihat rumit. Posisi masing-masing kepingannya sulit diidentifikasi.
Buku ini telah menyusun kepingan puzzle itu, supaya kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari konflik Suriah. Karena, kejelian dan kecerdasan dalam mencermati konflik akan menghindarkan bangsa Indonesia dari perang saudara atau konflik yang tak perlu.
Endorsments
“Melalui sajian yang enak dibaca dan mudah dicerna, Dina Y. Sulaeman telah mengungkap satu fakta penting: konspirasi internasional menggusur Presiden Bashar Assad. Tidak saja melibatkan Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan sekutunya NATO, namun bahkan melibatkan negara Arab (sesama muslim).”
—Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute
“Isu yang dikembangkan dalam konflik Suriah adalah perlawanan rakyat menghadapi pemerintahan yang zalim untuk menegakkan demokrasi seperti di Libya sebelumnya untuk menumbangkan Qaddafi. Buku ini menjawab pertanyaan, benarkah konflik Suriah adalah perlawanan rakyat menghadapi pemerintahan yang zalim untuk menegakkan demokrasi?”
— Dr. Joserizal Jurnalis, Relawan Kemanusiaan di Gaza, Irak, Lebanon, Sudan,dan Afghanistan
“Layak dibaca siapa saja yang ingin mengetahui lebih jelas, dan bersikap, atas perang brutal di Suriah yang mengaduk emosi. Benarkah sesederhana konflik pemerintah Assad versus oposisi? Tirani versus demokrasi? Sunni versus Syiah? Siapa saja pemain asing yang terlibat? Tak hanya memetakan konflik Suriah lebih jelas dan rinci, Dina Sulaeman juga membongkar propaganda sesat media mainstream (baik di Barat, Dunia Arab, maupun Indonesia) dalam menyajikan ‘fakta’ tentang Suriah.”
—Farid Gaban. Jurnalis, pernah meliput Perang Bosnia



0 comments to "Apa Sebenarnya Kata Rakyat Suriah?!?!? (Ismail Haniyah,Khaled Meshal,Putin, Hizbuttahrir, Maher Zain,Adnan Ar'our serta Bernard Henry Levy bikin KAMI rakyat Suriah BERSEDIH...!!!!!)"

Leave a comment