Ikhwanul Muslimin Pascadrama Politik Mesir
Senin, 8 Juli 2013 00:56 WITA
Oleh: Ahmad SadzaliPenulis adalah mahasiswa Universitas Al-Azhar, Kairo, asal Martapura.
Hanya berselang tiga hari setelah demonstrasi akbar 30 Juni 2013, dan 3 Juli 2013 malam, Presiden Mesir, Dr Muhammad Mursy digulingkan kekuasaannya melalui keputusan yang dibacakan oleh Dewan Militer.
Ini merupakan catatan sejarah demokrasi baru dalam dunia Arab secara khusus, dan dunia internasional umumnya. Pasalnya, presiden yang terpilih secara demokratis melalui pemilihan umum dan dilindungi konstitusi, tiba-tiba digulingkan begitu saja dengan sepihak dengan cara yang tidak demokratis seperti awal terpilihnya Presiden Mursy pertama kali.
Kontroversi mengenai apakah ini merupakan kudeta atau tidak pun lantas meramaikan meja perdebatan. Sebagian pendapat menilai ini merupakan kudeta. Alasannya karena Presiden Mursy telah terpilih secara demokrasi dan sah secara konstitusi, lalu diturunkan secara tidak konstitusional dan sepihak.
Sementara pendapat lainnya menilai ini bukanlah kudeta. Pasalnya, di belakang keputusan militer untuk menurunkan Presiden Mursy itu ada musyawarah sebelumnya dari beberapa pihak, dan juga berdasarkan tuntutan demonstran rakyat anti Mursy ketika itu yang jumlahnya sangat banyak.
Namun terlepas dari kontroversi tentang penamaan kudeta tersebut, yang terpenting di sini adalah melihat kemaslahatan bersama bagi rakyat Mesir, termasuk di dalamnya stabilitas keamanan bagi Warga Negara Indonesia yang berada di dalamnya.
Syaikh Al-Azhar, Prof Dr Ahmad Thayyib adalah salah satu tokoh yang menyetujui keputusan militer untuk menggulingkan Presiden Mursy. Pertimbangannya adalah kemaslahatan yang lebih banyak bagi rakyat Mesir. Karena dia menilai, Mesir ketika itu dihadapkan antara dua bahaya dan resiko.
Resiko pertama adalah jika Presiden Mursy tetap bercokol di kekuasaan, sementara rakyat yang mendemo agar ia turun jumlahnya sangat banyak sekali. Bukan cuma yang berada di lapangan Tahrir dan Istana kepresidenan Etihadiyah, melainkan di berbagai kota luar Kairo pun dipenuhi lautan manusia. Tidak berlebihan jika dibilang demonstrasi rakyat 30 Juni 2013 lalu hampir sama dengan demonstrasi rakyat 25 Januari 2011.
Resiko kedua adalah jika presiden dari kelompok Ikhwanul Muslimin itu turun dari kursinya. Masa pendukung Presiden Mursy yang sejak beberapa hari sebelum demonstrasi 30 Juni 2013 sudah berkumpul di bundaran Masjid Rabiah Adawiah, Nasr City, tentu tidak akan menerima begitu saja penggulingan Mursy. Alasan mereka kuat, yaitu Mursy terpilih menjadi presiden berdasarkan konstitusi.
Upaya Dialog
Presiden Mursy dalam pidatonya 2 Juli 2013, mengajak dialog kepada kubu oposisi. Bahkan Mursy menawarkan usulan pemerintahan koalisi. Tawaran itu sudah cukup bagus untuk menyelesaikan krisis pemerintahan. Faktanya, kubu oposisi tetap menolak usulan itu.
Penolakan usulan ini bisa dinilai dari dua sudut pandang :
Pertama melalui sudut pandang antropologi, budaya dan watak orang Mesir pada umumnya adalah keras. Apa yang benar menurut mereka, itulah yang harus mereka pertahankan. Sering kali debat-debat politik di tempat umum dan angkutan umum pada akhirnya hanya menjadi debat kusir. Jadi sekali rakyat yang berdemonstrasi menuntut Mursy turun dari kursi presiden, mereka tidak akan berhenti sampai Mursy benar-benar turun dari jabatannya.
Yang kedua adalah sudut pandang politik. Dari sudut pandang ini, bisa dilihat memang kubu oposisi sudah tidak ingin Mursy dan Ikhwanul Muslimin menguasai pemerintahan. Artinya, tujuan oposisi bukanlah memperbaiki pemerintahan Mursy, melainkan menggulingkannya.
Pada akhirnya Mesir hanya dihadapkan pada dua pilihan, mempertahankan pemerintahan Mursy atau menurunkannya. Kedua pilihan ini memiliki resikonya masing-masing.
Dalam melihat situasi seperti ini, Syaikh Al-Azhar menimbang-nimbang kedua potensi resiko yang akan muncul dari dua pilihan tersebut. Entah bagaimana gambaran resiko yang muncul dalam pertimbangan beliau itu. Selanjutnya beliau berijtihad menyetujui penurunan Presiden Mursy dengan alasan mengambil resiko yang menurut beliau paling ringan. Keputusan beliau ini sudah sesuai dengan kaidah hukum fikih. Jika dihadapkan antara dua bahaya, maka yang diambil adalah bahaya yang paling ringan.
Dalam kaca mata fikih Islam, kudeta atau perebutan kekuasaan secara paksa ini juga sudah dibahas oleh para ulama ahli fikih. Di dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaithiyah di jilid 6, ensiklopedia fikih Islam yang terlengkap saat ini, terdapat pembahasan yang ada kaitannya dengan kudeta.
Tepatnya di dalam bab al-Imamah al-Kubra atau khilafah Islamiyah.
Di sini dijelaskan tiga cara pencapaian kursi khilafah.
Pertama dengan baiat;
kedua dengan wilayah ahdi (putra mahkota); dan
ketiga dengan al-istila bi al-quwah, yaitu dengan kekerasan atau paksaan.
Perkara kudeta dekat dengan cara yang ketiga ini.
Imam al-Mawardhi dalam kibatnya al-Ahkam al-Sulthaniyah menjelaskan perbedaan pendapat dalam menghukumi cara ketiga ini.
Pendapat pertama dari para fukaha (ahli fikih) Irak mengatakan bahwa cara ketiga ini sah secara mutlak, meski tidak melalui keputusan musyawarah ahlu al-halli wa al-akdi, yaitu para ahli yang ditunjuk untuk bermusyawarah dalam urusan pemerintahan.
Sedangkan pendapat kedua, yaitu mayoritas fukaha mengatakan bahwa cara ketiga ini sah apabila dengan rida dan ihtiar, serta melalui keputusan musyawarah ahlu al-halli wa al-akdi.
Jadi, sebenarnya para fukaha sependapat bahwa cara ketiga ini sah-sah saja.
Para ahli fikih hanya berbeda pendapat apakah cara ketiga ini harus dengan rida dan musyawarah ahlu al-halli wa al-akdi atau tidak. Salah satu dalil yang digunakan adalah riwayat dari Ibnu Umar RA yang ketika shalat bersama penduduk Madinah pada zaman Hurrah, beliau mengatakan, “Kita bersama siapa yang menang (banyak).”
Faktanya, ketika Mursy diturunkan melalui keputusan Dewan Militer, seketika itu juga mayoritas rakyat Mesir berpesta. Yang merayakan kegembiraan bukan hanya mereka yang berada di Lapangan Tahrir, Istana Kepresidenan Etihadiyah dan tempat-tempat demonstrasi lainnya, melainkan juga yang tengah berada di jalan-jalan atau di rumah sekali pun. Menyaksikan kondisi ini di jalanan sudah seperti pesta rakyat.
Lantas bagaimana kelanjutan drama politik Mesir ini?
Dalam analisa penulis, kesimpulan dari kedua resiko itu tadi sebenarnya bisa disimpulkan demikian; Mursy turun atau tidak dari jabatannya, tetap akan terjadi bentrokan. Jika Mursy tetap menjabat presiden, maka kubu oposisi akan menghalalkan segala cara hingga Mursy turun dari pemerintahan. Bukan tidak mungkin mereka akan menyewa preman untuk menyulut bentrokan dan pertumpahan darah.
Jika Mursy diturunkan, kubu Ikhwanul Muslimin pun tentu tidak akan tinggal diam. Mereka juga bisa melakukan perlawanan terhadap oposisi dan militer. Apalagi sepanjang sejarah, yang dilakukan Ikhwanul Muslimin adalah perlawan terhadap pemerintah rezim militer.
Jadi tinggal kita pikirkan, perlawanan mana antara kedua kubu ini yang resikonya lebih sedikit. Jika dilihat dari latar belakang kedua kubu, tentu kelompok Ikhwanul Muslimin yang berlatar belakang Islam dan dinilai selalu memperjuangkan siar keislaman dinilai akan lebih bisa menahan diri daripada kubu oposisi.
Dan faktanya sekarang, bentrokan itu memang terjadi. Korban jiwa akibat dari bentrokan antara kubu Ikhwanul Muslimin dan pendukungnya dengan kubu oposisi dan petugas keamanan tidak dapat dielakkan. Entah siapa duluan yang menyulut bentrokan. Antara kedua kubu selalu saling tuding merekalah yang diserang dan dizalimi. Wallahu’alam. [*]
sadzali_albanjary@yahoo.com (Banjarmasinpost online/8/7/2013)
IM: 34 Pendukung Mursi Tewas
Sumber medis Mesir mengatakan, sedikitnya 34 pendukung mantan Presiden Muhammad Mursi tewas di tangan aparat keamanan selama protes di Kairo.
Ikhwanul Muslimin mengkonfirmasi bahwa 34 pendukungnya tewas ketika tentara menyerang demonstrasi di luar markas Garda Republikdi Kairo, ibukota Mesir. Demikian dilaporkan Alalam, Senin (8/7).
Menurut Ikhwanul Muslimin, penembak jitu telah menargetkan demonstran yang berpartisipasi dalam unjuk rasa tersebut.
Puluhan orang juga dilaporkan terluka dan dibawa ke rumah sakit terdekat.
Para saksi mata mengatakan,tentara Mesir menggunakan peluru tajam untuk membubarkan para demonstran di distrik kota Nasr, timur Kairo.
Partai Keadilan dan Kebebasan, sayap politik Ikhwanul Muslimin mengecam pembunuhan tersebut dan menuding Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, Panglima Militer Mesir, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas insiden mematikanitu.
Sementara itu, Militer Mesir menyatakan bahwa seorang perwira tewas dan 40 lainnya terluka setelah markas Garda Republik diserang oleh kelompok teroris.
Televisi Mesir melaporkan, para pengunjuk rasa tetap melanjutkan aksi duduk di luar gedung Garda Republik meskipasukan keamanan menyerang mereka.
Hingga kini, demonstran pro dan anti-Mursi tetap berada di jalan-jalan sehingga ketegangan terus menyelimuti kota-kota di Mesir. (IRIB Indonesia/RA)
Penggulingan Mursi, Kudeta Kamuflase
Undang-undang Amerika Serikat melarang "segala bentuk bantuan kepada pemerintah di negara manapun yang pemimpinnya digulingkan oleh kudeta atau keputusan militer." Lalu apa yang terjadi di Mesir?Dr. Kevin Barret, seorang pakar Arab-Islam dan salah satu kritikus AS anti-program War on Terror dalam hal ini berpendapat, Presiden terpilih Mesir Muhammad Mursi digulingkan dan ditahan oleh militer. Konstitusi dibekukan. Para pejabat tinggi partai berkuasa dikepung dan dipenjarakan. Militer juga menyita studio televisi dan radio.
Namun itu semua menurut para pelakunya, bukan kudeta. Karena jika mereka menyebutnya sebuah kudeta, mereka (militer) akan kehilangan bantuan 1,5 milyar dolar per tahun Amerika Serikat kepada junta Mesir agar tetap berdamai dengan Israel.
Para jenderal Mesir berusaha menjaga uang dari Amerika Serikat itu terus mengalir. Mereka ingin mempertahankan gaya hidup mewah. Militer juga ingin melestarikan kekuataannya sebagai penguasa di balik layar Mesir.
Dr. Kevin Barret berpendapat, kunci utama menyukseskan kudeta kamuflase adalah propaganda yang baik. Jika Anda mampu membuat rakyat sedemikian membenci pemimpin mereka yang terpilih secara demokratis, maka akan lebih mudah bagi Anda menggulingkannya sekaligus menutupi terjadinya kudeta.
Barret menjelaskan bagaimana Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA) menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Australia Geoff Whitlam dalam sebuah kudeta terselubung. Prosesnya sebagai berikut.
Pertama mereka mengerahkan lembaga-lembaga perbankan internasional untuk mencekik keuangan dan merusak perekonomian Australia... sama seperti yang dilakukan para pelaku kudeta di Mesir. Kemudian mereka menggunakan aset domestik untuk menyabotase sektor perekonomian, begitu juga yang dilakukan oleh pelaku kudeta anti-Mursi. Berikutnya mereka menggunakan kontrol media untuk menciptakan rentetan propaganda anti-Whitlam... ini juga terjadi di Mesir.
Dengan kondisi ekonomi yang carut marut dan pemimpin yang disumpah-serapah oleh media, sangat mudah untuk mengkudeta pemimpin yang terpilih secara demokratis dan mengesankan bahwa itu semua adalah tuntutan rakyat.
Makar kudeta terhadap Geoff Whitlam pada tahun 1974 itu dirancang oleh CIA demi menyelamatkan pangkalan besarnya di Alice Springs, yang akan ditutup oleh Whitlam. Juga dalam rangka mencegah Australia menjadi sebuah negara sosialis dan keluar dari orbit Amerika Serikat menuju kamp non-blok.
Para jenderal Mesir juga menggulingkan Mursi dalam rangka mencegah Mesir "menjadi Muslim" dan keluar dari orbit Amerika-Israel. Lebih jauh lagi, itu semua merupakan bagian dari sebuah operasi psikologis besar anti-Islam yang telah digalakkan oleh para pemimpin Barat sejak kemenangan Revolusi Islam Iran pada 1979.
Kebangkitan Islam akan menciptakan sebuah dunia Islam baru yang benar-benar independen dan ini akan menjadi ancaman besar bagi para penguasa dunia: para bankir invetasi yang dipimpin oleh keluarga Rothschild dan sekutunya—yaitu mereka yang memberlakukan ide Tata Dunia Baru (New World Order)
Di Mesir, para penjaga lokal bankir penguasa dunia—yaitu militer dan sekutunya—telah merepresi politik Islam. Selama tiga dekade terakhir, mereka melakukan penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap para aktivis Muslim.
Namun Islam tetap bangkit di Mesir.
Dengan menggunakan program penyimpangan klasik, gelombang Kebangkitan Islam dibajak dan dimanfaatkan sedemikian rupa agar sesuai dengan agenda Tata Dunia Baru. Para anasir Tata Dunia Baru Mesir, para jenderal, dibujuk untuk mengijinkan Ikhwanul Muslimin memenangi pilpres sehingga dengan demikian pada suatu saat kelompok tersebut dapat ditembak jatuh.
Dengan kata lain, kudeta anti-Mursi sudah direncanakan bahkan jauh hari sebelum Mursi berkuasa... kemungkinan jauh sebelum gelombang Kebangkitan Islam terjadi. Militer Mesir yang didukung oleh kubu New World Order mengetahui bahwa jika mereka terus melawan kebangitan politik Islam, pada akhirnya mereka akan kalah.
Kubu New World Order mengontrol perusakan perekonomian Mesir, serangan media terhadap Mursi, dan ini semua telah direncanakan selama bertahun-tahun. Jutaan pengguna Facebook dan Twitter terjebak.
Di lain pihak, Mursi dan Ikhwanul Muslimin tidak siap menghadapi pertempuran itu dan langsung meluncur dalam jebakan.(IRIB Indonesia/MZ)
Konfrontasi Militer Mesir dan Ikhwanul Muslimin
Api kemarahan rakyat di Negeri Piramida, Mesir, tak kunjung reda. Meski Muhammad Mursi lengser dan tuntutan kelompok oposisi telah terpenuhi, namun kondisi di Mesir tetap bergejolak. Berbagai kota di Mesir khususnya Kairo, pada hari Jumat (5/7) menyaksikan demonstrasi jutaan warga Mesir. Para pendukung Mursi turun ke jalan-jalan memprotes kudeta militer terhadap pemerintahan terpilih dari kubu Ikhwanul Muslimin itu.Menyusul memburuknya kondisi, militer Mesir menyiagakan personilnya di dua propinsi Suez dan Sinai serta memberlakukan kondisi darurat di dua wilayah tersebut. Di lain pihak, Presiden interim Mesir Adli Mansour membubarkan parlemen negara ini.
Semua peristiwa ini terjadi setelah kubu Ikhanul Muslimin yang berkuasa selama satu tahun, menyerukan demonstrasi damai anti-kudeta militer terhadap pemerintahan Mursi. Dalam pernyataannya, Ikhwanul Muslimin akan terus berdemonstrasi sampai Mursi kembali duduk di kursi kepresidenan.
Meski Ikhwanul Muslimin menekankan status damai demonstrasinya sampai tuntutan mereka terealisasi, akan tetapi di lapangan, yang terjadi adalah aksi-aksi pembalasan dendam oleh para pendukung Mursi. Ini memaksa militer menangkap banyak anggota Ikhwanul Muslimin.
Tidak diragukan Ikhwanul Muslimin Mesir tidak akan mudah mengalah dan menepi dari kancah politik negara ini setelah mendapat peluang bersejarah pasca revolusi 2011. Mengingat berbagai aktivitas amal dan sosial meluas Ikhwanul Muslimin selama bertahun-tahun, kelompok ini memiliki pondasi cukup kokoh dalam masyarakat Mesir. Oleh karena itu, Ikhwanul Muslimin memiliki basis kekuatan sipil yang luas dan dapat dikerahkan setiap saat.
Ikhwanul Muslimin telah menyatakan tidak akan bekerjasama dengan pemerintahan yang terbentuk pasca kudeta. Menurut mereka, apa yang terjadi saat ini adalah perampasan kekuasaan. Namun hal yang patut dikhawatirkan sekarang adalah instruksi militer terkait penangkapan 300 tokoh dan pejabat tinggi Ikhwanul Muslimin dan juga penangkapan Mursi. Menurut rencana, Mursi dan sejumlah tokoh Ikhwanul Muslimin akan diadili.
Di sisi lain, berbagai laporan mengindikasikan peningkatan jumlah korban dalam insiden bentrokan antara pendukung dan penentang Mursi. Sejumlah sumber pemberitaan menyebutkan bahwa jumlah korban yang tercatat hingga Sabtu pagi (6/7), mencapai 30 tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka.
Kelompok liberal dan Islam Mesir saling berhadap-hadapan dan militer kembali berkuasa. Untuk sementara seluruh aktivitas ekonomi dan administrasi di Mesir terbengkalai. Para pegawai kedutaan besar asing telah meninggalkan Mesir dan kondisi di negara ini kembali mencekam sama seperti selama revolusi melawan rezim diktator Hosni Mubarak.
Seluruh indikasi ini menunjukkan bahwa Mesir sedang menempuh jalur yang berbahaya. Meski militer Mesir telah mengundang semua partai dalam rekonsiliasi, namun partai-partai yang sebelum kudeta terjun ke kancah politik melalui kanal-kanal sah sekarang menilai seruan miilter itu demi mencari kesempatan.
Muhammad Badi, Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir menyatakan menolak seluruh instruksi dewan militer Mesir dan kelompoknya tidak akan bekerjasama.
Oleh karena itu, para pengamat politik menilai transformasi saat ini merupakan konfrontasi baru Ikhwanul Muslimin dengan militer Mesir. (IRIB Indonesia/MZ)
Los Angeles Times: Pro dan Anti-Mursi Mengecam AS
Koran Los Angeles Times menulis, "Gelombang kebencian terhadap Amerika Serikat yang selama beberapa waktu terpendam, sekarang telah tumpah dan berbagai partai Mesir, menuding Washington bersalah dalam berbagai peristiwa di Meisr. Sekarang baik penentang maupun pendukung Mursi menyalahkan Amerika Serikat. (IRIB Indonesia)
Pemberontak Suriah Pekan ini Akan Mengalami Kekalahan Telak
Situs Anti-War Amerika Serikat dalam laporannya tentang transformasi di Mesir menulis, "Para pemberontak dan oposisi Suriah pekan ini akan menghadapi kekalahan besar mengingat pada era pemerintahan Presiden Muhammad Mursi, pemerintah mengijinkan warganya berangkat ke Suriah untuk bertempur. (IRIB Indonesia)
Ikhwanul Muslimin Harus Hindari Takfiri dan Salafi
Pejabat Ikhwanul Muslimin Muhmmad Nabi Habibi menyatakan, "Ikhwanul Muslimin harus memisahkan kelompok Takfiri dan Salafi dari jalan Rasulullah Saw. Revolusi rakyat Mesir tidak dapat dianulir, akan tetapi sedang menghadapi tantangan dan rakyat Mesir harus waspada."(IRIB Indonesia)Sekjen Liga Arab: Pemerintahan Ikhwanul Muslimin Menyimpang
Sekretaris Jenderal Liga Arab menyatakan, "Pemerintahan Ikhwanul Muslimin telah menyimpang dari jalur revolusi. Apa yang terjadi di Mesir menguntungkan seluruh dunia Arab dan saya berharap Elbaradei akan berperan dalam menentukan masa depan Mesir, karena dia adalah bapak revolusi ini."(IRIB Indonesia)Kudeta Mesir:
Rakyat Mesir Gelar Demo, Penguasa Sibuk Rebutan Kursi
Islam Times - Mereka mendirikan barikade dan pos pemeriksaan di Kairo serta memblokir jalan utama menuju bandara internasional.
Pendukung Morsi, Kairo Mesir.jpg
Para pendukung Morsi pada hari Minggu (7/7/13) mengadakan pawai menuju lapangan Rabia al-Adawiya dan Al-Nahda Square, dekat Universitas Kairo, menuntut agar Morsi kembali berkuasa.
Mereka mendirikan barikade dan pos pemeriksaan di Kairo serta memblokir jalan utama menuju bandara internasional.
Sementara demonstran anti-Morsi berkumpul di lapangan Tahrir Kairo dan sekitar istana presiden.
Demonstran pro Morsi juga turun ke jalan-jalan di Alexandria, pantai Laut Mediterania dan di kota-kota besar lainnya di seluruh Mesir.
Media Mesir melaporkan pada hari Minggu (7/7/13) bahwa pengacara dari partai Sosial Demokrat, Ziaad Bahaa el-Din telah ditawari menjadi perdana menteri baru Mesir.
Laporan itu juga mengatakan bahwa pemimpin tokoh oposisi, Mohamed ElBaradei akan ditunjuk sebagai wakil presiden Mesir. Tapi janji itu belum dikonfirmasi secara resmi.
Pemimpin Partai Salafi Nour Mesir, Younes Makhyoun menolak pengajukan Bahaa el-Din sebagai perdana menteri sementara dan ElBaradei sebagai wakil presiden. Dia menambahkan bahwa tokohh politik netral harus diutamakan.
Pada hari Sabtu (6/7/13), kantor berita resmi MENA mengatakan bahwa presiden sementara Mesir, Adly Mansour telah menunjuk ElBaradei sebagai perdana menteri sementara. Tapi kantornya kemudian membantah hal itu. [IT/r]
Kedutaan Besar Suriah di Mesir Kembali Dibuka
Islam
Times- Sebelumnya, Morsi memerintahkan untuk memutus hubungan
diplomatik dengan Suriah kurang dari sebulan lalu sebelum Morsi
tersungkur. Sementara pada pertengahan Juni lalu, Morsi memerintahkan
penutupan kedutaan Damaskus di Kairo, sebuah langkah yang dikecam oleh
Damaskus.
Gedung duta besar Suriah di Mesir
Beberapa hari setelah militer Mesir menggulingkan Presiden Mohammad Morsi dari kantor, Kedutaan Suriah di Kairo kembali beroperasi.
Pada hari Minggu, 07/07/13, kedutaan Suriah di Kairo resmi kembali beroperasi dan memberikan pelayanan konsuler kepada warga Suriah di Mesir atau warga Mesir yang bermaksud berkunjung ke Suriah, demikian menurut saluran berita al-Alam.
Pembukaan kembali misi Suriah di Mesir itu diyakini menjadi tanda pertama dari kebijakan pergeseran kebijakan Mesir terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Sebelumnya, Morsi memerintahkan untuk memutus hubungan diplomatik dengan Suriah kurang dari sebulan lalu sebelum Morsi tersungkur. Sementara pada pertengahan Juni lalu, Morsi memerintahkan penutupan kedutaan Damaskus di Kairo, sebuah langkah yang dikecam oleh Damaskus.
Berbicara dihadapan ribuan pendukungnya di Kairo pada bulan Juni itu, Morsi dengan bangga memerintahkan menarik mundur kuasa usaha Mesir dari Damaskus.[IT/ASS/On]
Perundingan Nuklir Iran
Hossein Naqavi Hosseini, salah seorang anggota parlemen Iran mengatakan, terpilihnya Hassan Rohani sebagai presiden Iran berikutnya telah menciptakan peluang yang signifikan untuk menyelesaikan masalah nuklir Republik Islam.
"Keakraban Rohani dengan proses kasus nuklir Republik Islam dan pendekatan positif yang diambil oleh Eropa pada pemilu, dianggap sebagai dua peluang yang luar biasa bagi kemajuan pembicaraan antara Iran dan P5 +1," kata juru bicara Majlis Untuk Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri, Hossein Naqavi Hosseini pada, Ahad, 07/07/13.
"Negara-negara Barat harus menggunakan peluang yang tercipta di Iran, dan membuat negosiasi antara Iran dan P5 +1 yang dapat menghasilkan natijah, karena mereka sangat menyadari, Republik Islam tidak mempunyai tujuan selain menggunakan energi nuklir secara damai, dan masalah ini telah terbukti banyak kali, "tambah legislator Iran itu.
Rohani berhasil memenangkan pemilihan presiden 14 Juni lalu, yang diikuti dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Naqavi Hosseini lanjut menyebut bahwa Amerika Serikat merupakan satu-satunya halangan dan ancaman bagi keberhasilan kasus nuklir Iran. Dikatakannya, putaran baru sanksi anti-Iran menandakan keengganan Washington untuk melihat penyelesaian masalah nuklir Iran melalui perundingan.
"Tehran berharap negara-negara Barat menggunakan pendekatan logis untuk mengelola pembicaraan," tambahnya. [IT/ASS/PT]
Kerusuhan Turki
"Rohani Berpeluang Selesaikan Masalah Nuklir Iran"
Islam
Times- "Keakraban Rohani dengan proses kasus nuklir Republik Islam dan
pendekatan positif yang diambil oleh Eropa pada pemilu, dianggap sebagai
dua peluang yang luar biasa bagi kemajuan pembicaraan antara Iran dan
P5 +1,"
Presiden terpilih Ira, Hassan Rohani
Hossein Naqavi Hosseini, salah seorang anggota parlemen Iran mengatakan, terpilihnya Hassan Rohani sebagai presiden Iran berikutnya telah menciptakan peluang yang signifikan untuk menyelesaikan masalah nuklir Republik Islam.
"Keakraban Rohani dengan proses kasus nuklir Republik Islam dan pendekatan positif yang diambil oleh Eropa pada pemilu, dianggap sebagai dua peluang yang luar biasa bagi kemajuan pembicaraan antara Iran dan P5 +1," kata juru bicara Majlis Untuk Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri, Hossein Naqavi Hosseini pada, Ahad, 07/07/13.
"Negara-negara Barat harus menggunakan peluang yang tercipta di Iran, dan membuat negosiasi antara Iran dan P5 +1 yang dapat menghasilkan natijah, karena mereka sangat menyadari, Republik Islam tidak mempunyai tujuan selain menggunakan energi nuklir secara damai, dan masalah ini telah terbukti banyak kali, "tambah legislator Iran itu.
Rohani berhasil memenangkan pemilihan presiden 14 Juni lalu, yang diikuti dan partisipasi pemilih yang tinggi.
Naqavi Hosseini lanjut menyebut bahwa Amerika Serikat merupakan satu-satunya halangan dan ancaman bagi keberhasilan kasus nuklir Iran. Dikatakannya, putaran baru sanksi anti-Iran menandakan keengganan Washington untuk melihat penyelesaian masalah nuklir Iran melalui perundingan.
"Tehran berharap negara-negara Barat menggunakan pendekatan logis untuk mengelola pembicaraan," tambahnya. [IT/ASS/PT]
Ratusan Ribu Warga Turki Gelar Festival Anti Erdogan
Islam
Times- Hari Ahad kemarin Ribuan warga Turki itu datang dari semua
lapisan masyarakat termasuk kelompok seniman dan berpartisipasi dalam
festival yang disebut "Man Made of Tear Gas",
Ratusan ribu warga menggelar festival di kota terbesar Turki, Istanbul untuk memprotes tindakan keras polisi terhadap demonstrasi anti-pemerintah di seluruh negeri.
Hari Ahad kemarin Ribuan warga Turki itu datang dari semua lapisan masyarakat termasuk kelompok seniman dan berpartisipasi dalam festival yang disebut "Man Made of Tear Gas", demikian Xinhua melaporkan, Senin, 08/07/13, sebagaimana dinukil Press TV.
Festival akhir pekan ini diadakan di distrik Kadikoy, wilayah Asia kota pesisir.
"Ini hanyalah permulaan. Kami akan menjaga perjuangan," teriak para demonstran selama festival. Mereka juga melambaikan spanduk bertuliskan besar "Untuk Turki independen dan demokratis."
Penyelenggara acara tersebut mengatakan, gerakan perlawanan terhadap pemerintah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan berubah bentuk festival. [IT/ASS/PT]
Krisis Suriah
Rusia: Suriah Bertempur dengan Pasukan Internasional
Islam
Times- "Ini lebih merupakan pertarungan melawan lingkaran itu, salah
satunya atau yang lain, yang dikelilingi antara berbagai jenis konflik
di berbagai negara,"
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Jumat, 05/07/13, mengatakan bahwa tidak ada perang sipil di Suriah, melainkan sebuah pertempuran yang sedang berlangsung melawan lingkaran pasukan internasional.
"Ini lebih merupakan pertarungan melawan lingkaran itu, salah satunya atau yang lain, yang dikelilingi antara berbagai jenis konflik di berbagai negara," kata Shoigu pada pembukaan perundingan dengan delegasi militer Swedia yang dipimpin langsung oleh Menteri Pertahanan, Karin Enstrom di Moskow.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Swedia, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexander Lukashevich mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menyelidiki kemungkinan pasokan senjata dari Libya ke Suriah. [IT/ASS/ON]
Pesawat Jatuh
Jet tempur Israel jatuh ke Laut Mediterania pada hari Minggu, 07/07/13, menyusul kerusakan mesin, meskipun kedua awak pesawat nahas tersebut selamat.
Sebuah pesawat tempur F-16, jatuh ke laut setelah mesinnya tidak berfungsi," kata juru bicara Israel sebagaimana dilaporkan oleh AFP.
Laporan media Israel mengatakan, kecelakaan itu terjadi di lepas pantai Jalur Gaza di Palestina. "Pilot dan navigator bisa keluar dari pesawat, dan segera dievakuasi ke rumah sakit," kata juru bicara militer.
Menyusul insiden itu, kepala angkatan udara Israel, Mayjen Amir Eshel memerintahkan semua pesawat tempur F-16 dan pesawat F-15 dinonaktifkan sampai keadaan ditinjau kembali.
Menurut juru bicara militer, kejadian itu merupakan yang pertama kalinya dimana pilot dapat diselamatkan sejak militer Israel mulai menggunakan model F-16 pada tahun 1998.
Pada bulan November 2010, dua pilot Israel tewas ketika jet tempur F-16 buatan AS jatuh dalam misi pelatihan di selatan Israel. [IT/ASS/al]
Jet Tempur F-16 Israel Jatuh di Jalur Gaza
Islam
Times- Menyusul insiden itu, kepala angkatan udara Israel, Mayjen Amir
Eshel memerintahkan semua pesawat tempur F-16 dan pesawat F-15
dinonaktifkan sampai keadaan ditinjau kembali.
Jet Tempur F-16 Israel
Jet tempur Israel jatuh ke Laut Mediterania pada hari Minggu, 07/07/13, menyusul kerusakan mesin, meskipun kedua awak pesawat nahas tersebut selamat.
Sebuah pesawat tempur F-16, jatuh ke laut setelah mesinnya tidak berfungsi," kata juru bicara Israel sebagaimana dilaporkan oleh AFP.
Laporan media Israel mengatakan, kecelakaan itu terjadi di lepas pantai Jalur Gaza di Palestina. "Pilot dan navigator bisa keluar dari pesawat, dan segera dievakuasi ke rumah sakit," kata juru bicara militer.
Menyusul insiden itu, kepala angkatan udara Israel, Mayjen Amir Eshel memerintahkan semua pesawat tempur F-16 dan pesawat F-15 dinonaktifkan sampai keadaan ditinjau kembali.
Menurut juru bicara militer, kejadian itu merupakan yang pertama kalinya dimana pilot dapat diselamatkan sejak militer Israel mulai menggunakan model F-16 pada tahun 1998.
Pada bulan November 2010, dua pilot Israel tewas ketika jet tempur F-16 buatan AS jatuh dalam misi pelatihan di selatan Israel. [IT/ASS/al]
Mesir Harus Campakkan Dominasi dan Kontrol Zionis
Islam
Times- "Mesir harus mengekspresikan kehendak jutaan orang di Timur
Tengah, atau akan terus dikendalikan Barat-Israel dan kemudian hancur.
Dominasi ini harus dipatahkan, atau Zionis akan terus memperluas
entitasnya dan melakuan invasi ke tanah milik orang lain, "
Demo anti Morsi
Pengamat politik dan ekonomi, Prof. Rodney Shakespeare mengatakan, Mesir harus membebaskan dirinya dari dominasi rezim Zionis Israel yang selama ini mengganggu stabilitas Timur Tengah, atau akan menghadapi pengasingan diri dan akan hilang, demikian nukilan dari artikel Shakespeare dengan judul, "Egypt must demand democratic future to protect revolutionary achievements", yang diterbitkan pada Kamis, 04/07/13.
Founder "Global Justice Movement", Rodney Shakespeare itu menulis, Mesir harus menyadari bahwa penggulingan presiden diktator Hosni Mubarak yang didukung Barat tidak menghasilkan revolusi sejati seperti yang inginkan, karena gagal mengakhiri kontrol Barat dan Zionis yang terus berlanjut di bawah kepresidenan Mohamed Morsi dalam bentuk yang berbeda.
"Mesir harus mengekspresikan kehendak jutaan orang di Timur Tengah, atau akan terus dikendalikan Barat-Israel dan kemudian hancur. Dominasi ini harus dipatahkan, atau Zionis akan terus memperluas entitasnya dan melakuan invasi ke tanah milik orang lain, " tulis Shakespeare dalam artikelnya itu.
Lebih lanjut dikatakannya, Mesir tengah menghadapi plot sektarian yang ditetas oleh Israel, AS, dan sekutu regional mereka termasuk Arab Saudi dan Qatar. Shakespeare juga memperingatkan bahwa kegagalan Mesir bergerak maju dalam kursus demokratis akan menempatkan negara itu selalu di bawah kontrol permanen "kapitalisme moneter Barat."
Pengamat itu menyerukan kepada bangsa Mesir untuk membangun masa depan secara demokrasi untuk negara mereka, dan membatasi peran militer sehingga revolusi 2011 mereka yang mampu menggulingkan Mubarak tidak akan sia-sia.
Shakespeare juga mempertanyakan motif tentara dalam menggulingkan pemerintahan Morsi dan memperingatkan adanya ilusi mengenai tentara Mesir yang tiba-tiba menjadi kekuatan yang tulus untuk demokrasi dan anti-Zionisme.
Menurutnya, angkatan bersenjata Mesir menerima sejumlah besar uang dari Amerika Serikat dan tetap mengendalikan sekitar seperempat dari perekonomian negara.
Dia meminta Mesir untuk membangun aliansi ekonomi dan politik baru dengan negara-negara Gerakan Non-blok dan bukan kepada AS dan sekutunya, serta sepenuhnya membuka perbatasan Rafah untuk Jalur Gaza yang diblokade Israel, dan menolak tegas dukungan kepada teroris asing dan ekstremis Takfiri di Suriah.
Profesor ekonomi itu juga menyatakan, Mesir harus membuat keputusan penting dan membentuk satu bank nasional yang benar-benar independen untuk menolak secara terbuka "hibah" Dana Moneter Internasional (IMF). Menurutnya, IMF harus disalahkan karena telah menempatkan Mesir menjadi negara pengutang permanen dan mendorong negara itu menjadi lebih miskin.
Shakespeare akhirnya meminta politisi Mesir untuk menghindari mendahulukan kepentingan partai politik yang sempit sekaitan dengan kepentingan ekonomi dimana hanya satu bagian untuk masyarakat.
"Ini [Mesir] harus menyatakan kepentingan ekonomi untuk semua orang, meskipun mungkin memakan waktu, tapi hal itu bisa dilakukan," katanya.[IT/ASS/ON]
Krisis Suriah
Beberapa waktu lalu, Inggris gagal merayu Uni Eropa agar memasukkan sayap mliter Hizbullah dalam list organisasi teroris. Meski begitu melalui tekanan Israel dan AS beberapa bulan terakhir, diplomat skeptis Eropa akhirnya menolak mengambil langkah yang berpotensi menghancurkan kepentingan Eropa di Libanon dan dunia Islam secara keseluruhan.
Dalih yang diajukan London pada Uni Eropa tak lain pengumuman pemerintah sayap kanan Bulgaria yang merupakan sekutu dekat Washington dan Tel Aviv, dimana pada Februari lalu menuduh bahwa dua orang yang bertanggung jawab dalam serangan bom di Bandara Burgas dan menewaskan 5 wisatawan Israel pada Juli tahun lalu (Rabu, 18/07/2012) adalah anggota sayap militer Hizbullah.
Tapi dalih itu, ditolak kelompok Sosialis dan bahkan menyalahkan mereka karena menuduh Hizbullah tanpa membawakan bukti. Tak lama berselang, pemerintah Bulgaria yang korup itu pun lengser karena pemberontakan rakyat.
Pihak eksekutif baru Bulgaria (kelompok sosialis) pada 5 Juni 2013, lalu, menyatakan bahwa indikasi Hizbullah berada di balik serangan itu sangat kecil. Dan hal ini tak akan menjustifikasi tindakan Uni Eropa untuk memasukkan Hizbulah dalam list teroris.
Hizbullah sendiri membantah keterlibatannya dalam serangan Burgas itu. Beberapa ahli malah menyatakan, ada indikasi bahwa pemboman itu hanyalah operasi badan intelijen Israel untuk mengisolasi Hizbullah dan menekan Uni Eropa untuk mem-blacklist Hizbullah.
Sementara itu, klaim Inggris itu jadi terkesan sangat munafik karena London pada saat yang sama menyerukan pengiriman senjata untuk kelompok teroris di Suriah yang terkait dengan al-Qaeda (Front al-Nusra) yang telah melakukan berbagai tindak kekejaman kemanusiaan. Sikap munafik ini didukung penuh oleh Perdana Mentri Inggris, David Cameron dan Menlu William Hague. Opini publik pun mengecam itu bajkan oleh pejabat tinggi lain di Inggris, termasuk Walikota London, Boris Johnson.
Sebelumnya, Jerman dan Perancis, juga menolak tawaran Inggris. Tapi kedua negara itu kemudian berubah sikap. Menlu Perancis, Laurent Fabius dalam konfrensi "Friends of Suriah" di Amman, 22, Mei 2013, menegaskan dukungan Inggris kepada kelompok teroris Suriah. Tapi ini tak mengejutkan sama sekali; sebab lobi Yahudi Zionis memang mengendalikan kebijakan luar negeri Perancis di bawah pemerintahan Nicolas Sarkozy dan François Hollande.
Zionis telah lama memperketat kebijakan bermusuhan mereka terhadap Iran, Suriah dan negara-negara Muslim lainnya dengan bantuan rezim boneka pendukung terorisme, Saudi dan Qatar.
Beberapa tahun terakhir ini, Inggris dan Perancis mempromosikan kebijakan neokolonial demi mengontrol beberapa negara koloni mereka sebelumnya dan mendirikan pemerintahan budak, seperti yang terjadi di Libya.
Negara-negara Eropa lainnya menolak tawaran Inggris demi membela kepentingan mereka di Libanon. Hizbullah bukan hanya partai dalam pemerintahan Libanon tapi juga wakil sah 1/3 populasi Syiah. Di sisi lain, beberapa pemerintah mengira langkah yang ditawarkan Inggris itu justru akan memperparah kerusuhan di Timur Tengah. Menlu Italia, Emma Bonino bahkan mengatakan, jika Hizbullah dimasukkan dalam blacklist teroris, maka stabilitas Libanon akan semakin rapuh.
Langkah ini juga akan membuat Uni Eropa sulit melakukan kontak dengan Libanon. Perusahaan-perusahaan Eropa yang beroperasi di Libanon juga akan rusak kapasitasnya.
Menurut Nidal Hémadé, kolumnis TV Al-Manar, jajaran perwira tentara Perancis gempar saat Fabius memperingatkan konsekuensi keputusan seperti itu. Perancis akan berbuat apa ketika delegasi kementerian Libanon mengunjungi Paris? tanya seorang perwira militer Perancis.
Kepentingan Perancis di Libanon dan Timur Tengah jauh jauh lebih besar dibanding kepentingan Hizbullah di Perancis. Di Libanon ada 5 pusat budaya Perancis, jumlah terbesar di Timur Tengah.
Kemudian, media Israel mulai meluncurkan kampanye melawan negara-negara seperti Irlandia, Swedia, Finlandia, Polandia dan Austria serta menyalahkan mereka karena menolak tawaran Inggris. Tapi, semua negara itu mempertahankan sikap independen mereka dan tidak tunduk pada tekanan AS atau Israel sampai sekarang.
Keputusan mem-blacklist Hizbullah sebagai teroris akan memicu pertanyaan menganai kehadiran pasukan perdamaian PBB di Libanon. Saat ini, pasukan itu mewakili selusin negara Uni Eropa. Dan Austria telah mengumumkan akan menarik 300 tentaranya dari kontingen PBB di Dataran Tinggi Golan setelah Uni Eropa mencabut embargo senjata terhadap teroris Suriah.
Jelas, tawaran Inggris dan Perancis itu sebenarnya disebabkan peran Hizbullah dalam perang Suriah dan bukan murni tuduhan terorisme.
Dalam hal ini, Fabius mengatakan, "Mengingat keputusan Hizbullah dan fakta Hizbullah berjuang sangat keras (di Suriah), saya menegaskan bahwa Perancis akan mengusulkan penempatan sayap militer Hizbullah dalam list organisasi teroris."
Tapi, keterlibatan Hizbullah di Suriah itu terjadi dalam sebuah kerangka strategis agresi yang tengah dijalankan terhadap Suriah, Libanon dan Irak oleh Amerika, Israel, Inggris, Prancis, Turki, Yordania, Arab Saudi dan Qatar.
Dalam agresi itu, kelompok Wahabi Takfiri menghancurkan tatanan nasional dan sosial di tiga negara tersebut. Didorong sebuah ideologi ekstrimis dan brutal, geng internasional itu berusaha menghancurkan agama minoritas, seperti Kristen, Alawit dan Syiah. Betapa banyak pendeta Kristen, ulama Sunni dan Syiah yang dipenggal kepalanya atau dibunuh dengan kejam oleh kelompok-kelompok teroris dukungan Barat, Arab Saudi dan Qatar itu.
Klaim Barat tentang wujud "kelompok moderat" tak lain dusta belaka. Tentara Bebas Suriah (FSA) merupakan payung bagi ratusan kelompok yang berperang bersama Front al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
Anggota mereka adalah ekstremis dan teroris fanatik. Perkembangan baru FSA malah menunjukkan kelompok itu tak berbeda dengan Front al-Nusra. Beberapa anggotanya merupakan penjahat-penjahat terkenal yang dibebaskan dari penjara Saudi untuk pergi berperang di Suriah.
Di awal konflik Suriah, banyak roket dan mortir yang menyerang wilayah Libanon. FSA mengakui bertanggung jawab dalam dua serangan tersebur. Mayoritas serangan itu ditujukan pada tentara Libanon atau desa dengan penduduk mayoritas Syiah.
Hizbullah dan penduduk desa perbatasan akhirnya memutuskan untuk bergerak menanggapi ancaman ini. "Kami telah meningkatkan jumlah personel di perbatasan dan patroli bersama di sana dan di dalam wilayah Libanon untuk mencegah infiltrasi kelompok-kelompok bersenjata," kata anggota Hizbullah pada Al-Jazeera tanpa menyebut namanya. Tapi, usaha mengontrol wilayah perbatasan Libanon itu tidak cukup, karena kelompok teroris menyerang Libanon dari zona kekuasaan mereka di Suriah.
Kemudian Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hasan Nasrullah mengungkapkan rincian plot jahat yang juga berusaha melemahkan gerakan perlawanan Libanon itu. Tapi tujuan utama plot itu adalah menghancurkan ideologi Arabisme di Kawasan dan membagi negara-negara Arab menjadi entitas-entitas kecil menurut kriteria sektarian atau etnis. Dan dalam kondisi ini, Israel akan meraup manfaat besar jika plot itu sukses.
Seorang pakar Libanon, Ghaled Kandil dalam situs Neworientnews.com menyatakan, "Dengan memutuskan berperang di Suriah menentang proyek ini, Hizbullah telah melindungi rakyat di Kawasan, agama mereka, keragaman mereka, kesatuan jaringan sosial dan keinginan untuk melawan proyek hegemonik Israel yang menjadi jantung petempuran Hizbullah.
"Hizbullah tetap setia pada tradisinya sebagai garda depan pertempuran melawan proyek Israel-Amerika yang hari ini jsutru ditegakkan oleh kelompok Takfiri-Salafi."[IT/PT/Yusuf Fernandez/NAT]
Yusuf Fernandez: Jurnalis dan sekretaris Federasi Muslim di Spanyol. Dia memulai aktif sebagai wartawan sebagai penyiar Radio Praha, Spanyol. Saat ini dia aktif sebagi editor beberapa situs Islam di Spanyol, Inggris dan editor situs Spanyol Al Manar.
Krisis Suriah
Hizbullah Gagalkan Proyek Ideologi Takfiri
Islam
Times- Tapi, keterlibatan Hizbullah di Suriah itu terjadi dalam sebuah
kerangka strategis agresi yang tengah dijalankan terhadap Suriah,
Libanon dan Irak oleh Amerika, Israel, Inggris, Prancis, Turki,
Yordania, Arab Saudi dan Qatar.
Sayyid Hasan Nasrullah, Sekjen Hizbullah Libanon
Beberapa waktu lalu, Inggris gagal merayu Uni Eropa agar memasukkan sayap mliter Hizbullah dalam list organisasi teroris. Meski begitu melalui tekanan Israel dan AS beberapa bulan terakhir, diplomat skeptis Eropa akhirnya menolak mengambil langkah yang berpotensi menghancurkan kepentingan Eropa di Libanon dan dunia Islam secara keseluruhan.
Dalih yang diajukan London pada Uni Eropa tak lain pengumuman pemerintah sayap kanan Bulgaria yang merupakan sekutu dekat Washington dan Tel Aviv, dimana pada Februari lalu menuduh bahwa dua orang yang bertanggung jawab dalam serangan bom di Bandara Burgas dan menewaskan 5 wisatawan Israel pada Juli tahun lalu (Rabu, 18/07/2012) adalah anggota sayap militer Hizbullah.
Tapi dalih itu, ditolak kelompok Sosialis dan bahkan menyalahkan mereka karena menuduh Hizbullah tanpa membawakan bukti. Tak lama berselang, pemerintah Bulgaria yang korup itu pun lengser karena pemberontakan rakyat.
Pihak eksekutif baru Bulgaria (kelompok sosialis) pada 5 Juni 2013, lalu, menyatakan bahwa indikasi Hizbullah berada di balik serangan itu sangat kecil. Dan hal ini tak akan menjustifikasi tindakan Uni Eropa untuk memasukkan Hizbulah dalam list teroris.
Hizbullah sendiri membantah keterlibatannya dalam serangan Burgas itu. Beberapa ahli malah menyatakan, ada indikasi bahwa pemboman itu hanyalah operasi badan intelijen Israel untuk mengisolasi Hizbullah dan menekan Uni Eropa untuk mem-blacklist Hizbullah.
Sementara itu, klaim Inggris itu jadi terkesan sangat munafik karena London pada saat yang sama menyerukan pengiriman senjata untuk kelompok teroris di Suriah yang terkait dengan al-Qaeda (Front al-Nusra) yang telah melakukan berbagai tindak kekejaman kemanusiaan. Sikap munafik ini didukung penuh oleh Perdana Mentri Inggris, David Cameron dan Menlu William Hague. Opini publik pun mengecam itu bajkan oleh pejabat tinggi lain di Inggris, termasuk Walikota London, Boris Johnson.
Sebelumnya, Jerman dan Perancis, juga menolak tawaran Inggris. Tapi kedua negara itu kemudian berubah sikap. Menlu Perancis, Laurent Fabius dalam konfrensi "Friends of Suriah" di Amman, 22, Mei 2013, menegaskan dukungan Inggris kepada kelompok teroris Suriah. Tapi ini tak mengejutkan sama sekali; sebab lobi Yahudi Zionis memang mengendalikan kebijakan luar negeri Perancis di bawah pemerintahan Nicolas Sarkozy dan François Hollande.
Zionis telah lama memperketat kebijakan bermusuhan mereka terhadap Iran, Suriah dan negara-negara Muslim lainnya dengan bantuan rezim boneka pendukung terorisme, Saudi dan Qatar.
Beberapa tahun terakhir ini, Inggris dan Perancis mempromosikan kebijakan neokolonial demi mengontrol beberapa negara koloni mereka sebelumnya dan mendirikan pemerintahan budak, seperti yang terjadi di Libya.
Negara-negara Eropa lainnya menolak tawaran Inggris demi membela kepentingan mereka di Libanon. Hizbullah bukan hanya partai dalam pemerintahan Libanon tapi juga wakil sah 1/3 populasi Syiah. Di sisi lain, beberapa pemerintah mengira langkah yang ditawarkan Inggris itu justru akan memperparah kerusuhan di Timur Tengah. Menlu Italia, Emma Bonino bahkan mengatakan, jika Hizbullah dimasukkan dalam blacklist teroris, maka stabilitas Libanon akan semakin rapuh.
Langkah ini juga akan membuat Uni Eropa sulit melakukan kontak dengan Libanon. Perusahaan-perusahaan Eropa yang beroperasi di Libanon juga akan rusak kapasitasnya.
Menurut Nidal Hémadé, kolumnis TV Al-Manar, jajaran perwira tentara Perancis gempar saat Fabius memperingatkan konsekuensi keputusan seperti itu. Perancis akan berbuat apa ketika delegasi kementerian Libanon mengunjungi Paris? tanya seorang perwira militer Perancis.
Kepentingan Perancis di Libanon dan Timur Tengah jauh jauh lebih besar dibanding kepentingan Hizbullah di Perancis. Di Libanon ada 5 pusat budaya Perancis, jumlah terbesar di Timur Tengah.
Kemudian, media Israel mulai meluncurkan kampanye melawan negara-negara seperti Irlandia, Swedia, Finlandia, Polandia dan Austria serta menyalahkan mereka karena menolak tawaran Inggris. Tapi, semua negara itu mempertahankan sikap independen mereka dan tidak tunduk pada tekanan AS atau Israel sampai sekarang.
Keputusan mem-blacklist Hizbullah sebagai teroris akan memicu pertanyaan menganai kehadiran pasukan perdamaian PBB di Libanon. Saat ini, pasukan itu mewakili selusin negara Uni Eropa. Dan Austria telah mengumumkan akan menarik 300 tentaranya dari kontingen PBB di Dataran Tinggi Golan setelah Uni Eropa mencabut embargo senjata terhadap teroris Suriah.
Jelas, tawaran Inggris dan Perancis itu sebenarnya disebabkan peran Hizbullah dalam perang Suriah dan bukan murni tuduhan terorisme.
Dalam hal ini, Fabius mengatakan, "Mengingat keputusan Hizbullah dan fakta Hizbullah berjuang sangat keras (di Suriah), saya menegaskan bahwa Perancis akan mengusulkan penempatan sayap militer Hizbullah dalam list organisasi teroris."
Tapi, keterlibatan Hizbullah di Suriah itu terjadi dalam sebuah kerangka strategis agresi yang tengah dijalankan terhadap Suriah, Libanon dan Irak oleh Amerika, Israel, Inggris, Prancis, Turki, Yordania, Arab Saudi dan Qatar.
Dalam agresi itu, kelompok Wahabi Takfiri menghancurkan tatanan nasional dan sosial di tiga negara tersebut. Didorong sebuah ideologi ekstrimis dan brutal, geng internasional itu berusaha menghancurkan agama minoritas, seperti Kristen, Alawit dan Syiah. Betapa banyak pendeta Kristen, ulama Sunni dan Syiah yang dipenggal kepalanya atau dibunuh dengan kejam oleh kelompok-kelompok teroris dukungan Barat, Arab Saudi dan Qatar itu.
Klaim Barat tentang wujud "kelompok moderat" tak lain dusta belaka. Tentara Bebas Suriah (FSA) merupakan payung bagi ratusan kelompok yang berperang bersama Front al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
Anggota mereka adalah ekstremis dan teroris fanatik. Perkembangan baru FSA malah menunjukkan kelompok itu tak berbeda dengan Front al-Nusra. Beberapa anggotanya merupakan penjahat-penjahat terkenal yang dibebaskan dari penjara Saudi untuk pergi berperang di Suriah.
Di awal konflik Suriah, banyak roket dan mortir yang menyerang wilayah Libanon. FSA mengakui bertanggung jawab dalam dua serangan tersebur. Mayoritas serangan itu ditujukan pada tentara Libanon atau desa dengan penduduk mayoritas Syiah.
Hizbullah dan penduduk desa perbatasan akhirnya memutuskan untuk bergerak menanggapi ancaman ini. "Kami telah meningkatkan jumlah personel di perbatasan dan patroli bersama di sana dan di dalam wilayah Libanon untuk mencegah infiltrasi kelompok-kelompok bersenjata," kata anggota Hizbullah pada Al-Jazeera tanpa menyebut namanya. Tapi, usaha mengontrol wilayah perbatasan Libanon itu tidak cukup, karena kelompok teroris menyerang Libanon dari zona kekuasaan mereka di Suriah.
Kemudian Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hasan Nasrullah mengungkapkan rincian plot jahat yang juga berusaha melemahkan gerakan perlawanan Libanon itu. Tapi tujuan utama plot itu adalah menghancurkan ideologi Arabisme di Kawasan dan membagi negara-negara Arab menjadi entitas-entitas kecil menurut kriteria sektarian atau etnis. Dan dalam kondisi ini, Israel akan meraup manfaat besar jika plot itu sukses.
Seorang pakar Libanon, Ghaled Kandil dalam situs Neworientnews.com menyatakan, "Dengan memutuskan berperang di Suriah menentang proyek ini, Hizbullah telah melindungi rakyat di Kawasan, agama mereka, keragaman mereka, kesatuan jaringan sosial dan keinginan untuk melawan proyek hegemonik Israel yang menjadi jantung petempuran Hizbullah.
"Hizbullah tetap setia pada tradisinya sebagai garda depan pertempuran melawan proyek Israel-Amerika yang hari ini jsutru ditegakkan oleh kelompok Takfiri-Salafi."[IT/PT/Yusuf Fernandez/NAT]
Yusuf Fernandez: Jurnalis dan sekretaris Federasi Muslim di Spanyol. Dia memulai aktif sebagai wartawan sebagai penyiar Radio Praha, Spanyol. Saat ini dia aktif sebagi editor beberapa situs Islam di Spanyol, Inggris dan editor situs Spanyol Al Manar.
"Di Sini Mereka Gemar Memenggal Kepala Orang"
Islam
Times- Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan dia berharap delegasi
Takfiri dukungan Barat dalam perundingan mendatang tidak mencakup para
kanibal. Karena itu akan menyulitkan Rusia mengamankan para diplomat.
Front al-Nusra
"Di sini mereka amat gemar memenggal kepala orang." Kalimat itulah yang dikatakan Alice tentang Wonderland. Tapi mungkin, Alice berbicara tentang Takfiri yang memenuhi Suriah saat ini.
Ekstrimis Takfiri membenci semua orang yang tidak menerima penafisran primitif dan salah dari mereka. Sikap mereka terhadap Sufi, Syiah, Sunni dan Muslim tradisional, dan tentu saja non-Muslim cukup sederhana dan brutal, "Penggal kepala mereka!".
Dunia baru-baru ini sangat dikejutkan oleh video gerombolan Takfiri dukungan AS yang memenggal kepala dua warga Kristen, termasuk seorang pendeta di Homs dan satu warga biasa. Video menjijikkan itu difilmkan dan diposting oleh Takfiri sendiri; tampaknya mereka bangga terhadap tindakan mereka.
http://media.farsnews.com/media/Uploaded/Files/Video/1392/04/05/13920405000610.flv
Peristiwa pemenggalan itu adalah yang terbaru dari rangkaian kekejaman yang dilakukan dan difilmkan Takfiri di Suriah.
Video lain menunjukkan Takfiri memakan jantung dan paru-paru seorang tentara Suriah yang tewas.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan dia berharap delegasi Takfiri dukungan Barat dalam perundingan mendatang tidak mencakup para kanibal. Karena itu akan menyulitkan Rusia mengamankan para diplomat. Dikatakannya, jika para diplomat Takfiri merasa lapar saat negosiasi, apakah meraka akan memenggal kepala orang-orang dan melahap organ internal mereka?
Kebalikan dari orang yang benar-benar religius sangat bombastis, egois dan sombong. Firaun sendiri sangat egois.
Takfiri dan Zionis merupakan Firaun kecil. Mereka berpikir bahwa suku mereka benar dan orang lain salah. Mereka pikir mereka jauh lebih baik dari orang lain yang boleh mereka bunuh...bahkan, kadang-kadang mereka makan.
Agar adil, mayoritas Zionis dan Takfiri memang tidak kanibal. Tapi mereka fanatik pada mereka yang melakukan kekejaman demi melayani ego kesukuan. Tidak seperti Takfiri, Zionis biasanya cukup pintar untuk tidak memfilmkan diri mereka saat melakukan hal-hal yang mengerikan. Tapi beberapa kekejaman mereka ternyata seburuk orang-orang Takfiri.
Sepuluh tahun yang lalu, British Medical Journal merinci 600 lebis kasus penembak jitu Israel yang membunuh anak-anak Palestina. Anak-anak ditembak di trotoar dan di halaman sekolah. Chris Hedges, dalam artikelnya "Diary Gaza," menjelaskan bagaimana tentara IDF memburu dan membunuh anak-anak Palestina, "Kemarin di tempat ini, Israel menembak 8 pemuda, 6 di antaranya berusia di bawah 18 tahun.
Satunya malah masih berusia 12 tahun. Sore ini, mereka membunuh anak berumur 11 tahun, Ali Murad dan melukai banyak anak-anak lainnya. Tiga di antaranya berada di bawah 18 tahun. Anak-anak telah ditembak dalam konflik lain yang telah kulaporkan. . .Tapi aku tak pernah menyaksikan tentara menarik anak-anak ke dalam perangkap seperti tikus dan membunuh sebagai olahraga."
Sepertinya, olahraga menembak anak-anak merupakan kebijakan resmi de facto pemerintah Israel. Tentara IDF dengan bangga mengenakan T-shirt yang menunjukkan seorang perempuan Palestina hamil dengan target yang tergambar di perutnya. T-shirt bertuliskan, "Satu tembakan dua terbunuh."
Mengapa Takfiri dan Zionis berpikir mereka jauh lebih baik daripada yang lain hingga mereka boleh memenggal kepala kita, mengorbankan kita, menembak istri hamil dan anak-anak untuk olahraga?
Yahudi Zionis yakin mereka adalah "orang-orang pilihan." Takfiri percaya orang lain kafir dan darahnya halal. Kristen Zionis percaya bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang akan diselamatkan saat Yesus kembali. Dan cara terbaik membuat Yesus kembali adalah memulai Perang Dunia III di Tanah Suci.
Saya pikir mereka semua kriminal gila.
Amerika Serikat seharusnya menjadi sebuah masyarakat plural, masyarakat multi-agama; sebuah negara di mana orang-orang yang berbeda agama dan etnis hidup bertetangga dalam harmoni dan toleransi.
Lalu kenapa Amerika menjadi pendukung terbesar Takfiri dan Zionis di dunia? Kenapa para wajib pajak Amerika mendanai Israel sampai triliunan dolar? Kenapa orang Amerika membeli senapan sniper dan peluru untuk tentara IDF demi memburu anak-anak untuk olahraga? Kenapa orang Amerika membeli senjata untuk Takfiri dan mengirim mereka ke Suriah untuk memenggal kepala dan memotong mereka yang berbeda pikiran dengan mereka?
Pemerintah AS menyalahkan al-Qaeda untuk 9/11. Jadi mengapa al-Qaeda, yang telah datang semakin bawah pengaruh Takfiri, mendapatkan begitu banyak bantuan AS dalam perang melawan Suriah?
Orang waras mengakui orang lain dan ide-ide mereka. Orang lain layak didengarkan. Alih-alih meneriakkan "aku, aku aku," orang waras mendengarkan suara orang lain dan belajar dari mereka.
Cendekiawan Islam tradisional memiliki cara indah dalam menangani perbedaan pendapat. Mereka akan memperkenalkan sebuah topik, membuat list semua pandangan ulama yang berbeda tentang topik tersebut, dan menjelaskan mana pandangan yang paling persuasif sebelum mengakhirinya dengan sebuah kalimat tak terelakkan; "Tapi Tuhan tahu mana yang terbaik."
Takfiri dan Zionis hanya meneriakkan pandangan mereka sendiri. Mereka tidak tertarik pada pandangan orang lain. Moto mereka, "Aku tahu yang terbaik." Mereka berpikir bahwa jika mereka menembak Anda mati atau memotong kepala Anda, mereka tidak harus mengakui ide-ide Anda.
Sayangnya untuk Takfiri dan Zionis, ide-ide laksana peluru bukti. Memotong kepala seseorang tak berarti membunuh ide-ide mereka. Ide-ide itu malah hidup di dalam pikiran orang lain, dalam catatan tertulis dan digital.
Tak peduli berapa banyak kepala yang mereka penggal, tak peduli berapa banyak anak-anak yang mereka tembak, para Takfiri dan Zionis itu akan gagal dalam upaya mereka menaklukkan dunia dan menghilangkan perbedaan.
Pada akhirnya, masing-masing mereka akan menemukan Dia yang Lain, yang Maha Tahu dan Bijaksana dalam segala sesuatu, Dia yang suaranya tidak bisa dibungkam.[IT/PT/Kevin Barret/NAT]
Krisis Suriah
Clare Daly dalam sebuah pidato luar biasa berani di depan Parlemen Irlandia menyebut Obama sebagai penjahat perang dan hipokrit abad ini. Dia benar, kebijakan kriminal Obama cukup banyak, termasuk membantu teroris di Suriah. Tapi harus diingat bahwa Obama hanyalah sebuah instrumen hidup. Ada faktor lain di balik aksi-aksi Obama itu.
Isu mendukung dan mempersenjatai teroris Suriah cukup mampu mengalihkan perhatian dunia dari ancaman yang ditimbulkan Israel. Mantan Kepala Intelijen Israel, Amos Yaldin dalam Forum Kebijakan Israel yang diselenggarakan Februari lalu mengatakan, "Dan militer ini (militer Suriah) yang merupakan ancaman besar bagi Israel kini mulai lemah dan, mengalami disintegrasi. Kita masih memiliki risiko di Suriah, risiko berubahnya Suriah menjadi negara al-Qaeda, sejenis Somalia. Tapi dari sudut pandang militer, negara ini tidak begitu berbahaya dibanding tentara reguler Suriah."
Membuat musuh saling membunuh satu sama lain adalah taktik ulung yang sudah digunakan dalam perang 8 tahun Iran-Irak. Menurut Leon Wieseltier, perang Iran-Irak itu cukup mengganggu Israel yang sedang berada di selatan Libanon. Dalam perang Iran-Irak itu, Amerika menyuplai senjata dan dukungan intelijen untuk kedua belah pihak. Ketika ditanya apa logikanya, mantan pejabat itu menjawab, "Anda harus berada di sana." Lalu muncul pertanyaan, kenapa harus Suriah?
Para pemimpin awal Zionis bertugas mengontrol dan mengamankan perairan di kawasan itu. Tahun 1919, dalam Konferensi Perdamaian Paris, Chaim Weizmann menyatakan bahwa Israel jangan hanya mengamankan semua sumber daya air yang menyuplai 'negara' itu, tapi harus mengontrol sumber air juga. Pemerintahan Yishuv pun menjalankan kebijakan tersebut, sampai sekarang. Bahkan Perdana Mentri Israel ketiga, Levi Eshkol mengatakan air bak darah yang mengalir lewat arteri-arteri Israel.
Jadi, kekacauan di Suriah saat ini telah dirancang dengan bantuan dan dukungan Israel demi mengakomodasi agenda ekspansi Israel dan pengendalian persediaan air di kawasan Timur Tengah sambil melemahkan musuh-musuhnya.
Israel pernah menghadapi musim kering paling dahsyat tahun 1990-1991. Lalu kekeringan tahun 1998 memaksa Israel mengalihkan diri pada Turki yang kaya air. Turki dan Israel pun terlibat negosiasi serius sejak Mei 2000. Sedianya, Israel akan mengimpor 50 milyar m3 air tawar dari Turki dengan kapal tanker. Tentu saja hal itu tidak efektif. Maka rencana alternatif pun dirancang.
September 2000. Bashar al Assad yang masih muda menjadi presiden Suriah menggantikan ayahnya. Sementara itu, sebuah makalah berjudul "Geopolitik Air" ditulis oleh Institute for Advanced Strategic and Politic Studies (IASPS). Dalam makalah itu, pemasangan pipa dan jaringan energi besar dibutuhkan untuk menyediakan air secara luas di Israel. Karena itu dibutuhkan sebuah struktur politik dan militer yang dapat menjamin keselamatan tranfer air. Tapi saluran pipa yang langsung menuju Turki, tentu saja, harus melewati Suriah.
Sebelumnya, pertengahan 1990-an Haim Saban, keturunan Mesir yang lahir di Israel dan salah satu pemilik media besar di Amerika, mulai terlibat dalam dunia politik lewat dukungannya pada Israel. Saban mengaku dia sangat ingin melindungi Israel. Dalam sebuah konferensi di Israel, Saban mengajukan metodenya demi mempengaruhi politik Amerika; sumbangan terhadap partai politik, membangun think tank, dan mengontrol media.
Tak heran, tahun 2002, Saban menjanjikan $ 13 juta untuk membentuk sebuah badan riset di Brookings Institution. Badan itu diberi nama Pusat Saban untuk Kebijakan Timur Tengah. Pusat itu nantinya akan sangat berperan penting dalam menopang 'oposisi' Suriah.
Lalu tahun 2006, Time Magazine mengungkapkan bahwa Amerika yang sok menjadi hansip dunia, telah melakukan agitasi, pendanaan, dan mendukung 'oposisi' di Suriah. Menurut majalah itu, AS mendukung pertemuan rutin aktivis Suriah, baik internal atau yang tersebar di Eropa. Diharapkan, pertemuan itu akan memfasilitasi strategi yang lebih koheren dan rencana aksi untuk semua aktivis anti Assad.
Dukungan Amerika pada 'oposisi Suriah' yang meliputi penjahat, teroris, dan pejuang asing untuk mengubah rezim di negara itu sekali lagi membuktikan kemunafikan Amerika. Dalam Menurut Advokasi Penggulingan Pemerintah Amerika (Cornell Law) disebutkan bahwa upaya menganjurkan/mengorganisir/membantu/mengatur sebuah masyarakat atau kelompok untukmenggulingkan pemerintah Amerika yang sah memiliki konsekuensi serius, termasuk denda dan hukuman penjara hingga 20 tahun.
Dan dalam laporan Time Magazine di atas, Amerika telah membantu oposisi dan melemahkan Assad lewat yayasan pimpinan Amar Abdulhamid, salah satu anggota oposisi Suriah bernama Front Keselamatan Nasional (NSF) yang berbasis di new York. Abdulhamid aktif di Pusat Saban (2004-2006) sebelum pindah ke Pertahanan Nasional Demokrasi yang dikelola Neocon.
Tahun 2008, tokoh utama Israel, Dennis Ross bertemu dengan 'oposisi' untuk membahas 'Transisi Suriah'. Amar Abdullhamid juga hadir di sana. Lalu bulan Februari 2009, Dennis Ross bergabung dengan tim administrasi Obama. Dan bulan April 2009, TV Baradaa yang didanai AS dan berbasis di London memulai propaganda anti Assad di Suriah. Pemimpin Redaksi TV Baraada, Malik al-Abdeh, adalah pendiri Gerakan Keadilan dan Pembangunan untuk warga Suriah yang berada di pengasingan yang saat ini dipimpin oleh Anas al-Abdah. Dan Anas juga hadir dalam pertemuan tahun 2008 dengan Dennis Ross.
Jadi jangan heran jika John McCain yang menjadi anggota Komite Pembebasan Irak (CLI) yang dibentuk demi membersihkan Irak dari Saddam Hossein; pemandu sorak untuk intervensi Libya, oposisi Mesir dan pemboman Iran dan aksi buruk lainnya itu blusukan ke Suriah untuk mengunjungi 'oposisi' Suriah (lewat Turki). Dan sebagaimana yang diharapkan, McCain kembali melakukan orasinya; bukan di Gedung Putih tapi di Pusat Saban!
Segera setelah presentasi McCain di Pusat Saban, Gedung Putih langsung membantah pernyataan PBB dan menyatakan, Suriah telah menyeberangi 'garis merah' karena menggunakan senjata kimia terhadap teroris di negara itu.
Banyak sekali pihak yang melembagakan kebijakan Israel dan mempromosikannya sebagai 'kepentingan Amerika' seperti think tank, forum, dan pakar media di AS atau negara lain. Tapi kita tak boleh lupa pendukung lain Zionis.
Meski banyak kelompok di Washington yang mendukung kebijakan agresif dan ekspansionis Israel, tapi tak satu pun kelompok yang begitu bersemangat dan bergairah seperti kaum Injili. Menurut model dispensasional, ketika kekacauan akan terjadi, orang-orang beriman akan 'diangkat' menjauh sebelum kekacauan terjadi. Periode kesusahan akan berujung pada pertempuran terakhir di Armageddon, sebuah lembah di barat laut Yerusalem.
Di Balik Teror Suriah
Islam
Times-Jadi, kekacauan di Suriah saat ini telah dirancang dengan bantuan
dan dukungan Israel demi mengakomodasi agenda ekspansi Israel dan
pengendalian persediaan air di kawasan Timur Tengah sambil melemahkan
musuh-musuhnya.
Clare Daly dalam sebuah pidato luar biasa berani di depan Parlemen Irlandia menyebut Obama sebagai penjahat perang dan hipokrit abad ini. Dia benar, kebijakan kriminal Obama cukup banyak, termasuk membantu teroris di Suriah. Tapi harus diingat bahwa Obama hanyalah sebuah instrumen hidup. Ada faktor lain di balik aksi-aksi Obama itu.
Isu mendukung dan mempersenjatai teroris Suriah cukup mampu mengalihkan perhatian dunia dari ancaman yang ditimbulkan Israel. Mantan Kepala Intelijen Israel, Amos Yaldin dalam Forum Kebijakan Israel yang diselenggarakan Februari lalu mengatakan, "Dan militer ini (militer Suriah) yang merupakan ancaman besar bagi Israel kini mulai lemah dan, mengalami disintegrasi. Kita masih memiliki risiko di Suriah, risiko berubahnya Suriah menjadi negara al-Qaeda, sejenis Somalia. Tapi dari sudut pandang militer, negara ini tidak begitu berbahaya dibanding tentara reguler Suriah."
Membuat musuh saling membunuh satu sama lain adalah taktik ulung yang sudah digunakan dalam perang 8 tahun Iran-Irak. Menurut Leon Wieseltier, perang Iran-Irak itu cukup mengganggu Israel yang sedang berada di selatan Libanon. Dalam perang Iran-Irak itu, Amerika menyuplai senjata dan dukungan intelijen untuk kedua belah pihak. Ketika ditanya apa logikanya, mantan pejabat itu menjawab, "Anda harus berada di sana." Lalu muncul pertanyaan, kenapa harus Suriah?
Para pemimpin awal Zionis bertugas mengontrol dan mengamankan perairan di kawasan itu. Tahun 1919, dalam Konferensi Perdamaian Paris, Chaim Weizmann menyatakan bahwa Israel jangan hanya mengamankan semua sumber daya air yang menyuplai 'negara' itu, tapi harus mengontrol sumber air juga. Pemerintahan Yishuv pun menjalankan kebijakan tersebut, sampai sekarang. Bahkan Perdana Mentri Israel ketiga, Levi Eshkol mengatakan air bak darah yang mengalir lewat arteri-arteri Israel.
Jadi, kekacauan di Suriah saat ini telah dirancang dengan bantuan dan dukungan Israel demi mengakomodasi agenda ekspansi Israel dan pengendalian persediaan air di kawasan Timur Tengah sambil melemahkan musuh-musuhnya.
Israel pernah menghadapi musim kering paling dahsyat tahun 1990-1991. Lalu kekeringan tahun 1998 memaksa Israel mengalihkan diri pada Turki yang kaya air. Turki dan Israel pun terlibat negosiasi serius sejak Mei 2000. Sedianya, Israel akan mengimpor 50 milyar m3 air tawar dari Turki dengan kapal tanker. Tentu saja hal itu tidak efektif. Maka rencana alternatif pun dirancang.
September 2000. Bashar al Assad yang masih muda menjadi presiden Suriah menggantikan ayahnya. Sementara itu, sebuah makalah berjudul "Geopolitik Air" ditulis oleh Institute for Advanced Strategic and Politic Studies (IASPS). Dalam makalah itu, pemasangan pipa dan jaringan energi besar dibutuhkan untuk menyediakan air secara luas di Israel. Karena itu dibutuhkan sebuah struktur politik dan militer yang dapat menjamin keselamatan tranfer air. Tapi saluran pipa yang langsung menuju Turki, tentu saja, harus melewati Suriah.
Sebelumnya, pertengahan 1990-an Haim Saban, keturunan Mesir yang lahir di Israel dan salah satu pemilik media besar di Amerika, mulai terlibat dalam dunia politik lewat dukungannya pada Israel. Saban mengaku dia sangat ingin melindungi Israel. Dalam sebuah konferensi di Israel, Saban mengajukan metodenya demi mempengaruhi politik Amerika; sumbangan terhadap partai politik, membangun think tank, dan mengontrol media.
Tak heran, tahun 2002, Saban menjanjikan $ 13 juta untuk membentuk sebuah badan riset di Brookings Institution. Badan itu diberi nama Pusat Saban untuk Kebijakan Timur Tengah. Pusat itu nantinya akan sangat berperan penting dalam menopang 'oposisi' Suriah.
Lalu tahun 2006, Time Magazine mengungkapkan bahwa Amerika yang sok menjadi hansip dunia, telah melakukan agitasi, pendanaan, dan mendukung 'oposisi' di Suriah. Menurut majalah itu, AS mendukung pertemuan rutin aktivis Suriah, baik internal atau yang tersebar di Eropa. Diharapkan, pertemuan itu akan memfasilitasi strategi yang lebih koheren dan rencana aksi untuk semua aktivis anti Assad.
Dukungan Amerika pada 'oposisi Suriah' yang meliputi penjahat, teroris, dan pejuang asing untuk mengubah rezim di negara itu sekali lagi membuktikan kemunafikan Amerika. Dalam Menurut Advokasi Penggulingan Pemerintah Amerika (Cornell Law) disebutkan bahwa upaya menganjurkan/mengorganisir/membantu/mengatur sebuah masyarakat atau kelompok untukmenggulingkan pemerintah Amerika yang sah memiliki konsekuensi serius, termasuk denda dan hukuman penjara hingga 20 tahun.
Dan dalam laporan Time Magazine di atas, Amerika telah membantu oposisi dan melemahkan Assad lewat yayasan pimpinan Amar Abdulhamid, salah satu anggota oposisi Suriah bernama Front Keselamatan Nasional (NSF) yang berbasis di new York. Abdulhamid aktif di Pusat Saban (2004-2006) sebelum pindah ke Pertahanan Nasional Demokrasi yang dikelola Neocon.
Tahun 2008, tokoh utama Israel, Dennis Ross bertemu dengan 'oposisi' untuk membahas 'Transisi Suriah'. Amar Abdullhamid juga hadir di sana. Lalu bulan Februari 2009, Dennis Ross bergabung dengan tim administrasi Obama. Dan bulan April 2009, TV Baradaa yang didanai AS dan berbasis di London memulai propaganda anti Assad di Suriah. Pemimpin Redaksi TV Baraada, Malik al-Abdeh, adalah pendiri Gerakan Keadilan dan Pembangunan untuk warga Suriah yang berada di pengasingan yang saat ini dipimpin oleh Anas al-Abdah. Dan Anas juga hadir dalam pertemuan tahun 2008 dengan Dennis Ross.
Jadi jangan heran jika John McCain yang menjadi anggota Komite Pembebasan Irak (CLI) yang dibentuk demi membersihkan Irak dari Saddam Hossein; pemandu sorak untuk intervensi Libya, oposisi Mesir dan pemboman Iran dan aksi buruk lainnya itu blusukan ke Suriah untuk mengunjungi 'oposisi' Suriah (lewat Turki). Dan sebagaimana yang diharapkan, McCain kembali melakukan orasinya; bukan di Gedung Putih tapi di Pusat Saban!
Segera setelah presentasi McCain di Pusat Saban, Gedung Putih langsung membantah pernyataan PBB dan menyatakan, Suriah telah menyeberangi 'garis merah' karena menggunakan senjata kimia terhadap teroris di negara itu.
Banyak sekali pihak yang melembagakan kebijakan Israel dan mempromosikannya sebagai 'kepentingan Amerika' seperti think tank, forum, dan pakar media di AS atau negara lain. Tapi kita tak boleh lupa pendukung lain Zionis.
Meski banyak kelompok di Washington yang mendukung kebijakan agresif dan ekspansionis Israel, tapi tak satu pun kelompok yang begitu bersemangat dan bergairah seperti kaum Injili. Menurut model dispensasional, ketika kekacauan akan terjadi, orang-orang beriman akan 'diangkat' menjauh sebelum kekacauan terjadi. Periode kesusahan akan berujung pada pertempuran terakhir di Armageddon, sebuah lembah di barat laut Yerusalem.
Hubungan
dekat antara evangelis Amerika dan Israel menjadi tujuan sangat jelas
bagi politisi Israel, terutama di Partai Likud. Menurut Rabbi Marc
Tanenbaum dari AJC, "Komunitas injili merupakan blok terbesar dan
tercepat dalam mengembangkan sentimen pro-Yahudi di negara ini." Israel
dan organisasi Yahudi terus bergantung pada dukungan evangelis untuk
menjustifikasi pendudukan Israel di tanah Arab.
Sebagai contoh, beberapa hari setelah penyerbuan Libanon bulan Juni 1982 (dengan lampu hijau dari Reagan), muncul iklan satu halaman penuh di koran terkemuka AS yang meminta evangelis mendukung invasi itu. Tahun 1998, ketika Benjamin Netanyahu mengunjungi Washington, dia bertemu dengan Jerry Falwell dan banyak fundamentalis Kristen sebelum bertemu dengan Presiden Clinton. Demikian pula, baru-baru ini, April 2013, Pat Robertson memperingatkan bahwa Amerika akan mendapat hukuman jika bersedia menjadi perantara perdamaian antara Israel dan Palestina.
Bahkan dana dari Kristen sayap kanan di Amerika telah disalurkan ke Tepi Barat. Walikota Ariel di Tepi Barat menyatakan bahwa 2/3 pemukiman Yahudi dibangun dengan dana Kristen Zionis.
Meski banyak evangelis yang benar-benar siap dan mendorong agenda ekspansionis Israel tapi politisi Israel belum siap untuk menghadapi Armageddon.
Bulan Maret lalu, Business Inside mengungkapkan, Amerika menghabiskan ratusan juta dolar untuk membangun bunker di Israel yang harus selesai 900 hari sebelum 13 Februari 2013. Proyek yang disebut Site 911 itu memiliki 5 tingkat di bawah tanah dan 6 bangunan luar. Luasnya sekitar 127 ribu m3. Di 3 lantai pertama ada ruangan kelas, auditorium, dan laboratorium (semua terletak di balik pintu anti guncangan) dengan proteksi radiasi dan keamanan besar-besaran. Hanya ada satu gerbang yang bisa dilalui pekerjanya untuk keluar masuk selama proyek pembangunan itu yang dijaga ketat oleh Israel. Setiap pintu fasilitas tersebut akan memiliki penjelasan rinci tentang mezuzah (sejenis tiang pintu rumah tradisional Yahudi) yang ditulis dengan tinta yang bisa dihapus.
Daftar konflik yang menunggu kita masih begitu panjang dan berdarah-darah. Suriah tak akan menjadi konflik terakhir. Tapi kita masih terus menenggelamkan kepala kita dalam pasir dan mengharapkan seorang pahlawan untuk melakukan 'sesuatu yang akan terjadi'. Hanya ada satu harapan untuk masa depan dan satu-satunya kekuatan yang bisa mengubah jalur kehancuran ini; "Kita, masyarakat."[IT/PT/Soraya Sepahpur/NAT]
Sebagai contoh, beberapa hari setelah penyerbuan Libanon bulan Juni 1982 (dengan lampu hijau dari Reagan), muncul iklan satu halaman penuh di koran terkemuka AS yang meminta evangelis mendukung invasi itu. Tahun 1998, ketika Benjamin Netanyahu mengunjungi Washington, dia bertemu dengan Jerry Falwell dan banyak fundamentalis Kristen sebelum bertemu dengan Presiden Clinton. Demikian pula, baru-baru ini, April 2013, Pat Robertson memperingatkan bahwa Amerika akan mendapat hukuman jika bersedia menjadi perantara perdamaian antara Israel dan Palestina.
Bahkan dana dari Kristen sayap kanan di Amerika telah disalurkan ke Tepi Barat. Walikota Ariel di Tepi Barat menyatakan bahwa 2/3 pemukiman Yahudi dibangun dengan dana Kristen Zionis.
Meski banyak evangelis yang benar-benar siap dan mendorong agenda ekspansionis Israel tapi politisi Israel belum siap untuk menghadapi Armageddon.
Bulan Maret lalu, Business Inside mengungkapkan, Amerika menghabiskan ratusan juta dolar untuk membangun bunker di Israel yang harus selesai 900 hari sebelum 13 Februari 2013. Proyek yang disebut Site 911 itu memiliki 5 tingkat di bawah tanah dan 6 bangunan luar. Luasnya sekitar 127 ribu m3. Di 3 lantai pertama ada ruangan kelas, auditorium, dan laboratorium (semua terletak di balik pintu anti guncangan) dengan proteksi radiasi dan keamanan besar-besaran. Hanya ada satu gerbang yang bisa dilalui pekerjanya untuk keluar masuk selama proyek pembangunan itu yang dijaga ketat oleh Israel. Setiap pintu fasilitas tersebut akan memiliki penjelasan rinci tentang mezuzah (sejenis tiang pintu rumah tradisional Yahudi) yang ditulis dengan tinta yang bisa dihapus.
Daftar konflik yang menunggu kita masih begitu panjang dan berdarah-darah. Suriah tak akan menjadi konflik terakhir. Tapi kita masih terus menenggelamkan kepala kita dalam pasir dan mengharapkan seorang pahlawan untuk melakukan 'sesuatu yang akan terjadi'. Hanya ada satu harapan untuk masa depan dan satu-satunya kekuatan yang bisa mengubah jalur kehancuran ini; "Kita, masyarakat."[IT/PT/Soraya Sepahpur/NAT]
Krisis Suriah
Suriah sepertinya akan mengikuti jejak Afghanistan, Irak dan Libya karena telah menjadi sasaran intervensi militer besar Barat. Hal itu jelas terlihat setelah pekan lalu Amerika memutuskan untuk mengirim senjata pada oposisi bersenjata; sebuah langkah yang hanya akan memperparah krisis Suriah.
Harian Independent mengatakan, Presiden Assad memegang semua kota besar Suriah. Karena itu, untuk mengubah situasi militer di lapangan, AS, Inggris dan Prancis harus menjadi kekuatan tempur utama atas nama oposisi bersenjata dan ikut terlibat dalam perang berskala penuh di negara itu.
Dalam perkembangan terkahir di Suriah, presiden Bashar al-Assad dalam sebuah wawancara khusus dengan Surat Kabar Argentina, Clarin, Ahad, 19/05/13, mengatakan masyarakat internasional seharusnya memusatkan perhatian untuk menghentikan aliran dana dan senjata kepada pemberontak.
Presiden Suriah Bashar al-Assad juga menyambut baik konsensus baru antara Moskow dan Washington mengenai pendekatan politik untuk menyelesaikan krisis di Suriah, namun Assad juga menyatakan keraguan mengenai maksud sebenarnya dari usaha AS itu.
"Kami menyambut baik pemulihan hubungan Rusia-Amerika, dan kami berharap akan ada pertemuan internasional membantu Suriah untuk mengatasi krisis ini," kata Assad.
"Kita tidak pernah berpikir bahwa negara-negara Barat itu benar-benar menginginkan solusi di Suriah."
Mengenai kesiapan pemerintahannya untuk memulai dialog "dengan pihak yang berkeinginan dialog", Assad mengatakan,"Tidak ada negara yang akan bernegosiasi dengan teroris," katanya.
"Ketika kelompok bersenjata meletakkan senjatanya dan maju ke meja perundingan untuk dialog politik, kita tidak punya masalah dengan itu."
Sementara itu, mengenai kegilaan Barat mengenai tuduhan senjata kimia Suriah, Assad menepis berbagai klaim itu dan mengatakan, "kita tidak akan membuang-buang waktu untuk menanggapai pernyataan mereka."
Menganai pemuli 2014 nanti, Assad mengatakan keputusan tersebut bukanlah satu keputusan pribadi.
Ini adalah keputusan rakyat. "Jika mereka menginginkan Anda maka Anda terima, tetapi jika tidak, Anda bisa meninggalkannya ... Anda tidak dapat membuang keinginan itu jika Anda tidak diinginkan oleh rakyat," katanya.
Assad juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan turun hingga pemilihan presiden tahun depan.
"Nakhoda tidak meninggalkan kapal saat badai menghadang," katanya.
[IT/On]
AS dan Barat akan Jadi Pemain Utama di Suriah
Islam
Times-Katanya, "Ini merupakan langkah paling efektif untuk memungkinkan
milisi mengalahkan Suriah. Dengan kata lain, hanya perang habis-habisan
Barat terhadap Suriah yang akan berhasil, yang lain hanya akan memberi
hasil setengah."
Suriah sepertinya akan mengikuti jejak Afghanistan, Irak dan Libya karena telah menjadi sasaran intervensi militer besar Barat. Hal itu jelas terlihat setelah pekan lalu Amerika memutuskan untuk mengirim senjata pada oposisi bersenjata; sebuah langkah yang hanya akan memperparah krisis Suriah.
Harian Independent mengatakan, Presiden Assad memegang semua kota besar Suriah. Karena itu, untuk mengubah situasi militer di lapangan, AS, Inggris dan Prancis harus menjadi kekuatan tempur utama atas nama oposisi bersenjata dan ikut terlibat dalam perang berskala penuh di negara itu.
Perang itu akan mirip dengan apa yang
terjadi di Afghanistan tahun 2001 ketika serangan udara Amerika menjadi
ujung tombak serangan anti Taliban. Sementara anggota anti Taliban yang
dipimpin panglima perang Tajik, Uzbek dan Hazara dari Aliansi Utara yang
jumlahnya hanya sedikit terus berlari dalam unit-unit kecil yang sama
di jalanan dari Kabul menuju Kandahar dan beraksi bak sebuah kekuatan
yang menyapu bersih Taliban dalam pertempuran.
Di Irak utara, pada tahun 2003, Kurdi Peshmerga begitu berhati-hati agar tidak maju sampai militer Irak yang berhadapan dengan mereka dihajar oleh pesawat pembom AS. Seorang komandan Kurdi mengatakan bahwa anak buahnya tidak boleh maju satu inci pun tanpa izin AS karena "Kita harus bekerja sama dengan serangan udara Amerika".
Hal yang sama terjadi di Libya pada tahun 2011. Meski media-media begitu memuji para pemberontak, tapi nyatanya para pemberontak itu tak mampu bertahan selama beberapa hari tanpa bantuan Pasukan Khusus dan kekuatan udara NATO di lapangan pertempuran.
Tentu saja, intervensi Barat di Libya dimulai dengan klaim kemanusiaan; mencegah Gaddafi menguasai Benghazi dan membantai rakyatnya sendiri. Tapi pada kenyataannya, para pemimpin NATOlah yang sudah bertekad menggulingkan rezim Gaddafi. Peran utama milisi Libya di jalan selatan Benghazi hanyalah muncul di televisi asing. Salah satu pemandangan yang sangat lucu saat itu, juru kamera meminta krunya untuk berdiri ke sisi lain agar penonton tidak bisa melihat bahwa wartawan di sana lebih banyak dari pejuang Libya di 'garis depan' itu.
Pesan dari tiga perang tersebut adalah, jika AS dan sekutu Baratnya melakukan intervensi di Suriah maka merekalah yang akan menjadi pemain utama. Oposisi bersenjata hanya akan menjadi bagian kecil atau berada di sana untuk menutupi intervensi asing di Suriah. Tanda-tandanya sudah ada. Brigadir Salim Idris, kepala staf militer Dewan Agung Militer dari Tentara Bebas Suriah (FSA) sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya melakukan wawancara dengan wartawan asing daripada memerintah pasukannya. Bahkan pembantu pribadinya mengakui bahwa Iddris hanya memberi perintah 10 % saja pada brigade-brigadenya.
Ada diskoneksi antara siapa militan sebenarnya dengan apa yang disajikan oleh para politisi Barat seperti David Cameron. Tapi tiba-tiba, ada kekhawatiran internasional tentang apa yang akan terjadi di Aleppo jika pasukan Suriah melancarkan serangan balasan untuk mengusir militan keluar dari kota yang mereka kuasai. Retorika itu mirip dengan yang digunakan Presiden Nicolas Sarkozy dan David Cameron tentang kebutuhan untuk menyelamatkan warga Benghazi dari pembantaian pada tahun 2011. Ini adalah langkah sinisme Inggris dan Perancis karena mereka seolah tidak melihat ketika 10 hari sebelumnya, milisi di Benghazi yang sebelumnya mereka dukung telah menembak mati 31 warga Libya yang memprotes keberadaan kelompok itu.
Inggris dan Perancis berbicara seolah-olah perang di Suriah terjadi karena rakyat sangat membenci kediktaoran di sana. Tapi seorang komandan Brigade al-Tauhid yang merupakan bagian dari FSA di Aleppo, Abu Ahmed yang mengajukan diri untuk diwawancarai awal tahun ini, mengatakan bahwa 70 % warga di Aleppo mendukung Presiden Assad. "Mereka tidak memiliki pola pikir revolusioner." Ahmed malah menyalahkan penindasan yang dilakukan FSA, dan korupsi yang dilakukan oleh "parasit" yang telah menyusup di jajaran FSA.
Kengerian sudah sering melanda Suriah. Rakyat sangat terkejut pekan lalu setelah melihat gambar hancurnya kepala seorang penjual kopi berusia 14 tahun di Aleppo. Kepalanya ditembak dua kali oleh gerilyawan setelah mereka menuduhnya berbicara buruk tentang Nabi. Juga pekan lalu, militan membantai 60 warga di sebuah desa Syiah di Provinsi Deir Ezzor.
Volume propaganda yang ada sangat menjustifikasi intervensi militer Barat di Suriah karena para pemimpin itu tahu berbagai jajak pendapat di negara mereka menunjukkan bahwa rakyat sangat menolak rencana intervensi mereka. Karena itu, Gedung Putih langsung memutuskan untuk mempersenjatai milisi setelah 'yakin' bahwa Suriah telah menyeberangi garis merah dengan menggunakan senjata kimia, termasuk gas sarin.
Anthony Cordesman dari Pusat Studi Strategis di Washington, saat mendukung intervensi skala penuh AS di Suriah, mengatakan 'penemuan' bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia mungkin sebuah taktik politik belaka karena sangat mungkin pemerintah AS sudah memiliki buktinya berminggu-minggu lalu, jika tidak berbulan-bulan yang lalu.
Tapi, pada realitanya, bukti itu berbau sangat sama dengan bukti senjata pemusnah massal Saddam Hussein pada tahun 2003. Muncul pertanyaan kenapa Suriah harus menggunakan sejumlah kecil gas sarin [catat; Amerika sendiri menyebut sejumlah kecil!] dapat digunakan sebagai justifikasi intervensi militer Barat.
Dan salah satu hal yang membuat penasaran soal dongeng gas sarin adalah, akhir Mei lalu, pasukan keamanan Turki mengatakan mereka telah menyita 2 kg silinder sari dari militan Front al-Nusra di Turki yang berafiliasi dengan al-Qaeda. Sebenarnya ini merupakan bukti yang jauh lebih substansial tentang pemakaian gas beracun dari apa yang dituduhkan terhadap pasukan Suriah. Tapi AS, Inggris dan Prancis tampaknya tak berminat meliriknya.
Mungkin dalam pertemuan G8 di Enniskillen 18 Juni nanti akan lebih jelas seberapa jauh AS dan sekutunya membedakan antara propaganda dan realitas dalam kaitannya dengan Suriah. Apakah Inggris dan Prancis benar-benar membayangkan bahwa campuran gertakan, ancaman dan pasokan senjata infanteri terbatas akan sangat menentukan dalam medan perang?
Cordesman berpendapat bahwa zona larangan terbang yang harus cepat diubah menjadi de facto no-move zone. Katanya, "Ini merupakan langkah paling efektif untuk memungkinkan milisi mengalahkan Suriah. Dengan kata lain, hanya perang habis-habisan Barat terhadap Suriah yang akan berhasil, yang lain hanya akan memberi hasil setengah."
Cordesman bisa saja benar dalam penilaian militernya; tapi dia juga bisa salah sebagaimana yang kita lihat di Afghanistan, Irak dan Libya bahwa intervensi militer itu ternyata tak mengakhiri pertempuran. Lebih baik jika para pemimpin G8 memaksa semua pihak yang berseteru di Suriah untuk pergi ke Jenewa, menyetujui gencatan senjata, membentuk misi pengawasan PBB di Suriah dan kemudian berusaha untuk mencari solusi jangka panjang.[IT/BNN/NAT]
Di Irak utara, pada tahun 2003, Kurdi Peshmerga begitu berhati-hati agar tidak maju sampai militer Irak yang berhadapan dengan mereka dihajar oleh pesawat pembom AS. Seorang komandan Kurdi mengatakan bahwa anak buahnya tidak boleh maju satu inci pun tanpa izin AS karena "Kita harus bekerja sama dengan serangan udara Amerika".
Hal yang sama terjadi di Libya pada tahun 2011. Meski media-media begitu memuji para pemberontak, tapi nyatanya para pemberontak itu tak mampu bertahan selama beberapa hari tanpa bantuan Pasukan Khusus dan kekuatan udara NATO di lapangan pertempuran.
Tentu saja, intervensi Barat di Libya dimulai dengan klaim kemanusiaan; mencegah Gaddafi menguasai Benghazi dan membantai rakyatnya sendiri. Tapi pada kenyataannya, para pemimpin NATOlah yang sudah bertekad menggulingkan rezim Gaddafi. Peran utama milisi Libya di jalan selatan Benghazi hanyalah muncul di televisi asing. Salah satu pemandangan yang sangat lucu saat itu, juru kamera meminta krunya untuk berdiri ke sisi lain agar penonton tidak bisa melihat bahwa wartawan di sana lebih banyak dari pejuang Libya di 'garis depan' itu.
Pesan dari tiga perang tersebut adalah, jika AS dan sekutu Baratnya melakukan intervensi di Suriah maka merekalah yang akan menjadi pemain utama. Oposisi bersenjata hanya akan menjadi bagian kecil atau berada di sana untuk menutupi intervensi asing di Suriah. Tanda-tandanya sudah ada. Brigadir Salim Idris, kepala staf militer Dewan Agung Militer dari Tentara Bebas Suriah (FSA) sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya melakukan wawancara dengan wartawan asing daripada memerintah pasukannya. Bahkan pembantu pribadinya mengakui bahwa Iddris hanya memberi perintah 10 % saja pada brigade-brigadenya.
Ada diskoneksi antara siapa militan sebenarnya dengan apa yang disajikan oleh para politisi Barat seperti David Cameron. Tapi tiba-tiba, ada kekhawatiran internasional tentang apa yang akan terjadi di Aleppo jika pasukan Suriah melancarkan serangan balasan untuk mengusir militan keluar dari kota yang mereka kuasai. Retorika itu mirip dengan yang digunakan Presiden Nicolas Sarkozy dan David Cameron tentang kebutuhan untuk menyelamatkan warga Benghazi dari pembantaian pada tahun 2011. Ini adalah langkah sinisme Inggris dan Perancis karena mereka seolah tidak melihat ketika 10 hari sebelumnya, milisi di Benghazi yang sebelumnya mereka dukung telah menembak mati 31 warga Libya yang memprotes keberadaan kelompok itu.
Inggris dan Perancis berbicara seolah-olah perang di Suriah terjadi karena rakyat sangat membenci kediktaoran di sana. Tapi seorang komandan Brigade al-Tauhid yang merupakan bagian dari FSA di Aleppo, Abu Ahmed yang mengajukan diri untuk diwawancarai awal tahun ini, mengatakan bahwa 70 % warga di Aleppo mendukung Presiden Assad. "Mereka tidak memiliki pola pikir revolusioner." Ahmed malah menyalahkan penindasan yang dilakukan FSA, dan korupsi yang dilakukan oleh "parasit" yang telah menyusup di jajaran FSA.
Kengerian sudah sering melanda Suriah. Rakyat sangat terkejut pekan lalu setelah melihat gambar hancurnya kepala seorang penjual kopi berusia 14 tahun di Aleppo. Kepalanya ditembak dua kali oleh gerilyawan setelah mereka menuduhnya berbicara buruk tentang Nabi. Juga pekan lalu, militan membantai 60 warga di sebuah desa Syiah di Provinsi Deir Ezzor.
Volume propaganda yang ada sangat menjustifikasi intervensi militer Barat di Suriah karena para pemimpin itu tahu berbagai jajak pendapat di negara mereka menunjukkan bahwa rakyat sangat menolak rencana intervensi mereka. Karena itu, Gedung Putih langsung memutuskan untuk mempersenjatai milisi setelah 'yakin' bahwa Suriah telah menyeberangi garis merah dengan menggunakan senjata kimia, termasuk gas sarin.
Anthony Cordesman dari Pusat Studi Strategis di Washington, saat mendukung intervensi skala penuh AS di Suriah, mengatakan 'penemuan' bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia mungkin sebuah taktik politik belaka karena sangat mungkin pemerintah AS sudah memiliki buktinya berminggu-minggu lalu, jika tidak berbulan-bulan yang lalu.
Tapi, pada realitanya, bukti itu berbau sangat sama dengan bukti senjata pemusnah massal Saddam Hussein pada tahun 2003. Muncul pertanyaan kenapa Suriah harus menggunakan sejumlah kecil gas sarin [catat; Amerika sendiri menyebut sejumlah kecil!] dapat digunakan sebagai justifikasi intervensi militer Barat.
Dan salah satu hal yang membuat penasaran soal dongeng gas sarin adalah, akhir Mei lalu, pasukan keamanan Turki mengatakan mereka telah menyita 2 kg silinder sari dari militan Front al-Nusra di Turki yang berafiliasi dengan al-Qaeda. Sebenarnya ini merupakan bukti yang jauh lebih substansial tentang pemakaian gas beracun dari apa yang dituduhkan terhadap pasukan Suriah. Tapi AS, Inggris dan Prancis tampaknya tak berminat meliriknya.
Mungkin dalam pertemuan G8 di Enniskillen 18 Juni nanti akan lebih jelas seberapa jauh AS dan sekutunya membedakan antara propaganda dan realitas dalam kaitannya dengan Suriah. Apakah Inggris dan Prancis benar-benar membayangkan bahwa campuran gertakan, ancaman dan pasokan senjata infanteri terbatas akan sangat menentukan dalam medan perang?
Cordesman berpendapat bahwa zona larangan terbang yang harus cepat diubah menjadi de facto no-move zone. Katanya, "Ini merupakan langkah paling efektif untuk memungkinkan milisi mengalahkan Suriah. Dengan kata lain, hanya perang habis-habisan Barat terhadap Suriah yang akan berhasil, yang lain hanya akan memberi hasil setengah."
Cordesman bisa saja benar dalam penilaian militernya; tapi dia juga bisa salah sebagaimana yang kita lihat di Afghanistan, Irak dan Libya bahwa intervensi militer itu ternyata tak mengakhiri pertempuran. Lebih baik jika para pemimpin G8 memaksa semua pihak yang berseteru di Suriah untuk pergi ke Jenewa, menyetujui gencatan senjata, membentuk misi pengawasan PBB di Suriah dan kemudian berusaha untuk mencari solusi jangka panjang.[IT/BNN/NAT]
Krisis Suriah
MESKI secara kelembagaan tidak terlibat langsung dalam jihad melawan rezim 'kafir' Bashar Al-Assad di Suriah, namun Hizbut Tahrir mengakui secar personal banyak anggota Hizbut Tahrir ikut berjihad di Suriah. Hal itu diakui oleh juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ismail Yusanto.
"Secara personal anggota Hizbut Tahrir terlibat dalam jihad di Suriah, karena dalam kondisi seperti di Suriah secara fardhu ain, jihad menjadi wajib bagi seseorang ketika diserang,” ujar Ismail sewaktu menggelar acara konferensi pers saat berlangsungnya Muktamar Khilafah di stadion Gelora Bung Karno, Ahad kemarin (2/6/2013).
Bagi Ismail, ikut berjihad secara personal di Suriah tidak ada lagi kaitannya dengan kelompok, sebagaimana shalat fardhu. “Kita bisa berjamaah dengan imam siapapun ketika dalam shalat,” paparnya sewaktu menjelaskan keterlibatan secara personal anggota Hizbut Tahrir dalam jihad Suriah.
Dia juga menambahkan bahwa secara kelembagaan, Hzibut Tahrir juga pernah mengikuti sumpah setia dengan banyak kelompok mujahidin yang ada di Suriah termasuk mujahidin Jabhah Al-Nusrah untuk memastikan bahwa jihad di Suriah dalam upaya untuk menegakkan syariat Islam di bawah naungan khilafah Islamiyah.[IT/fq/ip/gm/MK)
Suriah VS Teroris
Hizbut Tahrir Indonesia Terlibat "Jihad" di Suriah
Islam
Times-"Secara personal anggota Hizbut Tahrir terlibat dalam jihad di
Suriah, karena dalam kondisi seperti di Suriah secara fardhu ain, jihad
menjadi wajib bagi seseorang ketika diserang,” ujar Ismail sewaktu
menggelar acara konferensi pers saat berlangsungnya Muktamar Khilafah di
stadion Gelora Bung Karno, Ahad kemarin (2/6/2013).
MESKI secara kelembagaan tidak terlibat langsung dalam jihad melawan rezim 'kafir' Bashar Al-Assad di Suriah, namun Hizbut Tahrir mengakui secar personal banyak anggota Hizbut Tahrir ikut berjihad di Suriah. Hal itu diakui oleh juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ismail Yusanto.
"Secara personal anggota Hizbut Tahrir terlibat dalam jihad di Suriah, karena dalam kondisi seperti di Suriah secara fardhu ain, jihad menjadi wajib bagi seseorang ketika diserang,” ujar Ismail sewaktu menggelar acara konferensi pers saat berlangsungnya Muktamar Khilafah di stadion Gelora Bung Karno, Ahad kemarin (2/6/2013).
Bagi Ismail, ikut berjihad secara personal di Suriah tidak ada lagi kaitannya dengan kelompok, sebagaimana shalat fardhu. “Kita bisa berjamaah dengan imam siapapun ketika dalam shalat,” paparnya sewaktu menjelaskan keterlibatan secara personal anggota Hizbut Tahrir dalam jihad Suriah.
Dia juga menambahkan bahwa secara kelembagaan, Hzibut Tahrir juga pernah mengikuti sumpah setia dengan banyak kelompok mujahidin yang ada di Suriah termasuk mujahidin Jabhah Al-Nusrah untuk memastikan bahwa jihad di Suriah dalam upaya untuk menegakkan syariat Islam di bawah naungan khilafah Islamiyah.[IT/fq/ip/gm/MK)
Assad: Nahkoda tak akan Tinggalkan Kapal Saat Hadapi Badai
Islam Times- "Kita tidak pernah berpikir bahwa negara-negara Barat itu benar-benar menginginkan solusi di Suriah."
Presiden Suriah
Dalam perkembangan terkahir di Suriah, presiden Bashar al-Assad dalam sebuah wawancara khusus dengan Surat Kabar Argentina, Clarin, Ahad, 19/05/13, mengatakan masyarakat internasional seharusnya memusatkan perhatian untuk menghentikan aliran dana dan senjata kepada pemberontak.
Presiden Suriah Bashar al-Assad juga menyambut baik konsensus baru antara Moskow dan Washington mengenai pendekatan politik untuk menyelesaikan krisis di Suriah, namun Assad juga menyatakan keraguan mengenai maksud sebenarnya dari usaha AS itu.
"Kami menyambut baik pemulihan hubungan Rusia-Amerika, dan kami berharap akan ada pertemuan internasional membantu Suriah untuk mengatasi krisis ini," kata Assad.
"Kita tidak pernah berpikir bahwa negara-negara Barat itu benar-benar menginginkan solusi di Suriah."
Mengenai kesiapan pemerintahannya untuk memulai dialog "dengan pihak yang berkeinginan dialog", Assad mengatakan,"Tidak ada negara yang akan bernegosiasi dengan teroris," katanya.
"Ketika kelompok bersenjata meletakkan senjatanya dan maju ke meja perundingan untuk dialog politik, kita tidak punya masalah dengan itu."
Sementara itu, mengenai kegilaan Barat mengenai tuduhan senjata kimia Suriah, Assad menepis berbagai klaim itu dan mengatakan, "kita tidak akan membuang-buang waktu untuk menanggapai pernyataan mereka."
Menganai pemuli 2014 nanti, Assad mengatakan keputusan tersebut bukanlah satu keputusan pribadi.
Ini adalah keputusan rakyat. "Jika mereka menginginkan Anda maka Anda terima, tetapi jika tidak, Anda bisa meninggalkannya ... Anda tidak dapat membuang keinginan itu jika Anda tidak diinginkan oleh rakyat," katanya.
Assad juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan turun hingga pemilihan presiden tahun depan.
"Nakhoda tidak meninggalkan kapal saat badai menghadang," katanya.
[IT/On]
Wawancara dengan Bashar Assad
Presiden al-Assad dalam menanggapi pertanyaan tentang rumor media asing terutama zionis Israel mengenai keberadaan dan tempat tinggalnya mengatakan, "Saya di depan Anda, dan kami berada di atas tanah ini, dan tidak di tempat penampungan, dan mereka mencoba menyiarkan rumor itu dari waktu ke waktu untuk mempengaruhi semangat rakyat Suriah, dan saya tidak tinggal di kapal Rusia maupun di Iran, saya tinggal di Suriah di tempat yang sama selamanya di mana saya telah hidup. Kata presiden Suriah Bashar Assad dalam sebuah wawancara dengan Channel Turki Olossal, pada Rabu dan dipublish pada Sabtu, 06/04/13.
"Konflik di Suriah adalah konflik lokal, ada gerakan internal di Suriah, namun seluruh subjek konflik eksternal terkait dengan Roadmap daerah."
Mengenai keberadaan permintaan bantuannya kepada BRICS, presiden Suriah itu menjelaskan, "BRICS tidak mendukung Presiden Bashar atau negara Suriah, tetapi mendukung stabilitas di kawasan.
"Jika gejolak yang terjadi di Suriah mencapai titik dan puncaknya, atau keluar kontrol Suriah maka, situasi ini akan terjadi langsung ke negara-negara tetangga pertama, dan kemudian dampaknya akan ke negara-negara yang jauh dari Timur Tengah. Dan ini berarti menciptakan keadaan ketidakstabilan selama bertahun-tahun, dan mungkin puluhan tahun, maka BRICS berdiri untuk mengatasi solusi politik di Suriah dalam menghadapi kekuatan Barat."
Mengenai negara-negara Arab yang mendukung teroris, Presiden kecintaan rakyat itu mengatakan, "Kita dikelilingi oleh sekelompok negara yang membantu para teroris untuk menyusup ke Suriah. Namun demikian, ini bukan berarti semua negara-negara tetangga terlibat, misalnya, Irak menentang pengalihan teroris, dan Irak mempunyai kondisi tertentu yang tidak mengendalikan perbatasannya.
"Di Libanon, ada pihak-pihak berbeda yang membantu dan menolak teroris menyusup ke Suriah, namun Turki secara resmi merangkul teroris, dan banyak informasi teroris berasal dari Yordania, cukup jelas bahwa itu disengaja atau tidak.
"Banyaknya teroris maka pertempuran akan tetap berlangsung, dan ini secara alami adalah fakta perang dalam setiap arti kata, dan bukan insiden keamanan, dan ribuan teroris masuk ke Suriah, mungkin puluhan ribu, sulit untuk menentukan jumlah angka yang tepat". Kata Assad mengakhiri wawancaranya. [IT/On]
Berikut penggalan surat Abdurrahman, putra Yusuf al-Qardhawi yang mengkritik bapaknya, sebagaimana dimuat di situs al-Alam.
Berikut terjemahan bebas bagian awal surat.
"Wahai ayahku, aku muridmu sebelum menjadi anakmu, dan bagiku dan sejumlah besar muridmu dan anak didikmu, zaman sekarang yang kompleks dan membingungkan adalah amat berbeda dari pengalaman generasimu seluruhnya. Itu adalah generasi yang tidak pernah mengenal revolusi kebangsaan yang hakiki, dan tak pernah mencoba memahami aspirasi bangsa dan pemikiran kalangan muda. Mungkin itulah sebabnya mengapa dari penamu bisa keluar hal-hal yang tak pernah kupelajari darimu.
Wahai ayahku yang mulia, sesungguhnya perbandingan antara Morsi dan Mubarak tidak bisa diterima, dan itu adalah pendapat generasi kami yang mungkin berbeda dengan generasi sebelum kami.
Yang mulia.... generasi kami takkan mau sabar menjalani penindasan 60 atau 30 tahun seperti yang kau katakan, itu adalah generasimu yang melakukan itu semua atas nama kesabaran.
Sekaranglah waktunya bagi bangsa untuk berjuang mengatasi kesulitan, dan untuk memberi batasan jelas mana itu daerah agama dan mana daerah politik, supaya kami bisa tahu kapan harus bicara para Fuqaha, dan kapan harus bicara para pakar politik!
Dia (Moursi) telah berjanji pada kami untuk berjalan sesuai konstitusi, dan dia ingkar.
Dia berjanji pada kami untuk bersepakat (konsensus) dalam pembentukan kabinet, dan dia ingkar.
Dia telah berjanji untuk bermusyawarah dan tak memaksa dalam mengatur negara, dan dia ingkar, dan saat menjadi pemimpin bagi seluruh warga negara Mesir, dan dia ingkar.
Dan yang terpenting adalah bahwa ia telah berjanji untuk menjadi pemimpin revolusi Mesir, lalu kami melihatnya memusuhi revolusi dengan berkata kepada aparat keamanan (yang kami minta dia untuk membersihkannya dan dia ingkar juga) berkata: "tugas kalian adalah melawan revolusi Januari".... Maka janji mana lagi yang Allah inginkan kami untuk mengikatnya dengan dia??
Dia telah bekerja sama dengan rezim yang lalu, dan dengan sisa-sisa aparatnya, dan para pengusaha Mubarak, dan dengan elemen jahat yang tersembunyi selama puluhan tahun, bahkan dia berusaha untuk memanfaatkannya untuk kepentingannya dan kepentingan jamaahnya, dan orang orang yang mencari pertolongan pada orang dholim untuk melakukan kedholiman, maka Allah akan menjadikan mereka (orang-orang dholim) itu menguasai mereka....." [IT/ASS/M Ass]
Sumber: http://www.alalam.ir/news/1492592
Assad: Saya Ada di Depan Anda, Tidak di Kapal Rusia atau Iran
Islam
Times- Jika gejolak yang terjadi di Suriah mencapai titik dan
puncaknya, atau keluar kontrol Suriah maka, situasi ini akan terjadi
langsung ke negara-negara tetangga pertama, dan kemudian dampaknya akan
ke negara-negara yang jauh dari Timur Tengah.
Presidean Suriah, Bashar Assad
Presiden al-Assad dalam menanggapi pertanyaan tentang rumor media asing terutama zionis Israel mengenai keberadaan dan tempat tinggalnya mengatakan, "Saya di depan Anda, dan kami berada di atas tanah ini, dan tidak di tempat penampungan, dan mereka mencoba menyiarkan rumor itu dari waktu ke waktu untuk mempengaruhi semangat rakyat Suriah, dan saya tidak tinggal di kapal Rusia maupun di Iran, saya tinggal di Suriah di tempat yang sama selamanya di mana saya telah hidup. Kata presiden Suriah Bashar Assad dalam sebuah wawancara dengan Channel Turki Olossal, pada Rabu dan dipublish pada Sabtu, 06/04/13.
"Konflik di Suriah adalah konflik lokal, ada gerakan internal di Suriah, namun seluruh subjek konflik eksternal terkait dengan Roadmap daerah."
Mengenai keberadaan permintaan bantuannya kepada BRICS, presiden Suriah itu menjelaskan, "BRICS tidak mendukung Presiden Bashar atau negara Suriah, tetapi mendukung stabilitas di kawasan.
"Jika gejolak yang terjadi di Suriah mencapai titik dan puncaknya, atau keluar kontrol Suriah maka, situasi ini akan terjadi langsung ke negara-negara tetangga pertama, dan kemudian dampaknya akan ke negara-negara yang jauh dari Timur Tengah. Dan ini berarti menciptakan keadaan ketidakstabilan selama bertahun-tahun, dan mungkin puluhan tahun, maka BRICS berdiri untuk mengatasi solusi politik di Suriah dalam menghadapi kekuatan Barat."
Mengenai negara-negara Arab yang mendukung teroris, Presiden kecintaan rakyat itu mengatakan, "Kita dikelilingi oleh sekelompok negara yang membantu para teroris untuk menyusup ke Suriah. Namun demikian, ini bukan berarti semua negara-negara tetangga terlibat, misalnya, Irak menentang pengalihan teroris, dan Irak mempunyai kondisi tertentu yang tidak mengendalikan perbatasannya.
"Di Libanon, ada pihak-pihak berbeda yang membantu dan menolak teroris menyusup ke Suriah, namun Turki secara resmi merangkul teroris, dan banyak informasi teroris berasal dari Yordania, cukup jelas bahwa itu disengaja atau tidak.
"Banyaknya teroris maka pertempuran akan tetap berlangsung, dan ini secara alami adalah fakta perang dalam setiap arti kata, dan bukan insiden keamanan, dan ribuan teroris masuk ke Suriah, mungkin puluhan ribu, sulit untuk menentukan jumlah angka yang tepat". Kata Assad mengakhiri wawancaranya. [IT/On]
Gejolak Mesir:
Seorang anggota Parlemen Iran memperingatkan plot para ekstremis di Mesir dan mendesak rakyat Mesir serta para pejabat untuk mengambil langkah-langkah eningkatkan stabilitas dan menghindari ekstremisme di negara itu.
"Pembunuhan warga Syiah bermotif politik di Mesir telah memicu gerakan Salafi di negara ini," kata Mehdi Davatgari yang duduk di Komite Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional Majlis Iran, Sabtu (06/07/13).
"AS dan rezim Zionis Israel tidak mendukung stabilitas di Mesir karena stabilitas di negara itu akan merusak tujuan hegemonik mereka," tambah Davatgari.
Dia menekankan, Barat dan rezim Israel berusaha mencapai tujuan mereka di Mesir dengan merusak stabilitas di negara itu. "Jika Mesir bergerak menuju stabilitas, hak-hak Muslim dan sekte Arab di negara itu akan diperhatikan," kata Davatgari. [IT/TGM]
Kudeta Militer
Iran Peringatkan Plot Ekstrimis di Mesir
Islam
Times-"Pembunuhan warga Syiah bermotif politik di Mesir telah memicu
gerakan Salafi di negara ini," kata Mehdi Davatgari yang duduk di Komite
Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional Majlis Iran, Sabtu
(06/07/13).
Seorang anggota Parlemen Iran memperingatkan plot para ekstremis di Mesir dan mendesak rakyat Mesir serta para pejabat untuk mengambil langkah-langkah eningkatkan stabilitas dan menghindari ekstremisme di negara itu.
"Pembunuhan warga Syiah bermotif politik di Mesir telah memicu gerakan Salafi di negara ini," kata Mehdi Davatgari yang duduk di Komite Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional Majlis Iran, Sabtu (06/07/13).
"AS dan rezim Zionis Israel tidak mendukung stabilitas di Mesir karena stabilitas di negara itu akan merusak tujuan hegemonik mereka," tambah Davatgari.
Dia menekankan, Barat dan rezim Israel berusaha mencapai tujuan mereka di Mesir dengan merusak stabilitas di negara itu. "Jika Mesir bergerak menuju stabilitas, hak-hak Muslim dan sekte Arab di negara itu akan diperhatikan," kata Davatgari. [IT/TGM]
Menyingkap Hakikat Wahabisme; Ajaran Wahabi Tidak Didukung Argumentasi Syariat dan Logika yang Kuat
Sebagaimana
telah disinggung sebelumnya, rezim Arab Saudi yang memiliki kekayaan
berlimpah dari penjualan minyak mentah berusaha menyebarkan faham
Wahabisme ke semua tempat. Kebijakan ini dijalankan dengan dana raksasa
dan dukungan dari AS dan Barat. Para pendakwah atau yang diistilahkan
dengan muballig Wahabi dikirim ke banyak negara dengan membawa pemahaman
menyimpang ini. Pemerintah Arab Saudi mendirikan banyak sekolah untuk
mencetak para mubaligh Wahabi.
Untuk menyebarkan faham ini, meski berpikiran kaku dalam agama, kaum Wahabi tidak ketinggalan zaman. Mereka menggunakan kemajuan teknologi seperti internet, televisi satelit dan pesan singkat telepon selular. Dengan berbekal dana raksasa, mereka sedikit banyak berhasil merekrut orang di berbagai belahandunia. Tapi semua itu hanya pemandangan luar. Sebab, banyak pakar dan pengamat agama, politik dan sosial yang meyakini bahwa Wahabisme sudah diambang kehancuran.
Di awal kelahirannya, kaum Wahabi yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahhab melakukan pembantaian massal terhadap umat Islam di berbagai negeri dengan alasan syirik dan bidah. Aksi kekerasan dan ekstrimisme memang sejak lama dikenal sebagai ciri khas kaum Salafi. Sekarangpun, ulama Wahabi tak seganmengeluarkan fatwa kafir bagi ulama-ulama Syiah dan Sunni sambil menyematkan serangkaian sebutan negatif seperti dungu dan musyrik kepada mereka. Nampaknya, kaum Wahabi terbiasa untuk tidak menghargai siapapun di luar kelompok mereka. Mereka cenderung tampil congkak menghadapi pemikiran yang tidak sejalan. Imam Ali as menyebut fanatisme buta sebagai sifat setan dengan mengatakan, "Iblis, musuh Allah adalah pemimpin bagi orang-orang yang fanatik buta dan dia adalah pemuka orang-orang yang congkak." (Nahjul Balaghah khotbah ke-192)
Orang-orang Wahabi yang tak mampu berargumentasi logis dalam membela pemikiran dan keyakinannya memilih untuk menghujani para ulama lain dengan berbagai tuduhan dan kata-kata yang melecehkan. Dengan kata lain, ajaran Wahabi yang dibuat oleh Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab sama sekali tak didukung dalil logis. Tak heran jika dalam perdebatan atau diskusi ilmiah dengan para ulama lain mereka terlihat sangat lemah dalam berargumentasi. Saat terjepit senjata yang mereka gunakan adalah melontarkan kata-kata hinaan dan kasar kepada lawan bicara. Dengan cara itu mereka berharap bisa menutupi kelemahan yang ada. Padahal, Islam adalah agama logika yang mendukung nalar dan memerintahkan untuk berpikir. Agama ini juga menyuruh para pengikutnya untuk bersikap santun dan menjaga persatuan di antara mereka, bukan menyulut pertikaian dan memperlakukan orang dengan kasar dan hinaan.
Fanatisme buta dan kebodohan yang selalu ada pada kelompok Wahabi membuat mereka menentang segala bentuk perkembangan yang baru dengan menyebutnya bidah yang haram. Dengan alasan bahwa kita mesti menyelaraskan gaya hidup dengan apa yang ada pada zaman Nabi Saw, mereka menolak segala bentuk kemajuan yang mewarnai peradaban manusia. Misalnya, mereka dulu menyebut sepeda dengan nama ‘kendaraan setan' dan melarang penggunaan telpon. Mereka bahkan pernah memutuskan jaringan kabel telpon yang menghubungkan istana Raja Saudi dengan markas militer.
Saat inipun, rezim Wahabi masih melarang perempuan mengemudi mobil. Di Saudi, dulu ada larangan menggunakan atau berjual beli kamera, khususnya di Mekah dan Madinah. Mulla Umar, pemimpin Taliban yang jugaberaliran Wahabi sampai saat ini menolak difoto karena dia mengharamkan foto. Beberapa tahun lalu, ketika mereka berkuasa di Afghanistan, dibuat aturan yang melarang kaum perempuan bersekolah. Memperingati milad Nabi Saw haram. Dan siapa saja yang melanggar ketentuan ini harus siap disebut kafir.
Yang menjadi pertanyaan, apakah menggunakan sarana teknologi dilarang dalam agama? Para ulama berbagai mazhab Islam memiliki pendapat yang bertolak belakang dengan pandangan kaum Wahabi. Ulama Islam umumnya tidak melarang penggunaan sarana teknologi dengan benar. Mereka hanya melarang jika sarana itu digunakan untuk menyebarkan kebejatan dan menyebarkan kesesatan di tengah umat. Islam sangat mendukung kemajuan sains dan ilmu pengetahuan yang sejalan dengan etika dan moral. Nabi Muhammad Saw bahkan mendorong umatnya untuk menimba ilmu bahkan menyuruh mereka belajar dari orang kafir sekalipun. Karena itu, tak jelas apa yang mendasari pendapat ulama Wahabi yang melarang penggunaan sarana teknologi harus kemajuan manusia.
Tak dipungkiri bahwa berjalannya waktu telah melahirkan banyak perubahan dalam fatwa dan cara pandang kaum Wahabi. Mereka sedikit banyak menggeser fatwa dan pemikiran murni Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Mereka cenderung untuk tidak mengeluarkan fatwa-fatwa yang membuat mereka ditertawakan oleh orang lain. Tak hanya dalam berfatwa, dalam bertindak pun mereka relatif berubah. Jika dulu, kaum Wahabi gemar melakukan penjarahan dan pembantaian, kini mereka relatif berlaku lunak. Cara-cara kasar diganti dengan metode gencar propaganda.
Kaum Salafi sudah sampai kepada bahwa propaganda dan informasi adalah sarana terbaik yang bisa mereka manfaatkan. Tak heran jika saat ini, rezim Saudi mengesankan diri sebagai rezim yang ramah lewat sarana media massa. Sarana inilah yang digunakan untuk menyebarkan faham Wahabi. Meski demikian, di balik wajah yang nampak ramah itu sebenarnya tersembunyi wajah garang yang tak bisa toleran dengan umat Islam. Buktinya, merekalah yang melakukan pembunuhan massal di berbagai negara seperti Irak, Afghanistan dan Pakistan lewat kelompok yang dinamakan Sepah Sahabah,Taliban, Alqaeda dan lainnya.
Salah satu faktor utama yang membuat para ulama Wahabi tidak mengeluarkan fatwa-fatwa menyimpang dan bodoh adalah tekanan yang mereka dapatkan dari rezim Arab Saudi. Sebab, fatwa-fatwa yang bertentangan dengan logika sehat hanya akan menyusahkan rezim. Dunia sudah tidak bisa menerima fatwa-fatwa bodoh yang berseberangan dengan kemajuan teknologi dan sains. Buktinya, di Arab Saudi dengan pemerintahannya yang Wahabi, telepon seluler, mobil, sepeda, kamera sudah tidak lagi masuk dalam kelompok benda-benda haram dan bidah seperti di masa lalu. Bahkan para ulama Wahabi dan pembesar keluarga Saud saat ini justeru menggunakan mobil-mobil mewah buatan Eropa dan Amerika. Meski sekilas perubahan ini menunjukkan adanya kelunakan dalam pemikiran Wahabi, namun sebenarnya justeru menjadi bukti terbaik akan kelemahan pemikiran dan ajaran ini.
Di era informasi ini, rezim Arab Saudi tak bisa lagi mencegah masuknya buku-buku yang membawa pemikiran selain Wahabisme ke negara itu. Rezim ini juga tak lagi bisa menghalangi sampainya informasi Islam yang benar ke telinga warganya. Apalagi, bagi generasi muda Arab Saudi, internet dan parabola merupakan sarana informasi yang tak bisa lepas dari kehidupan mereka. Berkat informasi yang ada, mereka tak bisa menerima penjelasan tak logis tentang Islam yang disampaikan oleh para ulama Wahabi. Perkembangan tersebut semakin menyulitkan para tokoh Wahabi dalam menyebarkan ajaran ini di negara-negara lain yang notabene menganut kebebasan dan keterbukaan yang lebih besar.
Tumpuan harap satu-satunya yang masih tersisa bagi para pemuka Wahabi untuk menyebarkan ajaran mereka adalah kekuatan uang yang terus mengalir dari penjualan minyak. Karena itu, tak salah jika dikatakan bahwa kelangsungan hidup ajaran Wahabi dan kekuasaan rezim Saud di jazirah Arab sangat bergantung kepada ketersediaan uang. Propaganda gencar yang menghabiskan dana yang sangat besar tak mampu menarik minat umat Islam kepada ajaran ini. Sebab, apa yang diajarkan oleh Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdil Wahhab tidak didukung dengan argumentasi syariat dan logika yang kuat. Dengan kata lain, ajaran Wahabi lebih ringkih dibanding sarang laba-laba.(IRIB Indonesia)
Untuk menyebarkan faham ini, meski berpikiran kaku dalam agama, kaum Wahabi tidak ketinggalan zaman. Mereka menggunakan kemajuan teknologi seperti internet, televisi satelit dan pesan singkat telepon selular. Dengan berbekal dana raksasa, mereka sedikit banyak berhasil merekrut orang di berbagai belahandunia. Tapi semua itu hanya pemandangan luar. Sebab, banyak pakar dan pengamat agama, politik dan sosial yang meyakini bahwa Wahabisme sudah diambang kehancuran.
Di awal kelahirannya, kaum Wahabi yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahhab melakukan pembantaian massal terhadap umat Islam di berbagai negeri dengan alasan syirik dan bidah. Aksi kekerasan dan ekstrimisme memang sejak lama dikenal sebagai ciri khas kaum Salafi. Sekarangpun, ulama Wahabi tak seganmengeluarkan fatwa kafir bagi ulama-ulama Syiah dan Sunni sambil menyematkan serangkaian sebutan negatif seperti dungu dan musyrik kepada mereka. Nampaknya, kaum Wahabi terbiasa untuk tidak menghargai siapapun di luar kelompok mereka. Mereka cenderung tampil congkak menghadapi pemikiran yang tidak sejalan. Imam Ali as menyebut fanatisme buta sebagai sifat setan dengan mengatakan, "Iblis, musuh Allah adalah pemimpin bagi orang-orang yang fanatik buta dan dia adalah pemuka orang-orang yang congkak." (Nahjul Balaghah khotbah ke-192)
Orang-orang Wahabi yang tak mampu berargumentasi logis dalam membela pemikiran dan keyakinannya memilih untuk menghujani para ulama lain dengan berbagai tuduhan dan kata-kata yang melecehkan. Dengan kata lain, ajaran Wahabi yang dibuat oleh Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab sama sekali tak didukung dalil logis. Tak heran jika dalam perdebatan atau diskusi ilmiah dengan para ulama lain mereka terlihat sangat lemah dalam berargumentasi. Saat terjepit senjata yang mereka gunakan adalah melontarkan kata-kata hinaan dan kasar kepada lawan bicara. Dengan cara itu mereka berharap bisa menutupi kelemahan yang ada. Padahal, Islam adalah agama logika yang mendukung nalar dan memerintahkan untuk berpikir. Agama ini juga menyuruh para pengikutnya untuk bersikap santun dan menjaga persatuan di antara mereka, bukan menyulut pertikaian dan memperlakukan orang dengan kasar dan hinaan.
Fanatisme buta dan kebodohan yang selalu ada pada kelompok Wahabi membuat mereka menentang segala bentuk perkembangan yang baru dengan menyebutnya bidah yang haram. Dengan alasan bahwa kita mesti menyelaraskan gaya hidup dengan apa yang ada pada zaman Nabi Saw, mereka menolak segala bentuk kemajuan yang mewarnai peradaban manusia. Misalnya, mereka dulu menyebut sepeda dengan nama ‘kendaraan setan' dan melarang penggunaan telpon. Mereka bahkan pernah memutuskan jaringan kabel telpon yang menghubungkan istana Raja Saudi dengan markas militer.
Saat inipun, rezim Wahabi masih melarang perempuan mengemudi mobil. Di Saudi, dulu ada larangan menggunakan atau berjual beli kamera, khususnya di Mekah dan Madinah. Mulla Umar, pemimpin Taliban yang jugaberaliran Wahabi sampai saat ini menolak difoto karena dia mengharamkan foto. Beberapa tahun lalu, ketika mereka berkuasa di Afghanistan, dibuat aturan yang melarang kaum perempuan bersekolah. Memperingati milad Nabi Saw haram. Dan siapa saja yang melanggar ketentuan ini harus siap disebut kafir.
Yang menjadi pertanyaan, apakah menggunakan sarana teknologi dilarang dalam agama? Para ulama berbagai mazhab Islam memiliki pendapat yang bertolak belakang dengan pandangan kaum Wahabi. Ulama Islam umumnya tidak melarang penggunaan sarana teknologi dengan benar. Mereka hanya melarang jika sarana itu digunakan untuk menyebarkan kebejatan dan menyebarkan kesesatan di tengah umat. Islam sangat mendukung kemajuan sains dan ilmu pengetahuan yang sejalan dengan etika dan moral. Nabi Muhammad Saw bahkan mendorong umatnya untuk menimba ilmu bahkan menyuruh mereka belajar dari orang kafir sekalipun. Karena itu, tak jelas apa yang mendasari pendapat ulama Wahabi yang melarang penggunaan sarana teknologi harus kemajuan manusia.
Tak dipungkiri bahwa berjalannya waktu telah melahirkan banyak perubahan dalam fatwa dan cara pandang kaum Wahabi. Mereka sedikit banyak menggeser fatwa dan pemikiran murni Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Mereka cenderung untuk tidak mengeluarkan fatwa-fatwa yang membuat mereka ditertawakan oleh orang lain. Tak hanya dalam berfatwa, dalam bertindak pun mereka relatif berubah. Jika dulu, kaum Wahabi gemar melakukan penjarahan dan pembantaian, kini mereka relatif berlaku lunak. Cara-cara kasar diganti dengan metode gencar propaganda.
Kaum Salafi sudah sampai kepada bahwa propaganda dan informasi adalah sarana terbaik yang bisa mereka manfaatkan. Tak heran jika saat ini, rezim Saudi mengesankan diri sebagai rezim yang ramah lewat sarana media massa. Sarana inilah yang digunakan untuk menyebarkan faham Wahabi. Meski demikian, di balik wajah yang nampak ramah itu sebenarnya tersembunyi wajah garang yang tak bisa toleran dengan umat Islam. Buktinya, merekalah yang melakukan pembunuhan massal di berbagai negara seperti Irak, Afghanistan dan Pakistan lewat kelompok yang dinamakan Sepah Sahabah,Taliban, Alqaeda dan lainnya.
Salah satu faktor utama yang membuat para ulama Wahabi tidak mengeluarkan fatwa-fatwa menyimpang dan bodoh adalah tekanan yang mereka dapatkan dari rezim Arab Saudi. Sebab, fatwa-fatwa yang bertentangan dengan logika sehat hanya akan menyusahkan rezim. Dunia sudah tidak bisa menerima fatwa-fatwa bodoh yang berseberangan dengan kemajuan teknologi dan sains. Buktinya, di Arab Saudi dengan pemerintahannya yang Wahabi, telepon seluler, mobil, sepeda, kamera sudah tidak lagi masuk dalam kelompok benda-benda haram dan bidah seperti di masa lalu. Bahkan para ulama Wahabi dan pembesar keluarga Saud saat ini justeru menggunakan mobil-mobil mewah buatan Eropa dan Amerika. Meski sekilas perubahan ini menunjukkan adanya kelunakan dalam pemikiran Wahabi, namun sebenarnya justeru menjadi bukti terbaik akan kelemahan pemikiran dan ajaran ini.
Di era informasi ini, rezim Arab Saudi tak bisa lagi mencegah masuknya buku-buku yang membawa pemikiran selain Wahabisme ke negara itu. Rezim ini juga tak lagi bisa menghalangi sampainya informasi Islam yang benar ke telinga warganya. Apalagi, bagi generasi muda Arab Saudi, internet dan parabola merupakan sarana informasi yang tak bisa lepas dari kehidupan mereka. Berkat informasi yang ada, mereka tak bisa menerima penjelasan tak logis tentang Islam yang disampaikan oleh para ulama Wahabi. Perkembangan tersebut semakin menyulitkan para tokoh Wahabi dalam menyebarkan ajaran ini di negara-negara lain yang notabene menganut kebebasan dan keterbukaan yang lebih besar.
Tumpuan harap satu-satunya yang masih tersisa bagi para pemuka Wahabi untuk menyebarkan ajaran mereka adalah kekuatan uang yang terus mengalir dari penjualan minyak. Karena itu, tak salah jika dikatakan bahwa kelangsungan hidup ajaran Wahabi dan kekuasaan rezim Saud di jazirah Arab sangat bergantung kepada ketersediaan uang. Propaganda gencar yang menghabiskan dana yang sangat besar tak mampu menarik minat umat Islam kepada ajaran ini. Sebab, apa yang diajarkan oleh Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdil Wahhab tidak didukung dengan argumentasi syariat dan logika yang kuat. Dengan kata lain, ajaran Wahabi lebih ringkih dibanding sarang laba-laba.(IRIB Indonesia)
Surat Putra Qardhawi pada Abahnya: Morsi Tidak Mempunyai Legitimasi
Islam
Times- Yang mulia.... generasi kami takkan mau sabar menjalani
penindasan 60 atau 30 tahun seperti yang kau katakan, itu adalah
generasimu yang melakukan itu semua atas nama kesabaran.
Yusuf al-Qardhawi
Berikut penggalan surat Abdurrahman, putra Yusuf al-Qardhawi yang mengkritik bapaknya, sebagaimana dimuat di situs al-Alam.
Berikut terjemahan bebas bagian awal surat.
"Wahai ayahku, aku muridmu sebelum menjadi anakmu, dan bagiku dan sejumlah besar muridmu dan anak didikmu, zaman sekarang yang kompleks dan membingungkan adalah amat berbeda dari pengalaman generasimu seluruhnya. Itu adalah generasi yang tidak pernah mengenal revolusi kebangsaan yang hakiki, dan tak pernah mencoba memahami aspirasi bangsa dan pemikiran kalangan muda. Mungkin itulah sebabnya mengapa dari penamu bisa keluar hal-hal yang tak pernah kupelajari darimu.
Wahai ayahku yang mulia, sesungguhnya perbandingan antara Morsi dan Mubarak tidak bisa diterima, dan itu adalah pendapat generasi kami yang mungkin berbeda dengan generasi sebelum kami.
Yang mulia.... generasi kami takkan mau sabar menjalani penindasan 60 atau 30 tahun seperti yang kau katakan, itu adalah generasimu yang melakukan itu semua atas nama kesabaran.
Sekaranglah waktunya bagi bangsa untuk berjuang mengatasi kesulitan, dan untuk memberi batasan jelas mana itu daerah agama dan mana daerah politik, supaya kami bisa tahu kapan harus bicara para Fuqaha, dan kapan harus bicara para pakar politik!
Dia (Moursi) telah berjanji pada kami untuk berjalan sesuai konstitusi, dan dia ingkar.
Dia berjanji pada kami untuk bersepakat (konsensus) dalam pembentukan kabinet, dan dia ingkar.
Dia telah berjanji untuk bermusyawarah dan tak memaksa dalam mengatur negara, dan dia ingkar, dan saat menjadi pemimpin bagi seluruh warga negara Mesir, dan dia ingkar.
Dan yang terpenting adalah bahwa ia telah berjanji untuk menjadi pemimpin revolusi Mesir, lalu kami melihatnya memusuhi revolusi dengan berkata kepada aparat keamanan (yang kami minta dia untuk membersihkannya dan dia ingkar juga) berkata: "tugas kalian adalah melawan revolusi Januari".... Maka janji mana lagi yang Allah inginkan kami untuk mengikatnya dengan dia??
Dia telah bekerja sama dengan rezim yang lalu, dan dengan sisa-sisa aparatnya, dan para pengusaha Mubarak, dan dengan elemen jahat yang tersembunyi selama puluhan tahun, bahkan dia berusaha untuk memanfaatkannya untuk kepentingannya dan kepentingan jamaahnya, dan orang orang yang mencari pertolongan pada orang dholim untuk melakukan kedholiman, maka Allah akan menjadikan mereka (orang-orang dholim) itu menguasai mereka....." [IT/ASS/M Ass]
Sumber: http://www.alalam.ir/news/1492592
Kudeta Militer
Pengamat politik dan ekonomi, Prof. Rodney Shakespeare mengatakan, Mesir harus membebaskan dirinya dari dominasi rezim Zionis Israel yang selama ini mengganggu stabilitas Timur Tengah, atau akan menghadapi pengasingan diri dan akan hilang, demikian nukilan dari artikel Shakespeare dengan judul, "Egypt must demand democratic future to protect revolutionary achievements", yang diterbitkan pada Kamis, 04/07/13.
Founder "Global Justice Movement", Rodney Shakespeare itu menulis, Mesir harus menyadari bahwa penggulingan presiden diktator Hosni Mubarak yang didukung Barat tidak menghasilkan revolusi sejati seperti yang inginkan, karena gagal mengakhiri kontrol Barat dan Zionis yang terus berlanjut di bawah kepresidenan Mohamed Morsi dalam bentuk yang berbeda.
"Mesir harus mengekspresikan kehendak jutaan orang di Timur Tengah, atau akan terus dikendalikan Barat-Israel dan kemudian hancur. Dominasi ini harus dipatahkan, atau Zionis akan terus memperluas entitasnya dan melakuan invasi ke tanah milik orang lain, " tulis Shakespeare dalam artikelnya itu.
Lebih lanjut dikatakannya, Mesir tengah menghadapi plot sektarian yang ditetas oleh Israel, AS, dan sekutu regional mereka termasuk Arab Saudi dan Qatar. Shakespeare juga memperingatkan bahwa kegagalan Mesir bergerak maju dalam kursus demokratis akan menempatkan negara itu selalu di bawah kontrol permanen "kapitalisme moneter Barat."
Pengamat itu menyerukan kepada bangsa Mesir untuk membangun masa depan secara demokrasi untuk negara mereka, dan membatasi peran militer sehingga revolusi 2011 mereka yang mampu menggulingkan Mubarak tidak akan sia-sia.
Shakespeare juga mempertanyakan motif tentara dalam menggulingkan pemerintahan Morsi dan memperingatkan adanya ilusi mengenai tentara Mesir yang tiba-tiba menjadi kekuatan yang tulus untuk demokrasi dan anti-Zionisme.
Menurutnya, angkatan bersenjata Mesir menerima sejumlah besar uang dari Amerika Serikat dan tetap mengendalikan sekitar seperempat dari perekonomian negara.
Dia meminta Mesir untuk membangun aliansi ekonomi dan politik baru dengan negara-negara Gerakan Non-blok dan bukan kepada AS dan sekutunya, serta sepenuhnya membuka perbatasan Rafah untuk Jalur Gaza yang diblokade Israel, dan menolak tegas dukungan kepada teroris asing dan ekstremis Takfiri di Suriah.
Profesor ekonomi itu juga menyatakan, Mesir harus membuat keputusan penting dan membentuk satu bank nasional yang benar-benar independen untuk menolak secara terbuka "hibah" Dana Moneter Internasional (IMF). Menurutnya, IMF harus disalahkan karena telah menempatkan Mesir menjadi negara pengutang permanen dan mendorong negara itu menjadi lebih miskin.
Shakespeare akhirnya meminta politisi Mesir untuk menghindari mendahulukan kepentingan partai politik yang sempit sekaitan dengan kepentingan ekonomi dimana hanya satu bagian untuk masyarakat.
"Ini [Mesir] harus menyatakan kepentingan ekonomi untuk semua orang, meskipun mungkin memakan waktu, tapi hal itu bisa dilakukan," katanya.[IT/ASS/ON]
Ulama terkenal, Tunisia, Othman Battikh, tidak saja mengharamkan berjihad untuk melawan pemerintah di Suriah namun juga menyebut para gadis yang pergi ke Suriah untuk berjihad seks melayani nafsu mujahilin adalah bentuk perzinahan.
Mufti terkenal Ahlu Sunnah Tunisia mengatakan hal itu dalam konferensi pers pada hari Jumat, 19/04/13, dan mengatakan fatwa yang membolehkan "jihad seks" kepada para gadis untuk melayani kebutuhan bilogis para teroris di Suriah merupakan bentuk pelacuran dan perzinahan.
Menurutnya, saat ini terdapat 16 gadis-gadis Tunisia ditipu oleh "jihadis" dan dikirim ke Suriah untuk ambil bagian memuaskan nafsu sek birahi "mujahilin" yang mereka sebut dengan pernikahan jihad. Ulama kharismatik itu mengatakan, hal tersebut adalah bentuk kebobrokan moral.
Sebelumnya dilaporkan, Menteri urusan Agama Tunisia, Noureddine al-Khadimi, menghimbau kepada gadis negara itu supaya tidak terpengaruh oleh seruan yang dibuat ulama Wahabi yang membuat sejumlah fatwa seksual.
Khadimi juga menolak fatwa jihad seksual itu dan meminta kepada rakyat Tunisia serta institusi negara agar tidak merespon himbauan amoral itu.
Sumber-sumber media setempat mengatakan, sekitar 16 gadis remaja Tunisia tengah menuju Suriah untuk memuaskan keinginan dan hasrat seksual dari para teroris Suriah dengan menyebut pernikahan jihad.
Sebagaimana mengutip laporan Surat Kabar al-Quds al-Arabi pada Rabu, 27/03/13, keluarga gadis-gadis Tunisia telah kehilangan anak-anak gadisnya dalam beberapa pekan.
Namun, masih menurut koran itu, beberapa informasi mengatakan, keluarga korban telah mengetahui bahwa anak-anak gadis mereka telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk melakukan pernikahan jihad, yang berarti untuk menjadi sukarelawan seks dalam memenuhi hasrat dan memuaskan nafsu birahi para "mujahilin" di Suriah. [IT/On]
Mesir Harus Campakkan Dominasi dan Kontrol Zionis
Islam
Times- "Mesir harus mengekspresikan kehendak jutaan orang di Timur
Tengah, atau akan terus dikendalikan Barat-Israel dan kemudian hancur.
Dominasi ini harus dipatahkan, atau Zionis akan terus memperluas
entitasnya dan melakuan invasi ke tanah milik orang lain, "
Demo anti Morsi
Pengamat politik dan ekonomi, Prof. Rodney Shakespeare mengatakan, Mesir harus membebaskan dirinya dari dominasi rezim Zionis Israel yang selama ini mengganggu stabilitas Timur Tengah, atau akan menghadapi pengasingan diri dan akan hilang, demikian nukilan dari artikel Shakespeare dengan judul, "Egypt must demand democratic future to protect revolutionary achievements", yang diterbitkan pada Kamis, 04/07/13.
Founder "Global Justice Movement", Rodney Shakespeare itu menulis, Mesir harus menyadari bahwa penggulingan presiden diktator Hosni Mubarak yang didukung Barat tidak menghasilkan revolusi sejati seperti yang inginkan, karena gagal mengakhiri kontrol Barat dan Zionis yang terus berlanjut di bawah kepresidenan Mohamed Morsi dalam bentuk yang berbeda.
"Mesir harus mengekspresikan kehendak jutaan orang di Timur Tengah, atau akan terus dikendalikan Barat-Israel dan kemudian hancur. Dominasi ini harus dipatahkan, atau Zionis akan terus memperluas entitasnya dan melakuan invasi ke tanah milik orang lain, " tulis Shakespeare dalam artikelnya itu.
Lebih lanjut dikatakannya, Mesir tengah menghadapi plot sektarian yang ditetas oleh Israel, AS, dan sekutu regional mereka termasuk Arab Saudi dan Qatar. Shakespeare juga memperingatkan bahwa kegagalan Mesir bergerak maju dalam kursus demokratis akan menempatkan negara itu selalu di bawah kontrol permanen "kapitalisme moneter Barat."
Pengamat itu menyerukan kepada bangsa Mesir untuk membangun masa depan secara demokrasi untuk negara mereka, dan membatasi peran militer sehingga revolusi 2011 mereka yang mampu menggulingkan Mubarak tidak akan sia-sia.
Shakespeare juga mempertanyakan motif tentara dalam menggulingkan pemerintahan Morsi dan memperingatkan adanya ilusi mengenai tentara Mesir yang tiba-tiba menjadi kekuatan yang tulus untuk demokrasi dan anti-Zionisme.
Menurutnya, angkatan bersenjata Mesir menerima sejumlah besar uang dari Amerika Serikat dan tetap mengendalikan sekitar seperempat dari perekonomian negara.
Dia meminta Mesir untuk membangun aliansi ekonomi dan politik baru dengan negara-negara Gerakan Non-blok dan bukan kepada AS dan sekutunya, serta sepenuhnya membuka perbatasan Rafah untuk Jalur Gaza yang diblokade Israel, dan menolak tegas dukungan kepada teroris asing dan ekstremis Takfiri di Suriah.
Profesor ekonomi itu juga menyatakan, Mesir harus membuat keputusan penting dan membentuk satu bank nasional yang benar-benar independen untuk menolak secara terbuka "hibah" Dana Moneter Internasional (IMF). Menurutnya, IMF harus disalahkan karena telah menempatkan Mesir menjadi negara pengutang permanen dan mendorong negara itu menjadi lebih miskin.
Shakespeare akhirnya meminta politisi Mesir untuk menghindari mendahulukan kepentingan partai politik yang sempit sekaitan dengan kepentingan ekonomi dimana hanya satu bagian untuk masyarakat.
"Ini [Mesir] harus menyatakan kepentingan ekonomi untuk semua orang, meskipun mungkin memakan waktu, tapi hal itu bisa dilakukan," katanya.[IT/ASS/ON]
Kudeta Militer
Uni Afrika memperingatkan akan menangguhkan keanggotaan Mesir atas pelanggaran aturan konstitusional yang dilakukan tentaranya yang menyebabkan penggulingan Presiden Mohamed Morsi.
Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika mengatakan itu pada Kamis, 04/07/13, bahwa para pejabat Uni Afrika akan mengeglar sidang pada Jumat, 05/07/13, untuk membahas situasi terakhir di Mesir, dan kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk kemungkinan menangguhkan keanggotaan Mesir.
Pemimpin Uni Afrika Nkosazana Dlamini-Zuma dalam sebuah pernyataan mengatakan, kudeta tentara Mesir terhadap Morsi merupakan pelanggaran ketentuan konstitusi Mesir dan masih berada di bawah kesepakatan AU mengenai perubahan konstitusional pemerintah."
Dlamini-Zuma mendesak Mesir untuk mengikuti hukum Mesir dan terlibat dalam dialog untuk mengakhiri krisis politik.
Pernyataan Uni Afrika itu juga disuarakan oleh para pemimpin Afrika lainnya termasuk Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, yang mengatakan, "Apa yang terjadi saat ini di Mesir memang menjadi keprihatinan serius tidak hanya bagi kita di Afrika, tetapi harus menjadi keprihatinan besar bagi setiap mukmin sejati dari proses demokrasi. "
Uni Afrika juga menghentikan Republik Afrika Tengah pada Maret lalu, setelah milisi yang setia pada pemimpin pemberontak Seleka Michel Djotodia menggulingkan pemerintahan terebut. [IT/ASS/ON]
Suriah VS Teroris
Uni Afrika akan Tangguhkan Keanggotaan Mesir
Islam
Times- Pemimpin Uni Afrika Nkosazana Dlamini-Zuma dalam sebuah
pernyataan mengatakan, kudeta tentara Mesir terhadap Morsi merupakan
pelanggaran ketentuan konstitusi Mesir dan masih berada di bawah
kesepakatan AU mengenai perubahan konstitusional pemerintah."
Presiden sementara Mesir
Uni Afrika memperingatkan akan menangguhkan keanggotaan Mesir atas pelanggaran aturan konstitusional yang dilakukan tentaranya yang menyebabkan penggulingan Presiden Mohamed Morsi.
Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika mengatakan itu pada Kamis, 04/07/13, bahwa para pejabat Uni Afrika akan mengeglar sidang pada Jumat, 05/07/13, untuk membahas situasi terakhir di Mesir, dan kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk kemungkinan menangguhkan keanggotaan Mesir.
Pemimpin Uni Afrika Nkosazana Dlamini-Zuma dalam sebuah pernyataan mengatakan, kudeta tentara Mesir terhadap Morsi merupakan pelanggaran ketentuan konstitusi Mesir dan masih berada di bawah kesepakatan AU mengenai perubahan konstitusional pemerintah."
Dlamini-Zuma mendesak Mesir untuk mengikuti hukum Mesir dan terlibat dalam dialog untuk mengakhiri krisis politik.
Pernyataan Uni Afrika itu juga disuarakan oleh para pemimpin Afrika lainnya termasuk Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, yang mengatakan, "Apa yang terjadi saat ini di Mesir memang menjadi keprihatinan serius tidak hanya bagi kita di Afrika, tetapi harus menjadi keprihatinan besar bagi setiap mukmin sejati dari proses demokrasi. "
Uni Afrika juga menghentikan Republik Afrika Tengah pada Maret lalu, setelah milisi yang setia pada pemimpin pemberontak Seleka Michel Djotodia menggulingkan pemerintahan terebut. [IT/ASS/ON]
Mufti Tunisia Haramkan Pernikahan Jihad di Suriah
Islam
Times- Menurutnya, saat ini terdapat 16 gadis-gadis Tunisia ditipu oleh
"jihadis" dan dikirim ke Suriah untuk ambil bagian memuaskan nafsu sek
birahi "mujahilin" yang mereka sebut dengan pernikahan jihad. Ulama itu
mengatakan, hal tersebut adalah bentuk kebobrokan moral.
Front al-Nusra di Suriah
Ulama terkenal, Tunisia, Othman Battikh, tidak saja mengharamkan berjihad untuk melawan pemerintah di Suriah namun juga menyebut para gadis yang pergi ke Suriah untuk berjihad seks melayani nafsu mujahilin adalah bentuk perzinahan.
Mufti terkenal Ahlu Sunnah Tunisia mengatakan hal itu dalam konferensi pers pada hari Jumat, 19/04/13, dan mengatakan fatwa yang membolehkan "jihad seks" kepada para gadis untuk melayani kebutuhan bilogis para teroris di Suriah merupakan bentuk pelacuran dan perzinahan.
Menurutnya, saat ini terdapat 16 gadis-gadis Tunisia ditipu oleh "jihadis" dan dikirim ke Suriah untuk ambil bagian memuaskan nafsu sek birahi "mujahilin" yang mereka sebut dengan pernikahan jihad. Ulama kharismatik itu mengatakan, hal tersebut adalah bentuk kebobrokan moral.
Sebelumnya dilaporkan, Menteri urusan Agama Tunisia, Noureddine al-Khadimi, menghimbau kepada gadis negara itu supaya tidak terpengaruh oleh seruan yang dibuat ulama Wahabi yang membuat sejumlah fatwa seksual.
Khadimi juga menolak fatwa jihad seksual itu dan meminta kepada rakyat Tunisia serta institusi negara agar tidak merespon himbauan amoral itu.
Sumber-sumber media setempat mengatakan, sekitar 16 gadis remaja Tunisia tengah menuju Suriah untuk memuaskan keinginan dan hasrat seksual dari para teroris Suriah dengan menyebut pernikahan jihad.
Sebagaimana mengutip laporan Surat Kabar al-Quds al-Arabi pada Rabu, 27/03/13, keluarga gadis-gadis Tunisia telah kehilangan anak-anak gadisnya dalam beberapa pekan.
Namun, masih menurut koran itu, beberapa informasi mengatakan, keluarga korban telah mengetahui bahwa anak-anak gadis mereka telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk melakukan pernikahan jihad, yang berarti untuk menjadi sukarelawan seks dalam memenuhi hasrat dan memuaskan nafsu birahi para "mujahilin" di Suriah. [IT/On]
Kudeta Militer
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa bentrokan antara pendukung dan penentang Muhammad Morsi akan memicu perang saudara di negara Afrika itu.
Pernyataan Vladimir Putinitu diutarakannya dalam kunjungan resmi ke Kazakhstan pada hari Minggu 07/07/13, dan menyatakan keprihatinan atas situasi saat ini di Mesir.
"Suriah sudah dalam genggaman perang saudara, dan kini Mesir bergerak ke arah yang sama.
"Kami ingin melihat rakyat Mesir menghindari nasib ini," tambahnya. [IT/TGM]
Putin: Mesir Diambang Perang Saudara
Islam Times- "Suriah sudah dalam genggaman perang saudara, dan kini Mesir bergerak ke arah yang sama.
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa bentrokan antara pendukung dan penentang Muhammad Morsi akan memicu perang saudara di negara Afrika itu.
Pernyataan Vladimir Putinitu diutarakannya dalam kunjungan resmi ke Kazakhstan pada hari Minggu 07/07/13, dan menyatakan keprihatinan atas situasi saat ini di Mesir.
"Suriah sudah dalam genggaman perang saudara, dan kini Mesir bergerak ke arah yang sama.
"Kami ingin melihat rakyat Mesir menghindari nasib ini," tambahnya. [IT/TGM]
Kudeta Mesir:
Kepala Angkatan Darat Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sisi akan memenjarakan ribuan anggota Ikhwanul Muslimin di pusat-pusat penahanan.
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan Debka, sumber-sumber Timur Tengah percaya bahwa al-Sisi mengetahui dengan baik bahwa langkah penggulingan Presiden Mesir Mohamed Morsi adalah langkah pertama dalam proses yang mencakup penulisan ulang konstitusi, pendirian sebuah pemerintahan sementara, penyelenggaraan pemilu presiden dan parlemen.
Artikel itu mengatakan al-Sisi telah merencanakan dua langkah untuk mencegah kekacauan melanda negara itu. Langkah pertama meliputi penangkapan massal ribuan anggota lokal Ikhwanul Muslimin di seluruh negeri dan memenjarakan mereka di penjara yang sudah disiapkan.
Menurut artikel itu, al-Sisi sangat sadar bahwa langkah tersebut, mirip dengan tindakan Gamal Abdel Nasser pada tahun 50-an dan Anwar Sadat pada tahun 70-an yang akan menghadapi penentangan AS. Tapi dia akan menikmati dukungan dari negara Teluk Persia yang dipimpin Arab Saudi. [IT/TGM
Militer Mesir akan Penjarakan Massal Anggota IM
Islam
Times-Langkah pertama meliputi penangkapan massal ribuan anggota lokal
Ikhwanul Muslimin di seluruh negeri dan memenjarakan mereka di penjara
yang sudah disiapkan.
Kepala Angkatan Darat Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sisi akan memenjarakan ribuan anggota Ikhwanul Muslimin di pusat-pusat penahanan.
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan Debka, sumber-sumber Timur Tengah percaya bahwa al-Sisi mengetahui dengan baik bahwa langkah penggulingan Presiden Mesir Mohamed Morsi adalah langkah pertama dalam proses yang mencakup penulisan ulang konstitusi, pendirian sebuah pemerintahan sementara, penyelenggaraan pemilu presiden dan parlemen.
Artikel itu mengatakan al-Sisi telah merencanakan dua langkah untuk mencegah kekacauan melanda negara itu. Langkah pertama meliputi penangkapan massal ribuan anggota lokal Ikhwanul Muslimin di seluruh negeri dan memenjarakan mereka di penjara yang sudah disiapkan.
Menurut artikel itu, al-Sisi sangat sadar bahwa langkah tersebut, mirip dengan tindakan Gamal Abdel Nasser pada tahun 50-an dan Anwar Sadat pada tahun 70-an yang akan menghadapi penentangan AS. Tapi dia akan menikmati dukungan dari negara Teluk Persia yang dipimpin Arab Saudi. [IT/TGM
Hubungan Suriah-Aljazair
Presiden Bashar al-Assad pada hari Sabtu (6/7/13) mengatakan bahwa solidaritas dan persaudaraan rakyat Aljazair terhadap rakyat Suriah telah menunjukkan dalamnya kesadaran nasional dan jati diri Aljazair. Hal itu akan melindungi Suriah dan menjadi benteng tak terkalahkan yang akan menyelamatkan bangsa dan stabilitas Suriah.
Sebagaimana dilansir SANA, dalam pertemuan dengan delegasi Aljazair yang terdiri dari tokoh-tokoh politik, akademis dan media yang dipimpin Dr. Abdul Majid Hamedi, Presiden al-Assad menyampaikan penghargaan Suriah atas keberanian Aljazair. Menurut al-Assad, Aljazair yang telah mempersembahkan 1 juta martir dalam sejarah panjang perjuangan melawan kolonialisme, ekstremisme dan terorisme akan terus melanjutkan perjuangannya. Bersama Suriah dan negara Arab terhormat lainnya, Aljazair akan terus mempertahankan nilai-nilai luhur dan martabat bangsa Arab.
Sementara itu, anggota delegasi memuji ketabahan rakyat Suriah dalam menghadapi plot asing dan menyatakan dukungan mereka pada rakyat Suriah untuk menggagalkan plot tersebut.
Mereka juga yakin bahwa Suriah akan menang melawan kekuatan ekstremisme dan terorisme beserta sekutu-sekutunya. Menurut mereka, kekuatan-kekuatan yang menggunakan agama demi mencapai tujuan politik itu tak akan mampu menghancurkan Suriah.[IT/S/NAT]
Assad: Solidaritas Bukti Kesadaran Nasional Aljazair
Islam
Times-Sementara itu, anggota delegasi memuji ketabahan rakyat Suriah
dalam menghadapi plot asing dan menyatakan dukungan mereka pada rakyat
Suriah untuk menggagalkan plot tersebut.
Presiden Bashar al-Assad pada hari Sabtu (6/7/13) mengatakan bahwa solidaritas dan persaudaraan rakyat Aljazair terhadap rakyat Suriah telah menunjukkan dalamnya kesadaran nasional dan jati diri Aljazair. Hal itu akan melindungi Suriah dan menjadi benteng tak terkalahkan yang akan menyelamatkan bangsa dan stabilitas Suriah.
Sebagaimana dilansir SANA, dalam pertemuan dengan delegasi Aljazair yang terdiri dari tokoh-tokoh politik, akademis dan media yang dipimpin Dr. Abdul Majid Hamedi, Presiden al-Assad menyampaikan penghargaan Suriah atas keberanian Aljazair. Menurut al-Assad, Aljazair yang telah mempersembahkan 1 juta martir dalam sejarah panjang perjuangan melawan kolonialisme, ekstremisme dan terorisme akan terus melanjutkan perjuangannya. Bersama Suriah dan negara Arab terhormat lainnya, Aljazair akan terus mempertahankan nilai-nilai luhur dan martabat bangsa Arab.
Sementara itu, anggota delegasi memuji ketabahan rakyat Suriah dalam menghadapi plot asing dan menyatakan dukungan mereka pada rakyat Suriah untuk menggagalkan plot tersebut.
Mereka juga yakin bahwa Suriah akan menang melawan kekuatan ekstremisme dan terorisme beserta sekutu-sekutunya. Menurut mereka, kekuatan-kekuatan yang menggunakan agama demi mencapai tujuan politik itu tak akan mampu menghancurkan Suriah.[IT/S/NAT]
Kudeta Militer
Juru bicara presiden interim Mesir, Adly Mansour mengatakan Ikhwanul Muslimin dapat mengajukan kandidat dalam pemilu mendatang yang seharusnya diadakan sesuai dengan peta kebijakan militer.
"Kami mengulurkan tangan untuk semua orang, semua orang adalah bagian dari bangsa ini," tutur penasehat Mansour, Ahmed al-Muslimani, Sabtu, 06/07/13.
"Ikhwanul Muslimin mempunyai banyak kesempatan untuk menjalankan semua pemilu, termasuk pemilihan presiden yang akan datang . . ," tambahnya.
Namun, banyak pendukung Ikhwanul Muslimin tidak siap menerima keputusan militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Morsi.
Pada hari Jumat, puluhan ribu aktivis Ikhwanul Muslimin dan para pendukungnya turun ke jalan-jalan di seluruh negeri untuk memprotes kudeta, dan bentrokan pecah antara pro-Morsi dan pengunjuk rasa oposisi dan pasukan keamanan yang menewaskan 36 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang.[IT/ASS/BHN]
Ikhwanul Muslimin mengatakan Barat sepenuhnya mendukung penggulingan Presiden Mohamed Morsi, pemimpin pertama yang terpilih secara demokratis di negara itu dalam kudeta militer, dan langkah tersebut akan menjadi bumerang.
Mohamed El-Beltagi, seorang pemimpin senior Ikhwanul Muslimin, mengatakan hal itu pada Sabtu, 06/07/13, dan menyebut bahwa keputusan pemerintah Barat yang mendukung kudeta militer akan menyulut kebencian terhadap Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, demikian menurut laporan Reuters.
"Kami merasa, dengan sangat menyesal, masyarakat internasional entah bagaimana melakukan intervensi pengakuan dan dukungan atas kudeta militer," ujar Beltagi.
"Ini menambah kondisi kebencian terhadap negara-negara Eropa dan Amerika yang menyatakan selalu berdiri dengan rezim lalim terhadap bangsa-bangsa yang mencari kebebasan," tambahnya. [IT/ON/ASS]
Seorang ulama salafi Mesir membenarkan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap demonstran perempuan di Tahrir Square di Kairo.
Ulama itu menuding para demonstran wanita itu sebagai 'tentara salib' yang tidak punya rasa malu, takut dan bahkan tidak feminis, kata Ahmad Mahmoud Abdullah atau Abu Islam, demikian ulama itu disapa.
"Mereka berada di garis merah. Mereka ingin memberitahu Anda wanita adalah garis merah. Mereka memberitahu Anda, bahwa wanita yang berada di Tahrir Square telanjang dan mereka ingin diperkosa! Dan mereka meminta Presiden Morsi dan Ikhwanul Muslimin untuk meninggalkan kekuasaan!" katanya.
"Para perempuan di Tahrir Square itu bukan dalam rangka memprotes, tetapi mereka ingin merasakan pelecehan seksual karena ingin diperkosa.
"Mereka tidak memiliki rasa malu, takut, dan bahkan tidak feminisme. Praktikkan feminisme Anda, Sheikha! Ini adalah hak yang sah bagi Anda untuk menjadi seorang wanita, "katanya.
"Dan berbicara soal mereka, 90 persen dari mereka adalah tentara salib dan 10 persen sisanya adalah janda. Anda melihat wanita berbicara seperti monster, " tambahnya.
Selanjutnya dia juga menyatakan, para aktivis politik perempuan sebagai setan. [IT/TGM]
Salah satu pemimpin koalisi oposisi Presiden Mesir terguling, Mohamed Morsi, Mohamed ElBaradei, terpilih sebagai perdana menteri baru Mesir. Demikian Press TV melaporkan, Sabtu malam, 06/07/13.
Namun, seorang anggota senior Ikhwanul Muslimin Mesir menolak penunjukan tokoh oposisi terkemuka, Mohamed ElBaradei itu sebagai perdana menteri baru Mesir. [IT/ASS/ON]
Adly Mansour Ajak Ikhwanul Muslimin Ikut Pemilu
Islam
Times- "Kami mengulurkan tangan untuk semua orang, semua orang adalah
bagian dari bangsa ini," tutur penasehat Mansour, Ahmed al-Muslimani,
Sabtu, 06/07/13.
Demo Mesir
Juru bicara presiden interim Mesir, Adly Mansour mengatakan Ikhwanul Muslimin dapat mengajukan kandidat dalam pemilu mendatang yang seharusnya diadakan sesuai dengan peta kebijakan militer.
"Kami mengulurkan tangan untuk semua orang, semua orang adalah bagian dari bangsa ini," tutur penasehat Mansour, Ahmed al-Muslimani, Sabtu, 06/07/13.
"Ikhwanul Muslimin mempunyai banyak kesempatan untuk menjalankan semua pemilu, termasuk pemilihan presiden yang akan datang . . ," tambahnya.
Namun, banyak pendukung Ikhwanul Muslimin tidak siap menerima keputusan militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Morsi.
Pada hari Jumat, puluhan ribu aktivis Ikhwanul Muslimin dan para pendukungnya turun ke jalan-jalan di seluruh negeri untuk memprotes kudeta, dan bentrokan pecah antara pro-Morsi dan pengunjuk rasa oposisi dan pasukan keamanan yang menewaskan 36 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang.[IT/ASS/BHN]
Kudeta Militer
Jaringan pipa dari Mesir yang memasok gas ke Israel dan Yordania diledakkan oleh oknum di wilayah selatan Lehfin dari kota al-Arish di Semenanjung Sinai.
Serangan terhadap jaringan pipa gas itu terjadi Minggu pagi, 07/07/13, pada dua titik pipa dan terbakar, menurut pejabat Mesir, yang berbicara dengan syarat anonim. Namun, kebakaran tersebut sudah dipadamkan, tetapi aliran gas masih terganggu, tambahnya.
Sejauh ini tidak ada kelompok atau individu yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Jaringan pipa ini pernah diserang beberapa kali pada tahun 2011 dan 2012, tapi peristiwa ini adalah pertama kalinya diserang tahun ini.
Menurut hasil sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Synovate untuk Press TV dan diterbitkan bulan Oktober 2011, mayoritas warga Mesir menentang kesepakatan gas negara itu dengan Israel.
Dalam jajak pendapat itu, tujuh puluh tiga persen dari responden menentang ekspor gas ke Israel, dan hanya 9 persen menyetujui Mesir memasok gas ke Israel, sementara 12 persen tidak memiliki pendapat.
Masalah memasok gas ke Israel selalu menjadi topik perdebatan hangat di Mesir, yang memandang Israel sebagai musuh dan menentang terlibat dalam setiap bentuk usaha dengan itu.
Mesir selama ini berkewajiban memasok gas ke Israel yang merupakan salah satu kondisi pemicu ekonomi utama yang disponsori AS 1979 dalam perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak.
Menurut $ 25 miliar ekspor kesepakatan dengan Tel Aviv yang ditandatangani pada 2005, Israel menerima sekitar 40 persen dari pasokan gas dari Mesir dengan harga sangat rendah.[IT/ASS/BHN]
Jaringan Pipa Gas Mesir-Israel Meledak
Islam
Times- Serangan terhadap jaringan pipa gas itu terjadi Minggu pagi,
07/07/13, pada dua titik pipa dan terbakar, menurut pejabat Mesir, yang
berbicara dengan syarat anonim.
Gas
Jaringan pipa dari Mesir yang memasok gas ke Israel dan Yordania diledakkan oleh oknum di wilayah selatan Lehfin dari kota al-Arish di Semenanjung Sinai.
Serangan terhadap jaringan pipa gas itu terjadi Minggu pagi, 07/07/13, pada dua titik pipa dan terbakar, menurut pejabat Mesir, yang berbicara dengan syarat anonim. Namun, kebakaran tersebut sudah dipadamkan, tetapi aliran gas masih terganggu, tambahnya.
Sejauh ini tidak ada kelompok atau individu yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Jaringan pipa ini pernah diserang beberapa kali pada tahun 2011 dan 2012, tapi peristiwa ini adalah pertama kalinya diserang tahun ini.
Menurut hasil sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Synovate untuk Press TV dan diterbitkan bulan Oktober 2011, mayoritas warga Mesir menentang kesepakatan gas negara itu dengan Israel.
Dalam jajak pendapat itu, tujuh puluh tiga persen dari responden menentang ekspor gas ke Israel, dan hanya 9 persen menyetujui Mesir memasok gas ke Israel, sementara 12 persen tidak memiliki pendapat.
Masalah memasok gas ke Israel selalu menjadi topik perdebatan hangat di Mesir, yang memandang Israel sebagai musuh dan menentang terlibat dalam setiap bentuk usaha dengan itu.
Mesir selama ini berkewajiban memasok gas ke Israel yang merupakan salah satu kondisi pemicu ekonomi utama yang disponsori AS 1979 dalam perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak.
Menurut $ 25 miliar ekspor kesepakatan dengan Tel Aviv yang ditandatangani pada 2005, Israel menerima sekitar 40 persen dari pasokan gas dari Mesir dengan harga sangat rendah.[IT/ASS/BHN]
IM: Kudeta Militer Mesir akan Jadi Bumerang Negara Barat
Islam
Times- keputusan pemerintah Barat yang mendukung kudeta militer akan
menyulut kebencian terhadap Amerika Serikat dan negara-negara Eropa,
demikian menurut laporan Reuters.
Pendukung IM
Ikhwanul Muslimin mengatakan Barat sepenuhnya mendukung penggulingan Presiden Mohamed Morsi, pemimpin pertama yang terpilih secara demokratis di negara itu dalam kudeta militer, dan langkah tersebut akan menjadi bumerang.
Mohamed El-Beltagi, seorang pemimpin senior Ikhwanul Muslimin, mengatakan hal itu pada Sabtu, 06/07/13, dan menyebut bahwa keputusan pemerintah Barat yang mendukung kudeta militer akan menyulut kebencian terhadap Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, demikian menurut laporan Reuters.
"Kami merasa, dengan sangat menyesal, masyarakat internasional entah bagaimana melakukan intervensi pengakuan dan dukungan atas kudeta militer," ujar Beltagi.
"Ini menambah kondisi kebencian terhadap negara-negara Eropa dan Amerika yang menyatakan selalu berdiri dengan rezim lalim terhadap bangsa-bangsa yang mencari kebebasan," tambahnya. [IT/ON/ASS]
Kerusuhan Mesir
Ulama Salafi Benarkan Pemerkosaan Demonstran Wanita Mesir
Islam
Times- "Para perempuan di Tahrir Square itu bukan dalam rangka
memprotes, tetapi mereka ingin merasakan pelecehan seksual karena ingin
diperkosa.
Seorang ulama salafi Mesir membenarkan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap demonstran perempuan di Tahrir Square di Kairo.
Ulama itu menuding para demonstran wanita itu sebagai 'tentara salib' yang tidak punya rasa malu, takut dan bahkan tidak feminis, kata Ahmad Mahmoud Abdullah atau Abu Islam, demikian ulama itu disapa.
"Mereka berada di garis merah. Mereka ingin memberitahu Anda wanita adalah garis merah. Mereka memberitahu Anda, bahwa wanita yang berada di Tahrir Square telanjang dan mereka ingin diperkosa! Dan mereka meminta Presiden Morsi dan Ikhwanul Muslimin untuk meninggalkan kekuasaan!" katanya.
"Para perempuan di Tahrir Square itu bukan dalam rangka memprotes, tetapi mereka ingin merasakan pelecehan seksual karena ingin diperkosa.
"Mereka tidak memiliki rasa malu, takut, dan bahkan tidak feminisme. Praktikkan feminisme Anda, Sheikha! Ini adalah hak yang sah bagi Anda untuk menjadi seorang wanita, "katanya.
"Dan berbicara soal mereka, 90 persen dari mereka adalah tentara salib dan 10 persen sisanya adalah janda. Anda melihat wanita berbicara seperti monster, " tambahnya.
Selanjutnya dia juga menyatakan, para aktivis politik perempuan sebagai setan. [IT/TGM]
Demo Pro Morsi di Mesir
Breaking News: ElBaradei Terpilih sebagai Perdana Menteri Mesir
Islam
Times- Namun, seorang anggota senior Ikhwanul Muslimin Mesir menolak
penunjukan tokoh oposisi terkemuka, Mohamed ElBaradei itu sebagai
perdana menteri baru Mesir.
Demo Mesir
Salah satu pemimpin koalisi oposisi Presiden Mesir terguling, Mohamed Morsi, Mohamed ElBaradei, terpilih sebagai perdana menteri baru Mesir. Demikian Press TV melaporkan, Sabtu malam, 06/07/13.
Namun, seorang anggota senior Ikhwanul Muslimin Mesir menolak penunjukan tokoh oposisi terkemuka, Mohamed ElBaradei itu sebagai perdana menteri baru Mesir. [IT/ASS/ON]
Kudeta Militer
Kembali kekerasan atas nama agama terjadi, setelah pembunuhan ulama Syiah Mesir oleh kelompok Takfiri beberapa pekan lalu, kini dilaporkan, seorang bersenjata tak dikenal menembak mati satu pendeta Kristen Koptik di kota Mesir El-Arish di Semenanjung Sinai, kata pejabat keamanan mengatakan.
Sumber-sumber keamanan mengatakan, peristiwa pembunuhan tokoh agama Kristen itu terjadi pada Sabtu sore, 06/07/13.
Sumber keamanan lebih lanjut mengatakan motif di balik pembunuhan itu masih belum jelas. Dan hingga saat ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Kristen Koptik mempunyai komunitas sekitar 10 persen dari 85 juta jumlah penduduk Mesir.
Kekerasan terhadap tokoh minoritas itu terjadi sehari setelah seorang pria bersenjata berat menyerang beberapa pos pemeriksaan di daerah bergolak tersebut dan menewaskan sedikitnya lima personel keamanan dan melukai beberapa orang lainnya.[IT/ASS/BH]
Departemen Kesehatan Mesir mengatakan, sekitar 36 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka setelah para pendukung mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi melakukan unjuk rasa besar di Kairo.
Mohammad Sultan, wakil kepala otoritas ambulans Mesir, dalam sebuah pernyataan mengatakan, setidaknya 36 orang tewas dan lebih dari 1.100 lainnya terluka dalam kekerasan di seluruh Mesir hanya pada hari Jumat.
Korban berjatuhan setelah terjadi pertempuran dan bentrokan di ibukota Kairo, Alexandria di Mediterania, dan Semenanjung Sinai.
Sementara itu, pendukung mantan Presiden Morsi juga berjanji akan melakukan protes besar di seluruh negeri ini.
Para demonstran pro-Morsi akan melanjutkan kampanye mereka sampai pemimpinnya dikembalikan ke kekuasaannya.
Sementara itu, tentara Mesir dan pasukan keamanan terus menangkapi para tokoh politik Ikhwanul Muslimin. [IT/TGM]
Pendeta Kristen Koptik Mesir Terbunuh
Islam
Times- Sumber keamanan lebih lanjut mengatakan motif di balik
pembunuhan itu masih belum jelas. Dan hingga saat ini belum ada kelompok
yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Koptik Pope Tawadros II
Kembali kekerasan atas nama agama terjadi, setelah pembunuhan ulama Syiah Mesir oleh kelompok Takfiri beberapa pekan lalu, kini dilaporkan, seorang bersenjata tak dikenal menembak mati satu pendeta Kristen Koptik di kota Mesir El-Arish di Semenanjung Sinai, kata pejabat keamanan mengatakan.
Sumber-sumber keamanan mengatakan, peristiwa pembunuhan tokoh agama Kristen itu terjadi pada Sabtu sore, 06/07/13.
Sumber keamanan lebih lanjut mengatakan motif di balik pembunuhan itu masih belum jelas. Dan hingga saat ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Kristen Koptik mempunyai komunitas sekitar 10 persen dari 85 juta jumlah penduduk Mesir.
Kekerasan terhadap tokoh minoritas itu terjadi sehari setelah seorang pria bersenjata berat menyerang beberapa pos pemeriksaan di daerah bergolak tersebut dan menewaskan sedikitnya lima personel keamanan dan melukai beberapa orang lainnya.[IT/ASS/BH]
Kudeta Militer
Khairat al-Shater, wakil pemimpin Ikhwanul Muslimin telah ditangkap, demikian menurut keterangan salah satu pejabat di Kementerian Dalam Negeri Mesir, Sabtu, 06/07/13.
"Khairat al-Shater dan saudaranya telah ditangkap atas permintaan jaksa," sebagaimana dikutip oleh AFP.
Shater, adalah seorang pengusaha kaya dan merupakan mesin utama dan penggerak strategi politik gerakan ini. Dia ditangkap oleh pihak berwenang Mesir di apartemennya di Kairo.
Sumber-sumber keamanan mengatakan, Shater kemudian ditahan atas dugaan menghasut untuk melakukan kekerasan.
Pada hari Jumat, setidaknya 30 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam bentrokan antara pendukung dan penentang Morsi di seluruh Mesir, menurut pejabat Kementerian Kesehatan Mesir.[IT/ASS/BH]
Kudeta Militer
Penggerak Utama Gerakan IM Ditangkap Keamanan Mesir
Islam
Times- Shater, adalah seorang pengusaha kaya dan merupakan mesin utama
dan penggerak strategi politik gerakan ini. Dia ditangkap oleh piahk
berwenang Mesir di apartemennya di Kairo.
Khairat al-Shater
Khairat al-Shater, wakil pemimpin Ikhwanul Muslimin telah ditangkap, demikian menurut keterangan salah satu pejabat di Kementerian Dalam Negeri Mesir, Sabtu, 06/07/13.
"Khairat al-Shater dan saudaranya telah ditangkap atas permintaan jaksa," sebagaimana dikutip oleh AFP.
Shater, adalah seorang pengusaha kaya dan merupakan mesin utama dan penggerak strategi politik gerakan ini. Dia ditangkap oleh pihak berwenang Mesir di apartemennya di Kairo.
Sumber-sumber keamanan mengatakan, Shater kemudian ditahan atas dugaan menghasut untuk melakukan kekerasan.
Pada hari Jumat, setidaknya 30 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam bentrokan antara pendukung dan penentang Morsi di seluruh Mesir, menurut pejabat Kementerian Kesehatan Mesir.[IT/ASS/BH]
Depkes Mesir: 36 Orang Tewas dalam Betrokan Jumat
Islam
Times- Mohammad Sultan, wakil kepala otoritas ambulans Mesir, dalam
sebuah pernyataan mengatakan, setidaknya 36 orang tewas dan lebih dari
1.100 lainnya terluka dalam kekerasan di seluruh Mesir hanya pada hari
Jumat.
Departemen Kesehatan Mesir mengatakan, sekitar 36 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka setelah para pendukung mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi melakukan unjuk rasa besar di Kairo.
Mohammad Sultan, wakil kepala otoritas ambulans Mesir, dalam sebuah pernyataan mengatakan, setidaknya 36 orang tewas dan lebih dari 1.100 lainnya terluka dalam kekerasan di seluruh Mesir hanya pada hari Jumat.
Korban berjatuhan setelah terjadi pertempuran dan bentrokan di ibukota Kairo, Alexandria di Mediterania, dan Semenanjung Sinai.
Sementara itu, pendukung mantan Presiden Morsi juga berjanji akan melakukan protes besar di seluruh negeri ini.
Para demonstran pro-Morsi akan melanjutkan kampanye mereka sampai pemimpinnya dikembalikan ke kekuasaannya.
Sementara itu, tentara Mesir dan pasukan keamanan terus menangkapi para tokoh politik Ikhwanul Muslimin. [IT/TGM]
Wahabi Menunjukkan Sikap Hipokrit Mereka pada Dunia
Kinerja Buruk Penguasa Mesir Sebabkan Kudeta
Umat Syiah dan Sunni menggelar doa bersama usai menunaikan shalat Jumat di masjid suci Imam Husain (saw) di Karbala, Irak.
Menurut nukilan laporan Shafaqna (Shia News Cooperation Agency), Al-Alam melaporkan bahwa Ayatullah Sistani sebelumnya telah menyerukan shalat Jumat bersama Syiah dan Sunni di Karbala.
Selain itu, shalat Jumat persatuan Islam itu juga digelar di Baghdad, ibukota Irak, di masjid "Um Al-Tabul" dan dihadiri oleh tokoh-tokoh agama serta berbagai kelompok masyarakat.
Atas prakarsa Nuri al-Maliki sebelumnya, Baghdad juga telah mengadakan shalat Jumat bersama Syiah dan Sunni yang berlangsung selama beberapa minggu terakhir. [IT/On]
Menurut
Kantor Berita ABNA, peringatan kesyahidan Syaikh Hasan Shahatah beserta
4 warga Syiah Mesir lainnya yang syahid ditangan sejumlah massa Salafi
ekstrim di perkampungan Abu Muslim di hari peringatan kelahiran Imam
Mahdi as diselenggarakan di Masjid Arak Teheran.
Dalam
majelis duka tersebut, Hujjatul Islam Abbas Ali Akhtari Imam Jum'at
kota Rei dihadapan sejumlah kaum muslimin yang hadir menyampaikan
ceramahnya sekaligus mengawali dibukanya majelis tersebut. Turut hadir
sejumlah ulama besar diantaranya Sekjen Majma Jahani Ahlul Bait
Ayatullah Muhammad Hasan Akhtari, Sekjen Lembaga Internasional
Pendekatan Mazhab-mazhab Islam Hujjatul Islam Araki, termasuk kepala
Duta Besar Suriah untuk Iran DR. Adnan Hasan Mahmud dan sejumlah tokoh
penting lainnya.
Sekretaris
Jenderal Majma Jahani Ahlul Bait as, Ayatullah Akhtari dalam ceramahnya
mengutuk keras aksi keji yang menyebabkan kesyahidan ulama Syiah di
Mesir sembari mengatakan bahwa lewat aksi biadab tersebut kelompok
Salafi/Wahabi sedang menyingkap sikap hipokrit mereka dihadapan dunia.
Tambah
beliau lagi, kebiadaban sekte Salafi Wahabi telah sampai pada
puncaknya. Menghilangkan nyawa seorang muslim sembari menyebut itu
sebagai bukti kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya.
"Dunia
Islam telah menjadi saksi dari kekejian dan kekejaman kelompok Wahabi,
yang mempunyai berideologi ekstrim, menghilangkan nyawa orang yang
berbeda paham dengan mereka adalah amalan mulia dan mengklaim diri itu
adalah ajaran Nabi dan hanya merekalah yang lebih pantas disebut sebagai
pengikut Nabi Muhammad Saw." Tambah ulama Iran tersebut.
"Pengikut
ajaran Wahabi telah mengoyak hati manusia dan mengizinkan aksi-aksi
kejam berlangsung di Suriah dengan dalih mereka adalah Syiah yang telah
mencerca sahabat Nabi. Sementara yang telah mengunyah hati Hamzah paman
Nabi Saw dan yang membakar jasad Muhammad bin Abu Bakar mereka golongkan
sebagai kelompok sahabat juga."
Dalam
lanjutan ceramahnya, Ayatullah Akhtari dengan menukil ayat dari
Al-Qur'an beliau menyatakan, kelompok Wahabi adalah kelompok sesat yang
secara sadar atau tidak telah mengabdikan dirinya untuk kepentingan AS
dan rezim Zionis. "Mereka pantas digelari boneka AS dan Zionis."
Tegasnya.
Dipenghujung
ceramahnya, beliau menyampaikan, "Ahlusunnah yang sejati adalah mereka
yang mengikuti Sunnah Nabi Muhammad Saw, bukan golongan Wahabi yang
membunuh dan menjarah mereka yang mengaku mencintai dan mengikuti Nabi
dan Ahlul Baitnya."
Menurut
Kantor Berita ABNA, Khatib Shalat Jumat Tehran, Ayatullah Sayid Ahmad
Khatami mengatakan, Mesir adalah tempat munculnya Kebangkitan Islam dan
rakyat Muslim di negara itu merupakan para pecinta Islam di mana selama
setahun ini berpartisipasi dalam berbagai pemilu untuk memilih
wakil-wakil mereka. Namun sayangnya, mereka yang keluar dari Kebangkitan
Islam telah bertindak buruk sehingga terjadi kudeta kembali dan para
pengkudeta berkuasa.
Ayatullah
Khatami dalam khutbah Jumat di Tehran menandaskan, mereka yang keluar
dari Kebangkitan Islam alih-alih mengajak dunia Islam untuk bersatu,
tetapi mereka justru mendukung kelompok-kelompok Takfiri pembunuh
manusia. Bahkan di kancah politik, mereka menyikapi rezim Zionis Israel
dengan tindakan yang bertentangan dengan slogan-slogan mereka
sebelumnya. Mereka menegaskan berlanjutnya Perjanjian Camp David dan
melancarkan Iranpbobia dan Syiahphobia. Demikian dilaporkan FNA, Jumat
(5/7).
Lebih
lanjut Khatib Shalat Jumat Tehran menuturkan, dampak dari perilaku dan
pendekatan tersebut adalah turunnya puluhan juta orang ke jalan-jalan
dan kudeta terjadi lagi.
Ayatullah
Khatami menambahkan, kita berharap rakyat Mesir yang mencintai
Kebangkitan Islam tidak mengizinkan negara mereka kembali berubah
menjadi "halaman kosong" bagi rezim Zionis Israel.
Terkait
pembunuhan terhadap Sheikh Hassan Shehata, ulama dan cendekiaan
terkemuka Syiah Mesir oleh kelompok Takfiri pada 24 Juni, Ayatullah
Khatami mengatakan, sekitar seribu orang menyerang perayaan Nisfu Syaban
di rumah ulama besar ini dan Sheikh Shehata pun gugur syahid.
Khatib
Shalat Jumat Tehran menuturkan, "Mereka berkaitan dengan Wahabisme, dan
Wahabisme adalah buatan Inggris. Mereka di masa lalu juga menyerang
Karbala, dan dengan 12.000 pasukan (berdasarkan data dengan jumlah yang
paling sedikit) telah membunuh 3.000 orang. Di Suriah, mereka membunuh
remaja putri di hadapan kedua orang tuanya."
Ketika
menyinggung pernyataan anti-Wahabisme oleh para ulama, Ayatullah
Khatami menandaskan, diharapkan selain memerangi akibat, penyebabnya
juga harus diperangi, dan dengan tegas harus dikatakan bahwa Wahabisme
tidak ada hubungannya dengan Islam.
Terkait
perlawanan Ahlussunnah terhadap Wahabisme, Khatib Shalat Jumat Tehran
mengatakan, Ahlussunah telah mempublikasikan lebih dari 30 buku yang
menentang Wahabisme dan Syiah telah menulis 17 buku serupa.
"Kita berharap perlawanan terhadap musuh Islam ini akan membuahkan hasil," ujarnya.
Selanjutnya
daam khutbah keduanya, Ayatullah Sayid Ahmad Khatami berkata, "Orang
yang meraih tampuk kekuasaan bersandar dengan kebangkitan Islam. Apa
yang telah mereka lakukan sehingga memicu perebutan kekuasaan adalah
tindakan yang tidak baik. Mereka telah mengganti wacana persatuan umat
Islam menjadi dukungan terhadap kelompok pembunuh takfiri, atau hanya
sekedar diam ketika berhadapan dengan kelompok tersebut."
"Slogan
mereka saat revolusi adalah memerangi rezim. Namun ketika giliran
mereka yang berkuasa, bukan hanya mengacuhkan slogan revolusi bahkan
perjanjian David Camp justru semakin mereka perkokoh, menyebut Simon
Peres saudara melalui surat yang dikirimnya dan bahkan mengirim delegasi
ke rezim Zionis." Tambahnya.
"Mereka
ini bingung dalam memilih kawan dan lawan, mereka terjebak dalam Iran
fobia dan Syiah fobia sehingga hati mereka justru terpikat kepada musuh.
Yang memancing jutaan rakyat turun ke jalan untuk menuntut peralihan
kekuasaan. Rakyat Mesir yang sadar menyebabkan mereka menjaga nilai
kebangkitan Islam. Mereka tidak membiarkan rezim Mubarak Mesir yang
sudah runtuh menghidupkan rezim Zionis sekali lagi." Jelasnya.
Saya adalah Ayah dari Pengikut Sunni dan Syiah
"Persatuan
kaum muslimin adalah perintah penting dan mendesak dalam Islam dan
memang pada kenyataannya kita sangat membutuhkan itu. Dan tanpa adanya
persatuan itu, tidak ada hari bagi kita untuk bisa bangkit dan mencapai
kejayaan."
|
Menurut
Kantor Berita ABNA, upaya keras kelompok Salafi dalam beberapa bulan
terakhir di Mesir untuk memecah belah antara Sunni dan Syiah dan
menyebar luaskan dakwah mereka bahwa Syiah bukan Islam dan termasuk
sebagai golongan kafir tidak membuahkan hasil. Rektor Universitas al
Azhar Mesir, Syaikh DR. Ahmad Tayyib untuk kesekian kalinya menyikapi
pengkafiran Syiah yang dilakukan kelompok Wahabi/Salafi mengatakan,
"Hari ini, kami senantiasa berupaya keras mewujudkan persatuan kaum
muslimin, diseluruh negara-negara muslim. Meskipun sekelompok orang tidak senang dan terus gencar menyebarkan fitnah perpecahan di tubuh kaum muslimin.
Rektor
Universitas Al Azhar tersebut melanjutkan, "Persatuan kaum muslimin
adalah perintah penting dan mendesak dalam Islam dan memang pada
kenyataannya kita sangat membutuhkan itu. Dan tanpa adanya persatuan
itu, tidak ada hari bagi kita untuk bisa bangkit dan mencapai kejayaan."
Berkenaan
dengan stasiun-stasiun TV yang gencar menyiarkan program yang menyebut
Syiah kafir dan bukan Islam, ulama besar Mesir tersebut mengatakan, "Itu
adalah perbuatan dan tindakan yang tidak bisa diterima. Dan sama sekali
tidak ada penjelasan dan hujjahnya dari Al-Qur'an, hadits dan Islam.""Kami
shalat dibelakang Imam jama'ah Syiah dan demikian pula sebaliknya yang
dilakukan umat Syiah. Mereka mengimani Al-Qur'an yang sama, dan tidak
memiliki Al-Qur'an yang berbeda. Jika mereka memiliki Al-Qur'an yang
berbeda, tentu para orientalis akan menjadikan itu sebagai bahan
pengkajian dan penelitian mereka dan akan menyampaikan kepada kita
secara terbuka." Lanjutnya.
Lebih
lanjut Rektor Al Azhar tersebut menyatakan tidak ada perbedaan antara
Sunni dan Syiah yang fundamental yang dapat menjadikan alasan satu sama
lain saling mengkafirkan. "Munculnya perbedaan dalam masalah amal,
pandangan dalam politik adalah perbedaan dalam masalah ijtihadi. Dan
kehadiran Universitas al Azhar adalah mewujudkan persatuan umat Islam
ditengah-tengah adanya perbedaan pendapat dalam masalah ijtihadi
tersebut. Itulah tujuan asli dari eksistensi Universitas Al Azhar."
Menyinggung
niatnya melakukan perjalanan ke Irak termasuk mengunjungi kota Najaf,
beliau mengatakan, "Saya adalah ayah dari pengikut Sunni dan Syiah, dan
insya Allah dalam waktu dekat akan melakukan perjalanan ke Irak dan
akan berziarah ke kota Najaf."
Sunni dan Syiah Bersaudara
Warga Syiah dan Sunni Shalat Berjamaah di Masjid Imam Husain Irak
Islam
Times- Menurut nukilan laporan Shafaqna (Shia News Cooperation Agency),
Al-Alam melaporkan bahwa Ayatullah Sistani sebelumnya telah menyerukan
shalat Jumat bersama Syiah dan Sunni di Karbala.
Sunni dan Syiah gelar Shalat Jumat bersama
Umat Syiah dan Sunni menggelar doa bersama usai menunaikan shalat Jumat di masjid suci Imam Husain (saw) di Karbala, Irak.
Menurut nukilan laporan Shafaqna (Shia News Cooperation Agency), Al-Alam melaporkan bahwa Ayatullah Sistani sebelumnya telah menyerukan shalat Jumat bersama Syiah dan Sunni di Karbala.
Selain itu, shalat Jumat persatuan Islam itu juga digelar di Baghdad, ibukota Irak, di masjid "Um Al-Tabul" dan dihadiri oleh tokoh-tokoh agama serta berbagai kelompok masyarakat.
Atas prakarsa Nuri al-Maliki sebelumnya, Baghdad juga telah mengadakan shalat Jumat bersama Syiah dan Sunni yang berlangsung selama beberapa minggu terakhir. [IT/On]
Genosida Muslim Syiah
By Jaka Kelana
Sebagai Muslim dan warga negara Indonesia yang dikenal ramah dan toleran, kita tentu tak suka dengan apa yang terungkap dalam tulisan ini. Tapi, seperti sabda Nabi Muhammad: Ungkapkanlah kebenaran meskipun pahit rasanya. Mengapa? Karena kebenaran dan hanya kebenaranlah yang dapat membawa kita semua kepada kemerdekaan—jalan utama menuju kemuliaan hakiki manusia, seluruh manusia. The truth will set you free.
Siapa sangka…agama ternyata hanyalah mainan buat sebagian orang? Dan siapa yang tega melihat bahwa permainan itu sebenarnya didalangi oleh tokoh agama a.k.a. kiai? Tapi begitulah yang dapat kita temukan dari hasil kajian Abdur Rozaki berjudul The Origins and Political Power of Blaters (Thugs) in Madura yang terbit di jurnal Kyoto Review edisi Desember 2009 (http://kyotoreview.org/wp-content/uploads/Abdur-Rozaki-ENG.pdf).
Rozaki mengungkapkan jalinan sosio-kultural yang begitu padu-padan antara kiai di satu sisi dan jagoan, bromocorah atau bajingan di sisi lain; bagaimana kedua elemen itu menjadi kombinasi yang tokcer dalam memenangkan seluruh pertarungan di pulau Madura, terutama sejak runtuhnya Orde Baru dengan segala tentakel komando teretorialnya. Udara kebebasan membuka semesta baru bagi sejoli lama itu untuk kian mencengkram rakyat dan memutar kepala tiap orang Madura ke arah yang mereka inginkan.
Sebagai contoh, kolaborasi kiai-jagoan ini pada mulanya sama-sama menolak pembangunan jembatan Suramadu yang direncanakan sejak akhir era Orde Baru. Seribu satu dalil agama dan budaya ditebar. Tarik-ulur panjang pun terjadi. Akibatnya, pelaksanaan pembangunan jembatan Suramadu jadi berlarut-larut dan berpuncak di sini: lonjakan harga tanah. Tapi, di titik itulah mereka balik badan dan mendulang rejezi nomplok. Cukongnya, menurut sebuah sumber, tak lain adalah grup bisnis Dharmala dan Salim yang telah melahap banyak tanah di Surabaya dan Mojokerto.
Contoh lain yang lebih miris: kasus kerusuhan Sampit. Dalam tempo dua pekan pasca kerusuhan itu, Sampang menampung 88.501 pengungsi dari Kalimantan. Puluhan ribu pengungsi itu tinggal di 12 distrik Sampang. Sebagian di tenda-tenda pengungsian. (Catatan: barangkali ini yang menjelaskan kenapa warga Sampang seolah mati rasa dengan derita 200an warga Syiah yang terusir dari tanah kelahiran mereka). Duet Kiai-Jagoan pada intinya memproyekkan pengungsi Kalimantan itu sedemikian hingga suatu waktu bantuan beras untuk pengungsi pun harus diberikan ke warga non pengungsi dengan alasan warga asli juga miskin.
Pasca tragedi Sampit itu kolaborasi Kiai-Jagoan naik ke tingkat yang lebih canggih lantaran hubungan mereka dengan jaringan LSM dan ranah kebijakan Jakarta. Semua proyek pengungsi Kalimantan harus lewat mereka atau risikonya program tidak jalan. Sejumlah LSM luar pun harus membayar upeti demi menyalurkan program-program bantuan bagi para pengungsi korban kekerasan di Sampit. Kita juga tentu tahu bahwa sejumlah LSM itu berkalang dusta dan berlumuran dosa. Tapi, ironisnya, di kubangan itulah para kiai dibantu para jagoan ini ramai-ramai menceburkan diri.
Untuk mengokohkan cengkauan mereka di Madura, kolaborasi kiai-jagoan itu kini memasukkan unsur baru yang tak kalah berpengaruhnya, yakni klebun (kepala desa). Dan berkat kerjasama tripartit inilah Madura seperti jadi wilayah otonomi khusus, wilayah yang tak tersentuh Jakarta—dan mungkin juga konstitusi negara. Tak heran bila seorang pejabat negara di jajaran Kesbangpol sampai berani sesumbar bahwa tak ada yang bisa menolak keinginan tiga serangkai penguasa Madura itu sekalipun Presiden SBY. (Catatan: sesumbar ini sempat terekam oleh seorang aktivis yang bertemu langsung dengan si pejabat tersebut).
Nah, setelah semua di atas, kita bisa membayangkan betapa naik pitam mereka saat Tajul Muluk, ustad berumur empat puluhan itu, mulai mengajak umatnya menggedor hegemoni itu. Tak tanggung-tanggung, Tajul meminta seluruh muridnya melawan dan menolak tunduk pada segala kebiasaan yang membelenggu mereka. Dia bahkan bertekad menciptakan tradisi baru: memonitor program-program pemerintah; mengirim anak-anak bersekolah umum dan meninggalkan pesantren; menghentikan tradisi maulid bergilir yang menyedot harta rakyat; dan sebagainya. Inilah yang menjelaskan dendam membara yang melanda para kiai, jagoan dan birokrat terhadap “segelintir” warga Syiah Sampang yang hendak mengibarkan gerakan pemberontakan di dusun Nangkernang dan Bluuran.
So, konflik di Madura, seperti juga banyak konflik lain di dunia ini, ternyata tidak berakar dari perbedaan pemahaman tentang Islam. Sama sekali tidak. Sesungguhnya Islam memang terlalu suci untuk melahirkan konflik remeh temeh seperti itu. Bahkan siapa saja yang bersuluh pada Islam melalui Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang sahih justru bakal menebar kedamaian dan bukan permusuhan. Bagaimana tidak. Islam adalah agama yang tumbuh subur di Nusantara ini dengan damai dan akan terus demikian.
Maka itu, marilah kita kembalikan konflik di Sampang pada akar yang sejatinya: politik kekuasaan yang terusik, keserakahan yang terhambat dan hegemoni yang terancam. Tajul Muluk dan murid-muridnya—sadar atau tidak—sebenarnya merupakan kelompok kecil yang menyuarakan batin puluhan juta rakyat Indonesia yang muak dengan politisasi Islam dan premanisme yang terselip di balik dalil-dalil sang kiai. Dari Sampang itulah sebuah bibit gerakan telah ditanam, yang tentu tidak akan berbuah tanpa siraman kita semua. [IT/Jaka Kelana]
Apa yang terjadi di program Indonesia Lawyers Club 25 Juni 2013 lalu sebenarnya sudah keluar dari pakem. Ada garis batas yang terlanggar di sana: segelintir orang--sebagaimana yang ditegaskan oleh Kyai Sampang Ja'far Shodiq di acara tersebut--dapat mengungkapkan isi hati dan mengabarkan peristiwa yang sebenarnya.
Dalam pikiran kelompok intoleran, situasi itu sendiri haram hukumnya. Insting pembasmi yang primitif menuntut mangsa merinding ketakutan dan tak melawan. Ketika korban mulai mendapat sedikit ruang untuk melawan, maka si predator bakal kebakaran jenggot dan kehilangan kedamaian neurotiknya.
Dalam acara itu kita dan pemirsa menyaksikan sekelompok korban kekerasan yang diberi waktu dan tempat untuk bebas berbicara, mengungkapkan isi hati dan jalan pikiran mereka sendiri. Dan tentu semua itu suatu kemewahan yang tak layak diraih oleh "segelintir orang" yang telah disesatkan dan dikafirkan; suatu kemuliaan yang haram mereka peroleh. Itulah mengapa kita melihat, di sisi lain, para "kyai" yang mewakili mayoritas pun bersungut-sungut; mengumbar ancaman dan kemarahan.
Kemudian setelah acara berakhir, kru ILC mendapat sumpah serapah dan kecaman. Dan keputusan akhir mereka: segalanya telah direkayasa dan dibayar untuk memenangkan segelintir orang yang tak layak hidup tersebut.
Tentu banyak orang yang terheran-heran melihat bagaimana sejumlah kyai yang mengatasnamakan NU itu dapat berperilaku sedemikian garang dan gahar menghadapi segelintir warga negara yang berbeda mazhab? Di sinilah substansi masalahnya. Mereka merasa mewakili dunia seisinya plus agama dan segenap kesuciannya.
Perasaan ini begitu mengganggu struktur berpikir dan sendi kewarasan sejumlah kyai itu sehingga membuat mereka begitu tak kuasa melihat segelintir korbannya masih mampu berbicara dan diberi ruang untuk berekspresi layaknya manusia pada umumnya. Dalam pikiran orang-orang yang merasa mewakili Allah di bumi, semua musuh yang telah dikutuk dengan kekafiran dan kesesatan harus dimusnahkan dan haram diberi kesempatan untuk membela diri.
Dan semua itu telah menjadi keputusan langit yang menjadi hak prerogatif mereka.
Nah, bila karena satu dan lain alasan, segelintir korban itu mampu berkelit dan bernafas dalam udara bebas untuk sejenak menyuarakan versi mereka dari kenyataan, maka hanya murka yang lebih besar dan ancaman lebih keras yang layak mereka terima. Bahkan, siapa saja yang telah "berkolaborasi" untuk mewujudkan ruang bagi segelintir korban itu untuk bersuara patut dikutuk, dihujat, disumpahi, dan dianggap sebagai makhluk hina yang dibayar atau dibeli.
Jadi bagaimana cara menghadapi sekelompok orang seperti ini? Akankah mereka kita biarkan untuk mewakili agama Islam yang suci ini dan berbicara dengan lisan Allah dan Rasul-Nya yang penuh rahmat? Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan ini, terutama di dunia yang sudah semakin kehilangan kewarasan dan akal sehat. Namun, yang pasti, bila insting keberingasan atas nama Allah ini tidak dicegah, maka ia akan berubah menjadi api yang akan membakar semua.
Rakyat Mesir menyadari gejala serupa dan bersama-sama bangkit memadamkan api kebencian atas nama agama itu untuk sekali dan selamanya. Mereka menyebut gerakan yang dimotori para pemuda itu dengan Tamarud (Pemberontakan). Puluhan juta orang turun ke jalanan untuk menolak rezim Ikhwanul Muslimin.
Tapi mengapa? Mengapa setelah mampu bertahan menerima penghinaan dan penindasan Mubarak selama 30 tahun, ternyata rakyat Mesir tak kuasa menahan api kebencian dan kekerasan atas nama Islam yang dikobarkan Ikhwanul Muslimin--ormas dan parpol terbesar di Mesir--meskipun hanya kurang dari dua tahun? Mengapa? Karena mereka sadar bahwa kekejaman rezim Mubarak tak pernah menggunakan dalil-dalil agama sebagai dasar pembenaran, sehingga setiap saat seluruh dalil itu dapat disanggah dan dibantah.
Tetapi, masalahnya akan sangat berbeda bila para pelaku kekerasan sudah merasa mendapat mandat dari langit dan melakukannya dengan sepenuh hati dan ketenangan.
Kekerasan atas nama agama ini sedemikian berbahaya bagi masyarakat karena—bahkan jika mereka gagal melaksanakan aksi-aksi kekejamannya—mereka merasa bakal mendapat ganjaran surga dan bidadari di akhirat kelak.
Menurut sebuah sumber, ada sekitar 2000 faksi bersenjata di Suriah yang "berjihad" di bawah komando seorang amir yang merasa mendapat perintah langsung dari Allah untuk sebanyak mungkin menumpahkan darah. Darah siapa? Siapa saja yang tidak taat pada sang amir, baik dari kelompok yang mendukung Assad atau tidak. Pokoknya siapa saja yang tidak taat pada perintah Allah yang datang pada si amir. Nah, inikah masa depan yang kita inginkan untuk Indonesia? Tentu tidak.
Tapi, bila kita tidak memulai dari sekarang, kekerasan atas nama agama itu akan menyebar bak candu yang susah untuk dihilangkan. Dan celakanya, kita tak pernah tahu dari mana mulainya penyebaran itu sebelum kita benar-benar sudah berada dalam wabah yang melanda seluruh elemen masyarakat Indonesia yang dikenal religius. [IT/MK]
Celurit Jagoan di Balik Jubah Kiai Madura
Islam
Times - So, konflik di Madura, seperti juga banyak konflik lain di
dunia ini, ternyata tidak berakar dari perbedaan pemahaman tentang
Islam. Sama sekali tidak. Sesungguhnya Islam memang terlalu suci untuk
melahirkan konflik remeh temeh seperti itu.
Celurit
By Jaka Kelana
Sebagai Muslim dan warga negara Indonesia yang dikenal ramah dan toleran, kita tentu tak suka dengan apa yang terungkap dalam tulisan ini. Tapi, seperti sabda Nabi Muhammad: Ungkapkanlah kebenaran meskipun pahit rasanya. Mengapa? Karena kebenaran dan hanya kebenaranlah yang dapat membawa kita semua kepada kemerdekaan—jalan utama menuju kemuliaan hakiki manusia, seluruh manusia. The truth will set you free.
Siapa sangka…agama ternyata hanyalah mainan buat sebagian orang? Dan siapa yang tega melihat bahwa permainan itu sebenarnya didalangi oleh tokoh agama a.k.a. kiai? Tapi begitulah yang dapat kita temukan dari hasil kajian Abdur Rozaki berjudul The Origins and Political Power of Blaters (Thugs) in Madura yang terbit di jurnal Kyoto Review edisi Desember 2009 (http://kyotoreview.org/wp-content/uploads/Abdur-Rozaki-ENG.pdf).
Rozaki mengungkapkan jalinan sosio-kultural yang begitu padu-padan antara kiai di satu sisi dan jagoan, bromocorah atau bajingan di sisi lain; bagaimana kedua elemen itu menjadi kombinasi yang tokcer dalam memenangkan seluruh pertarungan di pulau Madura, terutama sejak runtuhnya Orde Baru dengan segala tentakel komando teretorialnya. Udara kebebasan membuka semesta baru bagi sejoli lama itu untuk kian mencengkram rakyat dan memutar kepala tiap orang Madura ke arah yang mereka inginkan.
Sebagai contoh, kolaborasi kiai-jagoan ini pada mulanya sama-sama menolak pembangunan jembatan Suramadu yang direncanakan sejak akhir era Orde Baru. Seribu satu dalil agama dan budaya ditebar. Tarik-ulur panjang pun terjadi. Akibatnya, pelaksanaan pembangunan jembatan Suramadu jadi berlarut-larut dan berpuncak di sini: lonjakan harga tanah. Tapi, di titik itulah mereka balik badan dan mendulang rejezi nomplok. Cukongnya, menurut sebuah sumber, tak lain adalah grup bisnis Dharmala dan Salim yang telah melahap banyak tanah di Surabaya dan Mojokerto.
Contoh lain yang lebih miris: kasus kerusuhan Sampit. Dalam tempo dua pekan pasca kerusuhan itu, Sampang menampung 88.501 pengungsi dari Kalimantan. Puluhan ribu pengungsi itu tinggal di 12 distrik Sampang. Sebagian di tenda-tenda pengungsian. (Catatan: barangkali ini yang menjelaskan kenapa warga Sampang seolah mati rasa dengan derita 200an warga Syiah yang terusir dari tanah kelahiran mereka). Duet Kiai-Jagoan pada intinya memproyekkan pengungsi Kalimantan itu sedemikian hingga suatu waktu bantuan beras untuk pengungsi pun harus diberikan ke warga non pengungsi dengan alasan warga asli juga miskin.
Pasca tragedi Sampit itu kolaborasi Kiai-Jagoan naik ke tingkat yang lebih canggih lantaran hubungan mereka dengan jaringan LSM dan ranah kebijakan Jakarta. Semua proyek pengungsi Kalimantan harus lewat mereka atau risikonya program tidak jalan. Sejumlah LSM luar pun harus membayar upeti demi menyalurkan program-program bantuan bagi para pengungsi korban kekerasan di Sampit. Kita juga tentu tahu bahwa sejumlah LSM itu berkalang dusta dan berlumuran dosa. Tapi, ironisnya, di kubangan itulah para kiai dibantu para jagoan ini ramai-ramai menceburkan diri.
Untuk mengokohkan cengkauan mereka di Madura, kolaborasi kiai-jagoan itu kini memasukkan unsur baru yang tak kalah berpengaruhnya, yakni klebun (kepala desa). Dan berkat kerjasama tripartit inilah Madura seperti jadi wilayah otonomi khusus, wilayah yang tak tersentuh Jakarta—dan mungkin juga konstitusi negara. Tak heran bila seorang pejabat negara di jajaran Kesbangpol sampai berani sesumbar bahwa tak ada yang bisa menolak keinginan tiga serangkai penguasa Madura itu sekalipun Presiden SBY. (Catatan: sesumbar ini sempat terekam oleh seorang aktivis yang bertemu langsung dengan si pejabat tersebut).
Nah, setelah semua di atas, kita bisa membayangkan betapa naik pitam mereka saat Tajul Muluk, ustad berumur empat puluhan itu, mulai mengajak umatnya menggedor hegemoni itu. Tak tanggung-tanggung, Tajul meminta seluruh muridnya melawan dan menolak tunduk pada segala kebiasaan yang membelenggu mereka. Dia bahkan bertekad menciptakan tradisi baru: memonitor program-program pemerintah; mengirim anak-anak bersekolah umum dan meninggalkan pesantren; menghentikan tradisi maulid bergilir yang menyedot harta rakyat; dan sebagainya. Inilah yang menjelaskan dendam membara yang melanda para kiai, jagoan dan birokrat terhadap “segelintir” warga Syiah Sampang yang hendak mengibarkan gerakan pemberontakan di dusun Nangkernang dan Bluuran.
So, konflik di Madura, seperti juga banyak konflik lain di dunia ini, ternyata tidak berakar dari perbedaan pemahaman tentang Islam. Sama sekali tidak. Sesungguhnya Islam memang terlalu suci untuk melahirkan konflik remeh temeh seperti itu. Bahkan siapa saja yang bersuluh pada Islam melalui Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang sahih justru bakal menebar kedamaian dan bukan permusuhan. Bagaimana tidak. Islam adalah agama yang tumbuh subur di Nusantara ini dengan damai dan akan terus demikian.
Maka itu, marilah kita kembalikan konflik di Sampang pada akar yang sejatinya: politik kekuasaan yang terusik, keserakahan yang terhambat dan hegemoni yang terancam. Tajul Muluk dan murid-muridnya—sadar atau tidak—sebenarnya merupakan kelompok kecil yang menyuarakan batin puluhan juta rakyat Indonesia yang muak dengan politisasi Islam dan premanisme yang terselip di balik dalil-dalil sang kiai. Dari Sampang itulah sebuah bibit gerakan telah ditanam, yang tentu tidak akan berbuah tanpa siraman kita semua. [IT/Jaka Kelana]
Blokade Warga Sampang
Oleh Hertasning Ichlas
Akhirnya saya datang lagi ke GOR Sampang, menjelang siang pada Selasa 7 Mei 2013. Inilah tempat 166 muslim Syiah menjalani pengungsian selama 8 setengah bulan lebih. Saya datang dengan segala kelelahan, karena kurang tidur dan kecamuk perasaan tak menentu memikirkan apa yang akan terjadi di hari ini dan nasib pengungsi. Akankah hari ini mereka dikeluarkan dari GOR menuju tempat relokasi?
Hari ini katanya akan ada penggalangan massa berbentuk demonstrasi ribuan orang dari kampung-kampung sekitar Bluuran dan Karanggayam ke Pemkab dan DPRD Sampang. Tujuannya menolak kepulangan pengungsi dan menuntut pengungsi direlokasi. Ajakan demonstrasi itu kabarnya dilakukan melalui corong-corong masjid dan mushalla. Truk-truk sudah disiapkan di pinggir jalan raya menyambut para warga yang mau demonstrasi sejak pukul 7 pagi.
Ingatan tentang penyerangan kasus Sampang I dan II seketika penuh memanggil di laci memori saya. Memunculkan sikap siaga untuk menghadapi situasi paling buruk yang mungkin harus dihadapi. Lantaran alasan itulah kami berlima datang ke GOR Sampang dari Jakarta. Saya memang ingin menemani pengungsi ketika kemungkinan situasi paling buruk itu terjadi. Apa pun itu.
Tetapi kekhawatiran saya sekejap hilang. Setelah melewati gerbang GOR, melewati sekawanan polisi yang hilir-mudik dan kendaraan mobil mereka, saya masuk ke GOR Sampang yang memilukan itu. Sesampai di pintu gerbang GOR Sampang, saya disambut oleh para pengungsi laki-laki, tua dan muda dengan sambutan yang paling wajar yang bisa mereka berikan karena mungkin mereka tak menyangka jam kedatangan saya bersama 4 kawan lainnya.
Sebagian besar mereka mungkin tak tahu siapa apalagi nama saya kecuali setelah Iklil Al Milal, pemimpin pengungsi di GOR Sampang mendekati dan memeluk kami satu-persatu seraya mengambil pipi saya dan teman-teman lain ke pipinya.
Satu-persatu mereka menyalami, memeluk dan nampak berkeras untuk mencium pipi kami semua yang datang meski kami agak setengah enggan berlama-lama karena kelelahan.
Dengan sehalus-halusnya mereka mencoba menyalami dan memeluk kami disertai ucapan pelan shalawat dari sebagian orangtua saat mencium pipi saya. Satu-persatu, tua dan muda datang. Awalnya saya ingin menyudahi saja dengan salaman, mengingat begitu banyaknya orang untuk disalami, dipeluk dan dicium pipinya. Tapi saya merasa mereka berkeras melakukan itu semua. Mereka mencoba memperlihatkan senyum terbaiknya, seolah ingin menjauhkan tamu mereka dari rasa gundah dan memikirkan kemungkinan buruk hari itu termasuk penderitaan mereka selama ini.
Pelan-pelan, kesabaran, kepasrahan, kepolosan, keberanian, ketulusan dan keyakinan mereka berpindah energinya ke tubuh saya yang lelah dan penuh pikiran tak menentu. Mereka menyelamatkan iman saya kembali dan mengetuk hati saya yang pekat oleh debu pikiran kota, bahwa keyakinan adalah kebanggaan dan kemuliaan bagi mereka tanpa harus mereka berbusa-busa meyakinkan saya.
Saya duduk bersama mereka dan menyatu dengan hati mereka. Kami membicarakan apa yang akan terjadi sebentar lagi dengan datangnya para pendemo. Tak sedikit pun ketakutan memancar dari wajah mereka. Mereka terus tersenyum menyalin penderitaan dari muka mereka dengan kepasrahan. Mereka berbicara sedikit saja. Mungkin karena keterbatasan kosa kata bahasa Indonesia, atau karena tak ada lagi yang perlu dikatakatan dan diyakinkan.
“Saya cuma ingin pulang. Ini salah paham. Bersaudara semua. Sudah lama saya maafkan,” ucap seorang pengungsi lelaki sekitar 40an tahun.
Sayup-sayup demonstrasi pun terdengar. Mereka melintasi GOR Sampang dan berhenti persis di pinggir GOR, dan mengarahkan barisan ke muka kantor DPRD. Jumlahnya tak sebanyak yang dikabarkan. Hanya sekitar 400an orang saja tak seperti angka yang disebut Bupati Sampang sekitar 2 ribuan lebih. Tampak anak-anak remaja mirip santri dan orangtua mendekati manula bergabung dengan lelaki dewasa.
Si korlap yang terlihat tutur katanya cukup rapi memulai orasinya dengan mengatakan ini murni dukungan dari bawah dan berhati-hati provokasi. Satu orang tampak membagi-bagikan air mineral. Sementara yang lainnya menciprat-cipratkan air ke kerumunan pendemo seperti bermaksud mendinginkan udara yang panas di siang bolong itu. Begitu tertib dan teratur. Seorang ibu berbaju kuning berdandan ala orang kota mendekati dan mengatur demo dan kemudian lenyap dengan mobil pribadi. Beberapa orang yang melihat video demonstrasi itu mengatakan bahwa sejumlah tim sukses bupati terlibat di demonstrasi tersebut.
Orasi dipimpin korlap berpeci hitam, berbaju koko dan celana denim mulai meninggikan pesan. Sambil mengatakan Islam adalah rahmatan li lalamin, dia mulai menghujat Tajul Muluk sesat. Tajul Muluk dan pengikutnya usir. Angkat kaki dari Sampang. Antek-antek CIA, dan lain sebagainya. Perwakilan demonstran masuk ke kantor DPRD bertemu dengan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Sampang. Ada Bupati, Ketua DPRD dan Kapolres Sampang berdiri menyambut pendemo.
Dengan sangat lancar dan tanpa keraguan, Forpimda menyetujui keinginan demonstran untuk merelokasi pengungsi dan secepatnya meneruskan hal ini ke Pemprov Jatim. Harapan dan keinginan pengungsi dan korban selama 8 setengah bulan untuk kembali ke kampungnya seperti sirna disapu persetujuan Forpimda begitu saja yang rela terlihat mengeluarkan keputusan atas dasar tekanan massa yang tampak jelas tak bisa dikatakan mewakili penduduk di Karanggayam dan Bluuran.
Demonstrasi itu seperti ingin memberi legitimasi bagi Pemkab Sampang yang memang sejak awal pengungsian sudah menghembuskan isu relokasi.
Saya sedikit banyak sudah menduga sikap yang akan diambil pejabat publik Sampang dengan menjadikan momentum kehadiran massa yang seperti tak punya emosi ini sebagai dalih menguatkan kehendak mereka sejak awal yakni relokasi.
Selama hampir dua tahun mengurus kasus Sampang ini, saya tahu betul mulai dari level nasional dan daerah, begitu langka bisa kita dapati pejabat publik yang bernalar kebangsaan dan bekerja dengan kesadaran konstitusi untuk mengayomi dan menyadarkan warganya hidup rukun menerima perbedaan dengan cara damai bukan cara politis. Yang muncul adalah pejabat publik yang selebor bersikap, saling melempar tanggung jawab, dan suka menjadikan urusan publik sebagai permainan politik. Betul saja kata Bung Hatta, di tangan pemimpin yang buruk, yang terbangun di Indonesia bukan persatuan melainkan persatean nasional.
Di dalam GOR Sampang, pengungsi memilih shalat dzuhur berjamaah. Setelah itu mereka berdoa bersama, masih terdengar suara toa di luar GOR menyesatkan mereka. Dan mereka tahu sudah, bahwa Pemkab Sampang berketetapan merelokasi mereka dengan adanya demontrasi di luar.
Usai shalat, tampak Sekjen AhlulBait Indonesia mengambil tempat di tengah pengungsi memberi tausiah dengan mengatakan pesan penting untuk mencontoh pengorbanan Rasulullah dan Ahlulbaitnya. Mengajak pengungsi untuk bersabar, memaafkan, dan yakin pertolongan Allah pasti akan datang dan mereka yang menindas akan mendapatkan hukuman di pengadilan Allah.
Satu sama lain saling menguatkan bahwa jika Allah memberi kesempatan mereka pulang kampung, mereka akan memaafkan dan menghapus dendam. Jika pemerintah memang tidak mau membangun rumah mereka, mereka mau membangun rumah mereka sendiri dan bertekad ingin menjadi warga yang bermanfaat bagi sesama sebagai sebagus-bagusnya dakwah yang mereka telah yakini.
Terdengar potongan ayat terucap “Wamakaru Wamakarallah Wallahu Khairul Makirin” bahwa "mereka merancang makar, Allah juga merancang. Sesungguhnya Allah sebaik-baik perancang makar."[IT/MK]
Genosida Muslim Syiah
Catatan Kecil Dari Sampang
Islam
Times- Sebagian besar mereka mungkin tak tahu siapa apalagi nama saya
kecuali setelah Iklil Al Milal, pemimpin pengungsi di GOR Sampang
mendekati dan memeluk kami satu-persatu seraya mengambil pipi saya dan
teman-teman lain ke pipinya.
Demo anti Syiah di Sampang
Oleh Hertasning Ichlas
Akhirnya saya datang lagi ke GOR Sampang, menjelang siang pada Selasa 7 Mei 2013. Inilah tempat 166 muslim Syiah menjalani pengungsian selama 8 setengah bulan lebih. Saya datang dengan segala kelelahan, karena kurang tidur dan kecamuk perasaan tak menentu memikirkan apa yang akan terjadi di hari ini dan nasib pengungsi. Akankah hari ini mereka dikeluarkan dari GOR menuju tempat relokasi?
Hari ini katanya akan ada penggalangan massa berbentuk demonstrasi ribuan orang dari kampung-kampung sekitar Bluuran dan Karanggayam ke Pemkab dan DPRD Sampang. Tujuannya menolak kepulangan pengungsi dan menuntut pengungsi direlokasi. Ajakan demonstrasi itu kabarnya dilakukan melalui corong-corong masjid dan mushalla. Truk-truk sudah disiapkan di pinggir jalan raya menyambut para warga yang mau demonstrasi sejak pukul 7 pagi.
Ingatan tentang penyerangan kasus Sampang I dan II seketika penuh memanggil di laci memori saya. Memunculkan sikap siaga untuk menghadapi situasi paling buruk yang mungkin harus dihadapi. Lantaran alasan itulah kami berlima datang ke GOR Sampang dari Jakarta. Saya memang ingin menemani pengungsi ketika kemungkinan situasi paling buruk itu terjadi. Apa pun itu.
Tetapi kekhawatiran saya sekejap hilang. Setelah melewati gerbang GOR, melewati sekawanan polisi yang hilir-mudik dan kendaraan mobil mereka, saya masuk ke GOR Sampang yang memilukan itu. Sesampai di pintu gerbang GOR Sampang, saya disambut oleh para pengungsi laki-laki, tua dan muda dengan sambutan yang paling wajar yang bisa mereka berikan karena mungkin mereka tak menyangka jam kedatangan saya bersama 4 kawan lainnya.
Sebagian besar mereka mungkin tak tahu siapa apalagi nama saya kecuali setelah Iklil Al Milal, pemimpin pengungsi di GOR Sampang mendekati dan memeluk kami satu-persatu seraya mengambil pipi saya dan teman-teman lain ke pipinya.
Satu-persatu mereka menyalami, memeluk dan nampak berkeras untuk mencium pipi kami semua yang datang meski kami agak setengah enggan berlama-lama karena kelelahan.
Dengan sehalus-halusnya mereka mencoba menyalami dan memeluk kami disertai ucapan pelan shalawat dari sebagian orangtua saat mencium pipi saya. Satu-persatu, tua dan muda datang. Awalnya saya ingin menyudahi saja dengan salaman, mengingat begitu banyaknya orang untuk disalami, dipeluk dan dicium pipinya. Tapi saya merasa mereka berkeras melakukan itu semua. Mereka mencoba memperlihatkan senyum terbaiknya, seolah ingin menjauhkan tamu mereka dari rasa gundah dan memikirkan kemungkinan buruk hari itu termasuk penderitaan mereka selama ini.
Pelan-pelan, kesabaran, kepasrahan, kepolosan, keberanian, ketulusan dan keyakinan mereka berpindah energinya ke tubuh saya yang lelah dan penuh pikiran tak menentu. Mereka menyelamatkan iman saya kembali dan mengetuk hati saya yang pekat oleh debu pikiran kota, bahwa keyakinan adalah kebanggaan dan kemuliaan bagi mereka tanpa harus mereka berbusa-busa meyakinkan saya.
Saya duduk bersama mereka dan menyatu dengan hati mereka. Kami membicarakan apa yang akan terjadi sebentar lagi dengan datangnya para pendemo. Tak sedikit pun ketakutan memancar dari wajah mereka. Mereka terus tersenyum menyalin penderitaan dari muka mereka dengan kepasrahan. Mereka berbicara sedikit saja. Mungkin karena keterbatasan kosa kata bahasa Indonesia, atau karena tak ada lagi yang perlu dikatakatan dan diyakinkan.
“Saya cuma ingin pulang. Ini salah paham. Bersaudara semua. Sudah lama saya maafkan,” ucap seorang pengungsi lelaki sekitar 40an tahun.
Sayup-sayup demonstrasi pun terdengar. Mereka melintasi GOR Sampang dan berhenti persis di pinggir GOR, dan mengarahkan barisan ke muka kantor DPRD. Jumlahnya tak sebanyak yang dikabarkan. Hanya sekitar 400an orang saja tak seperti angka yang disebut Bupati Sampang sekitar 2 ribuan lebih. Tampak anak-anak remaja mirip santri dan orangtua mendekati manula bergabung dengan lelaki dewasa.
Si korlap yang terlihat tutur katanya cukup rapi memulai orasinya dengan mengatakan ini murni dukungan dari bawah dan berhati-hati provokasi. Satu orang tampak membagi-bagikan air mineral. Sementara yang lainnya menciprat-cipratkan air ke kerumunan pendemo seperti bermaksud mendinginkan udara yang panas di siang bolong itu. Begitu tertib dan teratur. Seorang ibu berbaju kuning berdandan ala orang kota mendekati dan mengatur demo dan kemudian lenyap dengan mobil pribadi. Beberapa orang yang melihat video demonstrasi itu mengatakan bahwa sejumlah tim sukses bupati terlibat di demonstrasi tersebut.
Orasi dipimpin korlap berpeci hitam, berbaju koko dan celana denim mulai meninggikan pesan. Sambil mengatakan Islam adalah rahmatan li lalamin, dia mulai menghujat Tajul Muluk sesat. Tajul Muluk dan pengikutnya usir. Angkat kaki dari Sampang. Antek-antek CIA, dan lain sebagainya. Perwakilan demonstran masuk ke kantor DPRD bertemu dengan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Sampang. Ada Bupati, Ketua DPRD dan Kapolres Sampang berdiri menyambut pendemo.
Dengan sangat lancar dan tanpa keraguan, Forpimda menyetujui keinginan demonstran untuk merelokasi pengungsi dan secepatnya meneruskan hal ini ke Pemprov Jatim. Harapan dan keinginan pengungsi dan korban selama 8 setengah bulan untuk kembali ke kampungnya seperti sirna disapu persetujuan Forpimda begitu saja yang rela terlihat mengeluarkan keputusan atas dasar tekanan massa yang tampak jelas tak bisa dikatakan mewakili penduduk di Karanggayam dan Bluuran.
Demonstrasi itu seperti ingin memberi legitimasi bagi Pemkab Sampang yang memang sejak awal pengungsian sudah menghembuskan isu relokasi.
Saya sedikit banyak sudah menduga sikap yang akan diambil pejabat publik Sampang dengan menjadikan momentum kehadiran massa yang seperti tak punya emosi ini sebagai dalih menguatkan kehendak mereka sejak awal yakni relokasi.
Selama hampir dua tahun mengurus kasus Sampang ini, saya tahu betul mulai dari level nasional dan daerah, begitu langka bisa kita dapati pejabat publik yang bernalar kebangsaan dan bekerja dengan kesadaran konstitusi untuk mengayomi dan menyadarkan warganya hidup rukun menerima perbedaan dengan cara damai bukan cara politis. Yang muncul adalah pejabat publik yang selebor bersikap, saling melempar tanggung jawab, dan suka menjadikan urusan publik sebagai permainan politik. Betul saja kata Bung Hatta, di tangan pemimpin yang buruk, yang terbangun di Indonesia bukan persatuan melainkan persatean nasional.
Di dalam GOR Sampang, pengungsi memilih shalat dzuhur berjamaah. Setelah itu mereka berdoa bersama, masih terdengar suara toa di luar GOR menyesatkan mereka. Dan mereka tahu sudah, bahwa Pemkab Sampang berketetapan merelokasi mereka dengan adanya demontrasi di luar.
Usai shalat, tampak Sekjen AhlulBait Indonesia mengambil tempat di tengah pengungsi memberi tausiah dengan mengatakan pesan penting untuk mencontoh pengorbanan Rasulullah dan Ahlulbaitnya. Mengajak pengungsi untuk bersabar, memaafkan, dan yakin pertolongan Allah pasti akan datang dan mereka yang menindas akan mendapatkan hukuman di pengadilan Allah.
Satu sama lain saling menguatkan bahwa jika Allah memberi kesempatan mereka pulang kampung, mereka akan memaafkan dan menghapus dendam. Jika pemerintah memang tidak mau membangun rumah mereka, mereka mau membangun rumah mereka sendiri dan bertekad ingin menjadi warga yang bermanfaat bagi sesama sebagai sebagus-bagusnya dakwah yang mereka telah yakini.
Terdengar potongan ayat terucap “Wamakaru Wamakarallah Wallahu Khairul Makirin” bahwa "mereka merancang makar, Allah juga merancang. Sesungguhnya Allah sebaik-baik perancang makar."[IT/MK]
ILC, Otak Takfiri dan Gerakan Tamarud
Islam
Times- Sebagai ilustrasi, di Suriah hari-hari ini ada aksi kekerasan
yang dilatari dalil-dalil agama. Akibatnya, tak ada cara untuk
melawannya kecuali dengan pertumpahan darah yang mengerikan.
Ulama takfiri
Apa yang terjadi di program Indonesia Lawyers Club 25 Juni 2013 lalu sebenarnya sudah keluar dari pakem. Ada garis batas yang terlanggar di sana: segelintir orang--sebagaimana yang ditegaskan oleh Kyai Sampang Ja'far Shodiq di acara tersebut--dapat mengungkapkan isi hati dan mengabarkan peristiwa yang sebenarnya.
Dalam pikiran kelompok intoleran, situasi itu sendiri haram hukumnya. Insting pembasmi yang primitif menuntut mangsa merinding ketakutan dan tak melawan. Ketika korban mulai mendapat sedikit ruang untuk melawan, maka si predator bakal kebakaran jenggot dan kehilangan kedamaian neurotiknya.
Dalam acara itu kita dan pemirsa menyaksikan sekelompok korban kekerasan yang diberi waktu dan tempat untuk bebas berbicara, mengungkapkan isi hati dan jalan pikiran mereka sendiri. Dan tentu semua itu suatu kemewahan yang tak layak diraih oleh "segelintir orang" yang telah disesatkan dan dikafirkan; suatu kemuliaan yang haram mereka peroleh. Itulah mengapa kita melihat, di sisi lain, para "kyai" yang mewakili mayoritas pun bersungut-sungut; mengumbar ancaman dan kemarahan.
Kemudian setelah acara berakhir, kru ILC mendapat sumpah serapah dan kecaman. Dan keputusan akhir mereka: segalanya telah direkayasa dan dibayar untuk memenangkan segelintir orang yang tak layak hidup tersebut.
Tentu banyak orang yang terheran-heran melihat bagaimana sejumlah kyai yang mengatasnamakan NU itu dapat berperilaku sedemikian garang dan gahar menghadapi segelintir warga negara yang berbeda mazhab? Di sinilah substansi masalahnya. Mereka merasa mewakili dunia seisinya plus agama dan segenap kesuciannya.
Perasaan ini begitu mengganggu struktur berpikir dan sendi kewarasan sejumlah kyai itu sehingga membuat mereka begitu tak kuasa melihat segelintir korbannya masih mampu berbicara dan diberi ruang untuk berekspresi layaknya manusia pada umumnya. Dalam pikiran orang-orang yang merasa mewakili Allah di bumi, semua musuh yang telah dikutuk dengan kekafiran dan kesesatan harus dimusnahkan dan haram diberi kesempatan untuk membela diri.
Dan semua itu telah menjadi keputusan langit yang menjadi hak prerogatif mereka.
Nah, bila karena satu dan lain alasan, segelintir korban itu mampu berkelit dan bernafas dalam udara bebas untuk sejenak menyuarakan versi mereka dari kenyataan, maka hanya murka yang lebih besar dan ancaman lebih keras yang layak mereka terima. Bahkan, siapa saja yang telah "berkolaborasi" untuk mewujudkan ruang bagi segelintir korban itu untuk bersuara patut dikutuk, dihujat, disumpahi, dan dianggap sebagai makhluk hina yang dibayar atau dibeli.
Jadi bagaimana cara menghadapi sekelompok orang seperti ini? Akankah mereka kita biarkan untuk mewakili agama Islam yang suci ini dan berbicara dengan lisan Allah dan Rasul-Nya yang penuh rahmat? Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan ini, terutama di dunia yang sudah semakin kehilangan kewarasan dan akal sehat. Namun, yang pasti, bila insting keberingasan atas nama Allah ini tidak dicegah, maka ia akan berubah menjadi api yang akan membakar semua.
Rakyat Mesir menyadari gejala serupa dan bersama-sama bangkit memadamkan api kebencian atas nama agama itu untuk sekali dan selamanya. Mereka menyebut gerakan yang dimotori para pemuda itu dengan Tamarud (Pemberontakan). Puluhan juta orang turun ke jalanan untuk menolak rezim Ikhwanul Muslimin.
Tapi mengapa? Mengapa setelah mampu bertahan menerima penghinaan dan penindasan Mubarak selama 30 tahun, ternyata rakyat Mesir tak kuasa menahan api kebencian dan kekerasan atas nama Islam yang dikobarkan Ikhwanul Muslimin--ormas dan parpol terbesar di Mesir--meskipun hanya kurang dari dua tahun? Mengapa? Karena mereka sadar bahwa kekejaman rezim Mubarak tak pernah menggunakan dalil-dalil agama sebagai dasar pembenaran, sehingga setiap saat seluruh dalil itu dapat disanggah dan dibantah.
Tetapi, masalahnya akan sangat berbeda bila para pelaku kekerasan sudah merasa mendapat mandat dari langit dan melakukannya dengan sepenuh hati dan ketenangan.
Kekerasan atas nama agama ini sedemikian berbahaya bagi masyarakat karena—bahkan jika mereka gagal melaksanakan aksi-aksi kekejamannya—mereka merasa bakal mendapat ganjaran surga dan bidadari di akhirat kelak.
"Orang-orang Arab Badui itu berkata, "Kami telah beriman." Katakanlah
(kepada mereka), "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, "Kami telah
tunduk," karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu." (Qs. Al-Hujarat
ayat 14).
Untuk Ulama Wahabi yang .......:
“Dan barangsiapa yang buta di dunia ini maka di akhirat (nanti) juga akan lebih buta dan lebih sesat jalannya.” [QS.al-Israa:72]
Itulah
salah satu alasan pokok yang melecut puluhan juta rakyat Mesir untuk
turun bersama-sama 30 Juni 2013 silam--sebuah gerakan terbesar sepanjang
sejarah Mesir. Bagaimana dengan kita rakyat Indonesia? Maukah kita terus
menerima aksi-aksi brutal yang berkedok dalil-dalil agama, sehingga tak
ada jalan untuk membantahnya? Sebagai ilustrasi, di Suriah hari-hari
ini ada aksi kekerasan yang dilatari dalil-dalil agama. Akibatnya, tak
ada cara untuk melawannya kecuali dengan pertumpahan darah yang
mengerikan. Untuk Ulama Wahabi yang .......:
“Dan barangsiapa yang buta di dunia ini maka di akhirat (nanti) juga akan lebih buta dan lebih sesat jalannya.” [QS.al-Israa:72]
Menurut sebuah sumber, ada sekitar 2000 faksi bersenjata di Suriah yang "berjihad" di bawah komando seorang amir yang merasa mendapat perintah langsung dari Allah untuk sebanyak mungkin menumpahkan darah. Darah siapa? Siapa saja yang tidak taat pada sang amir, baik dari kelompok yang mendukung Assad atau tidak. Pokoknya siapa saja yang tidak taat pada perintah Allah yang datang pada si amir. Nah, inikah masa depan yang kita inginkan untuk Indonesia? Tentu tidak.
Tapi, bila kita tidak memulai dari sekarang, kekerasan atas nama agama itu akan menyebar bak candu yang susah untuk dihilangkan. Dan celakanya, kita tak pernah tahu dari mana mulainya penyebaran itu sebelum kita benar-benar sudah berada dalam wabah yang melanda seluruh elemen masyarakat Indonesia yang dikenal religius. [IT/MK]
Gerakan Wahabisme
LAHIR DARI RAHIM Wahabisme, takfirisme sebenarnya sejenis penyakit psikosis yang bersumber dari rasisme dan tribalisme laten. Pengamatan sederhana menunjukkan bibit penyakit ini hadir di semua penganut agama, terutama bila yang dijangkiti -- suka atau tidak -- terkait erat dengan ras dan suku tertentu. Inilah alasannya mengapa takfirisme-wahabisme bisa subur di lingkungan Arab persis sebagaimana tumbuhnya takfirisme-zionisme di lingkungan Yahudi.
Apa sebenarnya yang menyatukan keduanya? Jawabannya panjang, berakar dari sejarah nun jauh di masa lampau. Tapi singkatnya begini: kedua suku ini merasa berhak memonopoli agama yang turun kepada Nabi dari kalangan mereka. Perasaan inilah yang kelak berkembang menjadi zionisme dan takfirisme: pola-pikir menolak yang tidak berasal dari suku bangsa yang sama.
Di kalangan Yahudi, ada dugaan bahwa mereka merupakan bangsa pilihan karena besarnya jumlah para nabi yang Allah utus untuk mereka. Dan fakta ini membuat kaum Yahudi besar hati dan congkak. Setelah datangnya Nabi Muhammad, perasaan keliru yang sama ternyata juga nyaris menjangkiti bangsa Arab. Namun kemudian Nabi dengan sigap menghalaunya secara tegas dan keras. Nabi bersabda bahwa tidak ada beda antara Arab dan non-Arab (ajam), budak dan merdeka dan sebagainya.
Salah satu contoh menarik ihwal situasi di atas dapat kita lihat dalam kisah hidup Salman Al-Farisi. Pada masa hidup Nabi Muhammad ada semacam perasaan di kalangan Muslim Arab yang "mencurigai" Salman hanya karena dia bukan dari golongan Arab.
Takfirisme dan Zionisme
Islam
Times- Jika kita katakan bahwa kita ini bersyahadat, maka sikap yang
akan kita hadapi adalah menolak syahadat kita dan menyatakan bahwa
syahadat kita dengan lisan itu tidak benar-benar bersumber dari hati
kita.
Takfiri Front al-Nusra
LAHIR DARI RAHIM Wahabisme, takfirisme sebenarnya sejenis penyakit psikosis yang bersumber dari rasisme dan tribalisme laten. Pengamatan sederhana menunjukkan bibit penyakit ini hadir di semua penganut agama, terutama bila yang dijangkiti -- suka atau tidak -- terkait erat dengan ras dan suku tertentu. Inilah alasannya mengapa takfirisme-wahabisme bisa subur di lingkungan Arab persis sebagaimana tumbuhnya takfirisme-zionisme di lingkungan Yahudi.
Apa sebenarnya yang menyatukan keduanya? Jawabannya panjang, berakar dari sejarah nun jauh di masa lampau. Tapi singkatnya begini: kedua suku ini merasa berhak memonopoli agama yang turun kepada Nabi dari kalangan mereka. Perasaan inilah yang kelak berkembang menjadi zionisme dan takfirisme: pola-pikir menolak yang tidak berasal dari suku bangsa yang sama.
Di kalangan Yahudi, ada dugaan bahwa mereka merupakan bangsa pilihan karena besarnya jumlah para nabi yang Allah utus untuk mereka. Dan fakta ini membuat kaum Yahudi besar hati dan congkak. Setelah datangnya Nabi Muhammad, perasaan keliru yang sama ternyata juga nyaris menjangkiti bangsa Arab. Namun kemudian Nabi dengan sigap menghalaunya secara tegas dan keras. Nabi bersabda bahwa tidak ada beda antara Arab dan non-Arab (ajam), budak dan merdeka dan sebagainya.
Salah satu contoh menarik ihwal situasi di atas dapat kita lihat dalam kisah hidup Salman Al-Farisi. Pada masa hidup Nabi Muhammad ada semacam perasaan di kalangan Muslim Arab yang "mencurigai" Salman hanya karena dia bukan dari golongan Arab.
Tapi kemudian Nabi Muhammad buru-buru menepis
kecurigaan itu dan memuliakan Salman.
Kemudian Salman juga menanggalkan
nama aslinya dan mengambil nama Muslim sebagai namanya--dalam rangka
memperkuat identitas kolektif Islam dan membuang sekat-sekat kesukuan
yang dapat berkembang menjadi penolakan terhadap "yang lain". (Catatan:
Salman adalah yang diberikan Nabi Muhammad kepada Ruzbeh setelah ia
memeluk Islam).
Nah, bukan suatu kebetulan bila sejumlah ayat Al-Qur’an mencemooh perilaku munafik dan kufur bangsa Arab. Ayat-ayat itu sepertinya mengisyaratkan bahaya perasaan superior Arab atas suku-suku bangsa hanya karena Islam dan Nabinya turun di wilayah mereka dan dari suku bangsa mereka.
Nah, bukan suatu kebetulan bila sejumlah ayat Al-Qur’an mencemooh perilaku munafik dan kufur bangsa Arab. Ayat-ayat itu sepertinya mengisyaratkan bahaya perasaan superior Arab atas suku-suku bangsa hanya karena Islam dan Nabinya turun di wilayah mereka dan dari suku bangsa mereka.
Sebaliknya, sebagai antisipasi yang jelas
atas bahaya monopoli itu, Al-Qur’an menegaskan bahwa bahasa Arab yang
lugas dan jelas yang dipakainya berbeda dengan entitas Arab sebagai
suku-bangsa.
Seperti rasisme, takfirisme yang berselubung di balik kedok Salafisme dan Wahhabisme sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh perasaan superioritas ras Arab atas selainnya. Lebih tepatnya, superioritas suku bangsa Arab yang hidup di gurun sahara Arab Saudi, khususnya wilayah Nejd, atas seluruh suku bangsa lain. Namun, ironisnya, superiotitas kosong dan konyol itu mereka selubungi dengan jubah Islam yang agung dan suci. Bagaimana mungkin agama yang suci bersih ini dapat diwakili oleh gerombolan fanatik dan tribalistik seperti ini? Tentu tidaklah mungkin.
Untuk sekedar menunjukkan kekonyolan takfirisme wahabi ini, kita dapat dengan mudah meneliti berapa banyak karya yang telah mereka sumbangkan dalam khazanah pemikiran Islam?
Seperti rasisme, takfirisme yang berselubung di balik kedok Salafisme dan Wahhabisme sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh perasaan superioritas ras Arab atas selainnya. Lebih tepatnya, superioritas suku bangsa Arab yang hidup di gurun sahara Arab Saudi, khususnya wilayah Nejd, atas seluruh suku bangsa lain. Namun, ironisnya, superiotitas kosong dan konyol itu mereka selubungi dengan jubah Islam yang agung dan suci. Bagaimana mungkin agama yang suci bersih ini dapat diwakili oleh gerombolan fanatik dan tribalistik seperti ini? Tentu tidaklah mungkin.
Untuk sekedar menunjukkan kekonyolan takfirisme wahabi ini, kita dapat dengan mudah meneliti berapa banyak karya yang telah mereka sumbangkan dalam khazanah pemikiran Islam?
Atau lebih
tepatnya, betapa sedikit sumbangan mereka terhadap kemajuan umat Islam
baik dalam bidang pemikiran agama maupun pemikiran saintifik secara
umum?
Jawabannya cukup mengagetkan: sangat sedikit!
Karena itu, dengan mudah kita dapat menebak bahwa kekuatan imperialisme telah membesarkan fenomena takfirisme ini sebagai modus untuk menghancurkan Islam -- dari dalam. Takfirisme adalah lingkaran setan kerusakan yang bakal terus mengungkung Islam dan penganutnya dalam kebencian dan permusuhan internal (sesama Muslim) dan eksternal (munculnya kebencian dari kelompok yang berada di luar Islam).
Celakanya, takfirisme senantiasa memberi justifikasi pada invasi kekuatan-kekuatan asing terhadap negara-negara Muslim. Berkembangnya takfirisme di negara Muslim mana pun sebenarnya dapat dianggap sebagai aba-aba akan datangnya serangan asing. Alasannya, karena takfirisme yang mewabah dalam sebuah masyarakat Muslim niscaya mengakibatkan ketahanan dan kekuatan masyarakat itu lenyap dan tergerus dalam pertikaian internal yang tiada habis-habisnya. Nah, pada saat sudah sampai titik nadir, sebagaimana dalam kasus negara seperti Afghanistan, Somalia, Yaman, dan sebagainya, maka invasi militer asing terhadap negara itu menjadi mudah.
Selain menyebabkan pertikaian yang tak berujung, takfirisme juga mampu membuat kalangan moderat dan waras hidup dalam ancaman dan keputusasaan. Bayangkan bagaimana mungkin kita dapat berhubungan dengan sekelompok orang yang sejak semula telah menafikan kita, bersikukuh untuk menghabisi kita, menolak apapun yang berbeda dengannya, bahkan merasa memahami keyakinan kita lebih dari kita sendiri? Artinya, kelompok ini berkeinginan mengambil satu-satunya yang tidak mungkin diambil: apa yang ada dalam hati dan pikiran kita. Jika kita katakan bahwa kita ini bersyahadat, maka sikap yang akan kita hadapi adalah menolak syahadat kita dan menyatakan bahwa syahadat kita dengan lisan itu tidak benar-benar bersumber dari hati kita. Apa lagi lantas yang tersisa dari seseorang yang menghadapi sekelompok orang seperti ini selain mempertahankan diri -- atau mati sia-sia?
Sekali lagi, takfirisme bukanlah sebuah penyakit yang muncul dalam satu penganut mazhab, agama atau suku bangsa tertentu saja, melainkan dapat menular kemana-mana. Bahkan, potensi sikap takfiri yang bersumber dari ekstremisme, intoleransi, arogansi, dan superioritas yang semu itu dapat timbul dalam diri tiap-tiap kita. Sikap ini lahir dari rendahnya perikemanusiaan, hilangnya perasaan, psikosis, dan kebencian yang akut. [IT/MK]
Karena itu, dengan mudah kita dapat menebak bahwa kekuatan imperialisme telah membesarkan fenomena takfirisme ini sebagai modus untuk menghancurkan Islam -- dari dalam. Takfirisme adalah lingkaran setan kerusakan yang bakal terus mengungkung Islam dan penganutnya dalam kebencian dan permusuhan internal (sesama Muslim) dan eksternal (munculnya kebencian dari kelompok yang berada di luar Islam).
Celakanya, takfirisme senantiasa memberi justifikasi pada invasi kekuatan-kekuatan asing terhadap negara-negara Muslim. Berkembangnya takfirisme di negara Muslim mana pun sebenarnya dapat dianggap sebagai aba-aba akan datangnya serangan asing. Alasannya, karena takfirisme yang mewabah dalam sebuah masyarakat Muslim niscaya mengakibatkan ketahanan dan kekuatan masyarakat itu lenyap dan tergerus dalam pertikaian internal yang tiada habis-habisnya. Nah, pada saat sudah sampai titik nadir, sebagaimana dalam kasus negara seperti Afghanistan, Somalia, Yaman, dan sebagainya, maka invasi militer asing terhadap negara itu menjadi mudah.
Selain menyebabkan pertikaian yang tak berujung, takfirisme juga mampu membuat kalangan moderat dan waras hidup dalam ancaman dan keputusasaan. Bayangkan bagaimana mungkin kita dapat berhubungan dengan sekelompok orang yang sejak semula telah menafikan kita, bersikukuh untuk menghabisi kita, menolak apapun yang berbeda dengannya, bahkan merasa memahami keyakinan kita lebih dari kita sendiri? Artinya, kelompok ini berkeinginan mengambil satu-satunya yang tidak mungkin diambil: apa yang ada dalam hati dan pikiran kita. Jika kita katakan bahwa kita ini bersyahadat, maka sikap yang akan kita hadapi adalah menolak syahadat kita dan menyatakan bahwa syahadat kita dengan lisan itu tidak benar-benar bersumber dari hati kita. Apa lagi lantas yang tersisa dari seseorang yang menghadapi sekelompok orang seperti ini selain mempertahankan diri -- atau mati sia-sia?
Sekali lagi, takfirisme bukanlah sebuah penyakit yang muncul dalam satu penganut mazhab, agama atau suku bangsa tertentu saja, melainkan dapat menular kemana-mana. Bahkan, potensi sikap takfiri yang bersumber dari ekstremisme, intoleransi, arogansi, dan superioritas yang semu itu dapat timbul dalam diri tiap-tiap kita. Sikap ini lahir dari rendahnya perikemanusiaan, hilangnya perasaan, psikosis, dan kebencian yang akut. [IT/MK]
0 comments to "MESIR : Ikhwanul Muslimin & Mursyi "TERZALIMI" atau "PANTAS"...?????!!!!!! (Sampang lagi...Hizbuztahrir lagi...IRAN lagi...Suriah lagi....Turki lagi..GAZA Lagi....INILAH Alasannya..!!!)"