LPPI Kembali Berulah, Tuding Muqtada Sadr Rilis Fatwa
Menurut
Kantor Berita ABNA, LPPI Makassar tidak pernah belajar dan kembali
mempermalukan diri dengan menyebar kebohongan dan fitnah. Setelah
memosting berita Ulama Syiah Iran Berjoget yang kemudian dihapus karena
terbukti rekayasa dan fitnah, kembali LPPI Makassar menyebar kebohongan.
Kali ini giliran ulama Irak, Sayyid Muqtada Sadr menjadi sasaran
fitnahnya. Berikut postingan situs LPPI Makassar (27/5) yang diberi
judul bombastis, Sex Party (Mut'ah Berjamaah) di Masjid Syiah.
Membaca judul di atas membuat anda tersentak? ya. Betul. Begitu juga yang kami rasakan ketika menemukan teks fatwa di bawah ini.
Jika
ingin bersenang-senang dan kehilangan akal sehat mungkin Syiah-lah
tempatnya. Telah banyak hal dalam ajaran Syiah yang mengguncang akidah
dan akal sehat kita. Kok ada ya ajaran separah itu sesatnya dan sejauh
itu menyimpangnya, termasuk zina berjamaah yang dilakukan di dalam
Masjid Syiah (Husainiyah). Mari kita baca fatwa tersebut secara seksama.
Bismillahirrahmanirrahim
Yang mulia Hujjatul Islam wal Muslimin, As-Sayyid Al-Mujahid, Muqtada Ash-Shadr, semoga Allah menjaga Anda,
Kami
adalah sekumpulan kaum Mukminat Zainabiyat para penolong Jaisy al-Imam
al-Mahdi. Kami ingin bertanya kepada Anda wahai yang mulia Hujjatul
Islam wal Muslimin, Muqtada Ash-Shadr, bahwa sekumpulan lelaki dari
pasukan Jaisyul Imam mengundang kami untuk menghadiri acara mut'ah
berjamaah di salah satu husainiyah (tempat beribadah kaum Syiah). Mereka
mengatakan bahwa pahala mut'ah secara berjamaah lebih banyak 70 kali
dari mut'ah sendiri-sendiri. Namun kami telah bertanya kepada salah satu
perwakilan Syeikh Muhammad al-Ya'qubi tentang mut'ah berjamaah, beliau
menolak segala hal yang berkaitan dengan mut'ah jenis ini dan beliau
mengatakan bahwa hal itu termasuk bid'ah. Maka apakah boleh kami mut'ah secara berjamaah? Sebagai untuk diketahui bahwa mut'ah ini hanya berlangsung beberapa jam saja
(kurang dari semalam). Tujuan dari acara ini adalah meredam gejolak
syahwat pasukan Jaisyul Imam dimana mereka tidak sanggup menikah karena
sibuknya mereka berperang dengan para nawashib (ahlus sunnah -penerj).
Dan uang sewa mut'ahnya dipergunakan kembali untuk membeli perlengkapan
berupa senjata untuk pasukan Jaisyul Imam. Mohon berikan jawaban Anda
kepada kami. Jazakumullahu Khaira Jaza' al-Muhsinin.
Zainabiyah
Azhar Hasan al-Farthusi
Wakil Zainabiyyat
17 Syawal 1426 H
Jawaban
Bismihi Ta'ala
Sebagaimana
yang telah diketahui bahwa nikah mut'ah adalah halal lagi berberkah
dalam ajaran kita. Para Nawashib (ahlussunnah) berusaha menanamkan
keraguan dan mencegah kita untuk melakukan itu karena takutnya mereka
akan bertambah banyaknya jumlah anak-anak sekte kita, yang dengannya
jumlah kita bertambah dan kita menjadi kekuatan yang besar.
Karena
itu, kami mengajak seluruh pengikut sekte kita agar tidak sedikitpun
ragu dari segala hal yang berkaitan dengan mut'ah. Pelaksanaan
acara-acara seperti ini juga termasuk perkara yang dibolehkan oleh
marja' kita yang agung dengan tetap mewaspadai masuknya seorang yang bukan kaum Muslimin
atau orang-orang umum ke dalam acara-acara tersebut supaya tidak
melihat aurat kaum Mukminat. Mungkin inilah juga sebabnya yang membuat
Sayyid al-Ya'qubi membenci mut'ah model ini.
Inilah,
dan yang juga telah maklum bahwa mut'ah dengan salah seorang tentara
Jaisyul Imam lebih banyak pahalanya dari selainnya karena dia telah
mengorbankan darahnya demi sang Imam. Oleh karena itu, kami mengajak
para Zainabiyyat agar tidak pelit (menyewakan kemaluannya) kepada mereka
dimana Allah telah memberi karunia kepada Anda wahai para Mukminat
berupa pemberian tubuh dan harta Anda (karena uang melacurnya
dikembalikan kepada para tentara -penerj) untuk dinikmati dan
dipergunakan oleh mereka.
Selain
itu, kami mengharapkan saudari zainabiyyah untuk meminta izin
pelaksanaan acara itu kepada salah satu perwakilan kami yang kapabel
agar diawasi dan diperhatikan oleh para tentara tersebut. Wa Jazakumullahu Khaira Jaza' al-Muhsinin.
(Cap Fatwa Muqtada Ash-Shadr)
Ttd Muqtada Ash-Shadr
23 Syawal 1426 H
Fatwa
diatas mengingatkan saya kepada berita yang menyebutkan perkataan
Vladimir Putin yang menyuruh warganya (para penganut kristen) untuk
memperbanyak anak agar menandingi jumlah kaum Muslimin dengan cara
berzina dengan siapa saja! Supaya banyak menghasilkan anak-anak zina dan
dengan itu jumlah kaum Kristen bertambah.
Cara
yang dipakai orang kafir ini ternyata dipakai juga oleh orang Syiah
untuk menandingi jumlah kaum Muslimin yang jauh lebih banyak ketimbang
jumlah pengikut sekte sesat Syiah. Melakukan Mut'ah (baca: zina)
dimana-mana, bahkan dilakukan dengan berjamaah di tempat ibadahnya
mereka, atau bahasa lainnya adalah sex party.
Jika
kelak anak-anak hasil mut'ah tersebut lahir, besar kemungkinannya
mereka hanya akan menjadi tentara-tentara yang akan membunuh dan
menumpahkan darah kaum Muslimin, seperti yang saat ini terjadi di
Suriah, dimana para tentara Syiah tersebut masing-masing berasal dari
pasukan Alawiyin pemerintahan Bashar Assad, tentara Hizbullah Lebanon
dan pasukan Iran.
Kata bang Napi, "Waspadalah", "Waspadalah!"
Sumber: Fan Page FB مليون توقيع لوضع الخامنئي في حظيرة
http://www.lppimakassar.com/2013/05/sex-party-mutah-berjamaah-di-masjid.html
Sebelum memberi poin-poin bantahan, berikut kami sertakan sekilas biografi Sayyid Muqtada Sadr.
Mengenal Muqtada Sadr
Muqtada
Sadr adalah putera bungsu dari Ayatullah Sayyid Muhammad Shadiq Sadr
salah seorang ulama terkemuka Iran, lahir pada tahun 1973 bertepatan
dengan 20 Dzulhijjah 1393 H. Ayah Muqtada Sadr saudara sepupu dengan
Ayatullah Sayyid Muhamamd Baqir Sadr salah seorang ulama marja taklid
Syiah yang paling masyhur di Irak, yang syahid dimasa rezim Saddam
Husain. Tahun 1998, ayahnya turut syahid karena aktivitas dakwahnya yang
dianggap berbahaya oleh rezim. Sejak saat itu, Muqtada Sadr bersama
dengan pengikut ayahnya menghilang dan memilih melakukan perlawanan
terhadap kediktatoran Saddam melalui gerakan bawah tanah. Dalam usia
yang terbilang masih muda, belum mencapai 30 tahun, Muqtada Sadr telah
menjadi buronan rezim, yang membuatnya sulit menyelesaikan pendidikan
keagamaannya secara formal di Hauzah. Karena itu pula ia tidak pernah
mendapat gelar mujtahid untuk bisa memberikan fatwa dan tidak seorangpun
ulama marja taklid Syiah yang memberikan pengakuan kepadanya untuk bisa
menyandang gelar paling prestius di dunia keilmuan Syiah tersebut. Ia
mengaku menjadi muqallid dari Ayatullah Sayyid Kadzim Haeri, ulama marja
taklid berkebangsaan Iran yang bermukim di Irak saat itu. Namun
kemampuannya berorasi dan menyampaikan ide-idenya dalam masalah politik
dan mazhab disetiap ceramah-ceramahnya membuatnya mudah meraih simpatik
rakyat Irak. Khutbahnya yang membakar mengecam kezaliman rezim
membuatnya popular dikalangan rakyat Irak terutama pengikut Syiah. Ia
memiliki banyak pengikut dan simpatisan yang tersebar dihampir semua
kota di Irak terutama di kawasan kota Shadr di Baghdad, ia bahkan
menjadi pemimpin secara defacto di kota kecil tersebut.
Kejatuhan
Saddam Husain, membawa angin segar bagi aktivitasnya. Muqtada Sadr
kembali mengaktifkan kantor-kantor resmi ayahnya yang sebelumnya harus
tutup. Ia mengorganisir pengikutnya dengan lebih profesional bersama
dengan ulama marja taklid Irak diantaranya Syaikh Muhammad Ya'qubi.
Dengan misi menegakkan hukumah dan daulah Islamiyah untuk masa depan
Irak ia lebih mengkonsentrasikan diri dalam masalah politik. Sikap
tegasnya menentang keberadaan dan campur tangan Amerika Serikat dalam
menentukan nasib Irak, membuat ia kembali menjadi buronan. Berkali-kali
ia dan tentara al Mahdi yang dikomandaninya terlibat konflik bersenjata
dengan pasukan militer AS di Irak. Karena sikap politiknya yang anti AS
tersebut memaksa dia untuk sementara menyingkir dan bermukim di Iran
pada tahun 2007 sambil melanjutkan pendidikan keagamaannya dan bertekad
meraih derajat marjaiyat. Keluarnya militer AS dari Irak membuatnya
kembali dan bergabung dalam parlemen Irak.
Muqtada
Sadr, tidak bisa dipungkiri adalah ikon perlawanan terhadap Amerika
Serikat di Irak. Pengaruhnya sangat besar dalam komunitas politik Irak
karena ia konsisiten melanjutkan model perjuangan ayahnya yang dibunuh
oleh rezim Saddam.
Moqtada
Sadr berhasil menyatukan rakyat Irak dari semua kelompok, Muslim (Syiah
dan Sunni) dan Kristen, Arab dan Kurdi. Inilah yang menjadi mimpi buruk
Amerika dan sekutunya dari rezim-rezim Arab.
Wahabi
ekstrem, yang gemar mengurangi jumlah umat Islam dengan fitnah dan bom
di pasar, berkepentingan untuk mengurangi pengaruh Muqtada Sadr dan
merusak citranya demi merentangkan jalan bagi dominasi Amerika di Irak,
majikan Arab Saudi. Karena itulah mereka menggelontorkan fitnah murahan
dengan menyebut Sayyid Muqtada Sadr telah mengeluarkan fatwa untuk
menyerukan mut'ah berjama'ah.
Poin-poin bantahan yang dikemukakan redaksi ABNA untuk membongkar kebohongan postingan LPPI Makassar sebagai berikut:
Pertama,
Sayyid Muqtada Sadr bukan ulama marja' taklid. Yang dalam fiqh Syiah,
hanya ulama marja taklid yang berhak mengeluarkan fatwa keagamaan. Dan
dalam masalah fiqh, muqallid Syiah hanya diperbolehkan mengajukan
pertanyaan kepada ulama' marja taklid yang telah ditetapkannya secara
pribadi atau melalui kantor perwakilannya (muslim Syiah diperbolehkan
memilih marja taklid yang berbeda dengan yang lain, sangat memungkinkan
dalam Syiah seorang suami memiliki marja taklid yang berbeda dengan
marja taklid yang dipilih oleh istri). Sayyid Muqtada Sadr sendiri masih
muqallid dari Ayatullah Haeri, sesuai dengan pengakuannya.
Kedua,
penanya sebagai muqallid mengaku sebelumnya bertanya kepada Syaikh
Muhammad al Ya'qubi (seorang ulama marja taklid) namun tidak puas dengan
jawaban yang diberikan, sehingga mengalihkan pertanyaan ke Sayyid
Muqtada Sadr. Hal ini tidak akan pernah terjadi di Syiah kecuali oleh
orang yang tidak paham dengan fiqh Syiah. Fiqh Syiah mengatur muqallid
dalam cara penetapan marja taklid, dan ketika telah menetapkan marja
taklid maka apapun ketetapan marja maka wajib dilaksanakan. Fiqh Syiah
menutup ruang bagi muqallid dengan begitu mudah berpindah-pindah marja
taklid hanya dengan alasan jawaban atau fatwa yang ditetapkan marja
tidak sesuai dengan keinginan. Berpindah ('udul) kepada marja' yang lain hanya dibolehkan ketika memperoleh keyakinan bahwa marja' yang kedua lebih pandai (a'lam) dari marja' sebelumnya (bisa dibaca dalam risalah amaliah ulama-ulama marja dalam bab ijtihad dan taklid).
Dan mungkinkah, pengurus Zainabiyat yang paham fiqh Syiah melanggar
ketentuan ini dengan mengalihkan pertanyaan dari ulama marja kepada
ulama yang bukan marja taklid hanya agar mendapat jawaban yang sesuai
keinginan?.
Ketiga,
karena Sayyid Muqtada Sadr, bukan ulama marja taklid, maka tidak
memiliki situs pribadi resmi yang dapat menghubungkannya dengan
muqallidnya, sebagaimana yang dimiliki semua marja taklid Syiah agar
muqallid dapat dengan mudah mengajukan pertanyaan dan mendapat jawaban
dari ulama marja taklidnya. Situs resmi Syaikh Muhammad Ya'qubi sebagai
salah seorang ulama marja taklid di Irak dapat dikunjungi di situs
berikut: http://www.yaqoobi.com/
Keempat,
masalah validitas surat. Ulama marja dalam memberikan jawaban dari
surat yang dikirim (bukan pertanyaan yang diajukan via surat elektronik)
akan memberikan jawaban dengan tulisan tangan (tanpa dibubuhi
penjelasan panjang lebar), disertai tanda tangan, cap
stempel resmi dan kop surat yang menuliskan alamat kantor resmi fatwa
marja taklid. Surat yang diposting LPPI Makassar, selain ketikan juga
tidak memiliki kop surat. Tanggal yang tertera pada surat postingan LPPI
Makassar 23 Syawal 1426 H, surat 8 tahun lalu, bertepatan dengan tahun
2005. Mengapa baru sekarang dipublikasikan?.
Kelima,
sumber LPPI Makassar mendapat surat fatwa tersebut dari salah satu page
di Facebook yang tidak menyertakan sumber aslinya. Kalau memang fatwa
tersebut benar, maka dapat dirujuk ke sumber aslinya, yaitu situs resmi
Sayyid Muqtada Sadr. Kelicikan sipembuat surat, sengaja mencantumkan
medio surat bertahun 2005, agar sulit dikonfirmasi dan dilacak
kepastiannya. Sayang, tahun 2005, justru Sayyid Muqtada Sadr belum
mencapai derajat mujtahid sehingga tidak punya kewenangan mengeluarkan
fatwa. Kepalsuan surat justru terkuak dengan sendirinya.
Keenam,
sebut saja surat tersebut benar adanya. Lantas hendak menunjukkan apa?.
Apa hendak menunjukkan kesesatan Syiah karena telah menganjurkan mut'ah
secara berjama'ah? Siapa yang menganjurkan? Apa seluruh ulama Syiah?
Tidak!. Syaikh Muhammad Ya'qubi dalam surat sipenanya sendiri
menyebutkan bahwa ulama marja' taklid tersebut tidak mengizinkan dan
menyebut amalan tersebut sebagai amalan bid'ah. Lantas mengapa
digeneralisasi bahwa Mut'ah berjama'ah di Masjid adalah ajaran Syiah?.
Apa LPPI Makassar sepakat jika dikatakan Islam membolehkan mengucapkan
selamat natal kepada kaum Kristiani dengan alasan Syaikh Yusuf Qhardawi
memfatwakan kebolehannya?.
Ketujuh, berikut
contoh surat yang diajukan ke Sayyid Muqtada Sadr yang dijawabnya
dengan tulisan tangan dilengkapi tanda tangan dan stempel asli bukan
fotokopian, persoalan yang dipertanyakan pun adalah mengenai sikap
politiknya mengenai pengusiran militer AS dari Irak apakah melalui
diplomasi atau perjuangan bersenjata, yang memang wewenangnya sebagai
pimpinan oposisi dan pemimpin Laskar Tentara al Mahdi, bukan tanya jawab
fiqh.
سماحة السید القائد المجاهد مقتدى الصدر اعزه الله
یجیب على سؤال بخصوص ادعاء ائتلاف (دولة القانون) بان دبلوماسیة رئیس
الوزراء نوری المالکی هی من اخرجت قوات الاحتلال الامریکی من ارض العراق.
ویؤکد سماحته :
ویؤکد سماحته :
بسمه تعالى
دم الشهید هو من حرر العراق ... واصوات الثکالى وصرخات الاطفال وبکاؤهم وصیحات الله اکبر التی تصدح من حناجر المقاومین هی من حررت العراق لا الاتفاقیات البغیضة ولا الکراسی المأجورة .
دم الشهید هو من حرر العراق ... واصوات الثکالى وصرخات الاطفال وبکاؤهم وصیحات الله اکبر التی تصدح من حناجر المقاومین هی من حررت العراق لا الاتفاقیات البغیضة ولا الکراسی المأجورة .
Tantangan buat LPPI Makassar:
1. Membuktikan
keaslian surat tersebut, dengan menyertakan sumber aslinya atau minimal
surat yang masih berstempel asli bukan hasil kopian.
2. Menunjukkan
fatwa lain dari Sayyid Muqtada Sadr kalau memang beliau termasuk ulama
Syiah yang berwenang mengeluarkan fatwa. Membuktikan dengan menunjukkan
adanya kitab kumpulan fatwa beliau atau situs resmi marja sebagaimana
ulama-ulama marja taklid Syiah lainnya yang berwenang mengeluarkan fatwa
dalam masalah fiqh.
3. Menunjukkan nama ulama Syiah lain, yang hanya dengan gelar Hujjatul Islam wa Muslimin namun telah mampu mengeluarkan fatwa fiqh.
4. Menunjukkan
berita dari media yang bisa dipercaya, bahwa memang terjadi praktik
Mut'ah berjama'ah di masjid-masjid Syiah di Irak sesuai dengan fatwa
tersebut.
5. Untuk menjadi sumber rujukan yang bisa dipercaya, LPPI Makassar harus mampu menunjukkan siapa pengelola Fan Page Facebook لوضع الخامنئي في حظيرة dan sejauh mana keakuratan postingan-postingannya untuk bisa dipercaya dan dijadikan sumber berita.
Jika
LPPI Makassar tidak bisa memenuhi tantangan diatas dan masih tetap
mempertahankan postingannya tersebut, maka LPPI Makassar pantas untuk
disebut sebagai lembaga penyulut perpecahan di Indonesia dan tidak bisa
mengklaim diri sebagai media yang kredibel dan bisa dipercaya.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=437417)
ISRAEL lah MUSUH Ummat ISLAM Sebenarnya, BUKAN yang Lain...!!!!!
Henry Bannerman, Perdana Menteri Inggris pada tahun 1906 mengeluarkan statemen tentang gagasan tanah air bagi bangsa Yahudi:
“Ada sebuah bangsa (Bangsa Arab/Umat Islam) yang mengendalikan kawasan kaya akan sumber daya alam. Mereka mendominasi pada persilangan jalur perdagangan dunia. Tanah mereka adalah tempat lahirnya peradaban dan agama-agama. Bangsa ini memiliki keyakinan, suatu bahasa, sejarah dan aspirasi sama. Tidak ada batas alam yang memisahkan mereka satu sama lainnya. Jika suatu saat bangsa ini menyatukan diri dalam suatu negara; maka nasib dunia akan di tangan mereka dan mereka bisa memisahkan Eropa dari bagian dunia lainnya (Asia dan Afrika). Dengan mempertimbangkan hal ini secara seksama, sebuah “organ asing” harus ditanamkan ke jantung bangsa tersebut, guna mencegah terkembangnya sayap mereka. Sehingga dapat menjerumuskan mereka dalam pertikaian tak kunjung henti. “Organ” itu juga dapat difungsikan oleh Barat untuk mendapatkan objek-objek yang diinginkan” (JW Lotz, 2010). [dikutip dari artikel "Geopolitik Sungai Nil"]Sementara itu, Ahmadinejad pada tahun 2006 berkata:
“Dalam seratus tahun terakhir, front terakhir dunia Islam [imperium Utsmani] jatuh dan kekuatan opresor dunia membentuk rezim penjajah Al Quds sebagai bridge-head untuk mempertahankan dominasinya di dunia Islam. Bridge-head adalah istilah militer. Ketika dua divisi atau pasukan bertempur satu sama lain, jika satu pihak berhasil maju dan memecah front lawan, menduduki kawasan musuh, dan membangun benteng di sana untuk mempertahankan wilayah yang dikuasainya dan untuk menjadi markas dalam upaya ekspansi, maka itu kita sebut bridge-head. Negara penjajah ini [Israel] adalah bridge-head dari kekuatan opresor di jantung dunia Islam. Mereka membuat sebuah markas untuk memperluas dominasi mereka di seluruh dunia Islam. Tidak ada alasan lain dari pendirian rezim ini [Zionis] selain tujuan ini. [Karena itu] perjuangan yang terjadi di Palestina hari ini adalah garis depan dari konflik antara dunia Islam dan kekuatan opresor dunia. [dikutip dari buku Ahmadinejad on Palestine]“Kekuatan opresor dunia” yang dimaksud Ahmadinejad adalah negara-negara Barat, AS dan sekutunya. Namun, sesungguhnya, orang-orang Zionis-lah yang mendominasi pemerintahan negara-negara Barat itu. Merekalah yang menguasai politik dan ekonomi di Barat, sehingga bisa menekan pemerintah untuk melakukan kebijakan yang menjauh dari kepentingan nasionalnya. Artinya, Barat mendedikasikan segala daya upaya demi Israel, bukan demi rakyatnya sendiri.
Ini bukan teori konspirasi (dalam ‘frame’ mereka yang anti teori ini, tentu saja). Sangat banyak bukti bagi pernyataan ini. Antara lain, Paul Findley, mantan senator AS dalam bukunya “They Dare to Speak Out” (Mereka Berani Bicara) menulis,
“Berkat efektifnya lobby pro-Israel, AS menjadi kunci dan sekutu utama bagi kemenangan Israel melawan Arab. Meskipun pemerintah AS selalu mengklaim bahwa AS hanya berperan sebagai ‘makelar yang jujur’, namun sesungguhnya pemerintah AS telah menyediakan dukungan yang terus-menerus bagi aksi ekspansi Israel, sejak Presiden Lyndon B. Johnson pada tahun 1967 memberikan bantuan kepada Israel dalam perang melawan Arab.”Kepada Israel-lah jihad umat Islam harus ditujukan, bukan yang lain.
“Pada April 2002, Sharon memerintahkan invasi ke berbagai wilayah [Palestina] dengan dalih untuk menangkapi para pemimpin Palestina yang mengorganisasi bom bunuh diri yang dilakukan orang-orang Palestina. Bom-bom bunuh diri ini menimbulkan ketakutan di tengah warga Israel dan di daerah pendudukan [wilayah Palestina yang diduduki Israel].
“Serangan balasan Sharon sangat brutal dan masif, menggunakan tank, helikopter bersenjata, dan berbagai jenis senjata lainnya, yang semuanya disumbang oleh AS melalui program ‘bantuan militer pemerintah’. Serangan ini membuat kota-kota besar di wilayah pendudukan rusak parah dan markas Otoritas Palestina hancur dan terisolasi. Data yang akurat terkait kekerasan ini tidak pernah muncul, tetapi laporan PBB menyebutkan bahwa di Jenin saja, warga Palestina yang gugur 52. Laporan itu juga menyebutkan 497 terbunuh dan 1.477 terluka selama keseluruhan serangan militer tersebut. Angka ini dikumpulkan dari kejauhan karena pemerintah Israel, didukung oleh Washington, menolak untuk mengizinkan PBB meninjau Jenin.”
“Dua belas hari setelah penyerangan, tentara Israeli masih melarang misi PBB yang dipimpinTerje Roed-Larsen masuk ke kamp pengungsian Jenin,bahkan selama itu pula ambulans dilarang masuk dan banyak warga Palestina yang terluka akhirnya gugur karena kehabisan darah. Setelah akhirnya diperbolehkan masuk ke kamp Jenin, Roed-Larsen mengatakan, “Tim kami terdiri dari para ahli yang sudah berkali-kali bertugas di kawasan perang dan bencana alam dan mereka mengatakan, tidak pernah melihat pemandangan seperti ini. Ini sangat mengerikan dan sulit dipercaya.” Menurut Roed-Larsen, 300 bangunan dihancurkan Israel, 2.000 warga kehilangan rumah mereka.”
*thank’s to Muhammad Anis who gave me link to the book of Paul Findley
(http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/07/04/israel-lah-musuh-umat-islam-sebenarnya-bukan-yang-lain/#more-1453)
– http://www.youtube.com/watch?v=0WsWlgLx2-8
Jakarta, 24 Sya’ban 1434/3 Juli 2013 (MINA) – Konflik internal berdarah di Suriah membawa konsekwensi global karena arus deras informasi, termasuk ke Indonesia. Namun sayangnya, banyak media mainstream menebar propaganda konflik tersebut yang rentan menimbulkan kebencian sesama muslim.
Dina Y. Sulaeman mengemukakan hal itu dalam Launching dan Bedah Buku “Prahara Suriah, Membongkar Persekongkolan Multinasional” di Jakarta, Rabu (3/7).
“Propaganda apalagi dengan rekayasan informasi rentan menumbuhkan kebencian sesama muslim, bukan lagi kepedulian sesama muslim,” ujar alumni Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran itu.
Dina yang juga sedang menempuh program doktoral Hubungan Internasional, memaparkan temuannya, antara lain foto palsu BBC, yang diklaim sebagai korban kekejaman tentara Assad ternyata korban pembantaian di Irak.
Ada pula foto yang disebut pembantaian Houla, Suriah, korban penduduk sipil termasuk anak-anak dan wanita. Foto berupa seorang anak melompati tumpukan korban pembantaian yang sudah dibungkus kain kafan. Ternyata menurut pengambil fotonya sendiri, Marco Di Lauro langsung memprotes, bahwa foto itu adalah korban pembantaian di Irak tahun 2003.
Ia menambahkan, ada foto di jejaring sosial, disebutkan seorang anak tewas korban kekejaman rezim Assad, padahal foto aslinya adalah seorang anak tewas karena kecelakaan di Turki.
Foto anak-anak di Irak diklaim korban pembantaian Assad, sedangkan foto aslinya adalah korban pembantaian tentara AS di desa Abu Sif, Irak, 2006.
“Efeknya, beberapa kalangan umat muslim di Indonesia saling berseteru dan terpecah-belah. Islam agama yang penuh kasih sayang antarsesama, menjelma menjadi siap membunuh dengan alasan beda mazhab dan beda politik,” ujar penulis buku Obama Revealed, Realitas di Balik Pencitraan.
“Api kebencian agaknya telah membutakan sebagian dari mereka sehingga tak bisa menangkap realitas bahwa mereka diadu domba Barat dengan propagandanya. Upaya propaganda ini sangat ampuh. Terbukti, efek kebencian itu menyebar luas bahkan hingga ke kampung-kampung di Indonesia yang jauhnya lebih dari 8.500 km dari Damaskus,” katanya.
Isu Sektarian
Dina Y. Sulaeman dalam penelitiannya mengungkapkan, konflik berdarah di Suriah tidak lepas dari upaya Israel memecah belah kekuatan Islam antara lain melalui isu sektarian syiah-sunni.
Ia memaparkan bukti berupa dokumen Oded Yinon yang diterbitkan Departemen Publisitas Organisasi Zionis Dunia pada Februari 1982, berisi rencana Israel memecah belah Timur Tengah berdasarkan etnis dan mazhab atau sekte.
Oded Yinon menyebutkan, politik adu domba dan pecah-belah dimulai dari Lebanon, Irak, Mesir hingga Suriah. Suriah dirancang terpecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan struktur etnis syiah dan sunni, untuk terus saling bermusuhan.
“Skema tersebut berhasil diterapkan di Irak melalui penggulingan Saddam Husein dengan alasan senjata pemusnah biologi. Kini pasukan Amerika Serikat dan sekutunya bercokol di sana,” ujarnya.
Menurutnya, dengan memecah-belah negara-negara yang dianggap keras terhadap Israel, maka akan mudah dikuasai, ditekan, dan diadu domba satu sama lain.
“Yang memprihatinkan justru ketika rencana pecah-belah Israel itu dijalankan, sebagian umat muslim di tempat lain justru sibuk saling berseteru,” katanya.
Menanggapi isu sektarian syiah-sunni, Agus Nizami, pengelola media-islam.or.id mengatakan, sebenarnya sudah disepakati adanya kerukunan umat beragama dalam deklarasi Risalah Amman (The Amman Massage) tahun 2006 di Jordania.
Deklarasi yang dipelopori oleh Raja Jordanian, Abdullah II bin Al-Hussein dihadiri 200 ulama Islam dari 50 negara, dengan rujukan utama fatwa-fatwa ulama besar, seperti Syaikh Al-Azhar Ayatollah Sistani dan Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi.
Kesepakatan Risalah Amman antara lain adanya pengakuan dan kerukunan hidup antara mazhab sunni dan syi’ah, haram mengkafirkan sesama muslim, serta prasyarat fatwa obyektif yang mengatasnamakan Islam.
Kesepakatan secara aklamasi diakui oleh enam majelis ilmiah Islam internasional, dan dikuatkan oleh lebih dari 500 ulama internasional pada puncak Konferensi International Islamic Fiqh Academy di Jeddah, pada Juli 2006.
“Perlu dibuka kembali forum dialog bersama soal kerukunan itu. Nabi Muhammad sangat menganjurkan dialog, musyawarah, dan jalan damai seperti Piagam Madinah,” ujarnya.
Suasana kerukunan di Suriah sendiri menurut Wakil Duta Besar Suriah untuk Indonesia, Basham Al-Khateb selama ini sebenarnya cukup harmonis. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para pejabat dan pelayan publik dari kalangan sunni. Tentara nasional Suriah juga mayoritas sunni.
“Hubungan antara pemeluk agama dan kelompok sebenarnya bukan pemicu konflik. Tapi memang ada pihak-pihak yang menginginkan Suriah menjadi lemah,” kata Al-Khateb.
Menurutnya, konflik berawal dari adanya sekelompok masyarakat didukung pihak-pihak dari luar Suriah, yang ingin menggulirkan isu demokrasi.
Ia mengakui, memang di kalangan masyarakat Suriah ada beberapa kelompok yang tidak puas dengan kinerja pemerintah. Namun hal itu wajar terjadi di sebuah Negara, dan solusinya diselesaikan secara internal Suriah. (L/P04/R1)
Published on Jul 5, 2013
Launching dan Bedah Buku "Prahara Suriah: Membongkar Persekongkolan Multinasional"
Hari/Tanggal : Rabu, 3 Juli 2013
Pukul : 14.00-17.00 WIB
Tempat : Aula Nurcholish Madjid Universitas Paramadina
Jl. Jend Gatot Subroto Kav. 97, Mampang
Jakarta Selatan
Narasumber :
1. Dina Y Sulaiman (Penulis Buku)
2. Very Aziz Lc, M.Si (Pakar Hubungan Internasional Universitas Paramadina )
3. Agus Nizami ( Pengelola Website media-islam.or.id )
Hari/Tanggal : Rabu, 3 Juli 2013
Pukul : 14.00-17.00 WIB
Tempat : Aula Nurcholish Madjid Universitas Paramadina
Jl. Jend Gatot Subroto Kav. 97, Mampang
Jakarta Selatan
Narasumber :
1. Dina Y Sulaiman (Penulis Buku)
2. Very Aziz Lc, M.Si (Pakar Hubungan Internasional Universitas Paramadina )
3. Agus Nizami ( Pengelola Website media-islam.or.id )
PROPAGANDA SURIAH RENTAN TIMBULKAN KEBENCIAN
Jakarta, 24 Sya’ban 1434/3 Juli 2013 (MINA) – Konflik internal berdarah di Suriah membawa konsekwensi global karena arus deras informasi, termasuk ke Indonesia. Namun sayangnya, banyak media mainstream menebar propaganda konflik tersebut yang rentan menimbulkan kebencian sesama muslim.
Dina Y. Sulaeman mengemukakan hal itu dalam Launching dan Bedah Buku “Prahara Suriah, Membongkar Persekongkolan Multinasional” di Jakarta, Rabu (3/7).
“Propaganda apalagi dengan rekayasan informasi rentan menumbuhkan kebencian sesama muslim, bukan lagi kepedulian sesama muslim,” ujar alumni Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran itu.
Dina yang juga sedang menempuh program doktoral Hubungan Internasional, memaparkan temuannya, antara lain foto palsu BBC, yang diklaim sebagai korban kekejaman tentara Assad ternyata korban pembantaian di Irak.
Ada pula foto yang disebut pembantaian Houla, Suriah, korban penduduk sipil termasuk anak-anak dan wanita. Foto berupa seorang anak melompati tumpukan korban pembantaian yang sudah dibungkus kain kafan. Ternyata menurut pengambil fotonya sendiri, Marco Di Lauro langsung memprotes, bahwa foto itu adalah korban pembantaian di Irak tahun 2003.
Ia menambahkan, ada foto di jejaring sosial, disebutkan seorang anak tewas korban kekejaman rezim Assad, padahal foto aslinya adalah seorang anak tewas karena kecelakaan di Turki.
Foto anak-anak di Irak diklaim korban pembantaian Assad, sedangkan foto aslinya adalah korban pembantaian tentara AS di desa Abu Sif, Irak, 2006.
“Efeknya, beberapa kalangan umat muslim di Indonesia saling berseteru dan terpecah-belah. Islam agama yang penuh kasih sayang antarsesama, menjelma menjadi siap membunuh dengan alasan beda mazhab dan beda politik,” ujar penulis buku Obama Revealed, Realitas di Balik Pencitraan.
“Api kebencian agaknya telah membutakan sebagian dari mereka sehingga tak bisa menangkap realitas bahwa mereka diadu domba Barat dengan propagandanya. Upaya propaganda ini sangat ampuh. Terbukti, efek kebencian itu menyebar luas bahkan hingga ke kampung-kampung di Indonesia yang jauhnya lebih dari 8.500 km dari Damaskus,” katanya.
Isu Sektarian
Dina Y. Sulaeman dalam penelitiannya mengungkapkan, konflik berdarah di Suriah tidak lepas dari upaya Israel memecah belah kekuatan Islam antara lain melalui isu sektarian syiah-sunni.
Ia memaparkan bukti berupa dokumen Oded Yinon yang diterbitkan Departemen Publisitas Organisasi Zionis Dunia pada Februari 1982, berisi rencana Israel memecah belah Timur Tengah berdasarkan etnis dan mazhab atau sekte.
Oded Yinon menyebutkan, politik adu domba dan pecah-belah dimulai dari Lebanon, Irak, Mesir hingga Suriah. Suriah dirancang terpecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan struktur etnis syiah dan sunni, untuk terus saling bermusuhan.
“Skema tersebut berhasil diterapkan di Irak melalui penggulingan Saddam Husein dengan alasan senjata pemusnah biologi. Kini pasukan Amerika Serikat dan sekutunya bercokol di sana,” ujarnya.
Menurutnya, dengan memecah-belah negara-negara yang dianggap keras terhadap Israel, maka akan mudah dikuasai, ditekan, dan diadu domba satu sama lain.
“Yang memprihatinkan justru ketika rencana pecah-belah Israel itu dijalankan, sebagian umat muslim di tempat lain justru sibuk saling berseteru,” katanya.
Menanggapi isu sektarian syiah-sunni, Agus Nizami, pengelola media-islam.or.id mengatakan, sebenarnya sudah disepakati adanya kerukunan umat beragama dalam deklarasi Risalah Amman (The Amman Massage) tahun 2006 di Jordania.
Deklarasi yang dipelopori oleh Raja Jordanian, Abdullah II bin Al-Hussein dihadiri 200 ulama Islam dari 50 negara, dengan rujukan utama fatwa-fatwa ulama besar, seperti Syaikh Al-Azhar Ayatollah Sistani dan Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi.
Kesepakatan Risalah Amman antara lain adanya pengakuan dan kerukunan hidup antara mazhab sunni dan syi’ah, haram mengkafirkan sesama muslim, serta prasyarat fatwa obyektif yang mengatasnamakan Islam.
Kesepakatan secara aklamasi diakui oleh enam majelis ilmiah Islam internasional, dan dikuatkan oleh lebih dari 500 ulama internasional pada puncak Konferensi International Islamic Fiqh Academy di Jeddah, pada Juli 2006.
“Perlu dibuka kembali forum dialog bersama soal kerukunan itu. Nabi Muhammad sangat menganjurkan dialog, musyawarah, dan jalan damai seperti Piagam Madinah,” ujarnya.
Suasana kerukunan di Suriah sendiri menurut Wakil Duta Besar Suriah untuk Indonesia, Basham Al-Khateb selama ini sebenarnya cukup harmonis. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para pejabat dan pelayan publik dari kalangan sunni. Tentara nasional Suriah juga mayoritas sunni.
“Hubungan antara pemeluk agama dan kelompok sebenarnya bukan pemicu konflik. Tapi memang ada pihak-pihak yang menginginkan Suriah menjadi lemah,” kata Al-Khateb.
Menurutnya, konflik berawal dari adanya sekelompok masyarakat didukung pihak-pihak dari luar Suriah, yang ingin menggulirkan isu demokrasi.
Ia mengakui, memang di kalangan masyarakat Suriah ada beberapa kelompok yang tidak puas dengan kinerja pemerintah. Namun hal itu wajar terjadi di sebuah Negara, dan solusinya diselesaikan secara internal Suriah. (L/P04/R1)
PROPAGANDA SURIAH RENTAN TIMBULKAN KEBENCIAN
- Written by Widi K. Editor : Ali Farkhan Tsani
- Hits: 864
Jakarta,
24 Sya’ban 1434/3 Juli 2013 (MINA) – Konflik internal berdarah di
Suriah membawa konsekwensi global karena arus deras informasi, termasuk
ke Indonesia. Namun sayangnya, banyak media mainstream menebar
propaganda konflik tersebut yang rentan menimbulkan kebencian sesama
muslim.
Dina
Y. Sulaeman mengemukakan hal itu dalam Launching dan Bedah Buku
“Prahara Suriah, Membongkar Persekongkolan Multinasional” di Jakarta,
Rabu (3/7).
“Propaganda apalagi
dengan rekayasan informasi rentan menumbuhkan kebencian sesama muslim,
bukan lagi kepedulian sesama muslim,” ujar alumni Magister Hubungan
Internasional Universitas Padjadjaran itu.
Dina
yang juga sedang menempuh program doktoral Hubungan Internasional,
memaparkan temuannya, antara lain foto palsu BBC, yang diklaim sebagai
korban kekejaman tentara Assad ternyata korban pembantaian di Irak.
Ada
pula foto yang disebut pembantaian Houla, Suriah, korban penduduk sipil
termasuk anak-anak dan wanita. Foto berupa seorang anak melompati
tumpukan korban pembantaian yang sudah dibungkus kain kafan. Ternyata
menurut pengambil fotonya sendiri, Marco Di Lauro langsung memprotes,
bahwa foto itu adalah korban pembantaian di Irak tahun 2003.
Ia
menambahkan, ada foto di jejaring sosial, disebutkan seorang anak tewas
korban kekejaman rezim Assad, padahal foto aslinya adalah seorang anak
tewas karena kecelakaan di Turki.
Foto
anak-anak di Irak diklaim korban pembantaian Assad, sedangkan foto
aslinya adalah korban pembantaian tentara AS di desa Abu Sif, Irak,
2006.
“Efeknya, beberapa kalangan
umat muslim di Indonesia saling berseteru dan terpecah-belah. Islam
agama yang penuh kasih sayang antarsesama, menjelma menjadi siap
membunuh dengan alasan beda mazhab dan beda politik,” ujar penulis buku
Obama Revealed, Realitas di Balik Pencitraan.
“Api
kebencian agaknya telah membutakan sebagian dari mereka sehingga tak
bisa menangkap realitas bahwa mereka diadu domba Barat dengan
propagandanya. Upaya propaganda ini sangat ampuh. Terbukti, efek
kebencian itu menyebar luas bahkan hingga ke kampung-kampung di
Indonesia yang jauhnya lebih dari 8.500 km dari Damaskus,” katanya.
Isu Sektarian
Dina
Y. Sulaeman dalam penelitiannya mengungkapkan, konflik berdarah di
Suriah tidak lepas dari upaya Israel memecah belah kekuatan Islam antara
lain melalui isu sektarian syiah-sunni.
Ia
memaparkan bukti berupa dokumen Oded Yinon yang diterbitkan Departemen
Publisitas Organisasi Zionis Dunia pada Februari 1982, berisi rencana
Israel memecah belah Timur Tengah berdasarkan etnis dan mazhab atau
sekte.
Oded Yinon menyebutkan,
politik adu domba dan pecah-belah dimulai dari Lebanon, Irak, Mesir
hingga Suriah. Suriah dirancang terpecah menjadi beberapa bagian sesuai
dengan struktur etnis syiah dan sunni, untuk terus saling bermusuhan.
“Skema
tersebut berhasil diterapkan di Irak melalui penggulingan Saddam Husein
dengan alasan senjata pemusnah biologi. Kini pasukan Amerika Serikat
dan sekutunya bercokol di sana,” ujarnya.
Menurutnya,
dengan memecah-belah negara-negara yang dianggap keras terhadap Israel,
maka akan mudah dikuasai, ditekan, dan diadu domba satu sama lain.
“Yang
memprihatinkan justru ketika rencana pecah-belah Israel itu dijalankan,
sebagian umat muslim di tempat lain justru sibuk saling berseteru,”
katanya.
Menanggapi isu sektarian
syiah-sunni, Agus Nizami, pengelola media islami mengatakan, sebenarnya
sudah disepakati adanya kerukunan umat beragama dalam deklarasi Risalah
Amman (The Amman Massage) tahun 2006 di Jordania.
Deklarasi
yang dipelopori oleh Raja Jordanian, Abdullah II bin Al-Hussein
dihadiri 200 ulama Islam dari 50 negara, dengan rujukan utama
fatwa-fatwa ulama besar, seperti Syaikh Al-Azhar Ayatollah Sistani dan
Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi.
Kesepakatan
Risalah Amman antara lain adanya pengakuan dan kerukunan hidup antara
mazhab sunni dan syi’ah, haram mengkafirkan sesama muslim, serta
prasyarat fatwa obyektif yang mengatasnamakan Islam.
Kesepakatan
secara aklamasi diakui oleh enam majelis ilmiah Islam internasional,
dan dikuatkan oleh lebih dari 500 ulama internasional pada puncak
Konferensi International Islamic Fiqh Academy di Jeddah, pada Juli 2006.
“Perlu
dibuka kembali forum dialog bersama soal kerukunan itu. Nabi Muhammad
sangat menganjurkan dialog, musyawarah, dan jalan damai seperti Piagam
Madinah,” ujarnya.
Suasana kerukunan
di Suriah sendiri menurut Wakil Duta Besar Suriah untuk Indonesia,
Basham Al-Khateb selama ini sebenarnya cukup harmonis. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya para pejabat dan pelayan publik dari
kalangan sunni. Tentara nasional Suriah juga mayoritas sunni.
“Hubungan
antara pemeluk agama dan kelompok sebenarnya bukan pemicu konflik. Tapi
memang ada pihak-pihak yang menginginkan Suriah menjadi lemah,” kata
Al-Khateb.
Menurutnya, konflik
berawal dari adanya sekelompok masyarakat didukung pihak-pihak dari luar
Suriah, yang ingin menggulirkan isu demokrasi.
Ia
mengakui, memang di kalangan masyarakat Suriah ada beberapa kelompok
yang tidak puas dengan kinerja pemerintah. Namun hal itu wajar terjadi
di sebuah Negara, dan solusinya diselesaikan secara internal Suriah.
(L/P04/R1/http://www.mirajnews.com/en/indonesia/6464-propadanda-suriah-rentan-timbulkan-kebencian.html)
Mi’raj News Agency (MINA)
Jawaban Rohani atas Ucapan Selamat Enam Kepala Negara
Doktor
Hassan Rohani, presiden terpilih Republik Islam Iran berjanji akan
meningkatkan hubungan persahabatan dengan berbagai negara dengan
didasarkan pada saling menghormati, kepentingan bersama dan bertetangga
yang baik.
Rohani dalam pesannya kepada Presiden Italia, Giorgio Napolitano mengatakan, hubungan persahabatan lama antara Tehran dan Roma memiliki kapasitas yang luar biasa di mana semua kapasitas itu dapat menjadi awal untuk menjaga dan melanjutkan kerjasama di antara kedua belah pihak. Demikian dilaporkan IRNA, Sabtu (6/7).
Presiden terpilih Iran juga mengucapkan terimakasih kepada presiden Italia atas ucapan selamatnya, dan berharap hubungan antara Tehran dan Roma diperluas di berbagai sektor dengan didasarkan pada saling menghormati dan kepentingan bersama.
Ketika menanggapi pesan ucapan selamat dari Presiden Tunisia Moncef Marzouki, Rohani mengatakan, pemerintahannya mendatangakan melakukan yang terbaik untuk memperluas hubungan antarkedua negara.
Ia menambahkan, promosi hubungan persahabatan selalu menjadi prioritas kebijakan luar negeri Iran.
Sementara dalam pesan lainnya kepada Presiden Brazil Dilma Rousseff, Rohani menyatakan harapan bahwa Tehran dan Brasilia akan meningkatkan kerjasama selama masa jabatannya.
Dalam menanggapi pesan ucapan selamat dari Presiden Sudan Omar al-Bashir, Rohani mengatakan bahwa dirinya akan berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Khartoum selama masa jabatannya.
"Peningkatan hubungan dengan Sudan selalu menjadi prioritas kebijakan luar negeri Iran," ujarnya.
Rohani juga menyampaikan pesannya kepada Presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdimuhamedov, dan menekankan pentingnya untuk memperkuat hubungan timbal balik dengan negara-negara tetangga yang didasarkan pada hubungan bertetangga yang baik dan saling menghormati. (IRIB Indonesia/RA)
Rohani dalam pesannya kepada Presiden Italia, Giorgio Napolitano mengatakan, hubungan persahabatan lama antara Tehran dan Roma memiliki kapasitas yang luar biasa di mana semua kapasitas itu dapat menjadi awal untuk menjaga dan melanjutkan kerjasama di antara kedua belah pihak. Demikian dilaporkan IRNA, Sabtu (6/7).
Presiden terpilih Iran juga mengucapkan terimakasih kepada presiden Italia atas ucapan selamatnya, dan berharap hubungan antara Tehran dan Roma diperluas di berbagai sektor dengan didasarkan pada saling menghormati dan kepentingan bersama.
Ketika menanggapi pesan ucapan selamat dari Presiden Tunisia Moncef Marzouki, Rohani mengatakan, pemerintahannya mendatangakan melakukan yang terbaik untuk memperluas hubungan antarkedua negara.
Ia menambahkan, promosi hubungan persahabatan selalu menjadi prioritas kebijakan luar negeri Iran.
Sementara dalam pesan lainnya kepada Presiden Brazil Dilma Rousseff, Rohani menyatakan harapan bahwa Tehran dan Brasilia akan meningkatkan kerjasama selama masa jabatannya.
Dalam menanggapi pesan ucapan selamat dari Presiden Sudan Omar al-Bashir, Rohani mengatakan bahwa dirinya akan berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Khartoum selama masa jabatannya.
"Peningkatan hubungan dengan Sudan selalu menjadi prioritas kebijakan luar negeri Iran," ujarnya.
Rohani juga menyampaikan pesannya kepada Presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdimuhamedov, dan menekankan pentingnya untuk memperkuat hubungan timbal balik dengan negara-negara tetangga yang didasarkan pada hubungan bertetangga yang baik dan saling menghormati. (IRIB Indonesia/RA)
Bagaimana Cina Menyikapi Transformasi Mesir?
Cina
saat mereaksi perubahan cepat politik Mesir yang berujung pada
lengsernya Muhammad Mursi dari kursi kepresidenan menegaskan
berlanjutnya hubungan antara Beijing dan Kairo. Sekaitan dengan hal ini,
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan bahwa
negaranya menghormati pilihan rakyat Mesir dan berharap semua pihak yang
berhubungan dengan masalah Mesir bersikap menahan diri dan tidak
melakukan aksi kekerasan.
Pejabat Cina ini juga menyinggung hubungan historis dua negara yang memiliki peradaban tua dan menilai hubungan diplomatik kedua negara sangat penting. Perluasan hubungan Cina dengan negara-negara Timur Tengah termasuk Mesir merupakan prioritas dan strategis para pejabat negara ini selama tiga dekade belakangan. Sejak dimulainya reformasi ekonomi di Cina pada 1979 dan kebijakan Pintu Terbuka, bukan hanya membuka pintu kerjasama Cina dengan Amerika dan negara-negara Eropa, tapi menjadi sarana bagi hubungan Cina dengan negara-negara Timur Tengah.
Sejatinya, sebelum menerapkan reformasi ekonomi dan politik Pintu Terbuka, Cina melihat dunia, khususnya Timur Tengah dengan pandangan ideologi. Namun setelah runtuhnya Uni Soviet dan munculnya kondisi baru pasca Perang dingin, Cina menyusun kebijakan luar negerinya dengan menjadikan kepentingan ekonomi sebagai prioritasnya untuk berhubungan dengan dunia. Dengan cara pandang ini, Timur Tengah memiliki posisi yang spesial dalam kebijakan luar negeri Cina.
Mungkin pada pandangan pertama Cina dipandang sebagai pemain besar di Timur Tengah, tapi harus diingat bahwa periode pasca Perang Dingin, pertumbuhan luar biasa ekonomi Cina membuat negara ini menjadi konsumen terbesar energi (minyak dan gas) Timur Tengah. Dengan kata lain, saat ini energi menjadi faktor utama yang menghubungkan Cina dengan Timur Tengah.
Bagi Cina, Mesir sampai sekarang masih memiliki peran besar di Afrika, Arab dan masyarakat internasional. Padahal Mesir bila dibandingkan dengan negara-negara penghasil minyak tidak ada apa-apanya. Tapi yang terpenting buat Cina adalah peran penyeimbang Mesir di Timur Tengah.
Di masa kekuasaan Hosni Mubarak, mantan Presiden Mesir, Cina membangun kawasan ekonomi dan perdagangan seluas 21 kilometer persegi di Barat Laut Teluk Suez. Pada tahun 1997, Cina menandatangani pembangunan kawasan ini. Negara Mesir dan Cina sejak 50 tahun lalu telah memiliki hubungan diplomatik dan mampu mempeluas hubungan kerjasama sama di bidang ekonomi, perdagangan, politik, budaya dan militer. Dalam beberapa tahun ini, Cina telah melaksanakan lebih dari 20 program investasi di Mesir yang nilainya lebih dari 2 miliar dolar.
Cina dan Mesir punya kesamaan pandang mengenai perubahan di Dewan Keamanan PBB dan merasa perlu memperbarui struktur dewan ini. Di sisi lain, Mesir menilai Cina senantiasa menjadi faktor terciptanya keseimbangan di kawasan dan hal itu dapat disaksikan dari hubungan baik Cina dengan negara-negara Timur Tengah. (IRIB Indonesia)
Pejabat Cina ini juga menyinggung hubungan historis dua negara yang memiliki peradaban tua dan menilai hubungan diplomatik kedua negara sangat penting. Perluasan hubungan Cina dengan negara-negara Timur Tengah termasuk Mesir merupakan prioritas dan strategis para pejabat negara ini selama tiga dekade belakangan. Sejak dimulainya reformasi ekonomi di Cina pada 1979 dan kebijakan Pintu Terbuka, bukan hanya membuka pintu kerjasama Cina dengan Amerika dan negara-negara Eropa, tapi menjadi sarana bagi hubungan Cina dengan negara-negara Timur Tengah.
Sejatinya, sebelum menerapkan reformasi ekonomi dan politik Pintu Terbuka, Cina melihat dunia, khususnya Timur Tengah dengan pandangan ideologi. Namun setelah runtuhnya Uni Soviet dan munculnya kondisi baru pasca Perang dingin, Cina menyusun kebijakan luar negerinya dengan menjadikan kepentingan ekonomi sebagai prioritasnya untuk berhubungan dengan dunia. Dengan cara pandang ini, Timur Tengah memiliki posisi yang spesial dalam kebijakan luar negeri Cina.
Mungkin pada pandangan pertama Cina dipandang sebagai pemain besar di Timur Tengah, tapi harus diingat bahwa periode pasca Perang Dingin, pertumbuhan luar biasa ekonomi Cina membuat negara ini menjadi konsumen terbesar energi (minyak dan gas) Timur Tengah. Dengan kata lain, saat ini energi menjadi faktor utama yang menghubungkan Cina dengan Timur Tengah.
Bagi Cina, Mesir sampai sekarang masih memiliki peran besar di Afrika, Arab dan masyarakat internasional. Padahal Mesir bila dibandingkan dengan negara-negara penghasil minyak tidak ada apa-apanya. Tapi yang terpenting buat Cina adalah peran penyeimbang Mesir di Timur Tengah.
Di masa kekuasaan Hosni Mubarak, mantan Presiden Mesir, Cina membangun kawasan ekonomi dan perdagangan seluas 21 kilometer persegi di Barat Laut Teluk Suez. Pada tahun 1997, Cina menandatangani pembangunan kawasan ini. Negara Mesir dan Cina sejak 50 tahun lalu telah memiliki hubungan diplomatik dan mampu mempeluas hubungan kerjasama sama di bidang ekonomi, perdagangan, politik, budaya dan militer. Dalam beberapa tahun ini, Cina telah melaksanakan lebih dari 20 program investasi di Mesir yang nilainya lebih dari 2 miliar dolar.
Cina dan Mesir punya kesamaan pandang mengenai perubahan di Dewan Keamanan PBB dan merasa perlu memperbarui struktur dewan ini. Di sisi lain, Mesir menilai Cina senantiasa menjadi faktor terciptanya keseimbangan di kawasan dan hal itu dapat disaksikan dari hubungan baik Cina dengan negara-negara Timur Tengah. (IRIB Indonesia)
Mencermati Fatwa Dewan Sunni Pakistan
Dewan
Ulama Sunni Pakistan menyebut Taliban di negara ini sebagai kaum
Khawarij zaman kini. Seperti dilaporkan oleh Radio IRIB sesi bahasa
Pashto, sekitar 50 ulama dan mufti senior Dewan Ulama Sunni Pakistan
bersama-sama merilis fatwa di kota Lahore dan menyatakan bahwa Taliban
Pakistan yang menghalalkan pembantaian terhadap umat muslim adalah
Khawarij zaman sekarang.
Dalam fatwa ini dinyatakan bahwa aksi serangan bunuh diri diharamkan dan mereka menegaskan, setelah syirik, pembunuhan adalah dosa besar dan serangan terhadap masjid, makam ulama dan pembesar agama, rumah sakit, pusat pendidikan, pusat perbelanjaan dan pasukan keamanan adalah tindakan merusak dan kefasadan.
Ulama Sunni Pakistan menambahkan, membunuh mahasiswi tidak berdosa, menghilangkan nyawa pendaki gunung asing dan menumpahkan darah orang-orang tidak berdosa lainnya adalah kejahatan terhadap Islam, juga kepada negara. Menumpas orang-orang yang berperang dengan pemerintahan Islam adalah kewajiban pemerintah dan bekerjasama dengan pemerintah dalam berjihad melawan teroris adalah kewajiban warga negara.
Fatwa ulama Sunni Pakistan ini penting dari sisi bahwa kelompok radikal menjustifikasi kekerasan, aksi teror dan kejahatan lainnya dengan mengatasnamakan agama. Dan untuk menarik simpati warga, kelompok radikal Islam ini mengusung fatwa ulama yang memiliki hubungan dengan pihak asing atau yang sengaja ingin mengobarkan fitnah dan perang di negara Islam termasuk di Pakistan.
Wahabi dalam hal ini tercatat memainkan peran paling besar untuk mengobarkan kekerasan dan teror di Pakistan. Aliran ini dengan memanfaatkan dana dari negara Arab kawasan gencar membangun sekolah agama dan memaksakan interpretasi keliru mereka atas ajaran agama kepada para siwa. Hasil dari ulah kaum Wahabi ini adalah tertanamnya benih perpecahan dan nifak serta meluasnya radikalisme di Pakistan.
Oleh karena itu, para pengamat melalui analisanya terus memantau fatwa Dewan Ulama Sunni Pakistan dalam mengecam aksi bunuh diri dan menyebut Taliban sebagai Khawarij era modern serta ideologi Wahabi di Pakistan dalam mengobarkan perpecahan antara Sunni dan Syiah.
Dalam pandangan para pengamat, meski fatwa ini sedikit terlambat, namun dapat membantu program pemerintah Islamabad dalam memerangi radikalisme dan terorisme. Karena Perdana Menteri Nawaz Sharif menyatakan bahwa salah satu agenda kerja pemerintahannya adalah memerangi terorisme dan mengembalikan perdamaian serta stabilitas di negara ini.
Program ini juga tidak mungkin terlaksana tanpa kerjasama penuh ulama, pasukan keamanan dan lembaga peradilan di negara ini. Atau paling tidak keberhasilannya akan sangat sedikit jika tidak menggandeng ketiga unsur tersebut. Mengingat terorisme dan aktivitas kelompok pengobar perpecahan di Afghanistan dan Pakistan semakin besar, maka kedua negara ini tengah menghadapi ancaman berbahaya.
Sebelumnya pemerintah Afghanistan menghendaki pertemuan bersama ulama negara ini dan Pakistan di Kabul. Namun pertemuan tersebut gagal setelah ulama Pakistan tidak bersedia hadir. Meski demikian, fatwa Dewan Ulama Sunni Pakistan dalam mengutuk aksi bunuh diri dan kekerasan milisi Taliban akan membantu dalam mengendalikan milisi ini.
Hal ini disebabkan karena disebutkan bahwa sejumlah sekolah agama dan kelompok perusak sangat aktif menebar ideologi radikalisme dan perpecahan. Dalam hal ini ulama sejati di Pakistan dan Afghanistan serta yang menguasai ajaran Islam harus turun ke lapangan mencegah ideologi merusak ini dan memerangi dengan serius arus interpretasi keliru atas ajaran suci Islam. (IRIB Indonesia/MF)
Dalam fatwa ini dinyatakan bahwa aksi serangan bunuh diri diharamkan dan mereka menegaskan, setelah syirik, pembunuhan adalah dosa besar dan serangan terhadap masjid, makam ulama dan pembesar agama, rumah sakit, pusat pendidikan, pusat perbelanjaan dan pasukan keamanan adalah tindakan merusak dan kefasadan.
Ulama Sunni Pakistan menambahkan, membunuh mahasiswi tidak berdosa, menghilangkan nyawa pendaki gunung asing dan menumpahkan darah orang-orang tidak berdosa lainnya adalah kejahatan terhadap Islam, juga kepada negara. Menumpas orang-orang yang berperang dengan pemerintahan Islam adalah kewajiban pemerintah dan bekerjasama dengan pemerintah dalam berjihad melawan teroris adalah kewajiban warga negara.
Fatwa ulama Sunni Pakistan ini penting dari sisi bahwa kelompok radikal menjustifikasi kekerasan, aksi teror dan kejahatan lainnya dengan mengatasnamakan agama. Dan untuk menarik simpati warga, kelompok radikal Islam ini mengusung fatwa ulama yang memiliki hubungan dengan pihak asing atau yang sengaja ingin mengobarkan fitnah dan perang di negara Islam termasuk di Pakistan.
Wahabi dalam hal ini tercatat memainkan peran paling besar untuk mengobarkan kekerasan dan teror di Pakistan. Aliran ini dengan memanfaatkan dana dari negara Arab kawasan gencar membangun sekolah agama dan memaksakan interpretasi keliru mereka atas ajaran agama kepada para siwa. Hasil dari ulah kaum Wahabi ini adalah tertanamnya benih perpecahan dan nifak serta meluasnya radikalisme di Pakistan.
Oleh karena itu, para pengamat melalui analisanya terus memantau fatwa Dewan Ulama Sunni Pakistan dalam mengecam aksi bunuh diri dan menyebut Taliban sebagai Khawarij era modern serta ideologi Wahabi di Pakistan dalam mengobarkan perpecahan antara Sunni dan Syiah.
Dalam pandangan para pengamat, meski fatwa ini sedikit terlambat, namun dapat membantu program pemerintah Islamabad dalam memerangi radikalisme dan terorisme. Karena Perdana Menteri Nawaz Sharif menyatakan bahwa salah satu agenda kerja pemerintahannya adalah memerangi terorisme dan mengembalikan perdamaian serta stabilitas di negara ini.
Program ini juga tidak mungkin terlaksana tanpa kerjasama penuh ulama, pasukan keamanan dan lembaga peradilan di negara ini. Atau paling tidak keberhasilannya akan sangat sedikit jika tidak menggandeng ketiga unsur tersebut. Mengingat terorisme dan aktivitas kelompok pengobar perpecahan di Afghanistan dan Pakistan semakin besar, maka kedua negara ini tengah menghadapi ancaman berbahaya.
Sebelumnya pemerintah Afghanistan menghendaki pertemuan bersama ulama negara ini dan Pakistan di Kabul. Namun pertemuan tersebut gagal setelah ulama Pakistan tidak bersedia hadir. Meski demikian, fatwa Dewan Ulama Sunni Pakistan dalam mengutuk aksi bunuh diri dan kekerasan milisi Taliban akan membantu dalam mengendalikan milisi ini.
Hal ini disebabkan karena disebutkan bahwa sejumlah sekolah agama dan kelompok perusak sangat aktif menebar ideologi radikalisme dan perpecahan. Dalam hal ini ulama sejati di Pakistan dan Afghanistan serta yang menguasai ajaran Islam harus turun ke lapangan mencegah ideologi merusak ini dan memerangi dengan serius arus interpretasi keliru atas ajaran suci Islam. (IRIB Indonesia/MF)
Strategi Baru AS di Afrika
Presiden
Amerika Serikat Barack Obama saat bertemu dengan sejawatnya dari
Tanzania, Jakaya Kikwete mengkonfirmasikan strategi baru Washington
untuk menggalang kerjasama dengan negara-negara Eropa.
Di pertemuan tersebut, Obama menekankan bahwa Tanzania adalah mitra dagang utama Amerika di benua Afrika. Ia menekankan, Washington memandang penting peningkatan kerjasama ekonomi dengan negara-negara kawasan Afrika timur.
Mengingat Tanzania menjadi tujuan baru lawatan presiden baru Ina ke Afrika pada bulan Maret, sepertinya Obama dalam kunjungannya ke negara ini hendak menjadi rival dagang dengan Cina. Dalam pidatonya, Obama menjanjikan kepada pemimpina Afrika bahwa Washington akan menerapkan metode baru dalam kerjasama ekonomi di masa mendatang. Di antaranya, prinsip pemberian bantuan finansial kepada negara Afrika akan dihapus.
Proyek senilai tujuh miliar dolar yang disebut-sebut dibawa Obama dalam lawatannya ke Tanzania termasuk contoh dari strategi baru bantuan Washington kepada negara-negara Afrika. Presiden Amerika saat mengunjungi pembangkit listrik Ubango di Tanzania, menyebut bantuan finansial ditujukan untuk meningkatkan kemampuan jaringan listrik di benua Afrika.
Sementara itu, pengamat meyakini strategi baru kerjasama Washington dengan negara-negara selatan Afrika diilhami oleh Cina. Cina dalam kampanye dagangnya ke Afrika membangun rel kereta api, jembatan dan bendungan. Hal ini selain menunjukkan itikad baik Beijing, juga mengindikasikan ambisi Cina untuk segera menanam modal di benua Afrika. Padahal keberhasilan Cina menanam pengaruh, politik dan ekonomi di benua Afrika disebabkan Beijing tidak memiliki lembaran hitam sebagai imperialis di benua ini. Oleh karena itu, para pemimpin Afrika dengan semangat menjalin hubungan dengan Cina.
Obama dalam perundingannya dengan Jakaya Kikwete mengisyaratkan bahwa perusahaan Amerika kedepannya akan lebih memperhatikan kemampuan ekonomi negara-negara di benua ini. Laju cepa ekonomi di negara-negara seperti Angola, Mozambik dan Ghana membuat AS menyadari posisi baru yang bakal diraih benua Afrika dalam beberapa dekade mendatang di dunia. Oleh karena itu, Washington menghendaki peningkatan kerjasama lebih dengan benua ini.
Barack Obama dalam lawatannya ke Tanzania juga mengunjungi monumen peringatan korban ledakan bom di kedubes Amerika tahun 1998. Ia pun kembali menekankan perang anti terorisme dan menjustifikasi kehadiran marinirnya di berbagai negara Afrika. Obama sebelumnya mengunjungi Senegal dan Afrika Selatan. Lawatannya ke Afrika dibayangi oleh kondisi kritis Nelson Mandela, simbol anti diskriminasi dan apartheid di Afrika Selatan.
Mungkin inilah yang menyebabkan Obama mengklaim bahwa dirinya terjun ke dunia politik dengan mencontoh Mandela dan berhasil melenggang ke Gedung Putih serta tercatat sebagai presiden Amerika pertama dari kulit hitam dalam sejarah negara ini. (IRIB Indonesia/MF)
Di pertemuan tersebut, Obama menekankan bahwa Tanzania adalah mitra dagang utama Amerika di benua Afrika. Ia menekankan, Washington memandang penting peningkatan kerjasama ekonomi dengan negara-negara kawasan Afrika timur.
Mengingat Tanzania menjadi tujuan baru lawatan presiden baru Ina ke Afrika pada bulan Maret, sepertinya Obama dalam kunjungannya ke negara ini hendak menjadi rival dagang dengan Cina. Dalam pidatonya, Obama menjanjikan kepada pemimpina Afrika bahwa Washington akan menerapkan metode baru dalam kerjasama ekonomi di masa mendatang. Di antaranya, prinsip pemberian bantuan finansial kepada negara Afrika akan dihapus.
Proyek senilai tujuh miliar dolar yang disebut-sebut dibawa Obama dalam lawatannya ke Tanzania termasuk contoh dari strategi baru bantuan Washington kepada negara-negara Afrika. Presiden Amerika saat mengunjungi pembangkit listrik Ubango di Tanzania, menyebut bantuan finansial ditujukan untuk meningkatkan kemampuan jaringan listrik di benua Afrika.
Sementara itu, pengamat meyakini strategi baru kerjasama Washington dengan negara-negara selatan Afrika diilhami oleh Cina. Cina dalam kampanye dagangnya ke Afrika membangun rel kereta api, jembatan dan bendungan. Hal ini selain menunjukkan itikad baik Beijing, juga mengindikasikan ambisi Cina untuk segera menanam modal di benua Afrika. Padahal keberhasilan Cina menanam pengaruh, politik dan ekonomi di benua Afrika disebabkan Beijing tidak memiliki lembaran hitam sebagai imperialis di benua ini. Oleh karena itu, para pemimpin Afrika dengan semangat menjalin hubungan dengan Cina.
Obama dalam perundingannya dengan Jakaya Kikwete mengisyaratkan bahwa perusahaan Amerika kedepannya akan lebih memperhatikan kemampuan ekonomi negara-negara di benua ini. Laju cepa ekonomi di negara-negara seperti Angola, Mozambik dan Ghana membuat AS menyadari posisi baru yang bakal diraih benua Afrika dalam beberapa dekade mendatang di dunia. Oleh karena itu, Washington menghendaki peningkatan kerjasama lebih dengan benua ini.
Barack Obama dalam lawatannya ke Tanzania juga mengunjungi monumen peringatan korban ledakan bom di kedubes Amerika tahun 1998. Ia pun kembali menekankan perang anti terorisme dan menjustifikasi kehadiran marinirnya di berbagai negara Afrika. Obama sebelumnya mengunjungi Senegal dan Afrika Selatan. Lawatannya ke Afrika dibayangi oleh kondisi kritis Nelson Mandela, simbol anti diskriminasi dan apartheid di Afrika Selatan.
Mungkin inilah yang menyebabkan Obama mengklaim bahwa dirinya terjun ke dunia politik dengan mencontoh Mandela dan berhasil melenggang ke Gedung Putih serta tercatat sebagai presiden Amerika pertama dari kulit hitam dalam sejarah negara ini. (IRIB Indonesia/MF)
PM Turki Erdogan; dari Messiah menjadi Phariah
Oleh: Muhammad Dudi Hari Saputra
Kebijakan Luar Negeri Turki
Setidaknya dalam penelitian penulis dari tahun 2002-2010 Turki pada masa kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan dan partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi / Justice and Development Party/ Partai Keadilan dan Pembangunan) yang dipimpinnya telah membawa perubahan luar biasa pada Turki, terutama sekali dalam percaturan hubungan internasional Turki mampu merumuskan sebuah kebijakan luar negeri yang komprehensif, tidak terdikotomi dalam polar kekuatan dunia dan menekankan pada aspek soft power (kekuatan ekonomi-politik dan kebudayaan/pengetahuan).
Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki mengkritisi tesis Samuel P. Huntington yang menganggap bahwa Islam adalah ancaman bagi Barat. Huntington menganggap bahwa kompetisi dan konflik yang sebelumnya didasari kepada konflik Ideologi (liberalisme versus komunisme) akan digantikan dengan konflik antarperadaban (dalam konteks Turki adalah peradaban Islam versus peradaban Barat). Tesis Huntington mengatakan bahwa Turki berada dalam "masyarakat yang berada di ujung tanduk". Yaitu, Turki sekarang terbagi kedalam para elit politik yang condong kepada Barat (Uni Eropa) dan sebagian masyarakat Turki yang lebih condong menganggap Turki adalah bagian dari negara Islam yang lebih dekat ke Timur Tengah.
Davutoglu membantahnya dan beranggapan bahwa peradaban di dunia ini tidak didasari oleh konflik atau benturan antarperadaban akan tetapi dialog secara komprehensif dan bentuk ini dibutuhkan untuk menciptakan keamanan dunia internasional, Turki seharusnya merangkul potensi ancaman dikawasan Timur Tengah, Asia, Balkan dan Trans-kaukasia menjadi partner strategis yang efektif dan aktif. Setelah partai AKP berhasil menguasai Pemerintahan dengan Recep Tayyib Erdogan sebagai perdana menterinya , Davutoglu kemudian berusaha meningkatkan peranan politik luar negeri Turki sebagai jembatan/penghubung antara Asia dan Eropa serta Islam dan Barat, dengan pernyataanya sebagai menteri luar negeri Turki yang terkenal:
Turkey should act as a „central country‟, breaking away from a „static and single-
parameter policy‟ and becoming a „problem solver‟ contributing to „global and
regional peace‟.(Ahmet Davutoglu, 'Turkey's Foreign Policy Vision: an Assessment of 2007')
Davutoglu berpendapat bahwa Turki memiliki posisi geografi yang strategis, dengan konsep Strategic Depth (yaitu Memanfaatkan kelebihan Turki baik secara geografi, budaya serta pengaruh sejarah sebagai alat Turki dalam berinteraksi dalam kancah dunia Internasional). Bisa dikatakan strategi yang dipakai oleh Turki dalam kebijakan luar negerinya sesuai seperti yang dikatakan oleh Philip Robins yaitu "a double-gravity state" sehingga Turki memiliki dua jaringan sekarang yaitu Komunitas Atlantik Eropa dan negara-negara tetangganya di Timur Tengah. Kebijakan ini setidaknya melahirkan dua bentuk aksiologi, pertama adalah prinsip non-intervensi terhadap kebijakan dalam negeri negara lain dan zero problems with neighbours (kebijakan nir-masalah dengan negara tetangga).
Kebijakan yang diterapkan dari tahun 2002 sampai 2010 ini berhasil memberi dampak positif yang sangat signifikan untuk pertumbuhan kualitas ekonomi dan politik di Turki, Kebijakan bertetangga Turki dengan doktrin baru yang dibawa oleh pemerintahan Recep Tayyib Erdogan dengan partai AKP nya membuat hubungan Turki semakin erat dengan beberapa negara tetangganya termasuk beberapa negara tetangga yang dianggap sebagai "saingan"dari Eropa seperti Rusia, dan beberapa negara di Timur Tengah seperti Iran dan Suriah, bahkan mulai juga melakukan hubungan yang baik dengan wilayah otonomi Kurdi di Irak utara yang dalam beberapa dekade sempat memiliki hubungan yang buruk.
Hubungan yang baik antara Turki dengan Rusia dan beberapa negara di Timur Tengah bisa dilihat dari semakin meningkatnya kerja sama di bidang ekonomi. Sebagai perbandingan bisa dilihat dari angka total ekspor keseluruhan Turki ke negara-negara kawasan Timur Tengah pada tahun 2009 sebesar 20% dibanding pada 2004 yang hanya 12,5%, hubungan perdagangan dengan Iran meningkat lebih dari 6 kali lipat mencapai $7,5 M pada tahun 2007 dan transaksi perdagangan dengan Suriah juga meningkat dari $1,1 M pada tahun 2007 meningkat menjadi $1,4 M pada tahun 2008.
Turki juga memiliki posisi geografi yang strategis sebagai jalur penghubung aliran gas dan minyak dari Timur Tengah ke Eropa. Anggaran militer Turki adalah yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat di NATO. The Stockholm Peace Research Institute (SIPRI) mengestimasikan pengeluaran Turki di bidang militer sekitar $20 miliar, atau 2,2% dari GDP nya.
Hubungan luar negeri Turki yang semakin baik dengan beberapa negara di kawasan semenjak di bawah kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan mengindikasikan semakin kuatnya kemandirian Turki dalam membuat kebijakan luar negerinya dan juga menjadi pendorong negara ini untuk menjadi negara yang memiliki kekuatan yang kuat di kawasan.
Namun itu terjadi pada 3 tahun yang lalu. Pada tahun 2011 Erdogan dan Davutoglu mulai membuka kotak pandora dan melakukan miskalkulasi ketika melanggar doktrin luar negerinya sendiri dengan mulai ikut campur urusan dalam negeri negara tetangganya, yaitu Suriah. Pada tahun 2011 Erdogan menyatakan bahwa Bashar al-Assad sudah saatnya turun menjabat sebagai Presiden atas desakan "demokrasi" rakyat Suriah. Perkataan Erdogan itu menyulut hubungan Turki dengan beberapa pendukung setia Suriah rezim Bashar al-Assad seperti Rusia, Cina, Irak dan Iran (termasuk Hizbullah) menjadi renggang bahkan "panas".
Pada awalnya, Erdogan berharap manuver ini mampu mengukuhkan peran Turki sebagai negara yang pro-demokrasi di kawasan, sehingga mampu meningkatkan kredibilitas Turki terutama bagi negara-negara pendukung demokrasi (AS dan Uni Eropa). Namun di sinilah letak petaka itu berawal, Kevin Barret berpendapat bahwa Erdogan yang selama ini menganggap dirinya sebagai kepala negara Turki yang mampu mengharmonisasikan Islam dan demokrasi malah jatuh kedalam jebakan imprealisme/kapitalisme AS, Uni Eropa dan Zionis-Israel dalam kasus Suriah.
Turki yang sebelumnya terlihat sangat independen di dalam kebijakan luar negerinya, malah terlihat menjadi pion dari kekuatan imprealis AS dengan memutuskan untuk menjadikan wilayah perbatasan Turki-Suriah sebagai tempat pelatihan dan rekrutmen gerakan pemberontak Suriah, yang ternyata membuat Turki bukan terlihat sebagai pendukung demokrasi di Timur Tengah melainkan terorisme. Karena gerakan "demokrasi" di Suriah telah dibajak oleh militan al-Qaeda yang bermotifkan sektarian.
Kebijakan gegabah Turki ini sudah cukup membuat sebagian masyarakat Turki anti-pati terhadap Erdogan. Namun hal ini semakin diperparah dengan kebijakan Erdogan yang kembali membuka kerja sama yang erat dengan Israel pasca menerima permintaan maaf Israel atas kasus Mavi Marmara (serangan pasukan Israel atas kapal bantuan Turki untuk Palestina). Dan sikap ini telah membuat kecewa negara-negara di kawasan Timur Tengah dan kelompok islamis di Turki.
Kebijakan Dalam Negeri Turki dan Keliyanan Erdogan
Di dalam negeri sendiri, Erdogan memang dianggap mampu membuat Turki sebagai kekuatan ekonomi-politik di Timur Tengah dan Eropa, di saat negara-negara Eropa tertimpa krisis dan defisit pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009. GDP (gross domestic product) Turki mengalami peningkatan yang pesat, yaitu $589 milliar dollar pada tahun 2000 menjadi $991 miliar dollar pada tahun 2008, dan pendapatan turki adalah urutan ke 16 terbesar di dunia dan masuk ke dalam negara G-20. Dan pertumbuhan ekonomi Turki pasca krisis ekonomi 2008-2009 adalah yang tercepat pulihnya dengan pertumbuhan sebanyak 5%.
Huseyin Bagci mengutarakan bahwa keberhasilan ekonomi yang diraih Turki di masa Erdogan inilah yang telah membuat Erdogan menjadi besar kepala. Erdogan mulai menunjukkan sikap otoriter dan merasa berhak mengatur rakyat Turki sekehendaknya. Hal ini membuat internal rakyat Turki mulai membencinya. Dan sekutu terdekat Turki, seperti AS dan Uni Eropa pun mulai menunjukkan sikap aslinya terhadap Erdogan, yang mulai mengkritik dan meminta evaluasi atas kebijakan represif Erdogan kepada para demonstran.
Peristiwa taman Gezi yang dekat dengan lapangan Taksim pun menjadi momentum perlawanan rakyat Turki atas kepemimpinan Erdogan, dalam sudut pandang psikoanalisis Lacan; Erdogan sedang tunduk pada liyan (the other) akan dirinya sendiri, sebuah hasrat "aku" yang timbul karena rasa kekurangan (pesimistik) dan kemudian melahirkan sikap permintaan untuk menandai liyan akan dirinya melalui simbol-simbol penanda utama.
Diskursus sang penguasa Erdogan mendesakkan identifikasi nilai-nilai dan konsep tertentu sebagai landasan dan inti hidup sebagai penanda utama, yang diharapkan mengejawantah secara sistematik didalam sistem "hukum/kebijakan". Dalam kasus Erdogan penanda utama yang diambil adalah liyan berupa romantisme sejarah kekhalifahan Utsmani Turki yang mampu membawa bangsa Turki pada puncak kejayaannya berupa pembangunan kembali replika barak militer Utsmani (yang dihancurkan pada tahun 1940 oleh rezim Kemal Attaturk) dan dipadu dengan simbol kemakmuran ekonomi berupa pembangunan pusat perbelanjaan dan pemukiman elite. Pada dasarnya Erdogan sedang menyimbolkan dirinya sebagai bapak negara yang mampu mensejahterakan rakyat Turki sehingga pantas untuk dianggap sebagai Sultan.
Erdogan melakukan pendekatan Teosentris di dalam perencanaan pembangunan di taman Gezi. Teosentrisme adalah suatu pandangan yang berdasarkan pada dogma agama yang menjadi kekuatan kekuasaan. Pada era kekhalifahan Utsmaniyah para ulama mempunyai kekuatan (power) yang mendukung sistem kekuasaan kesultanan/monarki, yang dipraktekkan dengan sistem militer. Perencanaan mempunyai peranan untuk memperkuat kekuasaan kesultanan. Pembangunan Kota diwujudkan sebagai artikulasi kepentingan pembangunan, tentara dan birokrasi. Muncullah sistem perencanaan yang disebut Authoritarian Planning. Tradisi ini ditandai adanya prioritas pembangunan lapangan untuk parade militer, boulevard, taman serta monumen sebagai simbol kekuasaan.
Taman Gezi pun akhirnya menjadi replika dan simbol utama pembangunan simbol romantisme dan kebangkitan kekhalifahan Turki era Utsmaniyah. Karena taman Gezi dan kawasan lapangan Taksim dianggap merupakan representasi simbol hegemoni sekularisme (Kemalis) yang harus ditata ulang untuk mewakili representasi rezim yang berkuasa sekarang, yaitu Erdogan dan AKP nya yang Islamis, yang kemudian dipadu dengan pembangunan pertokoan dan perumahan elite yang mewakili bentuk Neoliberalisme dari pemerintahan yang berkuasa sekarang.
Identitas simbol yang coba dilakukan oleh rezim Erdogan pun akhirnya mendapat Perlawanan keras oleh rakyatnya sendiri, yang pada awalnya dari basis aktivis lingkungan Turki karena menganggap bahwa Taman ini adalah satu-satunya kawasan hijau dikawasan lapangan Taksim, dan kemudian menjadi momentum perlawanan aktivis dari berbagai kalangan termasuk gerakan perlawanan para Kemalist (pendukung sekuler) karena perencanaan pembangunan replika barak militer Utsmaniyah (simbol kubu konservatif-islamis), kemudian oleh kalangan anti-kapitalis/neolib dan kalangan terpinggirkan (buruh, bahkan termasuk kalangan islamis) karena pembangunan pusat perbelanjaan dan komplek perumahan elite (simbol kapitalisme/neoliberalisme), serta kalangan yang tidak puas dengan perilaku otoriter rezim Erdogan yang menyebut Erdogan adalah otoriter dan ingin menjadi Sultan, yang akhirnya membuat aksi demonstrasi menyebar ke seantero wilayah Turki.
Erdogan yang pada awalnya dianggap berhasil dan menjadi pahlawan (Messiah) baik di tataran internal maupun eksternal negaranya, mulai mengalami masa pesakitan (Phariah). Erdogan pada tataran eksternal negaranya sudah gagal dalam kasus Suriah yang membuat hubungan Turki semakin renggang dengan Suriah, Rusia, Irak, Lebanon, Iran dan Cina. Begitu pula di internalnya, Erdogan dibenci oleh kalangan Kemalist, aktifis lingkungan, dan anti-kapitalis. Baru-baru ini BBC mengabarkan bahwa pemerintahan Turki bersedia untuk menunda pembangunan ulang taman Gezi, sambil menunggu keputusan hukum apakah pemerintah memiliki legalitas untuk melakukan pembangunan ulang atau tidak.
Patut kita nantikan, apakah demonstrasi rakyat Turki akan berhenti atau tidak dalam menyikapi keputusan Erdogan ini, jika masih berlanjut. Maka bisa dipastikan bahwa aksi demonstrasi di Turki tidak hanya terkait penolakan pembangunan ulang taman Gezi (isu populis), melainkan penolakan atas berkuasanya rezim Erdogan untuk terus berkuasa (isu strategis dan ideologis). (IRIB Indonesia)
*) Mahasiswa S2 Hubungan Internasional, Konsentrasi Diplomasi Perdagangan Global, UGM.
Kebijakan Luar Negeri Turki
Setidaknya dalam penelitian penulis dari tahun 2002-2010 Turki pada masa kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan dan partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi / Justice and Development Party/ Partai Keadilan dan Pembangunan) yang dipimpinnya telah membawa perubahan luar biasa pada Turki, terutama sekali dalam percaturan hubungan internasional Turki mampu merumuskan sebuah kebijakan luar negeri yang komprehensif, tidak terdikotomi dalam polar kekuatan dunia dan menekankan pada aspek soft power (kekuatan ekonomi-politik dan kebudayaan/pengetahuan).
Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki mengkritisi tesis Samuel P. Huntington yang menganggap bahwa Islam adalah ancaman bagi Barat. Huntington menganggap bahwa kompetisi dan konflik yang sebelumnya didasari kepada konflik Ideologi (liberalisme versus komunisme) akan digantikan dengan konflik antarperadaban (dalam konteks Turki adalah peradaban Islam versus peradaban Barat). Tesis Huntington mengatakan bahwa Turki berada dalam "masyarakat yang berada di ujung tanduk". Yaitu, Turki sekarang terbagi kedalam para elit politik yang condong kepada Barat (Uni Eropa) dan sebagian masyarakat Turki yang lebih condong menganggap Turki adalah bagian dari negara Islam yang lebih dekat ke Timur Tengah.
Davutoglu membantahnya dan beranggapan bahwa peradaban di dunia ini tidak didasari oleh konflik atau benturan antarperadaban akan tetapi dialog secara komprehensif dan bentuk ini dibutuhkan untuk menciptakan keamanan dunia internasional, Turki seharusnya merangkul potensi ancaman dikawasan Timur Tengah, Asia, Balkan dan Trans-kaukasia menjadi partner strategis yang efektif dan aktif. Setelah partai AKP berhasil menguasai Pemerintahan dengan Recep Tayyib Erdogan sebagai perdana menterinya , Davutoglu kemudian berusaha meningkatkan peranan politik luar negeri Turki sebagai jembatan/penghubung antara Asia dan Eropa serta Islam dan Barat, dengan pernyataanya sebagai menteri luar negeri Turki yang terkenal:
Turkey should act as a „central country‟, breaking away from a „static and single-
parameter policy‟ and becoming a „problem solver‟ contributing to „global and
regional peace‟.(Ahmet Davutoglu, 'Turkey's Foreign Policy Vision: an Assessment of 2007')
Davutoglu berpendapat bahwa Turki memiliki posisi geografi yang strategis, dengan konsep Strategic Depth (yaitu Memanfaatkan kelebihan Turki baik secara geografi, budaya serta pengaruh sejarah sebagai alat Turki dalam berinteraksi dalam kancah dunia Internasional). Bisa dikatakan strategi yang dipakai oleh Turki dalam kebijakan luar negerinya sesuai seperti yang dikatakan oleh Philip Robins yaitu "a double-gravity state" sehingga Turki memiliki dua jaringan sekarang yaitu Komunitas Atlantik Eropa dan negara-negara tetangganya di Timur Tengah. Kebijakan ini setidaknya melahirkan dua bentuk aksiologi, pertama adalah prinsip non-intervensi terhadap kebijakan dalam negeri negara lain dan zero problems with neighbours (kebijakan nir-masalah dengan negara tetangga).
Kebijakan yang diterapkan dari tahun 2002 sampai 2010 ini berhasil memberi dampak positif yang sangat signifikan untuk pertumbuhan kualitas ekonomi dan politik di Turki, Kebijakan bertetangga Turki dengan doktrin baru yang dibawa oleh pemerintahan Recep Tayyib Erdogan dengan partai AKP nya membuat hubungan Turki semakin erat dengan beberapa negara tetangganya termasuk beberapa negara tetangga yang dianggap sebagai "saingan"dari Eropa seperti Rusia, dan beberapa negara di Timur Tengah seperti Iran dan Suriah, bahkan mulai juga melakukan hubungan yang baik dengan wilayah otonomi Kurdi di Irak utara yang dalam beberapa dekade sempat memiliki hubungan yang buruk.
Hubungan yang baik antara Turki dengan Rusia dan beberapa negara di Timur Tengah bisa dilihat dari semakin meningkatnya kerja sama di bidang ekonomi. Sebagai perbandingan bisa dilihat dari angka total ekspor keseluruhan Turki ke negara-negara kawasan Timur Tengah pada tahun 2009 sebesar 20% dibanding pada 2004 yang hanya 12,5%, hubungan perdagangan dengan Iran meningkat lebih dari 6 kali lipat mencapai $7,5 M pada tahun 2007 dan transaksi perdagangan dengan Suriah juga meningkat dari $1,1 M pada tahun 2007 meningkat menjadi $1,4 M pada tahun 2008.
Turki juga memiliki posisi geografi yang strategis sebagai jalur penghubung aliran gas dan minyak dari Timur Tengah ke Eropa. Anggaran militer Turki adalah yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat di NATO. The Stockholm Peace Research Institute (SIPRI) mengestimasikan pengeluaran Turki di bidang militer sekitar $20 miliar, atau 2,2% dari GDP nya.
Hubungan luar negeri Turki yang semakin baik dengan beberapa negara di kawasan semenjak di bawah kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan mengindikasikan semakin kuatnya kemandirian Turki dalam membuat kebijakan luar negerinya dan juga menjadi pendorong negara ini untuk menjadi negara yang memiliki kekuatan yang kuat di kawasan.
Namun itu terjadi pada 3 tahun yang lalu. Pada tahun 2011 Erdogan dan Davutoglu mulai membuka kotak pandora dan melakukan miskalkulasi ketika melanggar doktrin luar negerinya sendiri dengan mulai ikut campur urusan dalam negeri negara tetangganya, yaitu Suriah. Pada tahun 2011 Erdogan menyatakan bahwa Bashar al-Assad sudah saatnya turun menjabat sebagai Presiden atas desakan "demokrasi" rakyat Suriah. Perkataan Erdogan itu menyulut hubungan Turki dengan beberapa pendukung setia Suriah rezim Bashar al-Assad seperti Rusia, Cina, Irak dan Iran (termasuk Hizbullah) menjadi renggang bahkan "panas".
Pada awalnya, Erdogan berharap manuver ini mampu mengukuhkan peran Turki sebagai negara yang pro-demokrasi di kawasan, sehingga mampu meningkatkan kredibilitas Turki terutama bagi negara-negara pendukung demokrasi (AS dan Uni Eropa). Namun di sinilah letak petaka itu berawal, Kevin Barret berpendapat bahwa Erdogan yang selama ini menganggap dirinya sebagai kepala negara Turki yang mampu mengharmonisasikan Islam dan demokrasi malah jatuh kedalam jebakan imprealisme/kapitalisme AS, Uni Eropa dan Zionis-Israel dalam kasus Suriah.
Turki yang sebelumnya terlihat sangat independen di dalam kebijakan luar negerinya, malah terlihat menjadi pion dari kekuatan imprealis AS dengan memutuskan untuk menjadikan wilayah perbatasan Turki-Suriah sebagai tempat pelatihan dan rekrutmen gerakan pemberontak Suriah, yang ternyata membuat Turki bukan terlihat sebagai pendukung demokrasi di Timur Tengah melainkan terorisme. Karena gerakan "demokrasi" di Suriah telah dibajak oleh militan al-Qaeda yang bermotifkan sektarian.
Kebijakan gegabah Turki ini sudah cukup membuat sebagian masyarakat Turki anti-pati terhadap Erdogan. Namun hal ini semakin diperparah dengan kebijakan Erdogan yang kembali membuka kerja sama yang erat dengan Israel pasca menerima permintaan maaf Israel atas kasus Mavi Marmara (serangan pasukan Israel atas kapal bantuan Turki untuk Palestina). Dan sikap ini telah membuat kecewa negara-negara di kawasan Timur Tengah dan kelompok islamis di Turki.
Kebijakan Dalam Negeri Turki dan Keliyanan Erdogan
Di dalam negeri sendiri, Erdogan memang dianggap mampu membuat Turki sebagai kekuatan ekonomi-politik di Timur Tengah dan Eropa, di saat negara-negara Eropa tertimpa krisis dan defisit pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009. GDP (gross domestic product) Turki mengalami peningkatan yang pesat, yaitu $589 milliar dollar pada tahun 2000 menjadi $991 miliar dollar pada tahun 2008, dan pendapatan turki adalah urutan ke 16 terbesar di dunia dan masuk ke dalam negara G-20. Dan pertumbuhan ekonomi Turki pasca krisis ekonomi 2008-2009 adalah yang tercepat pulihnya dengan pertumbuhan sebanyak 5%.
Huseyin Bagci mengutarakan bahwa keberhasilan ekonomi yang diraih Turki di masa Erdogan inilah yang telah membuat Erdogan menjadi besar kepala. Erdogan mulai menunjukkan sikap otoriter dan merasa berhak mengatur rakyat Turki sekehendaknya. Hal ini membuat internal rakyat Turki mulai membencinya. Dan sekutu terdekat Turki, seperti AS dan Uni Eropa pun mulai menunjukkan sikap aslinya terhadap Erdogan, yang mulai mengkritik dan meminta evaluasi atas kebijakan represif Erdogan kepada para demonstran.
Peristiwa taman Gezi yang dekat dengan lapangan Taksim pun menjadi momentum perlawanan rakyat Turki atas kepemimpinan Erdogan, dalam sudut pandang psikoanalisis Lacan; Erdogan sedang tunduk pada liyan (the other) akan dirinya sendiri, sebuah hasrat "aku" yang timbul karena rasa kekurangan (pesimistik) dan kemudian melahirkan sikap permintaan untuk menandai liyan akan dirinya melalui simbol-simbol penanda utama.
Diskursus sang penguasa Erdogan mendesakkan identifikasi nilai-nilai dan konsep tertentu sebagai landasan dan inti hidup sebagai penanda utama, yang diharapkan mengejawantah secara sistematik didalam sistem "hukum/kebijakan". Dalam kasus Erdogan penanda utama yang diambil adalah liyan berupa romantisme sejarah kekhalifahan Utsmani Turki yang mampu membawa bangsa Turki pada puncak kejayaannya berupa pembangunan kembali replika barak militer Utsmani (yang dihancurkan pada tahun 1940 oleh rezim Kemal Attaturk) dan dipadu dengan simbol kemakmuran ekonomi berupa pembangunan pusat perbelanjaan dan pemukiman elite. Pada dasarnya Erdogan sedang menyimbolkan dirinya sebagai bapak negara yang mampu mensejahterakan rakyat Turki sehingga pantas untuk dianggap sebagai Sultan.
Erdogan melakukan pendekatan Teosentris di dalam perencanaan pembangunan di taman Gezi. Teosentrisme adalah suatu pandangan yang berdasarkan pada dogma agama yang menjadi kekuatan kekuasaan. Pada era kekhalifahan Utsmaniyah para ulama mempunyai kekuatan (power) yang mendukung sistem kekuasaan kesultanan/monarki, yang dipraktekkan dengan sistem militer. Perencanaan mempunyai peranan untuk memperkuat kekuasaan kesultanan. Pembangunan Kota diwujudkan sebagai artikulasi kepentingan pembangunan, tentara dan birokrasi. Muncullah sistem perencanaan yang disebut Authoritarian Planning. Tradisi ini ditandai adanya prioritas pembangunan lapangan untuk parade militer, boulevard, taman serta monumen sebagai simbol kekuasaan.
Taman Gezi pun akhirnya menjadi replika dan simbol utama pembangunan simbol romantisme dan kebangkitan kekhalifahan Turki era Utsmaniyah. Karena taman Gezi dan kawasan lapangan Taksim dianggap merupakan representasi simbol hegemoni sekularisme (Kemalis) yang harus ditata ulang untuk mewakili representasi rezim yang berkuasa sekarang, yaitu Erdogan dan AKP nya yang Islamis, yang kemudian dipadu dengan pembangunan pertokoan dan perumahan elite yang mewakili bentuk Neoliberalisme dari pemerintahan yang berkuasa sekarang.
Identitas simbol yang coba dilakukan oleh rezim Erdogan pun akhirnya mendapat Perlawanan keras oleh rakyatnya sendiri, yang pada awalnya dari basis aktivis lingkungan Turki karena menganggap bahwa Taman ini adalah satu-satunya kawasan hijau dikawasan lapangan Taksim, dan kemudian menjadi momentum perlawanan aktivis dari berbagai kalangan termasuk gerakan perlawanan para Kemalist (pendukung sekuler) karena perencanaan pembangunan replika barak militer Utsmaniyah (simbol kubu konservatif-islamis), kemudian oleh kalangan anti-kapitalis/neolib dan kalangan terpinggirkan (buruh, bahkan termasuk kalangan islamis) karena pembangunan pusat perbelanjaan dan komplek perumahan elite (simbol kapitalisme/neoliberalisme), serta kalangan yang tidak puas dengan perilaku otoriter rezim Erdogan yang menyebut Erdogan adalah otoriter dan ingin menjadi Sultan, yang akhirnya membuat aksi demonstrasi menyebar ke seantero wilayah Turki.
Erdogan yang pada awalnya dianggap berhasil dan menjadi pahlawan (Messiah) baik di tataran internal maupun eksternal negaranya, mulai mengalami masa pesakitan (Phariah). Erdogan pada tataran eksternal negaranya sudah gagal dalam kasus Suriah yang membuat hubungan Turki semakin renggang dengan Suriah, Rusia, Irak, Lebanon, Iran dan Cina. Begitu pula di internalnya, Erdogan dibenci oleh kalangan Kemalist, aktifis lingkungan, dan anti-kapitalis. Baru-baru ini BBC mengabarkan bahwa pemerintahan Turki bersedia untuk menunda pembangunan ulang taman Gezi, sambil menunggu keputusan hukum apakah pemerintah memiliki legalitas untuk melakukan pembangunan ulang atau tidak.
Patut kita nantikan, apakah demonstrasi rakyat Turki akan berhenti atau tidak dalam menyikapi keputusan Erdogan ini, jika masih berlanjut. Maka bisa dipastikan bahwa aksi demonstrasi di Turki tidak hanya terkait penolakan pembangunan ulang taman Gezi (isu populis), melainkan penolakan atas berkuasanya rezim Erdogan untuk terus berkuasa (isu strategis dan ideologis). (IRIB Indonesia)
*) Mahasiswa S2 Hubungan Internasional, Konsentrasi Diplomasi Perdagangan Global, UGM.
Barat Tak Mampu Membungkam Suara Iran
Kampanye
pimpinan Amerika Serikat terhadap kebebasan berekspresi yang
menargetkan media-media Iran tidak hanya melanggar semua standar hukum
internasional, tapi juga akan gagal karena didasarkan pada konsep keliru
bahwa kebenaran bisa dibungkam.
Selama dua tahun terakhir, ada upaya terpadu oleh pemerintah AS dan sekutunya untuk mencegah orang-orang di berbagai belahan dunia dari menerima siaran televisi Iran melalui satelit.
Perusahaan Hispasat Spanyol secara ilegal memerintahkan pemutusan saluran Hispan TV, meskipun fakta bahwa saluran Iran itu resmi terdaftar di Spanyol dan beroperasi di bawah undang-undang media negara tersebut.
Raksasa satelit Eropa, Eutelsat menekan perusahaan-perusahaan penyedia jasa satelit untuk berhenti menyiarkan saluran-saluran televisi Iran. Dengan alasan sanksi sepihak Uni Eropa terhadap presiden IRIB, Eutelsat memperingatkan para penyedia jasa satelit bahwa mereka berada di bawah risiko penuntutan. Eutelsat menuntut para penyedia jasa satelit untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna menghentikan siaran televisi Iran.
Baru-baru ini, di bawah tekanan pemerintah AS, Intelsat juga mengumumkan akan menghentikan penyediaan layanan satelit untuk saluran televisi Iran mulai tanggal 1 Juli 2013.
Sebuah survei online yang dilakukan Press TV menunjukkan bahwa lebih dari 92 persen dari responden menganggap larangan media Iran oleh perusahaan satelit Barat sebagai pelanggaran kebebasan berbicara.
Sanksi-sanksi sepihak yang dipaksakan oleh AS dan Uni Eropa jelas tidak memiliki dasar hukum. Alasan untuk menjatuhkan sanksi juga tidak transparan, tidak ada sidang di pengadilan untuk menentukan fakta-fakta dan validitas sanksi, juga tidak ada kesempatan untuk membela diri dan mengajukan pengacara. Ini hanyalah konsep bahwa yang kuat adalah yang benar, di mana AS menekan pihak lain untuk mematuhi kebijakan tersebut.
Upaya-upaya untuk membungkam penyiaran saluran Iran melanggar semua standar hukum internasional dan hak asasi manusia. Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyebutkan, "Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, hak ini termasuk kebebasan berpendapat tanpa gangguan, serta untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan tanpa batas."
Sementara pasal 10 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia menyatakan, "Setiap orang berhak atas kebebasan berekspresi. Hak ini mencakup kebebasan untuk berpendapat dan untuk menerima dan memberi informasi dan gagasan tanpa campur tangan otoritas publik dan tanpa batas."
Kemudian PBB mengeluarkan aturan internasional tentang penggunaan satelit di luar angkasa. Konsep mendasar dari perjanjian dan prinsip-prinsip PBB terkait luar angkasa adalah bahwa semua negara bebas untuk melakukan eksplorasi dan memanfaatkan ruang angkasa tanpa diskriminasi apapun, atas dasar kesetaraan dan sesuai dengan hukum internasional.
Iran telah menjadi korban dari praktik diskriminatif yang mempengaruhi haknya untuk akses yang adil ke luar angkasa berkaitan dengan siaran televisi internasional.
AS dan sekutunya mati-matian berusaha untuk membungkam suara alternatif media Iran. Target dari tindakan ilegal ini tidak hanya saluran Iran, tetapi juga masyarakat di negara-negara Barat dalam upaya untuk mencegah mereka mengakses informasi yang bertentangan dengan kebijakan monopoli media.
Namun, upayaAS untuk mempertahankan monopoli pada pengetahuan dan informasi dalam rangka untuk mengendalikan opini publik tidak hanya ilegal dan tidak bermoral, tapi akan berakhir sia-sia. Masyarakat memiliki kemampuan bawaan untuk mengidentifikasi kebenaran, dan ketika fakta itu telah terkuak, maka efeknya tidak bisa lagi dikaburkan.
Ini adalah hak mutlak setiap orang di dunia untuk memiliki akses ke sumber-sumber informasi alternatif. Ini adalah sebuah kemunafikan bahwa kampanye melawan kebebasan berbicara sedang diluncurkan oleh pemerintah yang sama yang mengklaim membela kebebasan berekspresi.
Kebenaran tidak bisa disembunyikan untuk selamanya, dan mereka yang ingin mendengar suara media Iran pasti akan menemukan cara untuk menonton saluran pilihan mereka. Media Iran juga melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa pemirsa mereka dapat memiliki akses mudah ke siaran mereka. (IRIB Indonesia/RM)
Selama dua tahun terakhir, ada upaya terpadu oleh pemerintah AS dan sekutunya untuk mencegah orang-orang di berbagai belahan dunia dari menerima siaran televisi Iran melalui satelit.
Perusahaan Hispasat Spanyol secara ilegal memerintahkan pemutusan saluran Hispan TV, meskipun fakta bahwa saluran Iran itu resmi terdaftar di Spanyol dan beroperasi di bawah undang-undang media negara tersebut.
Raksasa satelit Eropa, Eutelsat menekan perusahaan-perusahaan penyedia jasa satelit untuk berhenti menyiarkan saluran-saluran televisi Iran. Dengan alasan sanksi sepihak Uni Eropa terhadap presiden IRIB, Eutelsat memperingatkan para penyedia jasa satelit bahwa mereka berada di bawah risiko penuntutan. Eutelsat menuntut para penyedia jasa satelit untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna menghentikan siaran televisi Iran.
Baru-baru ini, di bawah tekanan pemerintah AS, Intelsat juga mengumumkan akan menghentikan penyediaan layanan satelit untuk saluran televisi Iran mulai tanggal 1 Juli 2013.
Sebuah survei online yang dilakukan Press TV menunjukkan bahwa lebih dari 92 persen dari responden menganggap larangan media Iran oleh perusahaan satelit Barat sebagai pelanggaran kebebasan berbicara.
Sanksi-sanksi sepihak yang dipaksakan oleh AS dan Uni Eropa jelas tidak memiliki dasar hukum. Alasan untuk menjatuhkan sanksi juga tidak transparan, tidak ada sidang di pengadilan untuk menentukan fakta-fakta dan validitas sanksi, juga tidak ada kesempatan untuk membela diri dan mengajukan pengacara. Ini hanyalah konsep bahwa yang kuat adalah yang benar, di mana AS menekan pihak lain untuk mematuhi kebijakan tersebut.
Upaya-upaya untuk membungkam penyiaran saluran Iran melanggar semua standar hukum internasional dan hak asasi manusia. Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyebutkan, "Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, hak ini termasuk kebebasan berpendapat tanpa gangguan, serta untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan tanpa batas."
Sementara pasal 10 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia menyatakan, "Setiap orang berhak atas kebebasan berekspresi. Hak ini mencakup kebebasan untuk berpendapat dan untuk menerima dan memberi informasi dan gagasan tanpa campur tangan otoritas publik dan tanpa batas."
Kemudian PBB mengeluarkan aturan internasional tentang penggunaan satelit di luar angkasa. Konsep mendasar dari perjanjian dan prinsip-prinsip PBB terkait luar angkasa adalah bahwa semua negara bebas untuk melakukan eksplorasi dan memanfaatkan ruang angkasa tanpa diskriminasi apapun, atas dasar kesetaraan dan sesuai dengan hukum internasional.
Iran telah menjadi korban dari praktik diskriminatif yang mempengaruhi haknya untuk akses yang adil ke luar angkasa berkaitan dengan siaran televisi internasional.
AS dan sekutunya mati-matian berusaha untuk membungkam suara alternatif media Iran. Target dari tindakan ilegal ini tidak hanya saluran Iran, tetapi juga masyarakat di negara-negara Barat dalam upaya untuk mencegah mereka mengakses informasi yang bertentangan dengan kebijakan monopoli media.
Namun, upayaAS untuk mempertahankan monopoli pada pengetahuan dan informasi dalam rangka untuk mengendalikan opini publik tidak hanya ilegal dan tidak bermoral, tapi akan berakhir sia-sia. Masyarakat memiliki kemampuan bawaan untuk mengidentifikasi kebenaran, dan ketika fakta itu telah terkuak, maka efeknya tidak bisa lagi dikaburkan.
Ini adalah hak mutlak setiap orang di dunia untuk memiliki akses ke sumber-sumber informasi alternatif. Ini adalah sebuah kemunafikan bahwa kampanye melawan kebebasan berbicara sedang diluncurkan oleh pemerintah yang sama yang mengklaim membela kebebasan berekspresi.
Kebenaran tidak bisa disembunyikan untuk selamanya, dan mereka yang ingin mendengar suara media Iran pasti akan menemukan cara untuk menonton saluran pilihan mereka. Media Iran juga melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa pemirsa mereka dapat memiliki akses mudah ke siaran mereka. (IRIB Indonesia/RM)
Sejarah Kelam Demokrasi Mesir
Mesir
tengah memasuki episode paling kelam dalam sejarah demokrasi negeri
itu. Sebuah pemerintahan yang sah dan terpilih secara demokratis
digulingkan kudeta militer.
Pemerintahan Presiden Muhammad Mursi menjadi korban penggulingan militer yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah, Kamis (4/7). Mursi terpilih lewat pemilu demokratis setahun setelah diktator Hosni Mubarak tumbang.
Bukan cuma menggulingkan Mursi dari kursi kepresidenan, militer Mesir juga menghabisi kubu Mursi. Militer turun tangan setelah Mursi menolak ultimatum agar ia mundur.
Dengan dalih membela rakyat, militer menjatuhkan Mursi dan menyodorkan peta jalan untuk mengatasi krisis di Mesir. Langkah militer itu disambut sukacita oleh jutaan demonstran yang dalam beberapa hari terakhir ini turun ke jalan menentang Mursi.
Dunia prihatin dengan kondisi terakhir di Mesir. Prihatin karena seorang presiden bukan diganti melalui proses politik, pemilu atau pemakzulan, melainkan oleh kudeta militer. Ini tentu saja kabar yang sangat buruk dan menjadi catatan hitam bagi sejarah demokrasi di negeri berpenduduk 80 juta jiwa itu.
Kudeta militer itu sekaligus mengkhianati revolusi yang tengah dirintis rakyat Mesir menuju peta jalan demokrasi. Gerakan rakyat Mesir untuk merintis demokrasi di Negeri Piramida itu pun terbonsai dengan paksa.
Benar bahwa Mursi yang didukung kubu Ikhwanul Muslimin yang dianggap bergaris keras tidak disukai kubu moderat dan sekuler.
Benar pula bahwa Mursi gagal mengakomodasi suara-suara kritis yang menginginkan perubahan yang lebih melibatkan seluruh kalangan di Mesir, bukan hanya Ikhwanul Muslimin. Namun, itu tidak bisa membenarkan langkah militer untuk menggulingkan Mursi.
Militer Mesir semestinya mampu menahan diri dan mengambil jarak dari politik negeri itu, seburuk apa pun perdebatan yang berlangsung antara kubu pendukung dan penentang Mursi.
Dengan kudeta itu, militer Mesir telah meruntuhkan salah satu pencapaian penting dalam revolusi Mesir, yakni kekuasaan oleh rakyat. Alih-alih membuat kondisi Mesir menjadi lebih baik, kudeta itu justru menjadi pembenar bagi kelompok-kelompok tertentu untuk berbuat radikal dan membalas dendam.
Bila itu terjadi, perang saudara di Mesir tinggal menunggu waktu. Pergolakan lebih lanjut di Mesir tentu akan mengganggu stabilitas politik dan ekonomi di kawasan Timur Tengah dan dunia. Salah satunya ialah harga minyak yang dikhawatirkan bergejolak bila krisis politik di Mesir berkepanjangan.
Semua berharap dunia memainkan peran dalam mewujudkan stabilitas di Mesir. Semua juga berharap rakyat Mesir kembali ke jalan demokrasi.
Kudeta Militer Mesir Akan Menjadi Bencana di Masa Depan
Militer Mesir berhasil menggulingkan Muhammad Mursi dari kursi presiden pada Rabu (3/7) waktu setempat. Kudeta militer ini dianggap telah menjadi intervensi penghancuran politik negara yang baru saja menghirup udara demokrasi untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Kudeta militer inipun dinilai kolomnis di The Guardian, Jonathan Steele akan menjadi bencana bagi masa depan Mesir. Militer yang tampaknya mundur dari politik setelah lengsernya Hosni Mubarak pada Februari 2011 telah kembali melangkah ke arena kekuasaan.
Mereka pertama mengeluarkan ultimatum kepada presiden yang terpilih untuk menaati militer atau mengundurkan diri. Militer juga mengancam akan meletakkan peta jalan sendiri dan menunda konstitusi.
Menurut Steele, menolak hasil pemilihan yang bebas dan adil serta mengesampingkan hukum negara merupakan langkah yang seharusnya tidak diambil militer.
Steele menekankan dia tidak mengatakan Presiden Muhammad Mursi tidak bersalah. Tuduhan politik melawannya panjang dan rinci di mana pelanggaran terburuk Mursi adalah penerbitan keputusan memperpanjang kekuasaannya pada November lalu. Tapi dengan cepat dia mencabut keputusannya setelah ada protes.
Selama gejolak terbaru demonstrasi di jalanan, Steele mengatakan Mursi kembali menunjukkan kemauan untuk berkompromi dan menawarkan pembentukan pemerintahan persatuan nasional serta mempercepat pemilihan parlemen baru.
"Namun, membuatnya (Mursi) bertanggung jawab pada kekecewaan selama dua tahun terakhir adalah tidak masuk akal," ujar Steele.
Menurut dia, seharusnya pengadilan administratif tertinggi yang merusak majelis rakyat yang perlu bertanggung jawab. Bahkan, Steele juga menyatakan pemimpin partai oposisi-lah yang bertanggung jawab atas dominasi Ikhwanul Muslimin pada pemerintahan Mursi. Ini karena Mursi telah mengundang mereka untuk bergabung dalam kabinet. Namun, tawaran Mursi tersebut ditolak.
Terkait kegagalan ekonomi Mesir untuk menyediakan puluhan ribu anak muda yang lulus tiap tahun, Steele menyatakan seharusnya presiden bukan pihak yang disalahkan.
Mursi telah bekerja sama dengan International Monetary Fund (IMF) untuk mengakhiri subsidi makanan dan harga utilitas yang akan menciptakan lebih banyak penghematan. Langkah itu juga telah dilakukan para pemimpin oposisi yang saat ini berteriak soal kekuasaan.
Sementara itu, kegagalan di sektor pariwisata lebih disebabkan pada banyakanya kekacauan dan ketidakstabilan dalam negeri. Demonstrasi yang terus terjadi membuat orang luar enggan datang ke Mesir.
Steele mengatakan banyak pihak yang mengancam demokrasi Mesir dari dalam tubuh negara. Hal itu seperti birokrasi yang masih terdiri dari pejabat Partai Nasional Demokrasi bekas Mubarak, pengusaha elite dan kroni-kroninya, serta hierarki militer yang mengekspolitasi aset negara atau diuntungkan dari industri dan perusahaan yang baru diprivatisasi.
"Banyak yang menuduh Mursi bergabung dengan jajaran elite otoriter, tetapi tuduhan nyatanya adalah dia terlalu sedikit menantang mereka. Kekuatan polisi yang korup dan brutal," ujar Steele.
Steele membenarkan Ikhwanul Muslimin dan pendukungnya merupakan gerakan konservatif sosial yang dapat menimbulkan ancaman terhadap hak-hak sipil warga Mesir. Namun, menurut dia, bahaya terbesar bagi negara adalah hak politik semua warga Mesir yang menang dengan penggulingan Mubarak.
Dia menambahkan mereka yang percaya militer akan melestarikan kebebasan baru akan segera kecewa. Dalam sejarahnya, dari Chili pada 1973 dan Pakistan pada 1999, kudeta militer yang pertama disambut meriah warga, kemudian diikuti tahun-tahun penuh keputusasaan. "Untuk Mesir yang mengikuti tradisi ini adalah bencana," cetusnya. (IRIB Indonesia/Metrotvnews/ROL)
Pemerintahan Presiden Muhammad Mursi menjadi korban penggulingan militer yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah, Kamis (4/7). Mursi terpilih lewat pemilu demokratis setahun setelah diktator Hosni Mubarak tumbang.
Bukan cuma menggulingkan Mursi dari kursi kepresidenan, militer Mesir juga menghabisi kubu Mursi. Militer turun tangan setelah Mursi menolak ultimatum agar ia mundur.
Dengan dalih membela rakyat, militer menjatuhkan Mursi dan menyodorkan peta jalan untuk mengatasi krisis di Mesir. Langkah militer itu disambut sukacita oleh jutaan demonstran yang dalam beberapa hari terakhir ini turun ke jalan menentang Mursi.
Dunia prihatin dengan kondisi terakhir di Mesir. Prihatin karena seorang presiden bukan diganti melalui proses politik, pemilu atau pemakzulan, melainkan oleh kudeta militer. Ini tentu saja kabar yang sangat buruk dan menjadi catatan hitam bagi sejarah demokrasi di negeri berpenduduk 80 juta jiwa itu.
Kudeta militer itu sekaligus mengkhianati revolusi yang tengah dirintis rakyat Mesir menuju peta jalan demokrasi. Gerakan rakyat Mesir untuk merintis demokrasi di Negeri Piramida itu pun terbonsai dengan paksa.
Benar bahwa Mursi yang didukung kubu Ikhwanul Muslimin yang dianggap bergaris keras tidak disukai kubu moderat dan sekuler.
Benar pula bahwa Mursi gagal mengakomodasi suara-suara kritis yang menginginkan perubahan yang lebih melibatkan seluruh kalangan di Mesir, bukan hanya Ikhwanul Muslimin. Namun, itu tidak bisa membenarkan langkah militer untuk menggulingkan Mursi.
Militer Mesir semestinya mampu menahan diri dan mengambil jarak dari politik negeri itu, seburuk apa pun perdebatan yang berlangsung antara kubu pendukung dan penentang Mursi.
Dengan kudeta itu, militer Mesir telah meruntuhkan salah satu pencapaian penting dalam revolusi Mesir, yakni kekuasaan oleh rakyat. Alih-alih membuat kondisi Mesir menjadi lebih baik, kudeta itu justru menjadi pembenar bagi kelompok-kelompok tertentu untuk berbuat radikal dan membalas dendam.
Bila itu terjadi, perang saudara di Mesir tinggal menunggu waktu. Pergolakan lebih lanjut di Mesir tentu akan mengganggu stabilitas politik dan ekonomi di kawasan Timur Tengah dan dunia. Salah satunya ialah harga minyak yang dikhawatirkan bergejolak bila krisis politik di Mesir berkepanjangan.
Semua berharap dunia memainkan peran dalam mewujudkan stabilitas di Mesir. Semua juga berharap rakyat Mesir kembali ke jalan demokrasi.
Kudeta Militer Mesir Akan Menjadi Bencana di Masa Depan
Militer Mesir berhasil menggulingkan Muhammad Mursi dari kursi presiden pada Rabu (3/7) waktu setempat. Kudeta militer ini dianggap telah menjadi intervensi penghancuran politik negara yang baru saja menghirup udara demokrasi untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Kudeta militer inipun dinilai kolomnis di The Guardian, Jonathan Steele akan menjadi bencana bagi masa depan Mesir. Militer yang tampaknya mundur dari politik setelah lengsernya Hosni Mubarak pada Februari 2011 telah kembali melangkah ke arena kekuasaan.
Mereka pertama mengeluarkan ultimatum kepada presiden yang terpilih untuk menaati militer atau mengundurkan diri. Militer juga mengancam akan meletakkan peta jalan sendiri dan menunda konstitusi.
Menurut Steele, menolak hasil pemilihan yang bebas dan adil serta mengesampingkan hukum negara merupakan langkah yang seharusnya tidak diambil militer.
Steele menekankan dia tidak mengatakan Presiden Muhammad Mursi tidak bersalah. Tuduhan politik melawannya panjang dan rinci di mana pelanggaran terburuk Mursi adalah penerbitan keputusan memperpanjang kekuasaannya pada November lalu. Tapi dengan cepat dia mencabut keputusannya setelah ada protes.
Selama gejolak terbaru demonstrasi di jalanan, Steele mengatakan Mursi kembali menunjukkan kemauan untuk berkompromi dan menawarkan pembentukan pemerintahan persatuan nasional serta mempercepat pemilihan parlemen baru.
"Namun, membuatnya (Mursi) bertanggung jawab pada kekecewaan selama dua tahun terakhir adalah tidak masuk akal," ujar Steele.
Menurut dia, seharusnya pengadilan administratif tertinggi yang merusak majelis rakyat yang perlu bertanggung jawab. Bahkan, Steele juga menyatakan pemimpin partai oposisi-lah yang bertanggung jawab atas dominasi Ikhwanul Muslimin pada pemerintahan Mursi. Ini karena Mursi telah mengundang mereka untuk bergabung dalam kabinet. Namun, tawaran Mursi tersebut ditolak.
Terkait kegagalan ekonomi Mesir untuk menyediakan puluhan ribu anak muda yang lulus tiap tahun, Steele menyatakan seharusnya presiden bukan pihak yang disalahkan.
Mursi telah bekerja sama dengan International Monetary Fund (IMF) untuk mengakhiri subsidi makanan dan harga utilitas yang akan menciptakan lebih banyak penghematan. Langkah itu juga telah dilakukan para pemimpin oposisi yang saat ini berteriak soal kekuasaan.
Sementara itu, kegagalan di sektor pariwisata lebih disebabkan pada banyakanya kekacauan dan ketidakstabilan dalam negeri. Demonstrasi yang terus terjadi membuat orang luar enggan datang ke Mesir.
Steele mengatakan banyak pihak yang mengancam demokrasi Mesir dari dalam tubuh negara. Hal itu seperti birokrasi yang masih terdiri dari pejabat Partai Nasional Demokrasi bekas Mubarak, pengusaha elite dan kroni-kroninya, serta hierarki militer yang mengekspolitasi aset negara atau diuntungkan dari industri dan perusahaan yang baru diprivatisasi.
"Banyak yang menuduh Mursi bergabung dengan jajaran elite otoriter, tetapi tuduhan nyatanya adalah dia terlalu sedikit menantang mereka. Kekuatan polisi yang korup dan brutal," ujar Steele.
Steele membenarkan Ikhwanul Muslimin dan pendukungnya merupakan gerakan konservatif sosial yang dapat menimbulkan ancaman terhadap hak-hak sipil warga Mesir. Namun, menurut dia, bahaya terbesar bagi negara adalah hak politik semua warga Mesir yang menang dengan penggulingan Mubarak.
Dia menambahkan mereka yang percaya militer akan melestarikan kebebasan baru akan segera kecewa. Dalam sejarahnya, dari Chili pada 1973 dan Pakistan pada 1999, kudeta militer yang pertama disambut meriah warga, kemudian diikuti tahun-tahun penuh keputusasaan. "Untuk Mesir yang mengikuti tradisi ini adalah bencana," cetusnya. (IRIB Indonesia/Metrotvnews/ROL)
Mengenal Kelompok Khawarij Modern
Dewan
Persatuan Ulama Ahlu Sunnah Pakistan menyebut Taliban di negara itu
sebagai kelompok Khawarij modern. Sebanyak 50 ulama dan mufti Dewan
Persatuan Ulama Ahlu Sunnah Pakistan mengeluarkan statemen bersama di
kota Lahore, mengecam anarkisme Taliban terhadap umat Islam.
Para ulama Pakistan menganggap Taliban yang menghalalkan darah sesama Muslim sebagai Khawarij masa kini. Mereka juga mengeluarkan fatwa haram atas serangan bom bunuh diri. Mereka menegaskan, "Setelah syirik, pembunuhan adalah dosa terbesar, dan serangan ke masjid-masjid, kuburan tokoh agama, rumah sakit, pusat-pusat pendidikan, pasar dan aparat keamanan adalah tindakan-tindakan destruktif."
Dalam fatwanya, ulama Ahlu Sunnah Pakistan mengatakan bahwa membunuh pelajar tak berdosa, menghilangkan nyawa pendaki gunung asing dan menumpahkan darah orang-orang tidak berdosa lainnya adalah pengkhianatan terhadap Islam, juga negara.
Menumpas orang-orang yang berperang melawan pemerintahan Islam adalah kewajiban pemerintah dan bekerjasama dengan pemerintah dalam berjihad melawan teroris adalah kewajiban warga negara.
Fatwa ini menjadi penting mengingat kelompok-kelompok radikal, para ekstrimis, dan teroris menjustifikasi kejahatan dan tindakan brutal mereka dengan interpretasi keliru terhadap teks-teks agama. Mereka juga menukil fatwa-fatwa ulama sesat untuk mengundang simpati masyarakat.
Kelompok Wahabi memainkan peran dominan dalam menyebarkan aksi kekerasan dan teror di Pakistan. Mereka memperoleh bantuan finansial dari negara-negara Arab di Teluk Persia untuk mendirikan pusat-pusat pendidikan Wahabisme. Proyek ini tak ubahnya seperti menyemai benih-benih perpecahan dan menyebarluaskan radikalisme di tengah masyarakat Pakistan.
Oleh karena itu, para pengamat politik menilai fatwa Dewan Persatuan Ulama Ahlu Sunnah Pakistan sebagai bentuk penolakan mereka terhadap pandangan-pandangan keliru Wahabi, yang ingin mencipakan konflik antara Syiah dan Sunni di negara tersebut. Tidak hanya itu, para ulama juga mengecam serangan bom bunuh diri dan brutalitas Taliban.
Meski fatwa itu dikeluarkan agak sedikit telat, tapi itu bisa membantu kemajuan program-program pemerintah Islamabad untuk melawan ekstrimisme dan terorisme. Sebab, Nawaz Sharif, Perdana Menteri Paksitan telah mengumumkan bahwa salah satu program prioritas pemerintahannya adalah memerangi terorisme dan menciptakan perdamaian di negara itu.
Program tersebut tentu saja tidak akan sukses tanpa kerjasama penuh dan dukungan dari para ulama, aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan lembaga pengadilan.
Saat ini, keamanan dan stabilitas Pakistan menghadapi bahaya serius seiring meningkatnya kegiatan kelompok Wahabi di sana. Oleh karena itu, fatwa tersebut diharapkan dapat membantu meredam brutalitas Taliban yang telah membunuh banyak jiwa tak berdosa.
Para ulama sejati juga diharapkan partisipasi aktif mereka untuk melawan pemikiran-pemikiran ekstrim dan memberi pencerahan kepada umat agar tidak menafsirkan ajaran-ajaran Islam secara kaku dan keliru. (IRIB Indonesia/RM)
Para ulama Pakistan menganggap Taliban yang menghalalkan darah sesama Muslim sebagai Khawarij masa kini. Mereka juga mengeluarkan fatwa haram atas serangan bom bunuh diri. Mereka menegaskan, "Setelah syirik, pembunuhan adalah dosa terbesar, dan serangan ke masjid-masjid, kuburan tokoh agama, rumah sakit, pusat-pusat pendidikan, pasar dan aparat keamanan adalah tindakan-tindakan destruktif."
Dalam fatwanya, ulama Ahlu Sunnah Pakistan mengatakan bahwa membunuh pelajar tak berdosa, menghilangkan nyawa pendaki gunung asing dan menumpahkan darah orang-orang tidak berdosa lainnya adalah pengkhianatan terhadap Islam, juga negara.
Menumpas orang-orang yang berperang melawan pemerintahan Islam adalah kewajiban pemerintah dan bekerjasama dengan pemerintah dalam berjihad melawan teroris adalah kewajiban warga negara.
Fatwa ini menjadi penting mengingat kelompok-kelompok radikal, para ekstrimis, dan teroris menjustifikasi kejahatan dan tindakan brutal mereka dengan interpretasi keliru terhadap teks-teks agama. Mereka juga menukil fatwa-fatwa ulama sesat untuk mengundang simpati masyarakat.
Kelompok Wahabi memainkan peran dominan dalam menyebarkan aksi kekerasan dan teror di Pakistan. Mereka memperoleh bantuan finansial dari negara-negara Arab di Teluk Persia untuk mendirikan pusat-pusat pendidikan Wahabisme. Proyek ini tak ubahnya seperti menyemai benih-benih perpecahan dan menyebarluaskan radikalisme di tengah masyarakat Pakistan.
Oleh karena itu, para pengamat politik menilai fatwa Dewan Persatuan Ulama Ahlu Sunnah Pakistan sebagai bentuk penolakan mereka terhadap pandangan-pandangan keliru Wahabi, yang ingin mencipakan konflik antara Syiah dan Sunni di negara tersebut. Tidak hanya itu, para ulama juga mengecam serangan bom bunuh diri dan brutalitas Taliban.
Meski fatwa itu dikeluarkan agak sedikit telat, tapi itu bisa membantu kemajuan program-program pemerintah Islamabad untuk melawan ekstrimisme dan terorisme. Sebab, Nawaz Sharif, Perdana Menteri Paksitan telah mengumumkan bahwa salah satu program prioritas pemerintahannya adalah memerangi terorisme dan menciptakan perdamaian di negara itu.
Program tersebut tentu saja tidak akan sukses tanpa kerjasama penuh dan dukungan dari para ulama, aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan lembaga pengadilan.
Saat ini, keamanan dan stabilitas Pakistan menghadapi bahaya serius seiring meningkatnya kegiatan kelompok Wahabi di sana. Oleh karena itu, fatwa tersebut diharapkan dapat membantu meredam brutalitas Taliban yang telah membunuh banyak jiwa tak berdosa.
Para ulama sejati juga diharapkan partisipasi aktif mereka untuk melawan pemikiran-pemikiran ekstrim dan memberi pencerahan kepada umat agar tidak menafsirkan ajaran-ajaran Islam secara kaku dan keliru. (IRIB Indonesia/RM)
no doubt!you're a shi'i...!!!
semuanyaa bela syiah..toko2 yg ditampilin jg syiah smua...
tobat om..sbelum ajal mnjemput...
@Anonymous....tobat om..sbelum ajal mnjemput...jadi geli aza membacanya..kl saya pikir blog ini menawarkan "alternatif berita" yg condong kearah persatuan SUNNI & SYI'AH...lalu knapa pas Komen..."no doubt!you're a shi'i...!!!" atau arti bebasnya "Tidak ada keraguan kamu adalah Syi'ah"...jadi teringat omongan Syekh Ahmad Deedat, kristolog masyhur yang juga seorang ulama suni mengatakan:
“Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Mereka berteriak “Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah 90% dari muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan.”(http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2012/06/sunni-dan-syiah-di-indonesia-hingga.html#ixzz2YdT04XpE)
tunjukan ke saya satu kitab yang benar benar di pakai syiah dan siapa ulama yang syiah yang menjadi panutan (di Indonesia)
Yang lebih aneh lagi kenapa kalian Syiah tidak menjawab/komentar di Lppi makasar biar ketahuan siapa yang benar ....... info yang saya dapat kalau syiah dilarang komentar terutama Hakekat com apa benar ya ????????
@ taufiq,anda bilang tunjukan ke saya satu kitab yang benar benar di pakai syiah dan siapa ulama yang syiah yang menjadi panutan (di Indonesia)...emang Anda ini baru muncul dari alam maya atau tidur panjang...sehingga tidak tahu tentang situs-situs syiah di Indonesia (irib indonesia atau abna indonesia atau majulahijabi.org dan lain-lain) atau anda muncul sebagai orang yg paling tau tentang situs-situs pembenci syiah/takfiri/wahabi/salafi/ulama klasik...(lppimakasar.com, arrahmah.com, nahimunkar, hekekat..dan lain-lain) yg jelas-jelas selalu mengadu-domba Islam Sunni dan islam Syiah utk "bertikai"..apakah anda TIDAK RELA Islam bersatu....jadi teringat omongan Syekh Ahmad Deedat, kristolog masyhur yang juga seorang ulama suni mengatakan:
“Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Mereka berteriak “Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah 90% dari muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan.”(http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2012/06/sunni-dan-syiah-di-indonesia-hingga.html#ixzz2YdT04XpE)
@taufiq. anda bilang Yang lebih aneh lagi kenapa kalian Syiah tidak menjawab/komentar di Lppi makasar biar ketahuan siapa yang benar ....... info yang saya dapat kalau syiah dilarang komentar terutama Hakekat com apa benar ya ????????, DASAR ANEH, yg menentukan KEBENARAN bukan SITUS Wahabi/salafi/ulama klasik/Takfiri seperti nahimunkar.com, hakekat.com, arrahmah.com, lppimakasar.com dan lainnya atau Situs Syiah semacam irib indonesia, abna indonesia atau majulahijabi.org dan lainnya, yg menentukan KEBENARAN adalah ALLAH Swt dan HATI yg bersih dari kotoran pikiran MENGADU DOMBA sesama Muslim dan mengadu domba sesama manusia..kl anda benci Syiah itu HAK ANDA, tetapi berusahalah bersikap FAIR kl anda benci Syiah,BERANI lah membaca situs-situs syiah sebagai pembanding (irib indonesia, abna indonesia atau majulahijabi.org dll), tetapi kl ANDA Cinta Syiah, BERANIlah jg membaca Situs-situs Pembenci Syiah (nahimunkar.com, hakekat.com, arrahmah.com, lppimakasar.com dll)...musuh kita bersama adalah ZIONIS Israel, Zionis Amerika dan Zionis Barat serta sekutunya http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2013/04/zionis-israel-zionis-amerika-cs-tidak.html
malalui golongan takfiri nangini pang bubuhan zionis-2 amerika wan israel bahasil mamacah-balah umat islam malalui propaganda wan isu-2 madzhab
wahabi memnag sangat berbahaya,karena di dalamnya ada amerika dan israel,terbukti wahabi hanya menanamkan kebencian terhadap sesama muslim, liat di indonesia sesaama muslim sudah mulai