Putra-putri Indonesia membuat harum nama Indonesia di ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2013 di Kuala Lumpur. Hasil karya temuan mereka diapresiasi tinggi oleh publik Malaysia.
Lima karya mereka berhasil meraih 3 medali emas dan 2 perak. Temuan mereka dipamerkan di Kuala Lumpur, pada 9-11 Mei 2013 dan banyak yang mendapat perhatian pengunjung. Mereka sibuk bertanya bagaimana cara membuat dan kemungkinan untuk diproduksi massal.
Hibar Syahrul Gafur pelajar dari SMPN 1 Bogor meraih medali emas berkat temuannya berupa sepatu anti-pelecehan seksual. Hibar membuat sepatu itu karena miris dengan banyaknya kasus pelecehan seksual di jalanan.
Salah satu prototipe yang ditunjukkan Hibar adalah sepatu jenis wedges berwarna putih. Sepatu itu terlihat cantik dari luar, namun ternyata ada dua tembaga di sol bagian depannya. Tembaga itu rupanya listrik bertegangan 450 volt.
“Posisi switch-nya on, lalu nyala menggunakan komponen sirkuit. Dari baterei 9 volt, akan mengalir ke sirkuit, di dalam komponen sirkuit tegangan dinaikkan dan diubah menjadi arus listrik yang mencapai 450 volt,” ujar Hibar.
Temuannya menarik para pengunjung yang datang ke ajang tersebut, khususnya perempuan.
Wisnu, pelajar SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, mampu mencuri perhatian dunia internasional sebagai penemu muda. Temuannya adalah detektor telur busuk yang dilengkapi sensor.
Wisnu membuat senter yang dilengkapi sensor cahaya dan kalibrator. Bila cahaya tembus, maka akan menyala lampu hijau. Bila gelap, lampu akan menyala merah dan berbunyi.
Antusias para pengunjung cukup tinggi atas temuan Wisnu ini. Temuannya juga sampai mendapatkan perhatian dari para penggiat industri yang hendak membeli hak ciptanya.
“Ada yang minta kontak saya, menanyakan alat saya dijual berapa ringgit. Ada juga yang mengatakan kalau bisa alat ini dibuat otomatis,” ujar Wisnu.
Ia pun berencana mengembangkan alat serupa yang telah menggunakan karet roda, sehingga telur-telur tersebut secara otomatis berjalan ke arah sensor dan dipisahkan oleh lengan mekanik, antara yang busuk dan yang tidak.
Wisnu adalah peserta penemu muda terbaik di antara 64 prototipe dari 13 negara yang ikut dalam ajang ini. Ia mendapatkan medali emas dan piala The Best Innovation, sebagai penghargaan tertinggi di acara tersebut.
Tiga sahabat asal SMAN 6 Yogyakarta, Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya, menemukan alat penyaring sampah yang bisa dipasang di saluran air dan sungai.
Alat yang dimaksud adalah prototipe berukuran 50 x 30 cm berwarna perak. Di sisi mulut alat yang diberi nama Thundershot ini terdapat baling-baling vertikal yang mampu menarik arus. Di sisi pangkalnya terdapat sabuk berputar yang dipasang plat menyerupai sekop.
“Alat ini menarik sampah, mengangkatnya, lalu terkumpul di bak penampung yang ada di bagian paling belakangnya,” ujar Nurina.
Alat yang terinspirasi dari banjir karena sistem saluran air yang dipenuhi sampah ini akan terus dikembangkan oleh tiga sahabat ini.
Thundershot mendapatkan medali emas dalam ajang yang diikuti oleh 13 negara dengan total 64 prototipe tersebut. Pembimbing tiga siswi SMA ini sempat mengatakan temuan mereka sekelas tugas akhir mahasiswa.
Bra penampung ASI karya Devika Asmi Pandanwangi membuat banyak ibu yang hadir dalam pameran tertarik dengan karyanya.
Bra yang dibuat Devika berwarna hitam berukuran sekitar 36B. Bra tersebut dimodifikasi dengan 2 cup silikon yang memiliki lubang di ujungnya dan terhubung dengan selang. Selang tersebut mengarah pada kantung alumunium foil di bagian perut.
Kantung itu sengaja disimpan di perut agar ASI memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh sehingga tetap higienis. Silikon dipilih Devika karena kenyamanannya dan tidak menimbulkan iritasi di kulit.
Devika memenangkan medali perak atas temuannya dan juga menyabet Special Award dalam kategori Technology for Special Needs. Ia berencana akan terus mengembangkan temuannya untuk membantu ibu-ibu menyusui.
Safira Dwi Tyasputri, pelajar Sampoerna Academy Campus meraih penghargaan karena temuannya berupa canting batik otomatis.
Saat membatik, Safira menemui kendala karena malam yang dituangkan oleh cantingnya cepat membeku. Alhasil ia mendapatkan inspirasi membuat canting batik otomatis yang mampu menjaga suhu malam di canting.
Lalu, dia menambahkan pemanas agar malam bisa tetap cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur suhu. Termometer untuk mengecek suhu juga dipasang.
Safira meyakini temuannya mampu menghemat energi pembakaran malam pada kerajinan batik. Ia pun menuai respons positif dalam ajang penemu muda tersebut.
Sumber: detik.com (12/5/13)
0 comments to "Pemuda-Pemudi PENEMU Indonesia "GUNCANG DUNIA"....WOWWWW...!!!!!"