Team Buletin Majelis Pecinta Rasul (MPR)- Banjarmasin- Banjarmasin Berduka, Kalimantan Selatan Berduka, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) Berduka hingga Alam Semesta beserta isinya pun Berduka atas "Terbantainya" Sang Penghulu Pemuda Surga Al Husain bin 'Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Muhammad Rasulullah dihadapan Sang Durjana para Pasukan Yazid bin Muwaiyah bin Abu Supyan yang juga "Mengaku" beragama Islam. Bukankah kita tahu bersama Al-Husain musuh abadi Yazid, 'Ali bin Abi Thalib ayahnya al Husain adalah musuh abadi Muawiyah ayah Yazid dan selanjutnya Abu Supyan kakek Yazid adalah musuh abadi nabi Muhammad Saw. Yazid membawa Islam Radikal sedang Al Husain Membawa Islam Cinta...!!!
Inilah "Pembantaian" dan Bukan merupakan Pertempuran, antara Islam al Husain yang merupakan Islam Muhammad / Islam Cinta (lebih kurang 72 orang) menghadapi Islam IBLIS (lebih kurang 30 ribu pasukan / Islam Yazid / Islam Radikal)
Alhamdulillah berkat kesyahidan al Husain, Islam yang sesuai keinginan Allah dan Rasul-Nya masih "Hidup" hingga sekarang dan nanti.... InsyaAllah.... Karena Islam yang dibangun oleh Baginda Nabi Muhammad saw dibangun dengan Dasar Cinta Kasih dan Bukan Islam Radikal / Takfiri yang selalu menebarkan Kebencian antara sesama pemeluk agama Islam dan antar sesama ummat manusia..!!!
Dari Batulicin, Kandangan, Barabai, Binuang, Rantau, Martapura, Banjarbaru, Banjarmasin, Kelayan, Sungai Lulut, Sungai Tabuk, Handil Bhakti, Marabahan, Barito Kuala, Pelaihari, Amuntai, Tanah Bumbu hingga jamaah luar Kalimantan Selatan padati Gedung Telkom para Pecinta Al Husain untuk menghadiri Haul Akbar di Gedung Telkom Banjarmasin Tengah, namun karena keterbatasan kapasitas gedung, membuat jemaah akhwat mesti berada di luar gedung (samping Gedung tepatnya)
Kali ini para panitia penyelenggara mendatangkan Al Ustadz Al Habib Al Muqarrom Thoha Al Musawwa dari Pekalongan Jawa Tengah sebagai Penceramah Tunggal. Dalam ceramah beliau yang sistematis, beliau mengungkap siapa sebenarnya Al-Husain Sang Penghulu Pemuda Surga (yang dicintai Islam Sunni dan Islam Syi'ah ini), hingga mengapa mesti mengingat Sejarah Kematian Al-Husain yang di mutilasi oleh orang-orang yang juga mengaku beragama Islam?!?!? Berikutnya beliau menyentak hadirin dengan menyatakan ada "Golongan Tertentu" (menurut team Buletin MPR adalah Wahabi Salafi Takfiri Teroris Isis serta Pengikutnya) yang menyebut bahwa Tidak Ada lagi Habib atau keturunan nabi Muhammad saw dari jalur Al Husain karena terbantai semuanya di Karbala??? Benarkah pernyataan ini ??? (tentu Tidak karena anak beliau yaitu 'Ali Zaiinal Abidin masih hidup saat itu walaupun dalam keadaan sakit, sosok wanita agung yang bernama Zainab adik al Husain lah yang menjadi perisai Hidup sang keponakan-pen).
Untuk mengetahui lebih dalam tentang peristiwa ini, selayaknyalah ummat Islam mempelajari lebih dalam Sejarah Islam, sehingga tidak Dibutakan oleh Sejarah..!!!!
Adda ungkapan menarik dari pengikut ABI Tanah Bumbu Batu Licin yang menarik untuk kita renungi, "Kabut Asap mungkin bisa mempersulit jalan kita, namun kita tetap berjalan untuk mencapai jalan yang benar, namun Jangan sampai "Kabut Sejarah" membuat kita Putus Asa untuk Belajar dan terus Belajar mengenai sejarah Islam yang sesungguhnya...InsyaAllah."
Sebagai catatan tambahan, Sambutan Kapolda yang diwakili Bapak Dwi juga memberikan sedikit wejangan yang poinnya Pentingnya menjaga kerukunan antar ummat beragama dan antar ummat sesama pemeluk agama Islam.
Turut juga membacakan Puisi tentang Karbala Budayawan asal Balairung Taman Budaya Kayutangi Banjarmasin Kalimantan Selatan saudara Agus Suseno yang membuat para hadirin ada yang sesegukan menangis.
Team Buletin MPR juga mengingatkan bahwa di Kalimantan Selatan khususnya di Banjarmasin, setiap 10 Muharram diadakan pembuatan Tradisi Bubur Asyuro, dimana warga saling bergotong-royong untuk menyumbang pembikinan bubur asyuro tersebut, dimana dikenal juga oleh mereka sebagai Hari Anak Yatim..!!! Tahukah pembaca sekalian, siapakah sebenarnya anak-anak yatim tersebut, mereka adalah anak keturunan Nabi Muhammad saw yang "Terbantai" di Padang Karbala oleh para Durjana pengikut Iblis yang "Mengaku-ngaku" beragama Islam juga...!!??!!
Tradisi Bubur Asyuro di Kalimantan Selatan biasanya dilakukan oleh pengikut Islam Sunni Syafe'i ala Indonesia yang mengakar dari Tradisi NU (Mesjid, Mushola Nu yang terbiasa Maulidan dan Haulan).
Namun cukup menarik tahun ini (tahun 2015 bulan oktober ini) hampir semua Masjid Muhammadiyah pun "mengadakan" Tradisi Bubur Asyuro??? Dengan cara menghadirkannya dengan Buka Puasa Bersama untuk 10 Muharram, hemm Apakah mereka ingin menciptakan Tradisi Baru???
Hemm... Berfikir Positif saja, inilah salah satu hasil dari Perjuangan Al Husain yang Menegakkan Syiar Islam yang sesuai keinginan Allah dan Rasul-Nya, semakin di intimidasi, ditekan bahkan ditentang Acara Haul Al Husain semakin semarak dan membuat mata manusia Pecinta Keadilan Terbuka Mata Hatinya untuk kembali mengingat-ingat sejarah tentang mengapa sosok Al Husain sang Pemimpin Pahlawan Karbala terlupakan atau malah sengaja dilupakan oleh orang-orang yang mengaku "ULAMA"..??? Mengapa cerita sejarah yang mempunyai data otentik ini TERLUPAKAN...!!!???!!!
TIDAK...Kami warga Kalimantan Selatan , Kami Warga Banua Banjar Tidak akan pernah melupakan Sejarah kelam dalam Islam ini..!!! Labayka Ya Husain... Labayka Ya Mahdi...!!!!
Sumber: http://buletinmajelispecintarasul.blogspot.co.id/2015/10/kabut-asap-masih-mending-daripada.html
Diguyur Hujan Deras, Kabut Asap di Palangkaraya Mulai Mereda
Selasa, 27 Oktober 2015 06:13
KOMPAS.com/YOHANES KURNIA IRAWAN
Hujan yang mengguyur Kota Palangkaraya, Senin (26/10/2015) malam, membasahi ruas jalan dan meredakan kabut asap.
BANJARMASINPOST.CO.ID, PALANGKARAYA - Hujan
deras mengguyur Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (26/10/2015)
malam. Hujan mulai turun sekitar pukul 19.30 waktu setempat. Sempat
berhenti sejenak, hujan kembali mengguyur kota ini hingga pukul 24.00.
Warga Palangkaraya, Albert mengatakan, sebelumnya hujan juga sempat mengguyur Palangkaraya dan beberapa daerah lainnya. Kabut asap pun sedikit berkurang usai diguyur hujan.
"Beberapa hari yang lalu sempat turun hujan di Palangkaraya. Hujan juga katanya turun di beberapa daerah lainnya seperti di Kabupaten Gunung Mas," kata Albert, Senin (26/10/2015) malam.
Albert menambahkan, aktivitas kegiatan belajar-mengajar di sekolah diliburkan terkait dampak kabut asap di Bumi Tambun Bungai tersebut.
"Bahkan sempat semua sekolah dari SD-SMA, bahkan kampus juga diliburkan" kata Albert.
Berdasarkan pantauan, beberapa kilometer sebelum memasuki Palangkaraya, kabut asap dan aroma terbakar masih terasa jelas.
Kabut asap pun terlihat pekat di Kota Sampit dan sekitarnya. Jarak pandang di jalur Trans Kalimantan bahkan sempat hanya berkisar 70-100 meter.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/diguyur-hujan-deras-kabut-asap-di-palangkaraya-mulai-meredaWarga Palangkaraya, Albert mengatakan, sebelumnya hujan juga sempat mengguyur Palangkaraya dan beberapa daerah lainnya. Kabut asap pun sedikit berkurang usai diguyur hujan.
"Beberapa hari yang lalu sempat turun hujan di Palangkaraya. Hujan juga katanya turun di beberapa daerah lainnya seperti di Kabupaten Gunung Mas," kata Albert, Senin (26/10/2015) malam.
Albert menambahkan, aktivitas kegiatan belajar-mengajar di sekolah diliburkan terkait dampak kabut asap di Bumi Tambun Bungai tersebut.
"Bahkan sempat semua sekolah dari SD-SMA, bahkan kampus juga diliburkan" kata Albert.
Berdasarkan pantauan, beberapa kilometer sebelum memasuki Palangkaraya, kabut asap dan aroma terbakar masih terasa jelas.
Kabut asap pun terlihat pekat di Kota Sampit dan sekitarnya. Jarak pandang di jalur Trans Kalimantan bahkan sempat hanya berkisar 70-100 meter.
Mereka Bertasbih Menyambut Hujan Perdana
Selasa, 27 Oktober 2015 15:53
banjarmasinpost.co.id/arrahmahnews.com
Air hujan
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Hujan perdana setelah penantian panjang yang mengguyur Kota Banjarmasin disambut bermacam rasa syukur warga kota ini, Selasa (27/10) siang.
Yatno, jamaah Salat Zuhur Masjid Al Jihad Banjarmasin misalnya, mengucap tasbih berkali-kali selama hujan deras berlangsung sekitar 30 menit itu.
“Saya baru keluar masjid menuju rumah, ee di jalan hujan lebat jadi mampir berteduh di sini,” ujarnya bercerita sambil berteduh di sebuah rumah warga.
Sepanjang hujan itu pula, dia memandangi curahan air yang lebat dan diiringi angin kencang itu dengan terus bertasbih.
“Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar...”, ujarnya berulang-ulang.
Menurut dia, bertasbih sebagai rasa syukur tak terhingga dan berdoa semoga masih akan datang hujan-hujan berikutnya.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/mereka-bertasbih-menyambut-hujan-perdana
Yatno, jamaah Salat Zuhur Masjid Al Jihad Banjarmasin misalnya, mengucap tasbih berkali-kali selama hujan deras berlangsung sekitar 30 menit itu.
“Saya baru keluar masjid menuju rumah, ee di jalan hujan lebat jadi mampir berteduh di sini,” ujarnya bercerita sambil berteduh di sebuah rumah warga.
Sepanjang hujan itu pula, dia memandangi curahan air yang lebat dan diiringi angin kencang itu dengan terus bertasbih.
“Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar...”, ujarnya berulang-ulang.
Menurut dia, bertasbih sebagai rasa syukur tak terhingga dan berdoa semoga masih akan datang hujan-hujan berikutnya.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/mereka-bertasbih-menyambut-hujan-perdana
Diperkirakan Hujan akan Membasahi Kalimantan Tengah
Selasa, 27 Oktober 2015 14:49
banjarmasinpost.co.id/jumadi
Kabut asap di jalanan Kualakapuas.
BANJARMASINPOST.CO.ID, PALANGKARAYA - Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Tjilik Riwut Palangka
Raya menyebut sejumlah wilayah di Kalimantan Tengah berpotensi hujan
intensitas ringan hingga sedang.
Hujan intensitas sedang akan terjadi di wilayah barat dan utara provinsi ini, kata Prakirawan BMKG Tjilik Riwut Chandra Mukti di kota Palangkaraya, Selasa.
"Wilayah barat itu sekitar Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan, Sukamara dan Lamandau. Sedangkan wilayah Utara itu di Kabupaten Gunung Mas dan sekitarnya serta Murung Raya," tambahnya.
Hujan intensitas ringan akan terjadi di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas, sedangkan di kota Palangkaraya hujan ringan akan turun malam hari.
Chandra mengatakan prakiraan hujan dengan intensitas sedang dan ringan tersebut akan terjadi selama empat sampai lima hari kedepan sehingga berpotensi memberikan dampak positif mengatasi kabut asap.
"Apalagi awal November 2015 Provinsi Kalteng sudah memasuki musim hujan. Ini prakiraan dari BMKG terkait kondisi cuaca di Kalteng. Harapannya tidak ada perubahan lagi," kata Tjilik.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/diperkirakan-hujan-akan-membasahi-kalimantan-tengah
Warga Ramai-ramai Ucapkan Syukur
Hujan intensitas sedang akan terjadi di wilayah barat dan utara provinsi ini, kata Prakirawan BMKG Tjilik Riwut Chandra Mukti di kota Palangkaraya, Selasa.
"Wilayah barat itu sekitar Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan, Sukamara dan Lamandau. Sedangkan wilayah Utara itu di Kabupaten Gunung Mas dan sekitarnya serta Murung Raya," tambahnya.
Hujan intensitas ringan akan terjadi di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas, sedangkan di kota Palangkaraya hujan ringan akan turun malam hari.
Chandra mengatakan prakiraan hujan dengan intensitas sedang dan ringan tersebut akan terjadi selama empat sampai lima hari kedepan sehingga berpotensi memberikan dampak positif mengatasi kabut asap.
"Apalagi awal November 2015 Provinsi Kalteng sudah memasuki musim hujan. Ini prakiraan dari BMKG terkait kondisi cuaca di Kalteng. Harapannya tidak ada perubahan lagi," kata Tjilik.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/diperkirakan-hujan-akan-membasahi-kalimantan-tengah
Warga Ramai-ramai Ucapkan Syukur
Selasa, 27 Oktober 2015 13:37
internet
ilustrasi
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Syarifuddin
langsung mengucapkan Alhamdulillah saat hujan mengguyur kota
Banjarmasin. "Alhamdulillah hujan," kata warga Jalan Manggis itu, Selasa
(27/10/2015).
Di media sosial,
ucapan syukur juga dituliskan melalui status mereka. Seperti Reza
Elfikar yang menuliskan rasa syukurnya lewat status di BlackBerry
Messenger.
"Alhamdulillah hujan turun juga," kata pria yang sehari-harinya bekerja sebagai pembuat pagar rumah tersebut melalui akun BBM miliknya.
Hujan yang mengguyur kota seribu sungai ini awalnya cuma gerimis. Namun makin lama makin deras hingga sekarang.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/warga-ramai-ramai-ucapkan-syukur
"Alhamdulillah hujan turun juga," kata pria yang sehari-harinya bekerja sebagai pembuat pagar rumah tersebut melalui akun BBM miliknya.
Hujan yang mengguyur kota seribu sungai ini awalnya cuma gerimis. Namun makin lama makin deras hingga sekarang.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/warga-ramai-ramai-ucapkan-syukur
Kini Hujan Membasahi Kota Banjarmasin
Selasa, 27 Oktober 2015 13:32
banjarmasinpost.co.id/arrahmahnews.com
Air hujan
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Hujan menguyur sebagian wilayah Banjarmasin dan sekitarnya, Selasa (27/11) siang.
Hujan ini ramai dibicarakan. Karena sangat dinanti oleh warga Kalsel umumnya yang selama ini mengalami musim panas atau kekeringan hingga be4ncana kabut asap.
"Hujan sudah turun, alhamdulilah, ada air sumur jadinya tak kering lagi," kata salah satu warga Banjarmasin, Ripto.
Seperti di kawasan Banjarmasin Tengah hujan kini cukup deras. Ini tentu disambut bahagia oleh warga Kalsel.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/kini-hujan-membasahi-kota-banjarmasin
Hujan ini ramai dibicarakan. Karena sangat dinanti oleh warga Kalsel umumnya yang selama ini mengalami musim panas atau kekeringan hingga be4ncana kabut asap.
"Hujan sudah turun, alhamdulilah, ada air sumur jadinya tak kering lagi," kata salah satu warga Banjarmasin, Ripto.
Seperti di kawasan Banjarmasin Tengah hujan kini cukup deras. Ini tentu disambut bahagia oleh warga Kalsel.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/27/kini-hujan-membasahi-kota-banjarmasin
Ibu-ibu Semangat Bikin Bubur Asyura
Jumat, 23 Oktober 2015 14:54
banjarmasinpost.co.id/apunk
Ibu-ibu
di Jalan A Yani Km 3,5, Tunjung Maya, Kelurahan Karang Mekar,
Banjarmasin Timur, secara gotong royong membuat bubur asyura dengan
menggunakan tiga kawah besar, Jumat (23/10) siang.
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Sejumlah ibu-ibu di Jalan A Yani Km 3,5, Tunjung Maya, Kelurahan Karang Mekar, Banjarmasin Timur, secara gotong royong membuat bubur asyura dengan menggunakan tiga kawah besar, Jumat (23/10) siang.
Membuat bubur asyura yang nantinya akan dibagi-bagikan kerumah warga merupakan tradisi 10 muharram, kami membuat bubur secara gotong royong sekaligus ajang silaturahmi ungkap salah satu ibu-ibu yang sejak kemarin sudah melaukan persiapan seperti menyiapkan bahan-bahan yang akan di masak.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/ibu-ibu-semangat-bikin-bubur-asyura
Membuat bubur asyura yang nantinya akan dibagi-bagikan kerumah warga merupakan tradisi 10 muharram, kami membuat bubur secara gotong royong sekaligus ajang silaturahmi ungkap salah satu ibu-ibu yang sejak kemarin sudah melaukan persiapan seperti menyiapkan bahan-bahan yang akan di masak.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/ibu-ibu-semangat-bikin-bubur-asyura
Masjid-Masjid Ini Sediakan Menu Buka Puasa 10 Muharam
Jumat, 23 Oktober 2015 14:43
banjarmasinpoost.co.id/elhami
buka puasa di masjid.
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Sejumlah
masjid di Kota Banjarmasin sudah menyiapkan menu untuk berbuka bersama
Puasa Asyura atau puasa 10 Muharam bagi yang menyelenggarakannya.
Masjid-masjid tersebut antara lain Masjid Al Jihad Jalan Cempaka, Masjid Mujahidin Jalan Belitung, Masjid Hasanudin Mejedie Kayutangi, Masjid Ar Rahmah Sungai Andai, Masjid Ar Rahim Jalan Sultan Adam, Musala Bonang Jalan Kampung Melayu Banjarmasin.
“Kami mengundang jamaah yang berpuasa untuk berbuka bersama,” ujar seruan yang dikeluarkan masjid-masjid tersebut melalui broadcast BBM.
Beberapa masjid itu juga melanjutkan buka bersama dengan tausiah bada Salat Magrib.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/masjid-masjid-ini-sediakan-menu-buka-puasa-10-muharamMasjid-masjid tersebut antara lain Masjid Al Jihad Jalan Cempaka, Masjid Mujahidin Jalan Belitung, Masjid Hasanudin Mejedie Kayutangi, Masjid Ar Rahmah Sungai Andai, Masjid Ar Rahim Jalan Sultan Adam, Musala Bonang Jalan Kampung Melayu Banjarmasin.
“Kami mengundang jamaah yang berpuasa untuk berbuka bersama,” ujar seruan yang dikeluarkan masjid-masjid tersebut melalui broadcast BBM.
Beberapa masjid itu juga melanjutkan buka bersama dengan tausiah bada Salat Magrib.
Bubur Asyura, Kuliner Orang Banjar yang Hanya Ada Tiap 10 Muharram
Jumat, 23 Oktober 2015 21:25
banjarmasinpost.co.id/yayu
Tiap 10 Muharram, umat Islam di Kalimantan Selatan menggelar tradisi khusus, yaitu Puasa Asyura.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Tiap 10 Muharram, umat Islam di Kalimantan Selatan menggelar tradisi khusus, yaitu Puasa Asyura.
Tahun ini, 10 Muharram bertepatan pada Jumat (23/10/2015).
Tak sekadar menggelar puasa sunah tersebut, orang-orang Banjar biasanya juga beramai-ramai memasak kuliner khas hari spesial itu, yaitu Bubur Asyura.
Bubur ini berwarna kuning, rasanya gurih dan bahan campurannya banyak, bisa mencapai puluhan jenis.
Sesuai tradisinya, biasanya bahan campurannya mencapai 41 jenis.
Biasanya, yang dimasukkan ke adonan bubur berupa sayuran dan kacang-kacangan.
Jika kurang, maka harus ditambahi lagi dengan bahan lainnya, walaupun berupa batu atau lumut, yang penting jumlahnya pas 41 jenis sesuai tradisi yang berlaku.
Tahun ini, 10 Muharram bertepatan pada Jumat (23/10/2015).
Tak sekadar menggelar puasa sunah tersebut, orang-orang Banjar biasanya juga beramai-ramai memasak kuliner khas hari spesial itu, yaitu Bubur Asyura.
Bubur ini berwarna kuning, rasanya gurih dan bahan campurannya banyak, bisa mencapai puluhan jenis.
Sesuai tradisinya, biasanya bahan campurannya mencapai 41 jenis.
Biasanya, yang dimasukkan ke adonan bubur berupa sayuran dan kacang-kacangan.
Jika kurang, maka harus ditambahi lagi dengan bahan lainnya, walaupun berupa batu atau lumut, yang penting jumlahnya pas 41 jenis sesuai tradisi yang berlaku.
Sementara bumbu penyedapnya berupa garam dan bubuk penyedap rasa.
Tak ada resep khusus untuk membuat bubur ini. Bahannya bisa apa pun dan apa yang ada saja, sesuai dengan kondisi perekonomian warga yang membuatnya.
Yang penting bahannya banyak, mencapai 41 jenis dan cukup untuk dikonsumsi warga sekampung. Tradisi memasak bersama itu berlangsung tiap tahun. Di Banjarmasin, biasanya warga berkumpul di pagi hari, terutama kaum hawanya untuk memasak bubur itu.
Seperti yang dilakukan warga Jalan Pramuka, Gang Manunggal RT 10, Banjarmasin. Tampak kaum hawanya sibuk memotong-motong berbagai sayuran seperti kacang panjang, wortel, kelapa, tempe hingga bawang merah.
Sedangkan kaum lelakinya sibuk menyiapkan kompor dan wajan serta menguliti daging ayam.
Mereka memasak untuk kemudian dibagikan ke para tetangga mereka.
Pemandangan serupa juga tampak di tempat lain, yaitu di Jalan Pengambangan, Kelurahan Pengambangan RT 7 RW 1, Kecamatan Banjarmasin Timur, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Para perempuannya, tua dan muda tampak sibuk mengaduk-aduk adonan bubur yang sudah hampir matang.
Mereka bekerja secara gotong royong. Setelah matang, bubur itu didoakan bersama dengan dibacakan doa selamat.
"Biasanya baca doanya di musala. Para lelakinya berkumpul, berdoa bersama, setelah itu barulah buburnya dibagikan," kata warga setempat, Syamsiah.
Bubur itu dimakan bersama di rumah masing-masing.
Bagi mereka yang berpuasa Asyura, maka bubur ini akan menjadi hidangan wajib buka puasa mereka.
"Bagi yang tidak berpuasa bisa memakannya langsung, wajib juga memakannya karena sudah didoakan. Pokoknya, kalau bikin Bubur Asyura, orang satu kampung harus dapat jatah semua," katanya.
Tak ada resep khusus untuk membuat bubur ini. Bahannya bisa apa pun dan apa yang ada saja, sesuai dengan kondisi perekonomian warga yang membuatnya.
Yang penting bahannya banyak, mencapai 41 jenis dan cukup untuk dikonsumsi warga sekampung. Tradisi memasak bersama itu berlangsung tiap tahun. Di Banjarmasin, biasanya warga berkumpul di pagi hari, terutama kaum hawanya untuk memasak bubur itu.
Seperti yang dilakukan warga Jalan Pramuka, Gang Manunggal RT 10, Banjarmasin. Tampak kaum hawanya sibuk memotong-motong berbagai sayuran seperti kacang panjang, wortel, kelapa, tempe hingga bawang merah.
Sedangkan kaum lelakinya sibuk menyiapkan kompor dan wajan serta menguliti daging ayam.
Mereka memasak untuk kemudian dibagikan ke para tetangga mereka.
Pemandangan serupa juga tampak di tempat lain, yaitu di Jalan Pengambangan, Kelurahan Pengambangan RT 7 RW 1, Kecamatan Banjarmasin Timur, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Para perempuannya, tua dan muda tampak sibuk mengaduk-aduk adonan bubur yang sudah hampir matang.
Mereka bekerja secara gotong royong. Setelah matang, bubur itu didoakan bersama dengan dibacakan doa selamat.
"Biasanya baca doanya di musala. Para lelakinya berkumpul, berdoa bersama, setelah itu barulah buburnya dibagikan," kata warga setempat, Syamsiah.
Bubur itu dimakan bersama di rumah masing-masing.
Bagi mereka yang berpuasa Asyura, maka bubur ini akan menjadi hidangan wajib buka puasa mereka.
"Bagi yang tidak berpuasa bisa memakannya langsung, wajib juga memakannya karena sudah didoakan. Pokoknya, kalau bikin Bubur Asyura, orang satu kampung harus dapat jatah semua," katanya.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/bubur-asyura-kuliner-orang-banjar-yang-hanya-ada-tiap-10-muharram?page=3
banjarmasinpost.co.id/ist
Rima Hayati Authari
Rima Prihatin Peringatan Hari Asyura Kian Tenggelam
Jumat, 23 Oktober 2015 21:15
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Peringatan
Hari Asyura tiap 10 Muharram tahun ini bertepatan dengan Jumat
(23/10/2015). Umat Islam di Kalimantan Selatan merayakannya dengan
membuat sajian khusus berupa Bubur Asyura.
Tradisi ini sudah lama ada di sini dan hanya berlangsung setahun sekali. Dulu banyak ditemui, namun makin kemari makin jarang, walau pun ada saja yang masih melestarikannya.
Hal itu membuat Galuh Kalsel 2014, Rima Hayati Authari prihatin. Waktu dia masih sekolah dulu, di sekolahnya masih ada yang menjual bubur tersebut.
"Bahkan dulu di sekolah kami membuatnya juga pas Hari Asyura," kenangnya.
Di lingkungan rumahnya yang dulu banyak yang membuatnya. "Biasanya di surau-surau. Nanti buburnya dimakan bersama. Bagi yang berpuasa dimakan saat berbuka," ungkapnya.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/rima-prihatin-peringatan-hari-asyura-kian-tenggelam
Tradisi ini sudah lama ada di sini dan hanya berlangsung setahun sekali. Dulu banyak ditemui, namun makin kemari makin jarang, walau pun ada saja yang masih melestarikannya.
Hal itu membuat Galuh Kalsel 2014, Rima Hayati Authari prihatin. Waktu dia masih sekolah dulu, di sekolahnya masih ada yang menjual bubur tersebut.
"Bahkan dulu di sekolah kami membuatnya juga pas Hari Asyura," kenangnya.
Di lingkungan rumahnya yang dulu banyak yang membuatnya. "Biasanya di surau-surau. Nanti buburnya dimakan bersama. Bagi yang berpuasa dimakan saat berbuka," ungkapnya.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/rima-prihatin-peringatan-hari-asyura-kian-tenggelam
Masak Bubur Asyura Menjaga Silaturahmi
Jumat, 23 Oktober 2015 15:26
banjarmasinpost.co.id/burhani
warga memasak bubur asyura di kawasan Jalan Mesjid Jami Gang HM Yasin Rt 9
BANJARMASIN - Memeringati 10 Muharam beberapa warga di kota Banjarmasin memasak bubur asyura, Jumat (23/10/2015).
Bubur asyura dibuat dari 41 macam bahan makanan, mulai dari sayuran hingga ikan dan ayam.
Eeng, salah seorang panitia pelaksana pembuatan bubur asyura di kawasan Jalan Mesjid Jami Gang HM Yasin Rt 9 Banjarmasin mengatakan, memasak bubur asyura sekaligus memperpanjang silaturahmi dengan warga.
"Kami berharap melalui kegiatan ini hidup kami lebih baik dari sebelumnya, Dihari 10 Maraham ini kami berharap agar silaturahmi kami di kampung ini tetap terjaga," kata ayah dua anak itu.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/masak-bubur-asura-menjaga-silaturahmi
Eeng, salah seorang panitia pelaksana pembuatan bubur asyura di kawasan Jalan Mesjid Jami Gang HM Yasin Rt 9 Banjarmasin mengatakan, memasak bubur asyura sekaligus memperpanjang silaturahmi dengan warga.
"Kami berharap melalui kegiatan ini hidup kami lebih baik dari sebelumnya, Dihari 10 Maraham ini kami berharap agar silaturahmi kami di kampung ini tetap terjaga," kata ayah dua anak itu.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/masak-bubur-asura-menjaga-silaturahmi
Puasa Asyura Istimewa, Sempat Diwajibkan Sebelum Jadi Puasa Sunat
Jumat, 23 Oktober 2015 14:08
Hari Widodo/BPost
Prosesi pembuatan bubur asyura di Kabupaten Banjar.
BANJARMASIN - Inilah satu-satunya ibadah sunat yang paling istimewa di Bulan Muharam yaitu Puasa Asyura yang juga dikenal sebagai puasa 10 Muharam.
Puasa sunah ini, menurut Ustad Riza, mengutip riwayat Aisyah ketika
masih di Mekkah Rasulullah pernah melaksanakannya sebagai kewajiban.
Namun setelah hijrah di Madinah dan mendapat perintah dari Allah untuk
puasa Ramadan sebagai ibadah wajib, maka Rasul kemudian menjadikan Puasa
Asyura sebagai sunat.
“Sabda Rasulullah bahwa Puasa Asyura keutamaannya adalah menghapus dosa-dosa setahun lalu,” ujar Ustad Riza kepada Bpost Online.
Puasa ini juga, menurut ulama di Banjarmasin ini, selain pernah dijalankan Rasulullah sebagai kewajiban sebelum disunahkan, juga sempat mendapat catatan.
Menurut Ustad Riza, catatannya begini, ketika berpuasa Asyura sebagai sunat, Rasulullah mendapat kabar bahwa pada setiap 10 Muharam orang-orang Yahudi dan Nasrani ketika itu juga mentradisikan untuk berpuasa.
Lalu Rasulullah mangatakan tahun depan Puasa Asyura dikawal dengan puasa sehari sebelumnya yaitu 9 Muharam agar menjadi pembeda dengan puasa orang Yahudi dan Nasrani.
“Hanya saja tahun depan itu Rasulullah wafat sehingga tidak sempat menjalankan puasa 9 Muharam sebagai pendamping Puasa Asyura,” ujar ulama ini.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/puasa-asyura-istimewa-sempat-diwajibkan-sebelum-jadi-puasa-sunat?utm_source=twitterfeed&utm_medium=facebook
Ustaz Rusli Malik juga berpesan untuk tidak menghina simbol-simbol yang disucikan oleh agama lain ataupun mahzab lain di dalam Islam.
Silahkan klik di https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=HN-ZWYhYENw
10 Muharram adalah hari bersejarah bagi umat Islam, pada hari itu adalah tanggal merah, merah sebab syahidnya cucu Rasulullah saw, Husein bin Ali. Pada acara Dzikir 10 muharram 1437H, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD city, Tanggerang (24/10), Ustaz Rusli Malik memberikan tausyiahnya untuk dapat mengambil semangat perjuagan dari Imam Husein, dalam berjuang untuk membela kebenaran, keadilan, kaum lemah, rakyat jelatan walupun harus ditebus dengan nyawanya.
Ustaz Rusli Malik juga berpesan untuk tidak menghina simbol-simbol yang disucikan oleh agama lain ataupun mahzab lain di dalam Islam.
Mainsource: http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/video-tausyiah-10-muharram-1437-h/
Namun fakta berkata lain. Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, berjudul Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah, sejenis manuskrip dengan nomor panggil ML 446, yang terletak di lantai 5B, bercerita tentang bagaimana pada 10 Muharam atau Hari Asyura, cucu Nabi, Imam Husein telah syahid.
Tragedi Karbala Dalam Hikayat Melayu
Hikayat setebal kurang lebih 4 cm, lebar 17,5 cm, panjang 25,6 cm dan diperkirakan berumur sekitar 4 abad ini masih terawat rapi. Meski tampak lusuh namun isinya masih tetap dapat dibaca. Dengan menggunakan huruf Arab pegon dan bahasa Melayu, Hikayat dari abad ke 13-15 M ini menjadi bukti nyata bahwa peringatan Asyura dan kisah tentang kesyahidan Imam Husein telah ada di negeri kita sejak awal masuknya Islam ke Nusantara.
Saat berkunjung ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (23/10), melihat dan membaca langsung Hikayat tersebut, Tim ABI Press mendapati kisah kesyahidan Imam Husein ketika 10 Muharam terdapat di halaman 186 baris ke enam hingga halaman 187.
Tertulis di sana bahwa pasukan Yazid lah yang telah membantai Imam Husein di padang Karbala.
“Amir Husein di padang Karbala dikerubungi oleh segala kaum munafik. seperti orang memetik kembang, kepalanya pun diperceraikan daripada badannya.”
Sementara di halaman 190 Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah itu dikisahkan saat Imam Husein tiba di padang Karbala dengan paparan sebagai berikut:
“Diceritakan Amir Husein pun bertanya, hai tolongku apa nama padang ini? Maka kata segala sahabatnya,junjunganku padang inilah padang Karbala. Maka kata Amir Husein, wah inilah padang tempat kematianku itu, karena sabda Rasulullah saw, bahwa kematian Husein itu kepada padang Karbala, maka kata Amir Husein, qolu innalillahi wa inna ilaihi roji’un.“
Peringatan Asyura Dalam Hikayat Melayu
Bukan hanya cerita tentang Imam Husein yang syahid di padang Karbala saja, Hikayat ini pun menjelaskan tentang acara peringatan 10 Muharam atau Asyura pada masa itu di berbagai daerah di Nusantara yang dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua jenis.
Peringatan pertama yang lebih bersahaja dilakukan di sejumlah wilayah di Nusantara seperti di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi Selatan dan Aceh. Di Jawa dan Madura peringatan 10 Muharram atau Asyura disebut dengan Hari Suro atau Asuro. Sementara di Aceh, Asyura disebut dengan hari Hasan dan Husin, yang pada malam harinya diadakan pengajian atau majlis dengan mendengarkan pembacaan Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah yang menceritakan tentang tragedi Karbala.
Peringatan yang kedua adalah peringatan yang lebih mirip dengan di Iran atau India. Bentuk perayaan seperti ini dapat dijumpai di Sumatera Barat dan Bengkulu yang dimulai sejak abad ke-18 M, ketika Inggris menguasai Bengkulu dan membawa banyak warga Muslim Syiah dari daratan India.
Perayaan yang dilakukan dengan arak-arakan Tabut, melambangkan kesyahidan Imam Husein dengan diiringi rombongan musik yang melambangkan pasukan Imam Husein (Barkel 1975).
Maka Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah adalah salah satu fakta bahwa peringatan Asyura atau peringatan kesyahidan Imam Husein pada 10 Muharam telah lama ada bersamaan dengan masuknya Islam di Nusantara pada sekitar abad ke 13-15 M dan telah melekat, mendarah daging dengan Islam Nusantara.
Tapi, jika ternyata masih ada sebagian kelompok Islam di Nusantara yang berusaha untuk menyangkalnya, mungkinkah mereka tidak membaca sejarah? (Lutfi/Yudhi/http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/tragedi-karbala-dan-peringatan-asyura-dalam-manuskrip-kuno-nusantara/)
Mencoba mengurai kasus Singkil ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan diskusi “Memahami Singkil, Demografi Politik dan Relasi Etnisitas dan Agama” di kantor pusat LIPI Jakarta, Senin (26/10).
Pendeta Penrad Siagian dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) dalam presentasinya mengungkapkan, di Aceh, penyerangan gereja terus berulang.
“Tindakan diskriminatif dan intoleran terhadap gereja telah terjadi bertahun-tahun. Dari tahun 1961, 1968, 1979, 2012, sampai 2015 kemarin,” keluh Penrad.
Menurut Penrad, aktor kekerasan ini tak hanya masyarakat intoleran seperti FPI dan APPI. Tapi juga aparat negara, Pemda Kab. Aceh Singkil, Muspida Plus, Kapolda, Pangdam dan Satpol PP.
Penrad meminta agar pemerintah bertanggungjawab. Apalagi vibrasi dari kasus Singkil berpengaruh luas ke berbagai daerah lainnya di Indonesia.
Sementara Dr. Fadjri Alihar, Peneliti Pusat Kependudukan LIPI yang juga warga asli Singkil menyebutkan bahwa sebenarnya masyarakat Singkil sangat toleran.
“Masyarakat Singkil kan ‘heterogen’. Bisa dikatakan mayoritas saat ini pendatang di samping suku asli orang Singkil. Jadi dalam hubungan dan kohesi-kohesi ini memang ada gesekan. Tapi secara umum, kerukunan antar umat beragama dan antar suku ini sangat signifikan di sini. kira-kira 95%,” ujar Fadjri.
“Bagi masyarakat di level bawah, mereka beraktivitas biasa, dagang biasa, yang diisukan ada sweeping ternyata tidak ada juga,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan oleh Anna Martyna Sinamo dari Ikatan Keluarga Pakpak Dairi yang menyebutkan, kerusuhan ini terjadi karena ada pihak luar yang ingin mengambil sumber daya alam di Singkil.
Fadjri menekankan, aparat pemerintah harus tegas menjaga keharmonisan di Singkil agar jangan sampai terpengaruh kelompok intoleran. (Muhammad/Yudhi/http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/aparat-harus-tegas-atasi-intoleransi/)
Meski berkembang intimidasi dan tekanan dari kelompok intoleran yang setiap tahun kerap menghalang-halangi peringatan duka terhadap cucu Rasulullah saw, acara tetap berlangsung tertib, aman dan lancar. Bahkan setiap tahun peserta yang hadir selalu meningkat jumlahnya. Area dalam gedung yang luas, ditambah karpet yang digelar di halaman, tetap saja tak cukup menampung keseluruhan pengunjung. Banyak di antara mereka yang dalam posisi berdiri, tetap seksama dan khusyuk mengikuti acara hingga usai.
Dengan suara khas, lantang dan penuh ghirah, Ustaz Thoha Al Musawa menyampaikan hikmah di balik peristiwa Karbala. Bahwa kesyahidan Imam Husein memberikan arti tersendiri bagi kalangan berakal sehat yang mau berpikir.
Acara Haul Sayidina Husein bin Ali as yang diselenggarakan oleh para pencinta cucu Rasulullah saw pada tanggal 10 Muharram 1437 H dan bertepatan dengan hari Jumat (23/10) itu dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Dalam sambutannya, Sayid Jafar Shodiq Assegaf selaku Ketua Panitia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak khususnya Gubernur Jawa Tengah, Kapolda Jateng, dan Kepala Kantor Depag Jateng atas izin dan dukungan bagi terselenggaranya acara tersebut.
Menurut Jafar Shodiq Assegaf, haul ini dimaksudkan sebagai ungkapan duka cita kepada Baginda Rasulullah saw dengan harapan semoga mendapatkan syafaat dari beliau saw. Untuk itu Jafar Shodiq Assegaf memimpin seluruh pencinta yang hadir dengan meneriakkan yel-yel “labbayka ya Husein” yang bermakna “kami datang memenuhi seruanmu wahai Husein”.
Ustaz Thoha Musawa sebagai pembicara menjelaskan bahwa para pencinta Sayidina Husein as, yang disebut Syiah 12 Imam, yang meyakini Sayidina Husein sebagai Imam ke 4, adalah para penegak kebenaran. Barangsiapa yang atas nama Syiah menghina agama atau mazhab lain, menjelek-jelekkan kesucian simbol mereka, maka sesungguhnya ia bukanlah dari Syiah 12 Imam. Hal ini telah dimaklumi pula oleh semua pihak khususnya oleh pihak pemerintah Republik Indonesia.
Menurut Ustaz Thoha Musawa, fitnah secara sengaja telah dilancarkan untuk memperburuk citra Syiah, akan tetapi hal ini tidak akan berhasil. Meski demikian, para Syiah 12 Imam tetap perlu menjaga diri mereka dari memperparah fitnah sebagaimana dimaksud.
Tempat syahidnya Sayidina Husein as, yakni Karbala, jelas Ustaz Thoha Musawa, memang adanya di Iraq. Akan tetapi pada hakikatnya Karbala ada di setiap tempat dimana kebenaran dan kemuliaan dijunjung tinggi. Oleh karena itu Karbala bukan hanya sekali saja melainkan setiap hari adalah Karbala.
Satu hal yang ditekankan oleh Ustaz Thoha Musawa adalah bahwa Muslimin berbeda pendapat mengenai siapa Ahlulbait as, akan tetapi semua sepakat bahwa Sayidina Husein as adalah salah satu dari Ahlulbait as. Terkait dengan itu, mencintai Ahlulbait as adalah wajib bagi setiap Muslim menurut Alquran. Karenanya, mencintai Sayidina Husein as pun adalah wajib bagi setiap Muslim.
Acara yang berlangsung khidmat ini diakhiri doa bagi semua elemen bangsa dan negara yang dipimpin oleh Habib Ali Alathas, sebelum kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri. (Arif/Yudhi/http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/asyura-semarang/)
“Sabda Rasulullah bahwa Puasa Asyura keutamaannya adalah menghapus dosa-dosa setahun lalu,” ujar Ustad Riza kepada Bpost Online.
Puasa ini juga, menurut ulama di Banjarmasin ini, selain pernah dijalankan Rasulullah sebagai kewajiban sebelum disunahkan, juga sempat mendapat catatan.
Menurut Ustad Riza, catatannya begini, ketika berpuasa Asyura sebagai sunat, Rasulullah mendapat kabar bahwa pada setiap 10 Muharam orang-orang Yahudi dan Nasrani ketika itu juga mentradisikan untuk berpuasa.
Lalu Rasulullah mangatakan tahun depan Puasa Asyura dikawal dengan puasa sehari sebelumnya yaitu 9 Muharam agar menjadi pembeda dengan puasa orang Yahudi dan Nasrani.
“Hanya saja tahun depan itu Rasulullah wafat sehingga tidak sempat menjalankan puasa 9 Muharam sebagai pendamping Puasa Asyura,” ujar ulama ini.
Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/23/puasa-asyura-istimewa-sempat-diwajibkan-sebelum-jadi-puasa-sunat?utm_source=twitterfeed&utm_medium=facebook
Bima Arya: Potret Pragmatisme Politik Berbuah Intoleransi
Bogor
kembali tercoreng oleh aksi yang menodai prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Setelah kasus GKI Yasmin, Walikota Bogor, Bima Arya, dalam surat edaran
yang ditandatanganinya melarang peringatan Asyura Muslim Syiah di Bogor.
Tindakan Bima
Arya ini jelas melanggar konstitusi dan Pancasila. Padahal tadinya Bima
Arya adalah sosok muda yang naik dengan mengusung isu pro toleransi.
Apa yang sebenarnya terjadi? Berikut wawancara ABI Press dengan Direktur Eksekutif ICRP, Muhammad Monib, sejawat Bima Arya saat di Universitas Paramadina.
Bagaimana sebenarnya Bima Arya dulu?
“Dia
kan dosen di Paramadina. Jadi ya bayangan saya orang-orang yang masuk
di Paramadina, seperti Cak Nur. Ideologinya sama, cara pandangnya sama,
apresiasi terhadap kebhinekaan, terhadap keindonesiaan. Ya isu-isu yang
biasa kita garap itu.”
“Waktu itu
saya sebagai penanggungjawab Kajian Islam. Ada kawan wartawan senior
dari Kompas, yang bertanya apakah ada tokoh muda yang bagus. Kita jawab
ada, Bima Arya ini. Awalnya ada harapan besar. Tapi dalam perjalanan
kemudian kecewa juga. Padahal dia juga yang merekomendasikan Bima ke
tokoh-tokoh PAN.”
Darimana pertama kali mendengar info Bima Arya melarang peringatan Asyura?
“Waktu
mendengar pertama kali saya baca di medsos. Langsung kemudian saya buat
SMS, ke nomor dia yang saya masih punya. Tapi mungkin ada sistem yang
menolak SMS itu. Akhirnya saya kirim via WA. Tapi sebelum di WA itu saya
lempar di Facebook dulu. Makanya di Facebook saya katakan belum ada
respon. Jawabannya: Mas Monib yang baik, dia mau minta dialog.”
“Nah, menarik
nih. Saya respon. Tapi kemudian tiba-tiba Bang Suaedy, Direktur
Eksekutif Abdurrahman Centre nelpon saya. Dia bilang, Mas Monib saya
baca (status) Facebook Anda. Capek berharap, katanya.”
“Kemudian di
grup WA Aliansi dan Advokasi RUU Kebebasan Beragama, Guntur Romli masuk,
termasuk temen-temen dalam peserta forum Bandung mengatakan, Bima
memang berubah. Bener mas, saya pernah ikut dalam satu forum, jadi ajang
itu alih-alih membicarakan solusi terhadap GKI Yasmin, justru dia
curhat. Kenapa dia ambil keputusan yang sangat tidak kita harapkan dan
bener-bener melanggar konstitusi.”
Apakah berlanjut diskusi dengan Bima itu?
“Nah, hampir
seluruh perbincangan di WA itu mengatakan percuma bicara dengan Bima.
Tapi kemudian saya katakan, bagaimana kalau poinnya sama untuk
menyatakan keberatan kita, kenapa tidak ditweet aja? Saya bahkan
mengatakan ditweet langsung agar ketemu dia di Paramadina, karena Bima
ngajar di Paramadina, atau di lain kota. Saya katakan, saya mau menunggu
keputusan temen-temen. Tapi hampir seluruh perbincangan itu mengatakan,
percuma. Tapi saya masih pertahankan. Karena bagi saya dialog tetaplah
cara baik menyampaikan cara pandang.”
“Akhirnya
karena kebanyakan diskusi di aliansi mengatakan percuma saja, akhirnya
saya di sini tidak memblow-up untuk pertemuan dengan Bima ini.”
Apa sebenarnya yang membuat Bima berubah seperti itu?
“Nah, dalam
perjalanan kemudian, beberapa informasi masuk. Pertama, istri dia itu
memang kecenderungan Wahabi. Bahkan ada temen kelasnya di SMA, sekalipun
tidak sampai level cadar, tapi ya jilbab syar’i yang dekat. Dekat
seperti kelompok-kelompok itu. Kakak dari istrinya itu juga agak seleb,
artis, ya seperti itu juga cara pandangnya.”
“Jadi Bima ini
secara sosial, keluarga, ideologinya memang nampaknya dikepung cara
pandang keagamaan yang intoleran. Ini analisis dari sosial dan
keluarga.”
“Dari sisi
lain adalah, karena dia sedang disibukkan oleh Kejaksaan terkait dengan
prosedur pembebasan lahan di kawasan Jambu Dua. Jadi mungkin dia
berharap, dengan memainkan isu-isu SARA, dia akan mendapat dukungan
politik di Bogor, terutama dari Majelis Ulama dan dari kelompok-kelompok
radikal itu.”
“Saya juga
baru baca itu kemarahan pak Abdillah Toha. Saya rasa dari beberapa
kumpulan informasi beberapa politisi senior itu menguatkan pada dasarnya
Bima karena minus prestasi ini, dan dia nampaknya masih berharap bisa
bertahan, maka yang paling memungkinkan ya jual beli kebijakan politik,
berharap popularitas dia, dukungan terhadap dia masih ada.”
Jadi aksi intoleransi melarang perayaan Asyura di Bogor ini lebih didasari oleh kepentingan politik pragmatis belaka?
“Ya, saya gak
tahu kalau diukur kira-kira dari rating politik itu berapa persen
kekuatannya kelompok-kelompok keras ini yang darinya Bima berharap bisa
dapat suara melalui isu GKI Yasmin, dan dengan menghantam Asyura.
Padahal secara umum, Asyura ini hanya disentimeni oleh kelompok-kelompok
Wahabi. Bagi NU, Asyura itu kan sudah tradisi umum. Di Jawa apalagi.
Sudah mendarah daging, sudah akrab di masyarakat Asyura itu.
Nyanyi-nyanyian, shalawatan itu kan sudah biasa.”
“Apalagi
tersebar info, Athian Ali ketemu orang Saudi dan ada kucuran 50 Milyar
itu. Jadi bagi saya akhirnya memang, apa yang berkembang itu bisa
kemudian kita cari ujungnya, ia (Bima) ingin menyelamatkan masa depan
politiknya.”
Jadi untuk
menyelamatkan masa depan politiknya, Bima Arya menggunakan isu anti
Asyura agar meraih dukungan kelompok intoleran ini?
“Saya lebih
melihat pragmatisme politik Bima Arya, karena dia memang dalam
perjalanannya, tak ada prestasi yang bisa dibanggakan, saya yakin
dukungan pada dia juga sangat rendah. Popularitas dia juga hampir bisa
dikatakan tak ada yang bisa dikatakan untuk mendongkrak. Jadi memainkan
isu-isu itu menurut saya dia berharap itu akan terjadi gelombang balik
gitu.”
“Kalau di
Jakarta, terbukti Ahok tidak mempan isu ini. Nah, kenapa Bima Arya di
Bogor masih menggunakan isu itu? Menurut saya ini menunjukkan memang
sudah begitu suramnya, begitu lemahnya politik dia. Atau memang Bima
sebagai berlatar belakang ilmu politik, melihat Bogor masih
memungkinkan.”
“Paling tidak
saya menduga Bima masih melihat bisa memainkan isu seperti itu di Bogor.
Karena misalnya, dukungan terhadap upaya melarang peringatan Asyura itu
didapat dari tokoh-tokoh di sana, yang berada pada posisi strategis di
Majelis Ulama. kemudian Basnas Bogor, Annas, kemudian beberapa ormas
radikal.”
Apa
ini sama dengan kasus di Sampang, ketika Bupati Sampang menggunakan isu
sektarian Sunni-Syiah untuk mendulang suara saat Pilkada, tapi ternyata
gagal?
“Nah, itu yang
tadi. Jangan-jangan Bima itu secara politik tak ada lagi harapan, lalu
apa yang dimainkan selain itu? Kalau mengkomparasi dengan Sampang, yang
memainkan itu di Pilkada, dan Bima melakukan itu, jadi itu artinya Bima
sudah gelap, kehilangan harapan. Sudah kehilangan inspirasi untuk hal
yang lebih penting atau krusial untuk dimainkan. Yang ada adalah
memainkan isu SARA, yang kemudian dibakar-bakar oleh beberapa
tokoh-tokoh yang ada, yang anti keberagaman. Mungkin sepragmatis itu
cara pandang politik dia dalam kondisi terjepit itu.”
Bagaimana
perasaan Anda sebagai orang yang dulu dekat, bahkan ikut berharap Bima
Arya bisa berkiprah melindungi kebhinekaan bangsa?
“Tentu ini
sangat mengecewakan. Tapi nasi sudah jadi bubur. Jadi susah. Dia
berangkat dulu dengan memposisikan diri sebagai tokoh muda yang punya
harapan. Saat itu yang publik maksud tentu adalah inspiring leader,
visioner, menghargai perbedaan, pluralis. Bayangan kami, bayangan
temen-temen secara umum, dari Paramadina, Maarif Institute, kan bisa
bikin pemerintah yang inklusif, mengayomi, dan menegakkan konstitusi.
Tetapi Bima dalam perjalanannya nampaknya benar-benar mematahkan itu.
Dia mengingkari dan mengkhianati hal itu.”
Sekarang
nasi memang sudah menjadi bubur, untuk ke depannya pelajaran apa yang
bisa diambil agar kita tidak terjebak di lubang yang sama?
“Ya,
kawan-kawan juga dalam diskusi ada juga analisis dari Aliansi, ada
sumbangsih kesalahan kita juga. Kesalahan kita dengan tidak mendampingi
dari awal. Perbedaannya mungkin ya, di kelompok-kelompok model kita ini
agak berat untuk kemudian memanfaatkan secara pragmatis temen-temen yang
menjadi tokoh atau pembuat kebijakan. Jadi tidak kemudian
memanfaatkannya untuk kepentingan pragmatis.”
“Kedua,
militansi itu yang saya sadari, hampir di temen-temen bahwa hal itu
kurang. Misalnya begini. Kita dukung Jokowi. Jelas itu dulu kita
berjibaku. Tapi kemudian karena kita tidak ikut serta mengawal, malah
ada orang lain yang mendekati Jokowi. Ketika kita menyesali terhadap
kondisi terhadap berbagai hal ini, sudah terlambat. Ini juga kesalahan
kita. Karena kita ini kalau temen sudah jadi, kita tidak mendampinginya,
tidak berada di dekatnya. Tidak memberi inspirasi dan ngasih input. Itu
yang saya duga, karena kawan-kawan kita itu tidak pragmatis, karena ada
idealisme yang dipegang.”
“Pelajaran
terberat ini, yang sering kita diskusikan ini adalah memang kita kurang
militan. Ini bahasa saya. Ke depannya yang harus jadi catatan adalah
militansi pada gerakan, pada edukasi publik. Kedua hal ini yang
nampaknya harus dikedepankan. Juga militansi untuk mempertahankan, untuk
membangun. Untuk masuk pada decision maker yang nampaknya ktia biarkan saja sendirian ketika pada tingkat tertentu sudah berhasil.” (Muhammad/Yudhi/http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/bima-arya-potret-pragmatisme-politik-berbuah-intoleransi/)
Video : Tausyiah 10 Muharram 1437 H
10 Muharram adalah hari bersejarah bagi umat Islam, pada hari itu adalah tanggal merah, merah sebab syahidnya cucu Rasulullah saw, Husein bin Ali. Pada acara dzikir 10 Muharram 1437H, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD city, Tanggerang (24/10), Ustaz Rusli Malik memberikan tausyiahnya untuk dapat mengambil semangat perjuagan dari Imam Husein, dalam berjuang untuk membela kebenaran, keadilan, kaum lemah, rakyat jelatan walupun harus ditebus dengan nyawanya.Ustaz Rusli Malik juga berpesan untuk tidak menghina simbol-simbol yang disucikan oleh agama lain ataupun mahzab lain di dalam Islam.
Silahkan klik di https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=HN-ZWYhYENw
10 Muharram adalah hari bersejarah bagi umat Islam, pada hari itu adalah tanggal merah, merah sebab syahidnya cucu Rasulullah saw, Husein bin Ali. Pada acara Dzikir 10 muharram 1437H, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD city, Tanggerang (24/10), Ustaz Rusli Malik memberikan tausyiahnya untuk dapat mengambil semangat perjuagan dari Imam Husein, dalam berjuang untuk membela kebenaran, keadilan, kaum lemah, rakyat jelatan walupun harus ditebus dengan nyawanya.
Ustaz Rusli Malik juga berpesan untuk tidak menghina simbol-simbol yang disucikan oleh agama lain ataupun mahzab lain di dalam Islam.
Mainsource: http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/video-tausyiah-10-muharram-1437-h/
Tragedi Karbala dan Peringatan Asyura Dalam Manuskrip Kuno Nusantara
Peringatan Asyura di beberapa tempat sempat dipermasalahkan sebagian orang yang menganggapnya sebagai ritual khusus milik Muslim Syiah. Lebih parah lagi, ada yang mengklaim Asyura sebagai tradisi impor asal Iran pasca Revolusi Islam 1979.
Namun fakta berkata lain. Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, berjudul Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah, sejenis manuskrip dengan nomor panggil ML 446, yang terletak di lantai 5B, bercerita tentang bagaimana pada 10 Muharam atau Hari Asyura, cucu Nabi, Imam Husein telah syahid.
Tragedi Karbala Dalam Hikayat Melayu
Hikayat setebal kurang lebih 4 cm, lebar 17,5 cm, panjang 25,6 cm dan diperkirakan berumur sekitar 4 abad ini masih terawat rapi. Meski tampak lusuh namun isinya masih tetap dapat dibaca. Dengan menggunakan huruf Arab pegon dan bahasa Melayu, Hikayat dari abad ke 13-15 M ini menjadi bukti nyata bahwa peringatan Asyura dan kisah tentang kesyahidan Imam Husein telah ada di negeri kita sejak awal masuknya Islam ke Nusantara.
Saat berkunjung ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (23/10), melihat dan membaca langsung Hikayat tersebut, Tim ABI Press mendapati kisah kesyahidan Imam Husein ketika 10 Muharam terdapat di halaman 186 baris ke enam hingga halaman 187.
Tertulis di sana bahwa pasukan Yazid lah yang telah membantai Imam Husein di padang Karbala.
“Amir Husein di padang Karbala dikerubungi oleh segala kaum munafik. seperti orang memetik kembang, kepalanya pun diperceraikan daripada badannya.”
Sementara di halaman 190 Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah itu dikisahkan saat Imam Husein tiba di padang Karbala dengan paparan sebagai berikut:
“Diceritakan Amir Husein pun bertanya, hai tolongku apa nama padang ini? Maka kata segala sahabatnya,junjunganku padang inilah padang Karbala. Maka kata Amir Husein, wah inilah padang tempat kematianku itu, karena sabda Rasulullah saw, bahwa kematian Husein itu kepada padang Karbala, maka kata Amir Husein, qolu innalillahi wa inna ilaihi roji’un.“
Peringatan Asyura Dalam Hikayat Melayu
Bukan hanya cerita tentang Imam Husein yang syahid di padang Karbala saja, Hikayat ini pun menjelaskan tentang acara peringatan 10 Muharam atau Asyura pada masa itu di berbagai daerah di Nusantara yang dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua jenis.
Peringatan pertama yang lebih bersahaja dilakukan di sejumlah wilayah di Nusantara seperti di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi Selatan dan Aceh. Di Jawa dan Madura peringatan 10 Muharram atau Asyura disebut dengan Hari Suro atau Asuro. Sementara di Aceh, Asyura disebut dengan hari Hasan dan Husin, yang pada malam harinya diadakan pengajian atau majlis dengan mendengarkan pembacaan Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah yang menceritakan tentang tragedi Karbala.
Peringatan yang kedua adalah peringatan yang lebih mirip dengan di Iran atau India. Bentuk perayaan seperti ini dapat dijumpai di Sumatera Barat dan Bengkulu yang dimulai sejak abad ke-18 M, ketika Inggris menguasai Bengkulu dan membawa banyak warga Muslim Syiah dari daratan India.
Perayaan yang dilakukan dengan arak-arakan Tabut, melambangkan kesyahidan Imam Husein dengan diiringi rombongan musik yang melambangkan pasukan Imam Husein (Barkel 1975).
Maka Hikayat Muhammad Ali Hanafiyyah adalah salah satu fakta bahwa peringatan Asyura atau peringatan kesyahidan Imam Husein pada 10 Muharam telah lama ada bersamaan dengan masuknya Islam di Nusantara pada sekitar abad ke 13-15 M dan telah melekat, mendarah daging dengan Islam Nusantara.
Tapi, jika ternyata masih ada sebagian kelompok Islam di Nusantara yang berusaha untuk menyangkalnya, mungkinkah mereka tidak membaca sejarah? (Lutfi/Yudhi/http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/tragedi-karbala-dan-peringatan-asyura-dalam-manuskrip-kuno-nusantara/)
Aparat Harus Tegas Atasi Intoleransi
Kasus intoleransi bernuansa SARA bertubi-tubi menghantam Bumi Pertiwi. Belum hilang dari ingatan kita kasus pembakaran masjid di Tolikara, belum lama ini di Singkil, gereja dibakar.Mencoba mengurai kasus Singkil ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan diskusi “Memahami Singkil, Demografi Politik dan Relasi Etnisitas dan Agama” di kantor pusat LIPI Jakarta, Senin (26/10).
Pendeta Penrad Siagian dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) dalam presentasinya mengungkapkan, di Aceh, penyerangan gereja terus berulang.
“Tindakan diskriminatif dan intoleran terhadap gereja telah terjadi bertahun-tahun. Dari tahun 1961, 1968, 1979, 2012, sampai 2015 kemarin,” keluh Penrad.
Menurut Penrad, aktor kekerasan ini tak hanya masyarakat intoleran seperti FPI dan APPI. Tapi juga aparat negara, Pemda Kab. Aceh Singkil, Muspida Plus, Kapolda, Pangdam dan Satpol PP.
Penrad meminta agar pemerintah bertanggungjawab. Apalagi vibrasi dari kasus Singkil berpengaruh luas ke berbagai daerah lainnya di Indonesia.
Sementara Dr. Fadjri Alihar, Peneliti Pusat Kependudukan LIPI yang juga warga asli Singkil menyebutkan bahwa sebenarnya masyarakat Singkil sangat toleran.
“Masyarakat Singkil kan ‘heterogen’. Bisa dikatakan mayoritas saat ini pendatang di samping suku asli orang Singkil. Jadi dalam hubungan dan kohesi-kohesi ini memang ada gesekan. Tapi secara umum, kerukunan antar umat beragama dan antar suku ini sangat signifikan di sini. kira-kira 95%,” ujar Fadjri.
“Bagi masyarakat di level bawah, mereka beraktivitas biasa, dagang biasa, yang diisukan ada sweeping ternyata tidak ada juga,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan oleh Anna Martyna Sinamo dari Ikatan Keluarga Pakpak Dairi yang menyebutkan, kerusuhan ini terjadi karena ada pihak luar yang ingin mengambil sumber daya alam di Singkil.
Fadjri menekankan, aparat pemerintah harus tegas menjaga keharmonisan di Singkil agar jangan sampai terpengaruh kelompok intoleran. (Muhammad/Yudhi/http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/aparat-harus-tegas-atasi-intoleransi/)
Asyura Semarang
Di tengah siang terik bersuhu kurang lebih 39 derajat, ribuan orang dari berbagai daerah di wilayah Jawa Tengah, bahkan ada beberapa rombongan dari Jawa Timur dan Jawa Barat berduyun-duyun hadir dalam peringatan tragedi Karbala yang untuk kesekian kalinya diadakan di Kota Semarang, tepatnya di Gedung Pertemuan Kompleks PRPP Semarang.Meski berkembang intimidasi dan tekanan dari kelompok intoleran yang setiap tahun kerap menghalang-halangi peringatan duka terhadap cucu Rasulullah saw, acara tetap berlangsung tertib, aman dan lancar. Bahkan setiap tahun peserta yang hadir selalu meningkat jumlahnya. Area dalam gedung yang luas, ditambah karpet yang digelar di halaman, tetap saja tak cukup menampung keseluruhan pengunjung. Banyak di antara mereka yang dalam posisi berdiri, tetap seksama dan khusyuk mengikuti acara hingga usai.
Dengan suara khas, lantang dan penuh ghirah, Ustaz Thoha Al Musawa menyampaikan hikmah di balik peristiwa Karbala. Bahwa kesyahidan Imam Husein memberikan arti tersendiri bagi kalangan berakal sehat yang mau berpikir.
Acara Haul Sayidina Husein bin Ali as yang diselenggarakan oleh para pencinta cucu Rasulullah saw pada tanggal 10 Muharram 1437 H dan bertepatan dengan hari Jumat (23/10) itu dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Dalam sambutannya, Sayid Jafar Shodiq Assegaf selaku Ketua Panitia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak khususnya Gubernur Jawa Tengah, Kapolda Jateng, dan Kepala Kantor Depag Jateng atas izin dan dukungan bagi terselenggaranya acara tersebut.
Menurut Jafar Shodiq Assegaf, haul ini dimaksudkan sebagai ungkapan duka cita kepada Baginda Rasulullah saw dengan harapan semoga mendapatkan syafaat dari beliau saw. Untuk itu Jafar Shodiq Assegaf memimpin seluruh pencinta yang hadir dengan meneriakkan yel-yel “labbayka ya Husein” yang bermakna “kami datang memenuhi seruanmu wahai Husein”.
Ustaz Thoha Musawa sebagai pembicara menjelaskan bahwa para pencinta Sayidina Husein as, yang disebut Syiah 12 Imam, yang meyakini Sayidina Husein sebagai Imam ke 4, adalah para penegak kebenaran. Barangsiapa yang atas nama Syiah menghina agama atau mazhab lain, menjelek-jelekkan kesucian simbol mereka, maka sesungguhnya ia bukanlah dari Syiah 12 Imam. Hal ini telah dimaklumi pula oleh semua pihak khususnya oleh pihak pemerintah Republik Indonesia.
Menurut Ustaz Thoha Musawa, fitnah secara sengaja telah dilancarkan untuk memperburuk citra Syiah, akan tetapi hal ini tidak akan berhasil. Meski demikian, para Syiah 12 Imam tetap perlu menjaga diri mereka dari memperparah fitnah sebagaimana dimaksud.
Tempat syahidnya Sayidina Husein as, yakni Karbala, jelas Ustaz Thoha Musawa, memang adanya di Iraq. Akan tetapi pada hakikatnya Karbala ada di setiap tempat dimana kebenaran dan kemuliaan dijunjung tinggi. Oleh karena itu Karbala bukan hanya sekali saja melainkan setiap hari adalah Karbala.
Satu hal yang ditekankan oleh Ustaz Thoha Musawa adalah bahwa Muslimin berbeda pendapat mengenai siapa Ahlulbait as, akan tetapi semua sepakat bahwa Sayidina Husein as adalah salah satu dari Ahlulbait as. Terkait dengan itu, mencintai Ahlulbait as adalah wajib bagi setiap Muslim menurut Alquran. Karenanya, mencintai Sayidina Husein as pun adalah wajib bagi setiap Muslim.
Acara yang berlangsung khidmat ini diakhiri doa bagi semua elemen bangsa dan negara yang dipimpin oleh Habib Ali Alathas, sebelum kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri. (Arif/Yudhi/http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/asyura-semarang/)
Beda dengan pemimpin kerajaan arabia yang selalu haus harta seperti muawiyah dan anaknya yazid
Hanya Allah lah yang tahu hati Manusia dan Hanya Allah lah yang menentukan masuk Neraka atau masuk Surga.... Logika sederhananya :
Kalau Anda Pencinta Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan "Pembantai" Al Husain bin 'Ali bin Abi Thalib & Fatimah binti Muhammad Rasulullah, maka di PASTIKAN Anda adalah PECINTA NERAKA & DUNIA...!!!! Jadi pilih yang mana ? Yazid wahabi salafi takfiri teroris isis kerajaan arab saudi (Islam Iblis..!!!) atau pilih Islam Damainya Nabi Muhammad saww..?????