Home � Nobel Obama

Nobel Obama


Pekan lalu Barack Obama, Presiden Amerika diumumkan sebagai pemenang hadiah Nobel Perdamaian tahun 2009. Ketua Komisi Pemberian Penghargaan Nobel Norwegia, Thorbjoern Jagland, hari Sabtu (9/10) menyatakan, "Penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini diberikan kepada Obama karena berbagai upayanya yang luar biasa dalam memperkokoh diplomasi internasional dan perluasan kerjasama global." Obama adalah Presiden Amerika ketiga yang menerima hadiah Nobel Perdamaian setelah Theodore Roosevelt dan Woodrow Wilson.

Pemberian penghargaan Nobel Perdamaian kepada Obama yang baru menjabat di Gedung Putih selama sembilan bulan ini, lebih dipengaruhi oleh ketidakpuasan atas kinerja presiden sebelumnya, George W. Bush, daripada penilaian obyektif terhadap kinerjanya. Karena pada hakikatnya, selama sembilan bulan sejak Obama melenggang ke Gedung Putih, kinerja pemerintah Amerika tidak seperti yang dikemukakan oleh Komisi Pemberian Penghargaan Nobel yaitu dalam rangka upaya perluasan kerjasama antarbangsa. Meski Obama dalam beberapa kesempatan berupaya mengubah sikap Washington terhadap sejumlah masalah termasuk friksi politik dan keamanan dengan Rusia, namun hingga kini janji perubahan yang diusungnya pada masa kampanye tidak kunjung terealisasi.

Oleh sebab itu, pemberian penghargaan Nobel Perdamaian pertama kepada Obama pasca kepemimpinan kelompok neo-konservatif, dinilai sebagai sebuah langkah simbolik dalam rangka mengkritik kebijakan militeristik pemerintahan Bush. Yang lebih menarik, peraihan penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2009 oleh Obama ini terjadi di saat Presiden AS ini tengah sibuk menyusun program penambahan pasukan AS ke Afghanistan.

Selama sembilan bulan masa tugasnya di Gedung Putih, Obama telah mengirim 21 ribu pasukan tambahan ke Afghanistan. Dengan demikian jumlah tentara AS di negeri pendudukan itu telah mencapai dua kali lipat. Kini pun Obama tengah mempersiapkan pengiriman 40 ribu personil militer tambahan ke Afghanistan. Adapun di dalam negeri, para pendukung Obama khawatir strategi tersebut akan berakhir pada mimpi buruk seperti yang terjadi di Vietnam.

Pekan lalu Barack Obama menghadapi berita-berita mencemaskan tentang anjloknya popularitas dirinya. Lembaga polling Rasmussen pekan lalu mengumumkan, 41 persen respondennya tidak puas dengan kinerja Presiden Amerika dan hanya 48 persen yang menyetujui hal itu. Demikian juga telah diumumkan, rata-rata popularitas Obama dalam sejumlah jajak pendapat yang dilakukan lembaga-lembaga polling berada di angka 51,5 persen. Angka ini bila dibandingkan dengan tanggal 28 Januari, sepekan Obama menjejakkan kakinya di Gedung Putih, telah mengalami penurunan sebesar 12 persen. Pada tanggal 28 Januari lalu hanya 19,3 persen responden yang tidak puas dengan kinerja Obama, namun angka ini telah bertambah menjadi 41,5 persen di pekan lalu. Langkah-langkah yang diambil Obama selama sembilan bulan berkuasa baik di dalam maupun di luar negeri menjadi sebab anjloknya popularitas dirinya.

Sejak Obama memasuki Gedung Putih, lebih dari 3,5 juta warga Amerika yang menjadi pengangguran. Defisit anggaran pemerintah Amerika hingga mencapai 1,4 trilyun dolar, angka fantastis dan penerapan sejumlah program kesejahteraan sosial termasuk masalah yang dihadapinya. Begitu juga Obama ternyata gagal dalam meratifikasi cepat draft reformasi sistem medis nasional membuat para pendukungnya semakin kecewa.

Sementara di bidang politik luar negeri dan keamanan menambah pekerjaan rumah Obama. Perang Afganistan dan permintaan penambahan pasukan di sana semakin memusingkan presiden baru ini. Selama sembilan bulan lalu, jumlah pasukan Amerika di Afganistan telah bertambah menjadi dua kali lipat. Segala kekhawatiran yang ditambah dengan berlanjutnya resesi ekonomi membuat popularitas Obama terus mengalami penurunan, sekalipun slogan perubahan telah mengantarkannya ke Gedung Putih.

Kubu Republik dan Demokrat di Kantor Bujet Kongres Amerika pekan lalu mengumumkan defisit anggaran pemerintah hingga akhir 30 September 2009 telah mencapai angka luar biasa 1,4 trilyun dolar. Di tahun anggaran ini, pemerintah Amerika mendapat devisa sebesar 2,1 trilyun dolar. Penurunan devisa dari pajak bila dibandingkan dengan tahun lalu mencapai 16,6 persen. Sedangkan dari sisi lain, anggaran pemerintah selama ini meningkat 17,8 persen menjadi 3,5 trilyun dolar. Sebab utama meningkatnya anggaran pelayanan umum di Amerika kembali pada bertambahnya biaya yang dikeluarkan untuk mereka yang kehilangan pekerjaan.

Kini angka pengangguran di Amerika berada pada level 9,8 persen dan menjadi angka tertinggi sejak 26 tahun lalu. Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Kantor Bujet Kongres Amerika, ternyata defisit bujet pemerintah di tahun anggaran 2009 lebih sedikit dari prediksi sebelumnya, 1,6 trilyun dolar. Sesuai laporan Kantor Bujet Kongres Amerika, defisit anggaran tahun 2009 mencapai 9,9 persen produksi bruto negara ini. Sementara pada tahun anggaran 2008, defisit anggaran Amerika berada pada posisi 459 miliar dolar. Dengan kata lain, hanya dalam jangka setahun, defisit anggaran Amerika telah mencapai tiga kali lipat. Selama ini pula pemerintah Amerika telah meratifikasi setidaknya dua paket stimulus ekonomi guna mengontrol krisis ekonomi; 700 miliar dolar di masa George W. Bush dan 787 miliar dolar di masa Barack Obama.


Pekan lalu Senat Amerika meratifikasi rancangan undang-undang anggaran 626 miliar dolar untuk militer Amerika di tahun anggaran 2010. Dari jumlah sebesar ini, sekitar 128 miliar dolar secara khusus dianggarkan untuk perang Irak dan Afganistan. Sementara 498 miliar dolar disisihkan untuk pembiayaan umum Departemen Pertahanan Amerika mencakup gaji pegawai dan pembelian senjata. Bila draft ini lulus ratifikasi akhir, berarti anggaran militer Amerika di tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 30 miliar dolar.

Pemerintah Obama untuk pertama kalinya mengambil langkah mengurangi defisit anggarannya dengan melakukan penghematan di Departemen Pertahanan Amerika. Keputusan Gedung Putih ini lantas dihujani kritik lobi-lobi kuat para produsen senjata di Amerika. Dalam menindaklanjuti draft anggaran militer Amerika di Kongres, diprediksikan kubu Republik akan menjadi penghalang terbesar ratifikasi draft ini. Tentunya pemerintah Obama saat menyusun draft anggaran militer tetap menjadikan kebijakan pemerintah George W. Bush sebagai patokan dalam proyek memerangi terorisme. Itulah mengapa pemerintah Obama masih tetap menganggarkan 128 miliar dolar bagi perang Irak dan Afganistan.

Berdasarkan strategi Obama yang ingin menambah pasukan Amerika di Afganistan, ke depannya diprediksikan anggaran perang di Afganistan akan terus bertambah. Pada akhirnya proses ini bakal menggagalkan upaya Obama untuk melakukan penghematan anggaran Pentagon. Dalam ratifikasi terakhir yang dilakukan Senat Amerika juga disepakati mengenai pelarangan pemindahan para tahanan Guantanamo ke dalam negeri Amerika. Bila ratifikasi ini ditandatangani oleh Obama, masalah penutupan penjara Guantanamo tidak akan dibicarakan lagi setidak-tidaknya hingga bulan Januari 2010.

Pekan lalu menjadi puncak kepusingan para pejabat senior pemerintah Amerika mengenai masa depan perang Afganistan. Sekalipun telah dilakukan pertemuan bersama antara Obama dan para pemimpin Kongres dari dua kubu; Republik dan Demokrat, Presiden Amerika tetap tidak mengeluarkan pernyataan menyetujui atau menolak permintaan Jenderal Stanley McChrystal. Panglima militer Amerika dan NATO di Afganistan ini meminta Obama menyetujui 30 hingga 40 ribu tentara tambahan ke Afganistan guna dapat memenangkan perang di sana.

Saat ini pemerintahAmerika di tekan dari pelbagai pihak soal masa depan perang Afganistan. Di satu sisi Amerika menuntut penambahan pasukan di Afganistan, namun di sisi lain negara-negara anggota NATO malah menolak untuk mengirimkan pasukannya lebih banyak ke sana. Di dalam negeri Amerika sendiri muncul friksi yang semakin melebar dan serius. Departemen Luar Negeri Amerika sepakat ide penambahan pasukan, sementara Dewan Intelijen Amerika (NIC) menolaknya. Kubu Demokrat menuntut pemerintah lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan soal ini, sementara kubu Republik menilai penangguhan masalah ini bertentangan dengan keamanan nasional Amerika dalam bingkai perang melawan terorisme.

Tidak hanya di pemerintah, di dalam tubuh Pentagon sendiri telah muncul friksi mengenai masalah ini antara yang pro dan kontra. Para jenderal sudah tidak sabar lagi mengirimkan pasukan tambahan ke Afganistan, sedangkan tokoh-tokoh sipil di Pentagon seperti Robert Gates, Menteri Pertahanan Amerika malah menuntut para jenderal mengikuti instruksi Obama. Jurang perselisihan ini akhirnya diperlebar juga oleh para pengambil keputusan di pemerintah dan Kongres Amerika membuat Obama semakin pusing harus mengambil sikap seperti apa.

Masalah pengiriman pasukan tambahan ke Afganistan sebanyak 30 hingga 40 ribu personil kini menjadi keputusan paling penting di masa kepemimpinan Obama. Tentu saja setiap keputusan yang diambilnya punya dampak negatif. Bila Obama melanjutkan politik kekerasan di Afganistan dan mengirimkan pasukan lebih banyak ke sana, niscaya ia bakal menghadapi kegeraman opini umum rakyat Amerika, kubu liberal dan pendukung anti perang di dalam kubu Demokrat. Selain itu, politik ini juga bakal menambah jurang perbedaan antara anggota NATO yang boleh jadi berujung pada ditinggalnya sendiri Amerika di kubangan perang Afganistan. Di sisi lain, tidak mempedulikan permintaan Panglima Militer Amerika dan NATO di Afganistan bakal mempercepat kekalahan Amerika di Afganistan dan kelemahan Amerika semakin tampak di hadapan Taliban dan AlQaeda.( berbagai sumber )

Tags:

0 comments to "Nobel Obama"

Leave a comment