Home � Penipu

Penipu


Beda Aksi Tipu-tipu di Indonesia dan Amerika Serikat

Di Indonesia koruptor sering dipandang dermawan, suka menyumbang uang ke berbagai kalangan, bahkan untuk kegiatan amal. Ternyata kedermawanan koruptor tidak hanya melegenda di Indonesia. Di Amerika, seorang penipu dan pendosa ternyata penyumbang dana kampanye Obama dan Hillary Clinton. Mungkin bedanya adalah koruptor dan pendosa di Indonesia seringnya dibebaskan dari tuntutan, karena semua perbuatannya dianggap sah dan sudah sesuai prosedur hukum dan undang-undang yang berlaku. Bagi mereka Selalu terbuka ruang buat kompromi dan tawar-menawar.

Oleh karena itu, lembaga yang dianggap cukup sukses melawan korupsi, KPK, dipreteli wewenangnya dan dua komisionernya dijadikan tersangka kasus pidana, dengan tuduhan sumir.
Kali ini kasus tipu menipu terjadi di Amerika, sebagaimana yang dilaporkan oleh Kompas. Dikatakan, penipuan terbesar di sektor keuangan Amerika Serikat diungkap, Jumat (16/10) di New York. Enam pelaku, termasuk warga terkaya AS keturunan Sri Lanka, ditangkap.

Tuduhan yang diajukan kepada mereka adalah praktik insider trading di bursa bergengsi dunia, Wall Street, New York.

Raj Rajaratnam, salah seorang warga terkaya AS keturunan Sri Lanka, orang yang termasuk ditangkap.

Keenam orang itu dituduh berkonspirasi, memanfaatkan informasi dari perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan, juga para analis dari perusahaan yang mempunyai data keuangan perusahaan.

Rajaratnam bekerja sebagai direktur investasi di Galleon Group, sebuah perusahaan pengelola dana investasi dengan nilai aset yang dikelola sebesar 7 miliar dollar AS. Perusahaan yang dia kelola meraup untung besar dan membuat Rajaratnam dikagumi sebagai ahli strategis investasi.

Seorang jaksa AS, Preet Bharara, mengatakan, kasus yang dia tangani adalah yang terbesar sejauh ini. Kasus ini diketahui melalui penggunaan orang-orang dalam yang terlibat penipuan. Saat melakukan investigasi, alat- alat perekam dan catatan lain disadap.

Joseph Demarest Jr, Kepala FBI cabang New York, mengatakan, ”Jelas, keuntungan Galleon Group tidak didapat dari kelihaian berinvestasi, tetapi dengan mengorbankan dana publik, yang turut melakukan aksi jual-beli saham di bursa.”

Ini dilakukan dengan menjual saham pada saat perusahaan diketahui akan merugi. Di sisi lain, keuntungan didapatkan dengan membeli saham perusahaan, yang diketahui akan meraih untung.

Kondisi perusahaan itu diketahui karena Rajaratnam mendapatkan informasi dari dalam. Tidak main-main saham-saham perusahaan yang turut dikerjain adalah milik Hotel Hilton, Google. Orang- orang yang terlibat permainan antara lain staf Moody’s Investor Services, IBM.

Rajaratnam bukan orang sembarangan. Dia menyumbang 87.000 dollar AS atau sekitar Rp 800 juta untuk pendanaan kampanye Presiden Barack Obama. Dia juga pernah menyumbang dana kampanye untuk Hillary Clinton, kini Menlu AS.

The Center for Responsive Politics, sebuah kelompok pemantau, mengatakan, sejak 2004 Rajaratnam memberi Partai Demokrat sebesar 118.000 dollar AS. Nah loh.....

Kita lihat apa akhir dari drama klasik ini, apakah kasusnya seperti di Indonesia..?. Para jaksa dan hakim di preteli wewenangnya atau tidak.[islammuhammadi/mt]

Tags:

0 comments to "Penipu"

Leave a comment