Kehidupan Seorang Pemimpin Sejati
Upaya untuk mencoreng pilar-pilar revolusi Islam Iran termasuk Rahbar dan pasukan relawan penuh ikhlas Basij, dalam tiga puluh tahun terakhir, merupakan bagian dari program kerja imperialis dan antek-antek anti-revolusinya. Tujuan utama imperialis adalah pencerabutan pemerintahan Islam Iran dan nilai-nilai revolusinya. Dan tujuan ini tidak akan terwujud selama wilayatul faqih (kepemimpinan Rahbar) dan Basij tetap ada.

Dalam hal ini, banyak warga Iran yang meninggalkan negara mereka untuk mendapat suaka dari negara Barat khususnya AS, mengaku membawa lari berbagai data rahasia milik pemerintah Iran. Namun menariknya, mereka selama di Iran, sama sekali tidak berhubungan dengan instansi pemerintah atau revolusi.

Misalnya seorang atlit Iran setelah di Amerika tiba-tiba mengaku membawa berkas-berkas rahasia program nuklir Iran. Atau seorang seniman yang mendadak mengaku memiliki berkas-berkas rahasia milik Kementerian Intelejen Iran.

Menurut seorang pakar hukum di Kementerian Luar Negeri Iran, para warga Iran yang lari ke negara Barat biasanya terpaksa mengemukakan berbagai alasan untuk mendapat suaka. Kebanyakannya adalah mengaku sebagai gay atau lesbian (karena di Iran dilarang). Kedua, ingin berpindah agama dari Islam ke Kristen. Ketiga, suaka politik (yang sebagian besarnya adalah sosok terkenal).

Namun, para pencari suaka tersebut juga dipaksa untuk mengemukakan statemen yang telah didikte oleh dinas rahasia negara tujuan.

Beberapa waktu lalu, seorang sutradara keturunan Iran, Makhmalbaft, melayangkan surat konyol kepada media Barat tentang kehidupan pribadi Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei.

Makhmalbaft dalam surat itu menyebutkan:
"Rahbar memiliki sedikitnya 100 kuda yang seluruhnya bernilai 40 juta dolar, sejumlah istana dan rumah seluas hektaran, pesawat dan helikopter pribadi, berbagai macam koleksi bernilai jutaan dolar, dan ..."


Namun kami mengajak Anda untuk menyelami riwayat hidup Rahbar dari lisan Sayyid Ahmad Khomeini, putra mendiang pencetus Republik Islam Iran, Imam Khomeini, dan dari ungkapan Ayatullah Jawadi Amoli.

Ayatullah Javadi Amoli:

"Pada satu hari saya menjadi tamu Rahbar. Beliau menyiapkan hidangan, putra beliau juga duduk bersama kami. Rahbar berkata kepada putranya, "Kesanalah kamu." Namun saya meminta Rahbar untuk membiarkan putra beliau duduk bersama karena saya yang memintanya menemani kami.
Kemudian beliau berkata:
"Ini adalah makanan dari baitulmal (uang milik pemerintahan Islam), Anda pun adalah tamu baitulmal. Tidak benar jika anak-anak duduk dan makan bersama. Mereka dapat pergi ke rumah dan makan di rumah.Saat itu saya menyadari mengapa Allah swt melimpahkan banyak kemuliaan kepada beliau."

Sayyid Ahmad Khomeini:

"Saya mengetahui tugas saya untuk menyampaikan hal penting ini kepada bangsa Muslim revolusioner Iran. Saya mengetahui kondisi Ayatullah Khamenei. Di rumah Ayatullah Khamenei tidak pernah disajikan makanan lebih dari satu menu. Keluarga beliau hidup di atas mouket (karpet biasa). Pada satu hari, saya pergi ke rumah beliau, terbentang sebuah permadani yang telah pudar dan kasar-yang sepertinya adalah bagian dari pemberian sang istri ketika beliau menikah-. Sedemikian kasar telapak kaki saya merasakan permadani tersebut, sampai saya merasa tidak nyaman. Akhirnya saya menyelamatkan diri ke atas mouket."

Sayyid Akbar Hosseini:

Kehidupan Rahbar sangat sederhana dan bahkan pada tingkat terendah dengan fasilitas apa adanya. Beliau hidup sangat sederhana. Ketika saya mengunjungi rumah beliau, saya meminta ijin untuk merekam kondisi rumah Rahbar sehingga rakyat Iran mengetahui seperti apa kehidupan pemimpin mereka. Rahbar berkata:
"Jika Anda ingin menunjukkan kehidupan saya, yang saya khawatirkan banyak orang yang tidak percaya."