Home , , � Filsafat Makan

Filsafat Makan


Makan sedikit itu lebih baik dalam setiap kesempatan dan untuk semua orang, sebab hal itu dapat menyehatkan seseorang secara lahiriah maupun batiniah. Makan itu patut dipuji jika dilakukan pada saat dibutuhkan, sebagai suatu sarana dan persediaan, setiap kali secukupnya saja, atau untuk menguatkan badan.

Makan karena dorongan kebutuhan adalah untuk orang yang suci; makan sebagai suatu sarana dan persediaan adalah penunjang untuk orang yang takwa; makan setiap kali secukupnya saja adalah untuk mereka yang percaya; dan makan untuk menguatkan badan adalah untuk orang-orang beriman.

Tak ada yang berbahaya bagi hati orang yang beriman daripada menikmati makanan terlalu banyak, sebab hal itu akan menimbulkan dua akibat: kekerasan hati dan bangkitnya nafsu.


Rasa lapar adalah laksana bumbu bagi orang-orang beriman, sarana penguat untuk jiwa, makanan bagi hati, dan penunjang kesehatan badan. Nabi saw. bersabda, “Anak Adam tidak dapat makan lebih banyak daripada yang dapat ditampung perutnya.”

Nabi Daud as. berkata, “Meninggalkan sepotong makan yang aku perlukan itu lebih baik bagiku daripada tetap terjaga selama dua puluh malam.” Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang beriman makan untuk mengisi satu perut, sedangkan orang munafik tujuh perut.”

Dan di tempat lain beliau bersabda, “Celakalah orang-orang yang terjerumus ke dua tempat!” Ketika ditanya apakah kedua tempat itu, beliau (saw.) menjawab, “Perut dan alat kelamin.”

Nabi Isa as. berkata, “Hati tidak akan menderita penyakit yang lebih buruk daripada kekerasan, dan tidak ada jiwa yang dapat lebih mudah dilemahkan kecuali karena tidak pernah dirasanya kelaparan. Keduanya merupakan kendali pembuangan dan kekecawaan.”

Sumber:
The Lantern of the Path dinisbahkan sebagai nasihat Imam Ja’far as.

0 comments to "Filsafat Makan"

Leave a comment