Home , , � Facebook....

Facebook....





Facebook: Membodohi atau Gibah-Maya?

Beberapa hari yang lalu di Buletin Siang, lagi-lagi Facebook menjadi berita. Penyebabnya adalah situs jejaring sosial ini bisa menyebabkan kebodohan! Tentu secara tidak langsung, meski bisa jadi faktor utama. Karena faktanya, setelah booming Facebook, hampir bisa dipastikan orang-orang buka situs ini di mana pun; sekalipun di bus. Selain kebodohan (dan ketagihan), ternyata juga bisa menyebabkan “kedosaan”. Hm, maksudnya?

Facebook: Foolish or Cyber-Gheebat?

Oleh: Zaib Abbas

Mungkinkah tidak melakukan gibah tapi masih tetap aktif di Facebook? Sebegitu menggodakah? Mencari-cari ratusan foto, ribuan wall posts, dan—tidak terkecuali—kuis dan profil pribadi.

“Wah, dia enggak pakai jilbab? Hah, emang itu pacarnya? Sumpah?! Lagu kesukaan loe? Datang latihan menari enggak?”

Facebook punya kecenderungan untuk mengubah banyak cara pandang, mempertajam banyak pendapat, dan memperjelas apa yang orang lain tutupi. Tapi apakah gibah ketika kita menemukan sesuatu yang negatif tentang seseorang dari orang lain, entah dari foto mereka, wall posts atau komentar? Atau itu tanggung jawab setiap pengguna individu masing-masing atas apa yang mereka post, publish, atau upload?

“Tapi saya punya privacy settings, begitu juga teman-teman saya, lalu apa masalahnya?”

Hanya dengan berjalan di lab komputer sekolah atau kantor bisa mengubah opini. Bersamaan dengan terbukanya dokumen Word, kertas kerja Excel dan mesin pencari Google, begitu juga dengan MSN Messenger, Twitter, dan Facebook, situs paling banyak dikunjungi ketiga di dunia, membuka rasa penasaran teman bahkan orang yang sekedar lewat.

Terlepas dari profiles, foto-foto, dan grup, banyak peristiwa yang memamerkan popularitas mereka dengan foto dari setiap kegiatan terbaru. Aplikasi dan semacamnya hanya menambah jumlah hal yang tidak penting dan kadang malah merusak informasi pribadi yang tersedia bagi orang yang melihat. Jadi banyak hal yang harus diwaspadai.

Karena, pengguna (atau pemilik akun) bukanlah satu-satunya yang mengawasi Facebook. Pendukung rahasia pribadi (privacy advocates) bagi Washington dan Komisi Eropa juga telah menyatakan keprihatinan. Tapi mereka punya alasan yang lain. Mereka ingin melindungi informasi pribadi konsumen dari pemasar dan pengiklan, yang sampai saat ini Facebook mengatakan bahwa itu adalah milik sendiri.

Disamping isu privacy, banyak pengguna merasa Facebook seperti alat pengintai; mengorek-ngorek percakapan orang, menggelapkan foto sendiri, dan kebiasaan membaca status updates yang kadang membuka pemikiran rahasia. Dalam hal ini, Facebook berhasil menciptakan lingkungan rahasia dalam pengaturan umum (public settings). Dengan memberikan pengguna pilihan privasi yang luas tapi juga mengizinkan mereka bersosialisasi dengan yang lain, Facebook telah melewati kekhawatiran security.

“Saya tidak suka Facebook, rasanya seperti terpaksa gibah.”

Kenapa begitu? Kalau seseorang posting gambar atau komentar yang tidak sesuai dengan pendapat Anda kepada mereka, kenapa itu menjadi masalah dan kenapa jadi seperti gibah? Orang seperti itu kemungkinan besar tidak peduli dengan persepsi orang lain; jika tidak, mereka tidak akan melakukan hal seperti itu.

Ayat ke-19 dari surah An-Nûr mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” Surah Humazah, Hujurât dan An-Nisâ juga mengulangi poin ini.

Berdasarkan definisi Islam tentang gibah, ketika seseorang membuat sesuatu yang dikenal, bukanlah dosa untuk membagi informasi kepada yang lain; tapi yang terbaik adalah dengan hati-hati menyembunyikan kesalahan orang lain seperti yang diharapkan orang tersebut. Menurut karya Ayatullah Dastghaib Syirazi, Dosa-Dosa Besar (Gunahâne Kabirâ): “Gibah diperbolehkan hanya dalam kasus seseorang yang mengumumkan dosa-dosanya sendiri secara terbuka. Tapi jika dia menyajikan alasan atas tindakannya ini, gibahnya tidak diperbolehkan.” Mempertimbangkan bahwa mendengar gibah juga dilarang, maka mencari-cari kegiatan orang lain dengan niat buruk bisa jadi sangat terlarang.

Penerjemah: ejajufri © 2010

Harus lebih hati-hati dalam ber-Facebook-ria! Formulanya, harus saling menasehati.



0 comments to "Facebook...."

Leave a comment