Menyusuri Sungai Barito, jejak anak sungai manawing 30 menit dari Puruk Cahu mencari puing-puing Kraton Terakhir Kesultanan Banjar, Desa Baras Kuning yang hampir 1000 km dari pusat kerajaan Banjar di Banjarmasin. Pertahanan terakhir Pangeran Antasari dalam kecamuk Perang Banjar masih menyisakan semangat perjuangan yang pantang menyerah, haram manyarah waja sampai kaputing. Tetapi yang masih dapat ditemukan hanya Makam Sultan M Said dan ”Ratu Zaleha”, pengawal Datu Abdullah dan beberapa pengikutnya saja. Lokasi ini dapat dijangkau melalui jalan sungai ke Muara Unto selama 30 menit terus pake klotok cis menyusuri hulu sungai manawing selama 30 menit. Atau bisa lebih singkat melalui jalan darat 30 mnt.
Menurut Penuturan Penjaga Makam: Ratna dari Paringin keturunan Gt M Arsyad, saat itu pengikut Sultan M Said sekitar 400 KK. Menurut penuturan Muh Hasan 1972 wafat 1 Rajab 1409H: Bangunan Keraton atau Rumah Betang, sudah hilang hanya tinggal puing2 karena kayu ulin nya habis dijarah masyarakat
Sedikit hal yg baru terkuak seperti Perang di Kalang Barah 77 pejuang Desa Oring, pemimpin Datu Jamal/Temanggung Silam. Pangeran Iduk.. konon ada misteri harta karun kerajaan di sekitar Muara Untu maupun di Desa Masau. Dilokasi pemakaman ini setiap 1 Muharram digelar acara besar dan dihadiri para pejabat serta masyarakat sekitar. Bubuhan Pagustian banyak bermukim di Muara Untu. Gt Kasiani Muara Unto keturunan ke 7 Sultan M Said pernah melakukan pelurusan sejarah prahara tentang Sultan M Said yang terbunuh oleh senjata sendiri (sayang tidak sempat bertemu dengan beliau karena waktu yang terbatas untuk segera kembali ke Banjarmasin, semoga bisa dilain waktu).
Home � Banua Kita , Berita , Breaking News � Bubuhan Banjar...
Bubuhan Banjar...
Posted by cinta Islam on 6:01 PM // 0 comments
Maret 26, 2010 at 2:25 am
Ada kabar kabur bahwa makam Pangeran Antasari dan anaknya Fatimah ada di desa Sampirang, Kec. Teweh Timur, 7 jam dari Muara Teweh. Info ini tentu saja bertolak belakang dengan makam P. Antasari di Bayan Begok yang pada awal tahun 1950-an diambil kerangkanya dan dimakamkan di komplek pekuburan pahlawan jalan mesjid Jami…kalo sempat sampiyan telusuri juga kabar kabur ini..
April 16, 2010 at 11:28 am
Sdh dikonfirmasi ternyata memang makam Pangeran Antasari dahulunya di Sampirang daerah bayan begok, baru kemudian tahun 1950an kerangkanya dipindah ke Bjm. Persoalannnya para ahli waris penjaga makam P. Antasri di Sampirang, tidak mau makam itu disebut “bekas kubur”. Karena katanya, saat itu penggali kubur tidak bisa mengangkat/hanya sedikit kerangka P. Antasari yang bisa diangkat/dibawa ke bjm. wallahu alam..
April 16, 2010 at 6:35 am
bukankah makam Ratu Zaleha ada di Banjarmasin tepatnya di areal kuburan muslimin jl.Masjid Banjarmasin?, memang makam ratu tsb sempat tak terurus karena campur dengan makam masyarakat umum, namun pada waktu gubernurnya Mistar Cokrokusumo, makam ini diperbaiki dan diberi tanda bahwa yang terkubur tsb adalah Ratu Zaleha, tempatnya tidak jauh dari komplek makam P.Antasari. Pada waktu kami masih makam Ratu Zaleha tsb berada diujung jalan komplek Kuburan Muslimin,namun sekarang posisinya ada ditengah2.
Museum Timah
Museum timah di Pulau Bangka ini dibuka sejak 1997 menempati bangunan bekas rumah karasidenan zaman belanda. Segala sejarah ekplorasi timah di pulau bangka dipamerkan, baik batuan timah dan mineral ikutan lainnya, alat tambang tradisional, mesin hitung jadul thn ?, bekas mangkuk keruk yg masih asli, foto jaman dulu, dan diorama kolong tambang rakyat maupun aktifitas kapal keruk timah di pesisir laut bangka. Juga monumen yg gagah berdiri di halaman yaitu lokomotif tua buatan England tahun 1908 untuk mengangkut pekerja dan hasil tambang timah. Tidak salah kepulauan Bangka Belitung disebut juga Pulau Timah karena tiap jengkal bumi Serumpun Sebalai ini mengandung timah putih terbaik di dunia.
Tempat yg agak terpisah dan berada dibelakang kantor PT Timah juga harus dikunjungi yaitu Pangkal Pewter. Disini tersedia koleksi souvenir timah, dari gantungan kunci harga 20rb sampai miniatur meriam, masjid, kapal layar dan kapal pengeruk timah seharga 5jt dan 10 jt. Pewter itu terdiri dari campuran 97% timah, 7% tembaga & antimon. Pangkal Pewter dibuka sejak 1994 dan dikelola sendiri oleh koperasi karyawan PT Timah. Pewter yg dibentuk secara manual sbg kerajinan tangan ini banyak menerima pesanan dari pemprov Babel untuk cinderamata, instansi swasta, dan ada juga pesanan dari Jakarta, bahkan luar negeri. Jika anda ingin melihat langsung pembuatan souvenir ini bisa melihat langsung ke bagian belakang yg hanya dibatasi ruangan kecil dari ruangan penjualan. Yah, lumayan berkesan karena souvenir ini tidak akan anda temui dipasaran kecuali outlet Pewter di Bandara Depati Amir, tentu harganya lebih mahal ya..
Jejak Banjar di Bangka Belitung-Negeri Laskar Pelangi..
Dari ketinggian 1000 m sebelum landing di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang terlihat genangan air danau dan tanah putih yg menganak sungai. Dibeberapa bagian tersebar acak berdesakan dengan hutan menghijau, itulah sisa-sisa aktivitas pertambangan timah di pulau Bangka. Saat menyusuri kota Pangkal Pinang betapa terkejutnya saat melintas di ruas jalan bertuliskan Jl KH Abdurrahman Siddiq, pikiranku langsung teringat dengan nama besar itu, beliau yang bergelar Guru Sapat, Mufti Kerajaan Inderagiri Riau, Keturunan ke 3 Syeikh Muhammad Arsyad albanjari (lihat tulisan jejak Banjar di Tembilahan). Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad ‘Afif bin Mahmud bin Jamaluddin Al-Banzari yang lahir di Kampung Dalam Pagar, Martapura Kalimantan Selatan, 1857 M/1284 H. Wafat di Sapat, Tembilahan Riau, Tahun 1939 M/1366 H.
Menurut Bapak Han/M Fitri Ketua Rx 01 Kel Semabung Lama, urang Banjar banyak disini tapi menyebar saja, dikenal sebagai guru mengaji dan ulama. Ada juga STAIN KH Abdurahman Sidiq di Pangkal Pinang utk mengabadikan jasa dan perjuangan beliau. Rupanya pengaruh Guru Sapat juga sampai di Bangka Belitung, dan memang beliau sempat juga berdakwah sampai ke Bangka Belitung dan bermukim selama 15 tahun di Bangka.
Masih ada keturunan Guru Sapat yang sering diziarahi yaitu Makam Syeikh Kotamarasit di kampung Baqi sekitar 3 jam dari Pangkal Pinang. Makam ini sering diziarahi oleh kaum muslimin dari Babel dan juga Sumatera Selatan terutama pada hari-hari tertentu, misalnya menjelang ramadhan.