Home , , � Iklan Anti-Islam di Bus kota New York

Iklan Anti-Islam di Bus kota New York


Iklan Anti-Islam Terpampang di Bus Kota New York

New York (IRIB News) - Kampanye anti-Islam di Amerika Serikat semakin menjurus setelah sejumlah bus kota di New York memasang iklan yang mengundang kaum Muslim untuk meninggalkan agama mereka.

Pamela Geller, 51, seorang ultrakonservatif yang memimpin lembaga "Stop Islamisasi Amerika" merogoh kocek hingga ribuan dolar untuk iklan tersebut. Dia mengatakan bahwa iklan itu dimaksudkan untuk membantu menyediakan sarana bagi Muslim yang takut meninggalkan agama mereka.

Iklan itu berbunyi, "Fatwa di kepala Anda? Apakah masyarakat atau keluarga mengancam Anda? Meninggalkan Islam??".

Iklan prakarsa Pamela Geller itu membuat kaum Muslim setempat geram. Geller, yang juga beragama Yahudi itu, termasuk salah seorang yang memimpin gerakan anti-rencana pembangunan masjid di Ground Zero. Padahal rencana tersebut disetujui oleh dewan kota setelah melalui perdebatan alot.

Sementara itu, Council on American-Islamic Relations (CAIR), lembaga terkemuka yang berbasis di Washington dan beraktivitas di bidang advokasi dan hak-hak sipil Muslim, mengecam kampanye iklan-iklan bus tersebut. Faiza Ali, Ketua CAIR di New York, mengatakan bahwa iklan tersebut dilandaskan pada premis keliru bahwa kaum Muslim terpaksa untuk tetap memeluk agama Islam.

Sebelumnya di New York, iklan anti-Islam juga terpampang di Miami-Dade Transit, operator transportasi dalam kota di South Florida, Amerika serikat. Namun tidak lama kemudian iklan tersebut dihapus. (IRIB/MZ/RM)


Awas, Tiga Kapal Selam Israel Dekati Iran
Ketua Komisi Keamanan Nasional di Parlemen Republik Islam Iran, Alaeddin Boroujerdi menekankan bahwa pemberitaan terkait pengiriman kapal selam Zionis Israel ke Teluk Persia harus dikaji secara serius.

Boroujerdi dalam wawancaranya dengan wartawan Kantor Berita Mehr menyinggung kemungkinan pengiriman tiga kapal selam Israel yang dilengkapi dengan rudal-rudal cruise, ke Teluk Persia, dan mengatakan, "Jika berita ini benar, pengiriman kapal selam ini berarti ancaman keamanan di kawasan Teluk Persia."

Ketua Komisi Keamanan Nasional itu juga meminta para pejabat supaya menyikapi pemberitaan ini dengan sensitif dan mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi ancaman ini.

Lebih lanjut Boroujerdi menandaskan, "Israel yang juga rezim pemilik senjata nuklir merupakan ancaman bagi keamanan di kawasan. Meski demikian, AS tetap menjadi pendukung rezim brutal ini. Dengan demikian, AS juga berperan besar dalam menciptakan instabilitas di kawasan."

Sementara itu, Republik Islam Iran dalam KTT Peninjauan Ulang NPT di New York menegaskan sikapnya terkait kawasan Timur Tengah yang harus bersih dari senjata nuklir.

Kepada Zionis Israel, Boroujerdi memperingatkan, "Rezim ini harus tahu bahwa Republik Islam Iran senantiasa sensitif akan keamanan di kawasan. Untuk itu, negara ini akan melakukan langkah-langkah defensif untuk melindungi kawasan Teluk Persia." (IRIB/AR/31/5/2010)

Panglima AL Iran: Kami Akan Hadang Kapal Selam Israel

Panglima Pangkalan Satu Angkatan Laut Republik Islam Iran, Laksmana Fariborz Ghaderpanah, menyatakan bahwa Iran akan mereaksi segala langkah sekecil apapun terhadap negara ini.

Hari Ahad (30/5), Laksmana Ghaderpanah dalam wawancaranya dengan wartawan IRNA menyinggung kemungkinan pengiriman kapal selam Rezim Zionis Israel ke dekat pesisir perairan Iran di Teluk Persia, mengatakan, "Angkatan Laut Iran terus memonitor kawasan dengan jeli. Jika kapal selam Israel terlacak di kawasan ini, kami pasti akan menghadapinya."

"Angkatan Laut Iran selalu mengerahkan pasukannya di perairan Teluk Persia, khususnya kawasan perairan Republik Islam Iran. Pasukan negara ini selalu melakukan patroli di kawasan ini, " tegas Laksamana Ghaderpanah.

Lebih lanjut Ghaderpanah menegaskan, "Segala gerak di kawasan perairan Iran tidak akan lepas dari monitor Angkatan Laut negara ini. Untuk itu, bila pihak manapun ingin melakukan serangan anti-Iran, angkatan negara ini tidak akan tinggal diam dan bereaksi dengan cepat."(IRIB/AR/31/5/2010)

Alasan Di Balik Peringatan Tegas Ahmadinejad Kepada Rusia

Mahmoud Ahmadinejad

Kritikan tegas terbaru Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad kepada Rusia yang disampaikan di hadapan masyarakat Kerman, patut mendapat perhatian dari beberapa sisi:

Di tahun-tahun terakhir, habis sudah kesabaran rakyat Iran menantikan pengoperasian reaktor nuklir Bushehr. Penantian ini membuat rasa curiga terhadap negara tetangga utara Iran ini terus memuncak. Pihak Rusia berulang kali menyatakan bahwa masalah teknis yang membuat reaktor nuklir Bushehr hingga kini belum dapat dioperasikan. Mereka menyatakan, tidak ada motif politik di balik penundaan ini.

Sayangnya, masalah ini tidak dapat diterapkan terkait pengiriman sistem anti rudal S-300. Sampai saat ini, rakyat Iran masih belum melupakan betapa Vladimir Putin, Presiden Rusia saat itu dan Perdana Menteri Rusia saat ini berjanji akan menyempurnakan reaktor nuklir Bushehr hingga akhir tahun 2009. Namun kini para pejabat Rusia berbicara mengenai penyelesaikan reaktor Bushehr hingga akhir musim panas tahun 2010.

Rakyat Iran tidak dapat menerima penundaan pengiriman sistem anti rudal S-300 oleh pihak pemerintah Rusia yang telah ditandatangani dengan Tehran. Terlebih lagi, ketika Amerika dan rezim Zionis Israel turut menekan Rusia menyangkut masalah tersebut.Tapi harus diakui bahwa bukan hanya dua masalah ini yang membuat hubungan baik Rusia dan Tehran renggang, tapi masih banyak kasus lainnya.

Kremlin di bulan-bulan terakhir pasca kesepakatannya dengan Washington soal pengurangan senjata strategis atau START II mulai mengambil sikap anti-Iran. Suatu sikap yang sangat mengejutkan. Sekalipun Rusia secara alamiah menjadi sekutu Iran, justru tampak lebih proaktif dari Jerman dalam menerapkan sanksi baru di Dewan Keamanan PBB terkait masalah nuklir sipil Iran.

Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika sehari pasca penandatangan Deklarasi Tehran di sidang Senat berbicara terkait kesepakatan pengurangan senjata nuklir dengan Rusia. Pada waktu itu ia mengatakan adanya kesepakatan dengan Rusia soal draf resolusi baru anti-Iran di DK PBB. Padahal para pejabat Rusia berkali-kali mengklaim tidak akan melakukan transaksi apapun dengan Barat terkait masalah nuklir Iran.

Sewaktu Lula Inacio da Silva, Presiden Brazil tiba di Moskow, justru Dmitry Medvedev, Presiden Rusia yang menyebut kemungkinan proses pertukaran uranium dengan Iran telah mencapai 30 persen. Medvedev bahkan menyatakan, lawatan Lula da Silva ke Tehran merupakan keberuntungan terakhir bagi Iran.

Sementara itu, Rusia sendiri tahu betul bahwa kelompok Wina-lah yang sampai saat ini tidak memberikan jaminan nyata kepada Iran terkait pertukaran uraniumnya. Bila kelompok Wina siap memberikan jaminan, Tehran jelas-jelas menyepakati kedua masalah pertukaran uranium dalam perundingan Jenewa. Semua ini dikarenakan Iran membutuhkan uranium 20 persen.

Model perilaku Rusia sejak tahun 2006 hingga kini menunjukkan bahwa mereka menjadikan Iran sebagai kartu yang dipertaruhkan dengan Barat. Segera setelah mendapatkan konsesi yang besar, dengan mudah mereka mengorbankan Iran dan bahkan mendukung suara anti-Iran.

Semua ini membuat rakyat dan para pejabat Iran memberikan suaranya terkait resolusi anti-Iran di DK PBB. Mereka meminta pemerintah Iran mengambil sikap tegas atas perilaku Rusia. Sikap ini semakin tampak setelah Rusia memberikan suara setuju di Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Padahal pada waktu itu, ada 10 negara yang memberikan suara tidak setuju dan abstein.

Langkah-langkah dan orientasi terbaru politik luar negeri Rusia memaksa Presiden Ahmadinejad mengeluarkan pernyataan keras. Ahmadinejad mengatakan, "Kini semakin sulit bagi kami untuk menjelaskan perilaku Medvedev terhadap bangsa Iran. Sikap Rusia tidak jelas, menjadi sahabat kami dan bersama kami, atau sedang mencari-cari hal lain. Bila saya menjadi Presiden Rusia, tentu saja saya akan lebih berhati-hati dalam menyatakan pendapat atau sikap terkait berbagai masalah yang berhubungan dengan bangsa besar dan pembangun peradaban seperti Iran."

Ahmadinejad juga mengatakan, "Kami tidak dapat menyaksikan Rusia sebagai negara tetangga kami di sebelah utara dalam kondisi penting berdiri bersama mereka yang telah memusuhi bangsa Iran selama 30 tahun." (IRIB/SL/PH/29/5/2010)

Kasus Torpedo Cheonan, Cina Beranggapan Ada Udang di Balik Batu

Cina mengkhawatirkan tujuan-tujuan Amerika Serikat di balik eskalasi gejolak di Semenanjung Korea. Kelompok penyidik internasional menuding Korut berada di balik tenggelamnya kapal perang Cheonan milik Korsel. Namun Cina tampak lebih berhati-hati bersikap dalam hal ini.

Wyne Madison seorang jurnalis peneliti menyatakan, Cina beranggapan bahwa ketegangan terbaru di Semenanjung Korea ini dipantik sebuah intrik dan tipu daya. Cheonan Korsel tenggelam dihantam torpedo yang setelah diteleiti lebih lanjut torpedo tersebut produksi Jerman. Namun Jerman menyatakan tidak menjual senjata ke Korea Utara.

"Kim Jong-il, pemimpin Korea Utara, yang dikenal jarang bepergian, dan jika bepergian ia menggunakan kereta api, menyusul kasus terbaru itu ia berkunjung ke Beijing. Sumber-sumber saya di Beijing menyatakan bahwa ketika para pejabat Cina bertanya kepadanya soal apakah Korut menorpedo kapal Korsel, ia menolak tuduhan tersebut dan para pejabat Cina meyakini jawaban itu," kata Madison.

Pihak Cina menurut Madison mencurigai gerak-gerik Amerika dan tujuannya di balik eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea.

Di sela-sela ketegangan tersebut, militer Korea Selatan menggelar latihan perang anti-kapal selam. Seoul juga mengumumkan akan menggelar manuver militer lebih besar lagi yang melibatkan seluruh jajaran militernya. Namun tanggal pastinya belum diumumkan. (IRIB/MZ/RM/30/5/2010)

AS Klaim Brazil dan Turki Terjebak Perangkap Iran, Friksi Berlanjut

Friksi Amerika Serikat dengan Brazil dan Turki terkait pertukaran bahan bakar nuklir Iran diperkirakan akan semakin meningkat. Reuters dalam laporannya mengenai kemungkinan eskalasi friksi tersebut menulis, "Amerika Serikat menghadapi kesulitan dalam menyelaraskan pandangan mengenai langkah selanjutnya untuk Iran. Para pejabat Amerika menyatakan bahwa kesepakatan pertukaran bahan bakar nuklir tidak boleh menjadi hambatan bagi pemberlakuan sanksi anti-Iran."

Bersamaan dengan menguatnya indikasi friksi Amerika dengan dua anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Truki dan Brazil bersikeras membela usulan mereka sebagai langkah proporsional untuk mengurangi gejolak. Menteri Luar Negeri Brazil, Celso Amorim mengatakan, "Kami tahu, kami telah melakukan langkah yang benar."

Selain rencana pertukaran bahan bakar nuklir tersebut, para pejabat tinggi Amerika menyebut Brazil dan Turki telah terjebak perangkap Iran.

Beberapa hari lalu, para pejabat tinggi Brazil menyatakan, Luis Inacio Lula da Silva dalam suratnya kepada timpalannya asal AS, Barack Obama serta Presiden Perancis, Rusia, dan Meksiko, menegaskan pentingnya Deklarasi Tehran.

Dalam surat tersebut, Lula da Silva menjelaskan keinginan Iran untuk menukar uranium yang telah diperkaya pada tingkat rendah dengan uranium diperkaya ke tingkat tinggi di Turki. Bahan bakar tersebut akan digunakan untuk reaktor riset nuklir Tehran. Menurunya, ini merupakan bukti kesiapan Iran untuk berunding sekaligus membuat seluruh upaya menjatuhkan sanksi menjadi tidak penting.

Marcelo Baumbach, Jubir Presiden Brazil menyatakan, surat itu dilayangkan Selasa (25/5) kepada Barack Obama, Nicolas Sarkozy, Dmitry Medvedev, dan Filipe Calderon, dan UNASUR.

Baumbach menyatakan bahwa tujuan surat tersebut adalah pengokohan solusi diplomatik sehingga kesempatan yang terbuka pasca Deklarasi Tehran tidak tersia-siakan. Brazil ingin mencegah kebuntuan melalui Deklarasi Tehran. (IRIB/MZ/RM/30/5/2010).

Keberhasilan Iran dan GNB di Konferensi Revisi NPT

Tehran (IRIB Analisa) - Hari Jumat (28/5) seluruh anggota Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT) meratifikasi Deklarasi Konferensi Revisi NPT. Boleh dikata ini untuk pertama kalinya Deklarasi NPT memasukkan nama rezim Zionis Israel dan meminta rezim ini untuk bergabung dengan NPT serta aktifitas nuklirnya harus di bawah pengawasan tim inspeksi Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Pemerintah Barack Obama sejak beberapa bulan lalu sebelum diselenggarakannya konferensi ini telah menyusun program serius. Bahkan sebulan sebelum konferensi, Amerika telah menandatangani perjanjian pengurangan senjata strategis START II dengan Rusia. Amerika bahkan mempublikasikan strategi baru nuklirnya dan setelah itu menyelenggarakan Konferensi Keamanan Nuklir di Washington.

Barat, khususnya Amerika berkeinginan dapat mengubah isi butir keempat NPT dalam Konferensi Revisi NPT dan menghapus hak pengayaan uranium bagi negara-negara lain. Untuk menggolkan ide ini, Barat mengusulkan pendirian bank bahan bakar nuklir yang tentunya bakal dimonopoli oleh mereka.

Termasuk masalah lain yang dikejar oleh Amerika dan sekutu Eropanya adalah memaksa pelaksanaan protokol tambahan kepada seluruh negara-negara anggota NPT. Mereka begitu getol agar nama Republik Islam Iran digolongkan negara anggota yang melanggar isi NPT. Namun segala usaha ini gagal dan tidak tercantum dalam deklarasi Konferensi Revisi NPT di New York.

Republik Islam Iran dalam konferensi ini tampil cukup mendominasi dan dapat dikata berhasil. Sebelum ini, Iran sempat menyelenggarakan Konferensi Perlucutan Senjata Nuklir di Tehran. Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad juga hadir dalam Konferensi Revisi NPT dan menyampaikan pidatonya di sana. Dalam pidatonya, Ahmadinejad menyampaikan 11 usulan demi membebaskan dunia dari senjata nuklir. Kehadiran Presiden Ahmadinejad dan usulan konstruktif Tehran mampu mengarahkan jalannya konferensi yang berujung pada Deklarasi NPT.

Partisipasi Republik Islam Iran dapat dikata berhasil disebabkan Iran mampu mengajak negara-negara anggota Gerakan Non Blok (GNB), negara-negara Arab dan Islam untuk pertama kalinya memasukkan nama rezim Zionis Israel dalam Deklarasi NPT. Masalah ini menjadi penting dengan mencermati bahwa hingga saat ini tidak ada inspeksi terhadap aktifitas nuklir rezim ini. Padahal seluruh negara Timur Tengah mengetahui bahwa Tel Aviv sejak tahun 1967 dan perang 6 hari telah memiliki hulu ledak nuklir.

Dalam Deklarasi NPT ada tuntutan agar Sekjen PBB Ban Ki-moon mempersiapkan penyelenggaraan Konferensi Perlucutan Senjata di Timur Tengah tahun 2012. Tujuan dari konferensi ini agar negara-negara kawasan membicarakan tentang Timur Tengah tanpa senjata nuklir dan senjata pemusnah massal. Sekalipun sampai saat ini belum jelas apakah rezim Zionis Israel akan hadir atau tidak.

Tampaknya Amerika berusaha agar masalah keanggotaan Zionis Israel di NPT dimanfaatkan agar negara-negara Timur Tengah mengakui rezim ini. Dengan menyampaikan ide "ketidakamanan Israel", Amerika akan meminta negara-negara kawasan untuk sebelumnya mengakui rezm ini.

Masalah lain yang ingin dicapai Iran dalam konferensi ini adalah penentuan waktu perlucutan senjata negara-negara pemilik senjata nuklir dan mewajibkan butir keenam NPT. Namun sayangnya Iran tidak mampu merealisasikan keinginannya terkait butir keenam NPT. Sebaliknya, negara-negara pemilik senjata nuklir setuju merampingkan gudang-gudang nuklirnya. Deklarasi ini meminta Amerika, Rusia, Perancis dan Cina agar segera mempercepat proses perlucutan senjata nuklirnya dan melaporkannya kepada masyarakat internasional hingga tahun 2014. Ini satu permintaan kunci Iran yang disampaikan dalam Konferensi Revisi NPT.

Tentu saja ini termasuk keberhasilan diplomasi Iran. Hal ini menunjukkan pengaruh positif dari penyelenggaraan Konferensi Perlucutan Senjata Nuklir Tehran.

Diplomasi Republik Islam Iran juga berhasil mencegah perubahan dalam butir keempat NPT dan keharusan pelaksanaan protokol tambahan bagi anggota NPT. Begitu juga, untuk pertama kalinya dan dengan dihadiri oleh negara-negara Barat, karena Deklarasi NPT diputuskan secara aklamasi, rezim Zionis Israel diminta untuk menandatangani NPT. Patut dicamkan bahwa seluruh masalah yang disebutkan di atas dicapai dengan kesepakatan seluruh negara dan upaya Amerika untuk mencegah Zionis Israel menandatangani NPT sangat mencoreng citra Amerika. Berdasarkan dokumen ini, 189 negara di dunia atau seluruh anggota NPT meminta Tel Aviv agar menjadi anggota NPT.

Para analis dan diplomat internasional menilai kesepakatan negara-negara anggota NPT merupakan langkah penting dan maju demi menghidupkan kembali Traktat Non Proliferasi ini. Karena selama 10 tahun lalu, tidak ada kemajuan yang diraih terkait dengan perjanjian ini. Pada tahun 2005 diplomasi pemerintah George W. Bush menjadi penyebab asli kegagalan Konferensi Revisi NPT.(IRIB/SL/MF/30/5/2010)

0 comments to "Iklan Anti-Islam di Bus kota New York"

Leave a comment