Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad di saat menjawab usulan perundingan Uni Eropa menyatakan, "Kami secepatnya akan mengumumkan persyaratan untuk berunding."
Kantor berita IRNA melaporkan, Ahmadinejad dalam safari provinsi ketiganya ke kota Kurd mengatakan, dengan alasan resolusi Dewan Keamanan PBB, berbagai negara dunia hendak melecehkan hak kami, tapi bangsa Iran akan bertindak keras untuk menjaga dan mempertahankan haknya.
Seraya menyinggung kinerja irasional Dewan Keamanan PBB, Ahmadinejad menyebut resolusi anti-Iran yang dikeluarkan lembaga tersebut tidak bernilai sama sekali. Ahmadinejad menegaskan, tujuan pertama perilisan resolusi Dewan Keamanan PBB anti-Iran ini untuk menyelamatkan rezim Zionis dari tekanan publik dunia. Ahmadinejad mengungkapkan, "Rezim Zionis Israel akan berakhir. Upaya sejumlah negara Barat menyelamatkan rezim agresor ini bukan hanya tidak membuahkan hasil, bahkan semakin mempercepat kematiannya."
Di bagian lain statemennya, Ahmadinejad menyinggung pernyataan arogan negara-negara adidaya sebagai pemicu penderitaan umat manusia sepanjang sejarah. (IRIB/PH/SL/16/6/2010)Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan tujuan utama di balik resolusi anti-Iran Dewan Keamanan PBB adalah untuk menyelamatkan rezim Zionis Israel dari kritikan dan kecaman global.
Berpidato di tengah kerumunan massal di Provinsi Chaharmahal-Bakhtiari, Iran tengah, Ahmadinejad menandaskan bahwa bangsa Iran selalu waspada dan akan memberi respon kepada Israel.
Pada tanggal 10 Juni 2010, 12 anggota Dewan Keamanan termasuk Rusia dan Cina, memilih mendukung resolusi yang diusulkan AS untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Iran. Brazil dan Turki memilih menentang resolusi itu, sementara Lebanon abstain dari pemungutan suara.
Ahmadinejad juga menegaskan, Israel telah menduduki wilayah Palestina berkat dukungan dan propaganda AS.
"Israel telah membuat bangsa Palestina kehilangan tempat tinggal. Selama lebih dari 60 tahun Israel telah mengobarkan lima perang besar dan menyerang lusinan desa dan membantai penduduknya. Mereka membombardir wilayah permukiman Palestina. Mereka membunuh dan membombardir orang-orang lemah, "tambahnya.
"Mereka meluncurkan agresi besar terhadap negara-negara tetangga mereka dan menekan bangsa Palestina. Ini semua adalah kriminal terorganisir," lanjutnya.
"Lihatlah bagaimana Israel bertindak. Mereka mengumpulkan penjahat terburuk dan meneror orang lain di siang hari dengan menggunakan paspor palsu di kawasan kita dan bahkan di negara-negara lain. Mereka membantai orang-orang baik dan lemah, sementara pemerintah AS mendukung komplotan kriminal tersebut. Barat memberikan kepada Israel medali perdamaian dan mendukung para penjahat," tandas Ahmadinejad.
Ahmadinejad lebih lanjut menyatakan bahwa selama lebih dari tiga tahun rakyat Gaza diblokade di tanah air mereka sendiri dan mereka kekurangan bahan pangan, air dan obat-obatan.
"Rakyat Gaza berada di bawah serangan bom dan rudal dan bahkan diserang dengan senjata kimia," tambahnya.
"Kalian menyaksikan apa yang dilakukan Zionis terhadap konvoi bantuan Gaza yang membawa makanan dan obat untuk warga sipil. Tentu saja kebanyakan pemerintah mengutuk serangan tersebut. Namun kita melihat pemerintah Amerika Serikat dan beberapa sekutunya mendukung kejahatan Israel dan tidak mengutuk serangan mematikan itu," katanya.
"Mereka membombardir rakyat Gaza dengan helikopter, pesawat dan senjata canggih. Israel telah membunuh sejumlah besar dari mereka, sementara yang lainnya disiksa dalam tahanan," tegas Ahmadinejad.
Pada kesempatan itu, Ahmadinejad juga menegaskan bahwa rezim Zionis memiliki ratusan senjata nuklir dan terus mengancam negara-negara regional.
"AS mendukung Israel dan memberikan senjata nuklir kepada rezim itu. Washington memberikan dukungan politis kepada Tel Aviv dan menawarkan bantuan militer miliaran dolar," katanya. (IRIB/RM/SL/16/6/2010)Jurnal American Free Press dalam laporan terbarunya mengulas hubungan di balik layar dan rahasia Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan beberapa orang berpengaruh yang mengantarkan Obama ke puncak kekuasaan demi mencapai tujuan dan menjaga kepentingan mereka.
Louis Thomas McFadden, seorang penulis Hungaria terkemuka menulis, "Tidak fair untuk menulis sebuah buku kritikan terhadap Barack Obama, karena ia adalah target yang mudah dan pihak yang tampil di garis depan para penguasa."
McFadden menambahkan bahwa Obama adalah satu-satunya orang dalam sejarah Amerika Serikat yang memiliki masa lalu akademis dan pribadi yang tidak jelas sampai mampu menuju puncak kekuasaan sehingga dapat berperan sebagai pejabat paling kuat di negara ini untuk orang-orang yang mengendalikan seluruh politiknya dari balik layar.
Menyinggung buku karya Victor Thorn yang berjudul Obama's Darkest Secrets Revealed, McFadden menyatakan, "Buku ini mengulas hubungan di balik layar yang menyampaikan Obama ke puncak kekuasaan."
Dalam buku itu disebutkan bahwa pada hakikatnya masalah akte kelahiran Obama hanya masalah terkecil terkait kelayakan Obama menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.
Di antara rahasia kelam Obama adalah hubungannya dengan Antoine Tony Rezko. Orang yang sejak 1990 melakukan berbagai penipuan untuk mengumpulkan dana bagi Obama. Meski pada akhirnya hubungan Obama dengan Rezko berakhir pada tahun 2008 setelah ia tertangkap basah menyuap.
Juga hubugan "gelap" Obama dengan William Ayers, teroris dekade 70-an yang tampaknya menjadi pimpinan rantai orang-orang dekat Obama. Ada pula Rahm Emanuel, yang saat ini menjabat sebagai pimpinan pegawai GedungPutih. Rahm Emanuel berasal dari keluarga yang memiliki catatan terorisme panjang.(IRIB/MZ/17/6/2010)
Jurnal Foreign Policy dalam artikelnya menyinggung resolusi anti-Iran oleh Dewan Keamanan PBB dan menyatakan bahwa resolusi tersebut memang akan membatasi ruang perdagangan dan investasi di Iran, namun langkah seperti ini tidak akan berpengaruh banyak bagi Iran.
Dalam artikel yang ditulis oleh Robert Haddick itu dibahas masalah sikap negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat terhadap Deklarasi Tehran yang ditandatangani oleh Iran, Turki, dan Brazil.
Sang penulis menilai penandatanganan Deklarasi Tehran itu sangat mengejutkan. Hanya selang sehari setelah penandantangan Deklarasi Tehran, Amerika Serikat mengajukan draf sanksi baru anti-Iran kepada Dewan Keamanan PBB.
Jurang yang Semakin Menganga
Menurut Haddick, tujuan ratifikasi resolusi sanksi anti-Iran adalah pelunturan Deklarasi Tehran prakarsa Iran, Turki, dan Brazil. Untuk merealisasikannya diperlukan dukungan yang lebih banyak dari berbagai negara seperti yang telah diungkapkan oleh Menlu Amerika, Hillary Clinton. Namun hal ini tidak mudah, karena berpotensi menciptakan jurang lebih lebar di Dewan Keamanan PBB khususnya di antara lima negara anggota tetapnya.
Tidak Akan Ada Perubahan
Haddick menyatakan bahwa resolusi sanksi anti-Iran itu merupakan hasil dari perundingan selama berbulan-bulan Amerika, Rusia, dan Cina. Benar bahwa sanksi tersebut akan membatasi ruang dagang minyak dan investasi di bidang energi di Iran, namun tidak satu batasan pun dalam resolusi tersebut yang mampu memberikan dampak berarti bagi Republik Islam Iran atau mengubah sikap Tehran selama ini.
Menyinggung soal mengapa resolusi Dewan Keamanan PBB kali ini dinilai lemah oleh banyak pengamat, Haddick menjelaskan bahwa hal itu disebabkan tidak adanya kerjasama dari pihak Cina. Negeri Tirai Bambu itu sangat bergantung pada minyak Iran selain itu, Cina juga merupakan salah satu negara investor terbesar di bidang energi di Iran dan konsumen tetap minyak Negeri Mullah itu.
Menurut Haddick, di saat Amerika Serikat dan sekutunya berjuang menggulingkan pemerintah Iran, Cina justru memperluas hubungan dengan Iran dan hal ini akan menciptakan jurang di Dewan Keamanan PBB. Cina masih mempertahankan logika praktis dan transaksi. Kesimpulannya, Cina tengah menunjukkan "permainan yang berbeda" dalam menyikapi Iran dan berupaya mendiktekan teladan kebijakan baru di kancah internasional meski Beijing juga menyatakan menghindari segala bentuk benturan dengan dunia Barat.(IRIB/MZ/17/6/2010)
Iran Akan Sikapi Negara-Negara Penandatangan Resolusi Sanksi
Chaharmahal va Bakhtiari (IRIB News)--Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Manochehr Mottaki mengkritik standar ganda Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menyatakan, "Bagaimana mungkin Dewan ini dapat meratifikasi resolusi untuk masalah yang belum terjadi, namun di sisi lain menyikapi kejahatan rezim Zionis Israel Dewan ini hanya puas dengan sejumlah penyelidikan saja?"
Hal itu dikemukakan Rabu (16/6/210) dalam kunjungan kabinet Iran ke Propinsi Chaharmahal va Bakhtiari. Dalam wawancaranya dengan para wartawan Mottaki mengatakan, rezim Zionis secara nyata menyerang konvoi kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza di perairan internasional dan membunuh para aktivis, namun Dewan Keamanan PBB tidak bertindak proporsional.
Ditambahkannya, "Dewan ini justru meratifikasi resolusi tentang program nuklir Iran yang hingga kini Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah menyatakan status damai program tersebut dalam 20 laporannya."
"Dengan sikap seperti ini, para anggota Dewan Keamanan telah menyepelekan kredibilitas dan posisi Dewan, dan kebijakan seperti itu akan lebih merusak posisi Dewan di mata seluruh bangsa dan pemerintahan dunia," jelas Mottaki.
Menurut Mottaki, semua pihak yang mengemukakan masalah embargo anti-Iran, mereka tahu betul bahwa literatur seperti ini adalah untuk 40 tahun lalu yang tidak berarti lagi dewasa ini. Oleh karena itu, pihak yang memelopori aksi tersebut khususnya Amerika Serikat, justru menjadi pihak yang paling merugi.
Di bagian lain pernyataannya, Mottaki menegaskan bahwa pemerintah Iran akan menyatakan protes dan kritikannya kepada negara-negara yang mendukung resolusi anti-Iran tersebut. (IRIB/MZ/17/6/2010)
0 comments to "Ahmadinejad: Resolusi Anti-Iran Pesanan Israel..!!!!!...."