Sebanyak 440 pilot dari maskapai Spirit Airlines Amerika Serikat melakukan mogok kerja dan berakibat pembatalan banyak jadwal penerbangan. Menyusul aksi mogok tersebut, terjadi kericuhan di berbagai bandara Amerika Serikat akibat para penumpang yang kebingungan dan marah.
Perusahaan Spirit Airlines yang bermarkas di Florida itu menangani sebagian besar jalur penerbangan menuju pesisir timur Amerika, Kepulauan Karibia, dan Amerika Latin.
Para penumpang di bandara Reagan di Florida hingga kini sibuk mencari jalur alternatif untuk sampai ke tujuan.
Para pilot Spirit Airlines mogok kerja sejak Sabtu pukul lima pagi dan hingga kini belum ada kesepakatan dengan pihak perusahaan. Oleh sebab itu, mereka merencanakan akan melanjutkan aksi mogok mereka hingga dua hari mendatang.
Menyusul aksi mogok tersebut, Spirit Airlines terpaksa mengembalikan uang tiket para penumpangnya dan memberikan discount $100 jika mereka kembali menggunakan jasa perusahaan ini. (IRIB/MZ/15/6/2010)
Inggris Dukung Tim Investigasi Internal Israel Atas Kasus Flotilla
Menteri Luar Negeri Inggris, William Jefferson Hague, mendukung keputusan rezim Zionis Israel untuk melakukan investigasi internal dan unilateral atas kasus serangan terhadap konvoi kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza Freedom Flotilla.
Hague Senin (14/6/2010) dalam statemennya menilai keputusan Israel untuk membentuk tim investigasi internal independennya atas kasus serangan terhadap Flotilla pada 31 Mei 2010 lalu itu sangat progresif.
"Sangat penting sekali bahwa investigasi ini benar-benar proses investigasi independen dan komprehensif yang dapat dihormati oleh masyarakat dunia," tambah Hague.
Ia lebih lanjut menyambut baik kehadiran seorang pengamat asal Irlandia dalam tim investigasi tersebut.
Pernyataan Hague itu mengemuka setelah di hari yang sama rezim Zionis Israel menyatakan akan membentuk tim investigasi internal mengusut kasus serangan para komando Zionis terhadap konvoi kapal bantuaan kemanusiaan Freedom Flotilla.(irib/15/6/2010)Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Senin (14/6/2010) sebelum kunjungan keempat kalinya ke Teluk Meksiko menyamakan insiden ledakan di anjungan pengeboran minyak milik British Petroleum dengan teror 11 September.
Obama dalam wawancaranya dengan koran Politico mengatakan, "Sama seperti terbentuknya cara pandang kita terhadap lemahnya politik luar negeri kita melalui aksi teror 11 September, saya pikir tragedi ini juga membentuk opini kita tentang lingkungan hidup dan energi untuk tahun-tahun mendatang."
Obama menegaskan bahwa pihaknya akan membujuk Kongres untuk menetapkan draf tentang energi dan perubahan iklim.(IRIB/MZ/15/6/2010)
Eropa Optimis Politik Stick and Carrot Terhadap Iran Efektif
Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengirim surat kepada Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Saeed Jalili, meminta waktu bertemu dan berunding dengannya.
Koran Figaro terbitan Perancis melaporkan, surat resmi berisi undangan untuk Jalili guna merundingkan masalah senjata nuklir ini mengemuka di saat Uni Eropa mendukung pemberlakuan sanksi baru terhadap Iran di Dewan Keamanan PBB.
Saat tiba di Luxemburg (14/6/2010) untuk menghadiri sidang tingkat menlu Uni Eropa, Ashton menyatakan, "Saya telah melayangkan surat kepada Jalili mengundangnya untuk berunding soal senjata-senjata nuklir."
Dia lebih lanjut menyatakan optimis bahwa kebijakan stick and carrot Barat terhadap Iran akan membuahkan hasil.
Republik Islam Iran telah menyatakan kesediannya untuk hadir di setiap sidang yang membahas pemusnahan senjata nuklir.
Pekan lalu, Dewan Keamanan PBB meratifikasi resolusi sanksi baru anti-Iran. Namun Turki dan Brazil menolak resolusi tersebut dan kedua negara telah membutikan komitmen mereka terhadap Deklarasi Tehran.
Dalam mengupayakan resolusi sanksi tersebut, Barat tetap mengusung klaim bahwa Iran tengah menjalankan program nuklir militer untuk memproduksi senjata destruksi massal secara sembunyi-sembunyi. (IRIB/MZ/15/6/2010)
Sengketa Baru antara Pakistan, AS dan Inggris
Militer Pakistan membantah tudingan sebuah lembaga riset Inggris mengenai kelanjutan dukungan Badan Intelejen Militer Pakistan (ISI) terhadap milisi Taliban. Militer Pakistan menyebut tuduhan itu sebagai konspirasi terhadap ISI dan militer Pakistan. Belum lama ini London School of Economics and Political Science (LSE), mengungkapkan bahwa intelijen militer Pakistan (ISI) terus memberi dukungan finansial, pelatihan dan perlindungan bagi milisi Taliban. Sejak serangan AS ke Afghanistan tahun 2001, Pakistan memulai kerjasama dengan AS dan sekutunya, Inggris. Padahal, Pakistan adalah sekutu utama rezim Taliban di Afghanistan.
Pasca serangan 11 September 2001, pemerintah Islamabad yang dipimpin Pervez Musharraf memulai operasi penumpasan milisi Taliban. Namun, empat tahun kemudian, pada akhir pemerintahan Musharraf, muncul kritikan dari para politisi dan militer AS terhadap pemerintah Pakistan yang mengalir deras. Washington menuding Islamabad tidak serius menumpas Taliban.
Ketika Obama naik menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat, Pakistan berharap kritikan Washington terhadap Islamabad mereda. Namun, dugaan itu keliru. Terpilihnya Richard Holbrooke sebagai Wakil Khusus AS di Afghanistan dan Pakistan justru meningkatkan tekanan Washington terhadap Islamabad. Holbrooke mengekor kebijakan mantan Presiden George W. Bush yang tidak mempercayai kinerja Pakistan dalam menumpas milisi Taliban. Padahal, Bush menyebut Pakistan sebagai sekutu non-NATO pada permulaan serangan ke Afghanistan. Tuduhan yang dilontarkan para pejabat teras Washington dan London soal ketidakserius Islamabad dalam menumpas Taliban tak lebih dari upaya AS dan Inggris untuk menutupi kegagalan misi militernya di Afghanistan.
Mengingat serangan militer Inggris di Afghanistan dan eskalasi tekanan publik negara ini terhadap pemerintah London, LSE Inggris meningkatkan propaganda anti Pakistan untuk meredakan tekanan terhadap partai konservatif dan Perdana Menteri, David Cameron. Baru-baru ini, Cameron melakukan kunjungan dadakan ke Afghanistan untuk meredakan tekanan publik Inggris terkait penarikan pasukan Inggris dari Afghanistan.
Pemerintah Islamabad, membantah tudingan LSE mengenai dukungan Badan Intelejen Pakistan ISI terhadap Taliban. Selain itu, Pakistan juga balik menuding dengan menyatakan bahwa Inggris dan Amerika tidak bekerjasama dengan militer Pakistan dalam operasi penumpasan kelompok ekstrim di perbatasan dengan Afghanistan.
Pakistan menilai AS dan Inggris bukan hanya mengumbar slogan bohong yang membuktikan ketidakseriusan mereka menumpas Taliban. Bahkan, baru- baru ini Washington dan London menggulirkan strategi baru berdamai dengan Taliban yang tentunya prakarsa itu bertentangan dengan tuntutan nurani rakyat Afghanistan. (IRIB/PH/AHF/14/6/2010)
0 comments to "Pakistan, AS dan Inggris berperang...???....Afghanistan..korban..."