Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menyebut Rezim Zionis Israel sebagai simbol penghinaan atas kemanusiaan. Ia mengatakan, "Segala problema dunia berkaitan dengan terselesaikannya masalah Palestina."
Ahmadinejad, Kamis malam (3/6/2010), di hadapan para tamu asing yang menghadiri peringatan Haul Imam Khomeini ra ke-21 menegaskan, "Jika kita menghendaki perdamaian, keadilan, kebebasan dan pemerataan yang sebenarnya di dunia, maka masalah Palestina harus terselesaikan."
"Pada dasarnya, konflik di Palestina adalah konfrontasi antara kubu pendukung kezaliman dan kubu penegak tauhid dan keadilan, " tegas Ahmadinejad.
Seraya menjelaskan bahwa Zionis Israel adalah pondasi utama pendudukan dan kezaliman, Ahmadinejad mengatakan, "Semua arogansi dan pendudukan berkaitan erat dengan Zionis Israel. Jika keterkaitan ini dapat diruntuhkan, semua masalah akan selesai."
"Semua negara mengutuk serangan brutal Zionis Israel, namun hanya AS yang tidak mengutuknya, " jelas Ahmadinejad.
Dalam pidatonya, Ahmadinejad seraya menyinggung keagungan pribadi Imam Khomeini ra, mengatakan, "Imam Khomeini ra milik semua manusia, bukan milik sebuah bangsa dan negara." Ia juga menambahkan, "Jalan Imam Khomeini ra adalah meneriakkan perlawanan anti-pemikian materialis."
Dalam kesempatan itu, sejumlah tamu juga diberi kesempatan untuk berpidato. (IRIB/AR/4/2010)Sekjen Komite Pertahanan Intifadah Palestina, Hossein Sheikh Al-Islam menyatakan bahwa Republik Islam Iran akan mengirimkan kapal pengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza dengan tujuan menjebol blokade terhadap kawasan ini.
Hari Kamis (3/6), Sheikh Al-Islam dalam wawancaranya dengan Televisi Al-Alam mengatakan, "Bulan Sabit Merah Republik Islam Iran akan mengirimkan kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza saat dunia mengecam serangan brutal atas kapal Fresedon Flotilla."
Menurut Sheikh Al-Islam, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah satu-satunya jalan untuk menjebol blokade Gaza. Ia mengatakan, "Bangsa-bangsa di dunia harus terus melanjutkan aksi demo anti-Zionis Israel dan menekan rezim ini, serta berupaya menjebol blokade terhadap Jalur Gaza."
"Lebih dari tiga tahun, Gaza diblokade Zionis Israel dan negara-negara Arab bungkam atas tindakan tidak manusiawi ini. Mereka juga berharap bangsa Palestina tunduk di hadapan rezim penjajah. Namun bangsa ini pantang mundur menolak segala bentuk penjajahan meneruskan perlawanan terhadap Zionis Israel, " jelas Sheikh Al-Islam.
Seraya menyinggung politik busuk AS yang terus mendukung rezim penjajah Israel, Sheik Al-Islam mengatakan, "Kebijakan Washington yang mendukung tanpa syarat arogansi Zionis Israel dan aksi menghalangi resolusi anti-Israel karena kebejatan rezim ini, telah terkuak di hadapan seluruh penghuni dunia."
Sheikh Al-Islam mengatakan, "Langkah terakhir AS adalah membela serangan brutal Israel atas konvoi kapal pengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza. Karena veto AS di PBB, tidak ada kecaman keras atas brutalitas terbaru Israel." (IRIB/AR/4/6/2010)Hari ini, Sekjen Hizbullah Serukan Solidaritas kepada Pahlawan Flotilla Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrollah menyatakan bahwa menghidupkan nilai-nilai ilahi dan Islami adalah karya-karya besar Imam Khomeini ra untuk ummat manusia.
Sayid Hasan Nasrollah dalam acara peringatan Haul Imam Khomeini ra ke-21 di Beirut mengatakan, "Imam Khomeini meninggalkan karya besar bagi ummat manusia. Karya besar itu adalah menghidpukan kembali nilai-nilai ilahi, kenabian, Islam dan moral."
"Dengan mempopulerkan budaya jihad dan pengorbanan di hadapan para penguasa lalim, Imam Khomeini mendorong kebangkitan gerakan-gerakan independen di dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah, " jelas Sayid Hasan Nasrullah.
Sayid Hasan Nasrollah menambahkan, "Ide mengekspor revolusi yang digagas oleh Imam Khomeini ra pada tahun-tahun awal revolusi Islam Iran, sama sekali tidak berniat mengekspor tentara dalam invasi dan penaklukan. Akan tetapi ekspor yang dimaksud adalah mentransfer nilai-nilai dan budaya mulia yang diwariskan para nabi."
Dalam pidatonya , Sayid Hasan Nasrollah juga menyinggung serangan brutal Rezim Zionis Israel ke konvoi kapal pengangkut bantuan kemanusiaan Gaza, dan mengatakan, "Serangan ini membuktikan bahwa Rezim Zionis Israel yang didukung penuh Barat, sama sekali tidak berkomitmen dengan dasar-dasar internasional."
Sayid Hasan Nasrollah juga mengucapkan terima kasih kepada lembaga-lembaga pembela hak asasi manusia karena mengirimkan konvoi kapal pengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza. Sayid Hasan Nasrullah juga meminta mereka supaya berupaya lebih ekstra untuk menjebol blokade terhadap Jalur Gaza. Sayid Hasan juga menyerukan masyarakat Lebanon dan ummat Islam untuk melakukan solidaritas kepada para pejuang kapal Freedom Frotilla pada hari Jumat. (IRIB/AR/4/6/2010)Di saat opini publik dunia masih mempersoalkan perompakan yang dilakukan militer Rezim Zionis Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza, Freedom Flotilla, Wakil Presiden Amerika Serikat, Joseph Biden justru menjustifikasi aksi brutal ini. Dengan entengnya, Biden dalam sebuah wawancara televisi mengatakan, Israel berhak menyerang aktivis kemanusiaan yang berada di Armada Freedom Flotilla. Tanpa mengindahkan ketentuan internasional, Biden berdalih, Israel sepenuhnya berhak menyerang mereka demi menjaga kepentingan keamanannya.
Ironisnya, statemen Wakil Presiden AS ini mengemuka di saat militer Israel menyerang kapal bantuan kemanusiaan Gaza di perairan internasional. Berdasarkan Konvensi hukum kelautan internasional, perairan internasional adalah jalur bebas bagi lalu lintas kapal, dan tidak ada sebuah negara pun, bahkan rezim Zionis, tanpa alasan yang bisa dipertangungjawabkan dan peringatan sebelumnya memasuki kapal tersebut. Rezim Zionis mengklaim, militer Israel membela diri dari serangan sejumlah aktivis perdamaian.
Muncul pertanyaan besar, dengan alasan apa militer rezim Zionis memasuki kapal bantuan kemanusiaan yang berada di perairan internasional? Semua mengetahui bahwa konvoi ini bukan kapal militer, dan mengangkut bantuan bagi warga Gaza yang sedang menderita dalam penjara raksasa terbesar di dunia itu.
Selama beberapa tahun terakhir ini terjadi penyerangan yang dilakukan kelompok agresor di Afrika terhadap konvoi bantuan kemanusiaan, hingga menewaskan para aktivitasnya. Selain itu, pembajakan kapal di sekitar perairan Somalia menjadi permasalahan baru bagi masyarakat dunia. Tidak diragukan lagi, aksi rezim Zionis menyerang armada Freedom Flotilla termasuk serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan, sebagimana terjadi di Afrika dan perairan Somalia.
Dengan demikian, di mata Wapres Amerika, perompakan yang dilakukan rezim Zionis adalah haknya untuk membela diri. Pembelaan Biden terhadap sepak terjang Israel tidak cukup hanya itu. Politisi Katolik ini, dalam kompetisi pemilu tahun 2008 terang-terangan menyebut dirinya Zionis. Dalam sebuah wawancara, Biden menuturkan, Seorang Zionis tidak harus Yahudi. Tidak lama setelah lobi Zionis memuji statemennya, ia dianuegrahi hadiah sebagai wapres.
Tidak diragukan lagi, aksi membabi buta Israel dalam pembantaian aktivis kemanusiaan dari 40 negara dunia itu, tidak mungkin dilakukan tanpa lampu hijau Gedung Putih. Beberapa hari pasca tragedi ini, Biden mengungkapkan, "Tidak ada pemerintahan dalam sejarah Amerika yang mendukung keamanan Israel seperti saat ini."
Padahal, mayoritas pemerintah dan masyarakat dunia, bahkan sekutu rezim Zionis di Eropa sendiri mengecam serangan Israel ke konvoi bantuan kemanusiaan. Namun tampaknya, bagi para politisi Gedung Putih dukungan membabi buta terhadap kejahatan rezim Zionis lebih penting dari masalah apapun di dunia, bahkan melampaui hukum internasional dan hak asasi manusia yang paling terang-benderang sekalipun. (IRIB/PH/SL/3/4/2010)
Media massa Rezim Zionis Israel termasuk channel 10 televisi rezim ini mengkritik keras operasi militer tarhadap konvoi bantuan kemanusiaan Freedom Frotilla yang mereka sebut sebagai operasi gagal. Televisi ini menyatakan bahwa tindakan arogan ini telah meningkatkan kebencian publik internasional terhadap Tel Aviv.
Menurut laporan televisi al-Alam, channel 10 dalam laporannya dalam laporannya dari Berlin menekankan, permusuhan terhadap Israel telah meluas di seluruh Eropa, aksi brutal terbaru Tel Aviv telah membuat geram masyarakat dunia.
Seperti dilaporkan wartawan channel 10, Ilan Goren, mulai dari Yunani hingga Swedia, Perancis dan Jerman, warga menggelar demo dengan membawa bendera Hizbullah dan Turki. Menurut Ilan, aksi ini tidak terbatas di Eropa, bahkan negara seperti Argentina, Venezuela dan Amerika Serikat (AS) juga disaksikan aksi serupa. Ini menunjukkan eskalasi kebencian publik internasional terhadap rezim ilegal Israel.
Channel 10 Israel menyebut Turki sebagai poros utama permusuhan dengan Tel Aviv seraya mengingat peran warga negara ini dalam memberangkatkan konvoi Freedom Flotilla Gaza. Televisi ini mengisyaratkan penekanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan blokade terhadap Jalur Gaza dan menghalangi konvoi kapal bantuan kemanusiaan mendekati pantai Gaza.
Laporan channel ini dirilis di saat kapal Irlandia, MV Rachel Corrie tengah bergerak menuju Gaza. Di sisi lain keluarga para diplomat Israel di berbagai negara dunia ketakutan serta bersiap-siap meninggalkan tempat tugas dan pulang ke Tel Aviv. Sementara itu, mesin-mesin propaganda Israel lumpuh dalam menghadapi gelombang amukan publik internasional.
Mantan penasehat Netanyahu mengatakan, "Israel memiliki citra buruk di dunia, kami menangisi dan menghantam diri sendiri." Ditambahkannya, "Di kancah media pun Israel menyandang citra buruk. Masyatakat dunia memandang kami sebagai pihak yang keras hati dan tidak punya prikemanusiaan, terlebih sikap kami dalam menghadapi warga tertidas Palestina."
Israel kini tengah mengkaji kondisi dan situasi serta bersiap-siap mencari pihak yang akan dikorbankan dalam kasus penyerangan konvoi Freedom Flotilla. Hal ini dilakukan Tel Aviv karena rezim ilegal ini khawatir atas dampak berbahaya akibat tragedi itu.
Menurut media Israel, militer rezim ini juga sibuk melakukan penyelidikan dan mengumpulkan informasi terkait pertanggung jawaban dalam masalah ini dan mengumumkannya kepada publik.
Di lain pihak, pemerintah Mesir mengambil sikap yang tak sama sewaktu Israel menyerbu Gaza setahun silam. Sekutu dekat Israel ini kini malah membuka jalur penyeberangan Rafah. Pengamat ini menambahkan, hubungan antara Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), Iran, Suriah dan Turki juga semakin erat. Tak hanya itu, menurutnya Duta Besar Israel di seluruh dunia juga dicela dan diprotes. Masyarakat dunia ramai menggelar demo anti-Israel dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) juga merilis resolusi menyikapi insiden ini. Semua ini membuat diplomasi Israel menderita kerugian besar. (IRIB/MF/MZ/3/4/2010)Sheikh Raed Salah, pemimpin wilayah utara Gerakan Perlawanan Palestina, yang ikut dalam konvoi bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla ke Gaza menyatakan, "Para tentara Israel berusaha membunuh saya. Mereka menembak orang lain karena luput menembak saya."
Pernyataan itu dikemukakan Salah dalam sidang dengar di Pengadilan Ashkelon, Israel. Salah saat ini ditahan dengan tuduhan menggunakan kekerasan terhadap tentara Israel dalam serangan mereka ke kapal Mavi Marmara. (IRIB/MZ/SL/3/6/2010)
0 comments to "Semua Problema Dunia Bermuara pada Israel"