Situs Koran Haaretz memberitakan upaya Rezim Zionis Israel untuk mencegah keputusan Polandia menyerahkan agen Mossad kepada Jerman.
Atas permintaan pemerintah Jerman, polisi Polandia menangkap agen Mossad, Uri Brodsky yang terlibat dalam aksi teror terhadap anggota senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), Mahmoud al-Mabhouh di Dubai.
Koran Haaretz menulis, Israel berupaya membujuk Polandia agar tidak menyerahkan Brodsky kepada Jerman. Upaya Tel Aviv ini ditujukan agar Brodsky nantinya tidak jatuh ke tangan polisi Dubai yang terus mengejar pelaku teror al-Mabhouh.
Sementara itu, Polandia sendiri belum mengambil keputusan terhadap Brodsky yang mengaku sebagai pedagang dan menolak seluruh dakwaan yang ditujukan kepadanya.
Menurut koran Zionis ini, Polandia dan Jerman memiliki kerjasama ekstradisi para pelaku kejahatan dan berdasarkan perjanjian Eropa, Polandia harus menyerahkan Brodsky kepada Jerman.
Meski Tel Aviv mengkhawatirkan penyerahan Brodsky ke Dubai, namun mengingat sejarah dan persahabatan yang terjalin cukup erat antara Jerman dan Israel selama ini maka sepertinya Berlin tidak akan menyerahkan agen Mossad ini kepada polisi Dubai. Apalagi, antara Jerman dan Israel selama bertahun-tahun telah terjalin kerjasama di bidang intelijen.
Oleh karena itu, Jerman memburu anggota Mossad ini karena terlibat dalam jaringan asing dan tidak ada hubungannya dengan teror al-Mabhoud. Menurut sumber ini, sebelumnya Inggris juga mengusir wakil Mossad dari kedutaan besar rezim ini di London. Australia mengikuti jejak Inggris dan Irlandia juga tengah memikirkan langkah lain termasuk mengusir atase militer Israel dari negaranya.
Koran ini menyimpulkan, dunia menentang aksi brutal Israel. Kini, masyarakat internasional memandang Israel seperti penjahat yang memporak-porandakan tatanan dunia. Fenomena ini sampai-sampai membuat sekutu dekat Israel seperti Australia, Jerman, Perancis dan lainnya tidak mampu lagi membela rezim ini. (IRIB/Haaretz/MF/AHF/13/6/2010)Israel Adakan Kontak Rahasia dengan Pejabat Turki
Penasehat keamanan nasional Rezim Zionis Israel, Uzi Arad mengadakan kontak dengan pejabat tinggi Turki guna meredam ketegangan antara Tel Aviv-Ankara.
Koran Yediot Aharonot menulis, Uzi Arad melakukan pembicaraan rahasia dengan petinggi Turki terkait upaya mengurangi ketegangan yang ada. Koran ini mengklaim, kontak terjadi sebelum penyerangan pasukan komando angkatan laut Israel tarhadap konvoi kapal bantuan kemanusiaan bagi warga Jalur Gaza, Freedom Flotilla.
Turki Sabtu (12/6) menolak menghadiri seminar yang digelar di Palestina pendudukan untuk mengenang para korban Holocaust. (IRIB/Yediot Aharonot/MF/AHF/13/6/2010)Konvoi bantuan kemanusiaan Aljazair akhirnya dapat memasuki Jalur Gaza yang berada di bawah blokade rezim Zionis Israel melalui jalur penyeberangan Rafah.
Kapal yang membawa tujuh ton obat-obatan dan dua ton susu bubuk untuk warga Gaza hari Ahad (13/6) berhasil memasuki Jalur Gaza, demikian dilaporkan Kantor Berita Xinhua. Konvoi ini juga membawa sejumlah anggota parlemen, pengusaha dan warga sipil Aljazair.
Pasca aksi brutal pasukan komando angkatan laut Rezim Zionis Israel terhadap konvoi kapal bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla, konvoi lain dari berbagai negara diberangkatkan guna mengakhiri blokade atas Jalur Gaza. (IRIB/Xinhua/MF/AHF/13/6/2010)Palestina (IRIB News) - Asosiasi Kepulangan Bangsa Palestina mengecam peryataan Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Ramallah soal hak rezim Zionis Israel di bumi Palestina.
Mahmoud Abbas Kamis kemarin (10/6/2010) saat bertemu dengan para pemimpin lobi Zionis di Amerika mengatakan, "Saya tidak akan menolak hak bangsa Yahudi di bumi Israel."
Menyusul pernyataan Mahmoud Abbas itu, Asosiasi Kepulangan Bangsa Palestina kemarin (12/6/2010) mengeluarkan pernyataan bahwa ucapan Abbas di hadapan para pemimpin lobi Zionis Amerika sebaga tanda kesamaan orientasinya dengan pandangan Zionis dan dukungannya atas terbentuknya negara Zionis Israel di tanah air Palestina.
Asosiasi Kepulangan Bangsa Palestina dalam pernyataannya itu menegaskan, Mahmoud Abbas masih saja memberikan konsesi kepada rezim Zionis Israel saat dunia menyaksikan gerakan solidaritas terbesar terhadap hak-hak rakyat Palestina pasca serangan brutal komando Zionis Israel ke konvoi kapal bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla.
Lembaga ini juga menyebutkan, Mahmoud Abbas tidak mempedulikan hak kepulangan 7 juta warga Palestina yang mengungsi di negara-negara lain, dan kenyataan ini membuktikan ia bukan representatif (bukan mewakili) bangsa Palestina.
Asosiasi Kepulangan Bangsa Palestina menyatakan hak kepulangan para pengungsi Palestina ke tanah airnya tidak dapat diganggu gugat dan setiap keputusan atau kesepakatan dengan mengatas namakan rakyat Palestina soal hak kepulangan para pengungsi Palestina adalah ilegal.(IRIB/IRNA/SL/ AR/13/6/2010)Qom (IRIB News) - Ayatullah al-Udzma Hossein Noori Hamedani, Marji Syiah di Qom menyatakan, "Saya siap berangkat ke Gaza demi membantu masyarakat tertindas Palestina." Ayatullah Noori Hamedani Sabtu (12/6/2010) saat menerima anggota pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRCG) menambahkan, "Syahadah di jalan ini merupakan sebuah kebanggaan besar untukku."
Marji Syiah Qom ini memuji kesiapan para pemuda dan sejumlah kelompok dari pelbagai lapisan masyarakat untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza. Beliau mengatakan, "Pasti rezim Zionis Israel sangat marah menyaksikan masyarakat Iran mendukung mutlak rakyat tertindas Palestina."
"Bangsa Iran tidak akan pernah membiarkan bangsa-bangsa tertindas di seluruh dunia dan tidak ada satu kekuatan pun yang mampu mencegah dukungan Iran kepada bangsa-bangsa tertindas di seluruh dunia," tegas Ayatullah Noori Hamedani.
Ayatullah Noori Hamedani kemudian berbicara tentang pentingnya keimanan dan ketakwaan para pejuang kemanusiaan. Dikatakannya, "Pasukan Hizbullah dan Gaza dengan bersandarkan pada semangat ini mampu menghancurkan kesombongan dan mitos tak terkalahkan rezim penjajah Palestina."
Ayatullah Noori Hamedani mengatakan, "Bila hari ini kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah atau rakyat negara-negara lain seperti Afghanistan dan Irak menghadapi kekuatan arogan berani unjuk gigi, semua itu dikarenakan mereka telah mengambil pelajaran dari kebangkitan Islam rakyat Iran."(IRIB/IRNA/SL/MF/13/6/2010)
Mottaki: Heran, Bukan Israel Malah Iran Yang Dikenai Sanksi
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Manoucehr Mottaki mengatakan, anggota tetap Dewan Keamanan PBB menutup mata dari kejahatan Rezim Zionis Israel, tapi malah menyibukkan diri dengan membuat resolusi anti program nuklir Iran yang transparan dan untuk tujuan damai.Hal itu dikatakan Mottaki di KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Tashkend, Uzbekistan. Mottaki mengajukan pertanyaan, "Apakah niat baik dan tindakan Republik Islam Iran harus dibalas dengan sanksi yang tak adil dan tak didukung sama sekali oleh hukum dan masyarakat dunia?"
Mottaki lebih lanjut mengimbau agar Dewan Keamanan jangan dinodai lebih parah dengan tendensi-tendensi politik seperti ini.
Menlu Iran menjelaskan, kesepakatan Iran, Turki dan Brazil yang menghasilkan Deklarasi Tehran bisa menjadi peta jalan yang positif dari Iran bagi mendukung perdamaian dan ketenangan dunia. Deklarasi ini sekaligus menjelaskan niat Tehran untuk bekerjasama dengan masyarakat dunia. Kebijakan yang transparan dan tulus ini bisa menjadi peluang yang mesti direspon dengan baik.
Mottaki menambahkan, Iran adalah anggota masyarakat internasional yang aktif. Iran telah membuktikan komitmennya kepada hukum dan aturan internasional.
Menteri Luar Negeri Mottaki usia menghadiri KTT SCO dan berunding dengan Menlu Uzbekistan Vladimir Imamovich Norov meninggalkan Tashkend menuju Tehran. Republik Islam Iran adalah anggota pengawas Organisasi Kerjasama Shanghai. (IRIB/AHF/PH/12/6/2010)
0 comments to "Ulama Sunni, Ulama Syiah dan Ulama Wahabi siap pergi ke Gaza...???..beneran..."