Home , , � Kasus Spionase & Terorisme merambah Arab Saudi dan Iraq lagi..dan lagi....!!!!!

Kasus Spionase & Terorisme merambah Arab Saudi dan Iraq lagi..dan lagi....!!!!!

Kasus Spionase Rusia Diumbar di Media; Ada Apa Ini?

Hanya selang seminggu setelah penangkapan 10 mata-mata Rusia di AS, kini giliran London membongkar aksi spionase Moskow yang kian meningkat di Inggris sebagaimana di era Perang Dingin. Hasil investigasi badan intelijen Inggris (MI5) menunjukkan bahwa salah seorang mata-mata Rusia yang ditangkap di AS sempat tinggal di Inggris selama 5 tahun dan memiliki hubungan luas dengan para pebisnis tenar dan politisi Inggris.

Kendati aksi spionase merupakan ihwal yang lumrah namun bagi sebagian analis politik, pengungkapan kasus mata-mata Rusia di AS dan Inggris belakangan ini menyimpan skenario yang lebih besar. Selama ini, pemerintahan yang dikuasai Partai Republik di AS dan Partai Buruh di Inggris dikenal selalu menerapkan kebijakan yang tidak bersahabat dengan Rusia. Karena itu, ketika pemerintahan Barack Obama berusaha memperbaiki hubungan Washington dengan Moskow, sekonyong-konyong puak-puak Republikan pun berusaha menggagalkan upaya tersebut dengan "memediakan" kasus spionase Rusia di AS. Di mata Republik Moskow masih dianggap sebagai srigala berbulu domba yang patut dicurigai dan mendesak dikeluarkannya Rusia dari kelompok negara-negara maju G-8. Karena itu mereka juga mendorong ekspansi NATO ke kawasan timur Eropa untuk memperlemah posisi Rusia.

Namun bagi pemerintahan Obama yang kini menghadapi tantangan krisis ekonomi dan terjebak dalam perang di Afghanistan, justru merasa perlu menerapkan strategi taktis melalui kerjasama dengan negara-negara kuat seperti Rusia untuk keluar dari kebuntuan yang ada.

Yang jelas, terbongkarnya kasus mata-mata Rusia belakangan ini merupakan indikator kuat bahwa Moskow dan Barat yang dimotori AS dan Inggris masih belum lepas dari trauma perseteruan lama di era Perang Dingin. Meski masa-masa konfrontasi Blok Timur dan Barat sudah beberapa dekade berlalu, namun Barat dan Rusia tak juga mengedepankan stabilitas politik dan keamanan sebagai pijakan untuk menyelesaikan friksi yang ada. Di satu sisi, AS masih ambisius untuk melancarkan kebijakan unilateralismenya. Sementara di sisi lain, Rusia begitu berhasrat untuk menghidupkan kembali kekuatannya yang sempat kelam pasca tumbangnya Uni Soviet. Bagi Washington revilitalisasi kekuatan Moskow itu merupakan realitas yang patut diwaspadai.

Sampai sekarang pun, Rusia dan AS masih berebut pengaruh politik dan kepentingan ekonomi di kawasan negara-negara bekas Blok Timur. Dan kini ketika kasus spionase Rusia diumbar di media, sejumlah kalangan di AS dan Inggris gencar berteriak bahwa Moskow masih menjadi bahaya yang bisa mengancam kepentingan nasional. Padahal, operasi mata-mata AS dan Inggris di Rusia pun juga tidak bisa diingkari keberadaannya. Singkat kata, kasus spionase ini masih menjadi tantangan serius yang menjegal langkah perbaikan hubungan Moskow dan Barat. (Ap/LV/NA/7/7/2010).

Elizabeth II Sebut Inggris Negara Cinta Damai

Setelah klaim cinta damai George Bush dan putranya serta Barak Obama dan juga para pemimpin Jerman dan Perancis, kini Ratu Inggris, Elizabeth II juga mengklaim negaranya sebagai negara cinta damai. Klaim itu mengemuka meski fakta membuktikan bahwa Inggris berlumuran dengan darah warga Palestina, Afghanistan, dan Irak.

Ratu Elizabeth II yang hadir dalam sidang di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai perwakilan Inggris dan 15 negara persemakmurannya menyatakan, "PBB telah berubah dari harapan mengantarkan dunia pada perdamaian menjadi kekuatan sejati untuk merealisasikan perdamaian."

Ini merupakan penampilan pertama Ratu Inggris di Majelis Umum PBB setelah 50 tahun. Namun kali ini, klaim cinta perdamaian yang dilontarkan Elizabeth II kontras dengan peran Inggris selama 10 tahun terakhir dalam mengobarkan api perang bersama-sama dengan Amerika Serikat dan sekutu Barat lainnya.

Di Irak, Inggris mengekor langkah Amerika Serikat menginvasi dan menduduki Irak dengan alasan menghancurkan senjata pemusnah massal. Senjata yang tidak pernah ditemukan hingga detik ini. Di Afghanistan, Inggris dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyerang dan menduduki negara itu demi memberantas terorisme, menegakkan demokrasi, dan kebebasan. Fenomena yang ternyata hanya mimpi bagi bangsa Afghanistan. Adapun di Palestina, Inggris membantu lahirnya "rezim haram" Zionis di bumi Palestina. Semua aksi Inggris itu mengakibatkan tumpahnya darah warga tak berdosa.

Namun Elizabeth II dalam membuktikan klaim perdamaian negaranya menyatakan, "Sudah enam dekade PBB membantu mewujudkan reaksi internasional terhadap ancaman global."

Di lain pihak, Sekjen PBB, Ban Ki-moon, memuji Ratu Elizabeth II dan menyebutnya sebagai simbol kelembutan, ketabahan, dan kewibawaan.

Ali Treki, Ketua Majelis Umum PBB, mengatakan, "PBB sangat memfokuskan upaya mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik."(IRIB/MZ/PH/7/7/2010)

Amnesti Internasional: AS, Pelaku Pembunuhan Massal di Yaman

Jenewa, Aktualpress--Amnesti Internasional menuding pasukan AS terlibat dalam pembantaian massal terhadap warga Yaman di selatan negara ini.

Televisi Alalam melaporkan, Amnesti Internasional menyatakan khawatir akan tindakan brutal pasukan AS yang menggunakan senjata terlarang dalam serangannya ke Yaman. Berdasarkan data-data yang ada, AS menggunakan bom tandan dalam perang Yaman.

Desember lalu, tentara AS bekerjasama dengan tentara lokal Yaman menyerang selatan negara ini dan menewaskan lebih dari 50 warga. Menurut data yang ada, sebagian besar korban serangan AS itu adalah anak-anak dan perempuan.

Setelah mempublikasikan gambar-gambar, Amnesti Internasional mengumumkan bahwa gambar-gamabr itu diambil setelah serangan militer AS ke selatan Yaman. Dalam gambar itu juga terdapat sebuah rudal buatan AS yang mengandung bahan-bahan bom tandan.(Ap/AR/SL/7/7/2010)

Teroris Arab Saudi Tertangkap di Kadzimiah

Kadzimiah, Aktualpress--Pasukan keamanan Irak berhasil menangkap seorang teroris bersenjata ‎berkewarganegaraan Arab Saudi di Kadzimiah, Baghdad. Sebagaimana dilaporkan ‎Televisi Alalam, teroris itu memasang sabuk bom yang diikat pada tubuhnya. Ia ‎ditangkap saat memindahkan bahan-bahan peledak dari satu tempat ke tempat ‎lain.‎

Dari hasil interogasi pertama, teroris itu dapat dipastikan berasal dari Arab Saudi. ‎Ia masuk ke Irak sejak tahun 2008 dan bergabung bersama kelompok-kelompok ‎teroris yang bersembunyi di padang-padang pasir Irak, tepatnya di barat negara ini.‎

Teroris itu juga mengaku berniat memasang bom dengan target para peziarah ‎yang berjalan kaki ke arah makam Imam Musa al-Kadzim as di kawasan ‎Kadzimiah. Teroris itu terus diinterogasi untuk mengetahui sumber-sumber dana di ‎balik aski-aksi teror yang terkoordinasi.(Ap/AR/SL/7/7/2010)‎

Al-Qaeda Beroperasi di Arab Saudi

Al-Qaeda Beroperasi di Arab Saudi Kelompok al-Qaeda secara resmi mengumumkan aktivitasnya di Arab Saudi dengan merilis situs internet di negara ini.

Situs tersebut berbahasa Inggris dan memakai nama inspire serta diluncurkan dengan tandatangan al-Qaeda. Di edisi pertamanya, al-Qaeda memberikan cara untuk merakit bom dan proses mengirim serta mendapatkan pesan bersandi.

Meski aktivitas utama al-Qaeda berada di Afghanistan dan Pakistan, namun sumber-sumber terpercaya dan mayoritas pengamat menilai Arab Saudi sebagai markas utama kelompok teroris ini. (IRIB/MF/7/7/2010)


0 comments to "Kasus Spionase & Terorisme merambah Arab Saudi dan Iraq lagi..dan lagi....!!!!!"

Leave a comment