Hamas: Intifada Pembebasan Segera Dimulai, Abbas Diminta Bergabung
Para angota Hamas di parlemen Palestina menekankan bahwa rezim Zionis Israel tengah meluncur menuju kehancurannya dan gerakan intifada pembebasan pendudukan atas Palestina akan segera dimulai.
Para anggota Fraksi Perubahan dan Reformasi yang berafiliasi dengan Hamas di parlemen Palestina menyatakan bahwa intifada al-Aqsa yang melalui tahun ke-10 telah memberikan banyak kebaikan dan berkah kepada bangsa Palestina. Ditekankan pula bahwa intifada al-Aqsa telah mempersiapkan kemenangan para pejuang Palestina dalam perang Gaza melawan rezim Zionis Israel.
Selain itu, kini masalah al-Aqsa berada di pusat perhatian media massa internasional, padahal sebelumnya selama bertahun-tahun lamanya al-Aqsa terpendam jauh dari perhatian media-media dunia. Fakta ini membuktikan bahwa berkat pertolongan Allah Swt, kemenangan intifada al-Aqsa di Baitul Maqdis sudah semakin dekat.
Menurut laporan kantor pusat informasi Palestina, Fraksi Palestina itu menjelaskan, eskalasi proses judaisasi, pembangunan permukiman Zionis, penangkapan para pejuang, dan boikot ekonomi terhadap bangsa Palestina, merupakan bukti nyata bahwa rezim Zionis telah sampai pada titik akhirnya.
Intifada Pembebasan akan dimulai dan realisasinya tergantung pada partisipasi konstruktif, bukan destruksi persatuan. Solidaritas, kekompakan, dan persatuan merupakan tuntutan utama dan urgen dalam menyukseskan Intifada Pembebasan.
Dalam hal ini, pemerintah Otorita Ramallah, pimpinan Mahmoud Abbas dituntut untuk menghentikan represinya terhadap muqawama dan para pejuang, serta membebaskan para pejuang yang telah mengorbankan "musim semi masa muda" mereka demi kejayaan bangsa Palestina.
Mahmoud Abbas juga diharapkan menyatukan seruan dengan muqawama demi membebaskan Palestina dari cengkeraman rezim Zionis Israel. (IRIB/Fars/MZ/MF/29/9/2010)
Sepuluh Tahun Intifada Al-Aqsha, Tekad yang Kian Membaja
Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah dalam pidatonya di Gaza pada peringatan ulang tahun Intifada Masjidul Aqsha menegaskan bahwa bangsa Palestina akan melanjutkan perjuangan dan muqawama. Sebab bangsa ini berhak untuk terus melawan selama negerinya diduduki pihak lain.Menurut Haniyah, pendudukan tidak akan selamanya bercokol di negeri Palestina. Katanya, "Kami semua optimis suatu hari kami dapat hidup di negeri kami dengan hormat, dan bisa mendapat seluruh hak kami termasuk membentuk negara Palestina yang merdeka dengan Baitul Maqdis sebagai ibukotanya serta kembalinya para pengungsi ke kampung halaman masing-masing." PM Palestina di Gaza menambahkan, "Intifada al-Aqsha telah menunjukkan kekuatan, kesolidan, resistensi dan penentangan bangsa Palestina terhadap sistem pendudukan."
Sementara itu, Ismail Ridhwan, salah seorang tokoh Gerakan Perlawanan Palestina (Hamas) dalam pembicaraannya menyambut ulang tahun kesepuluh Intifada al-Aqsha menyerukan dilanjutkan perjuangan melawan Rezim Zionis Israel.
Dikatakannya, ‘Muqawama adalah alternatif strategis tunggal bagi bangsa Palestina untuk membebaskan negeri Palestina dari pendudukan rezim Zionis dan merebut kembali hak-haknya."
Menyinggung proses perundingan damai otorita Ramallah dengan Rezim Zionis, Ridhwan menyebutnya sebagai hal yang membuat rezim Zionis lebih berani melakukan kejahatan terhadap bangsa Palestina.
Di saat yang sama, Brigade al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam Palestina dalam sebuah statemen yang dirilisnya menekankan berlanjutnya muqawama dan menegaskan bahwa intifadah dan perlawanan terbuka adalah reaksi alamiah bangsa Palestina menghadapi para penjajah dan aksi ekspansi rezim pendudukan. Brigade al-Quds mendesak semua fraksi Palestina untuk serius dalam mengupayakan rekonsiliasi nasional dengan poros muqawama.
Aksi rezim Zionis yang terus menebar kejahatan dan membangun permukiman Zionis disinggung oleh sejumlah tokoh berbagai fraksi Palestina. Mereka mendesak pemerintahan Ramallah untuk segera menghentikan proses perundingan damai dengan Israel. Sebab, perundingan tanpa menggubris hak bangsa Palestina sama sekali, tidak akan membuahkan hasil apapun.
Sepuluh tahun lalu, tepatnya tanggal 28 September gelora Intifada rakyat Palestina bergelora setelah tokoh Zionis yang disebut-sebut paling bertanggung jawab atas pembantaian ribuan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila, yaitu Ariel Sharon melenggang memasuki komplek Masjidul Aqsha. Tindak pelecehan itu direaksi dengan protes dan perlawanan yang membuahkan Intifada yang membanggakan bagi bangsa Palestina. Intifada akan terus bergelora dan Palestina pasti jaya. (IRIB/AHF/SL/29/9/2010)
Fatah berjuang Untuk Siapa ?
Pertemuan delegasi khusus gerakan Fatah, pimpinan Mahmoud Abbas di Damaskus, Suriah dengan Ketua Biro Politik Hamas, Khalid Meshal baru-baru ini menunjukkan bahwa Otorita Ramallah berada dalam tekanan opini publik Palestina. Lalu, di tengah gencarnya dukungan publik Palestina terhadap rekonsiliasi nasional Palestina, seberapa besar pertemuan tersebut mempengaruhi kondisi masyarakat Palestina ?
Statemen bersama pasca pertemuan antara Fatah dan Hamas di Damaskus menunjukkan di mana letak pusat kelemahan tim juru runding Mahmoud Abbas di Washington, Sharm el-Sheikh dan Baitul Maqdis.
Tim juru runding Palestina yang melakukan lobi intensif di sela-sela sidang Majelis Umum PBB ke-56 memperlihatkan lemahnya posisi tim juru runding Otorita Ramallah di hadapan rezim Zionis melebihi sebelumnya. Kelemahan ini akibat tidak adanya dukungan publik berupa legitimasi dari warga Palestina sendiri. Sejatinya, Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) yang terpilih secara demokratis adalah pihak yang lebih layak untuk mewakili bangsa Palestina.
Fatah dan Hamas dalam pertemuan tersebut membahas sejumlah masalah yang diperselisihkan mengenai inisiatif rekonsiliasi nasional usulan Mesir. Dilaporkan dalam waktu dekat akan digelar pertemuan antara kedua kelompok besar Palestina itu, sehingga menjadi sarana untuk mewujudkan kesepakatan final dengan persetujuan berbagai faksi, yang akan ditandatangani kedua kelompok tersebut.
Rekonsiliasi nasional Palestina merupakan mata rantai yang terputus dari para juru runding Palestina di Washington. Abbas dan timnya seharusnya mengetahui bahwa keputusan Palestina di tingkat makro seperti Baitul Maqdis, perbatasan dan pengungsi Palestina dan masalah lainnya, tidak bisa diputuskan secara sepihak oleh segelintir orang yang tidak berwenang, meskipun didukung secara internasional, karena mayoritas publik Palestina menentangnya.
Dewan Pusat Fatah dalam sikapnya yang mengamini usulan pemerintah Kairo berupaya menarik dukungan dari Hamas. Dengan demikian diutusnya Ahmad yang memiliki hubungan dengan Hamas ke Damaskus, untuk berunding dengan Meshal dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut.
Statemen akhir pertemuan ini menegaskan bahwa babak baru perundingan di Kairo diterima guna menyempunakan tekanan terhadap Hamas mengenai syarat diterimanya perundingan dengan pihak Zionis.
Upaya akhir Fatah dan Abbas untuk berunding dengan Hamas dalam mewujudkan rekonsiliasi nasional Palestina berlangsung di saat Fatah selama 1,5 tahun lalu tidak memanfaatkan kesempatan emas itu dengan sebaik-baiknya demi mewujudkan rekonsiliasi.
Mengingat aksi protes publik Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza mengenai dimulainya proses perundingan langsung antara Ramallah dan Tel Aviv kian meningkat, dan berbagai laporan internasional melaporkan eskalasi kejahatan rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina, mengapa Fatah melakukan tindakan yang mempersulit terwujudnya rekonsiliasi nasional. Apakah Fatah mempunyai tujuan selain mengabdi pada kepentingan Israel dan kelompok Arab moderat? (IRIB/PH/RM/29/9/2010)
Hamas: Muqawama, Pilihan Strategis
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menilai persatuan bangsa Palestina dan muqawama sebagai jalan membebaskan tanah Palestina dari pendudukan rezim Zionis Israel.Hamas, Rabu (29/9) bertepatan dengan peringatan Intifahda al-Aqsha ke-10, menyatakan, muqawama merupakan pilihan strategis untuk mendukung hak-hak bangsa Palestina, memerdekakan tanah pendudukan, dan mengdirikan negara Palestina dengan ibukota al-Quds.
Hamas mendesak segera dihentikan perundingan kompromi pemerintah Otorita Ramallah dengan rezim Zionis Israel.
Pada kesempatan itu, Hamas juga mendesak dinas-dinas keamanan Otorita Ramallah untuk menghentikan penangkapan pejuang dan pasukan muqawama yang berperang dengan musuh demi melindungi kota suci Quds dan masjid al-Aqsha. (IRIB/RM/SL/29/9/2010)
0 comments to "Antara Hamas dan Fatah..siapa sesungguhnya pembela Palestina???"