Cina dan Amerika Serikat (AS) memang bukan dua negara yang bersahabat meski tak bisa dikatakan dua kekuatan yang berseteru. Kedua negara saat ini sedang terlibat ketegangan terkait perdagangan. Beberapa hari lalu, tanpa mengindahkan retorika diplomasi dan asas menghormati negara lain, Kongres AS secara terbuka mengeluarkan ancaman sanksi lebih berat terhadap Cina. Para anggota Kongres, khususnya dari kubu Republik menyatakan bahwa AS akan mengambil tindakan sanksi lebih tegas bila Cina tak bersedia mengubah kebijakan finansialnya. Menteri Keuangan Timothy Geithner juga mengatakan, "Cina harus menaikkan nilai tukar mata uangnya, Yuan. Jika tidak, AS akan memikirkan cara yang tepat untuk menghukum negara itu."
Ancaman itu tidak lantas membuat keder Cina. Negara Komunis itu menolak tunduk terhadap ancaman tersebut. CNN dalam sebuah laporannya menyatakan, Perdana Menteri Cina Wen Jiabao dalam sidang tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkat masalah defisit neraca dagang AS dengan Cina serta kebijakan negara itu terkait nilai tukar mata uang. Dalam pembicaraannya, PM Cina menyatakan bahwa Cina pasti akan melanjutkan kebijakannya dalam merevisi dan membuka pasarnya. Namun demikian, Beijing tidak akan melaksanakan tuntutan para anggota Kongres AS untuk menaikkan nilai tukar Yuan sampai 20 persen. Sebab, memenuhi tuntutan Kongres AS itu bisa membuat bangkrut banyak perusahaan dan pabrik di Cina. Akibatnya, ribuan buruh bisa terkena pemberhentian kerja (PHK).
Sikap AS yang memaksa pihak lain untuk kepentingannya jelas merugikan. Karena itu, tak dipungkiri bahwa kebijakan tersebut akan menimbulkan goncangan besar di Cina. Sejumlah pejabat AS di bidang perdagangan mengatakan, dengan menahan penguatan nilai mata uang Yuan, Beijing telah berlaku tidak adil karena memberikan konsesi besar kepada para eksportirnya dan membantu mereka bersaing di kancah perdagangan dunia.
Tentu saja argumentasi itu tidak bisa diterima oleh para petinggi Cina. PM Wen Jiabao menegaskan bahwa yang menjadi ganjalan bagi terwujudnya sistem perdagangan yang adil di dunia adalah sikap dan kebijakan AS yang tidak proporsional. Dalam penjelasannya, Wen menyatakan akan tetap berusaha meningkatkan impor barang dari AS. Namun, katanya, Washington harus menyadari kondisi perekonomian dan pasar Cina.
Tanggapan terhadap ancaman Kongres AS itu juga disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Cina Chen Jian. Seraya menyoal ancaman Kongres, Chen Jian mengatakan bahwa pemerintah Cina melakukan apa yang menjadi kepentingannya. Dan seperti yang ditegaskannya, tekanan dan ancaman pihak asing tidak akan ada hasilnya. (IRIB/AHF/RM/28/9/2010)
0 comments to "Cina-AS, Perang..!!!!"