Pemilihan umum di Venezuela telah berakhir dan penyelenggara pemilu sedang melakukan penghitungan suara. Namun dari berbagai sumber terungkap bahwa partai Sosialis yang sedang berkuasa berhasil mengumpulkan suara terbanyak. Dengan demikian, kubu pendukung Presiden Hugo Chavez berhasil memenangi pemilu Venezuela.
Dewan Nasional untuk Pemilihan Umum menyatakan bahwa lebih dari 66 persen warga pemilik hak pilih telah ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi kali ini, dan hasilnya adalah 95 kursi parlemen berhasil direbut oleh kubu pro pemerintah sementara kubu oposisi harus puas dengan perolehan 61 kursi. Sebelum ini, hanya selang beberapa saat setelah berakhirnya pemungutan suara, kubu oposisi mendesak panitia pemilu untuk langsung mengumumkan hasil perolehan suara. Desakan itu didasari pada kondisi yang sudah mereka ciptakan dengan arus propaganda sangat deras yang memojokkan Presiden Hugo Chavez. Mereka berharap dengan cara itu kubu oposisi akan memperoleh kursi lebih banyak di parlemen.
Meski kalah, kubu oposisi berhasil memperoleh kursi lebih banyak dibanding sebelumnya. Tahun 2005, kelompok oposisi memboikot pemilu. Aksi boikot itu malah membuat mereka tenggelam dan kiprah mereka dipanggung politikpun meredup. Pemilu tahun 2005 menjadi pelajaran bagi oposisi dan kini, walaupun tak punya dukungan massa yang luas, mereka memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam kompetisi memperebutkan suara rakyat. Tujuannya, supaya mereka tak lagi terkucilkan dari arena politik di negara itu.
Target yang tidak maksimal dan pesimisme yang menguasai kubu oposisi yang pro Barat, ternyata mengusik ketenangan Amerika Serikat (AS). Namun Washington tetap tak bisa membantu banyak karena oposisi tidak mendapat tempat yang semestinya di tengah rakyat Venezuela. Kubu oposisi memang sangat berharap bisa memperoleh kursi lebih banyak di parlemen sehingga bisa menguatkan posisi mereka sebelum mengarungi pertarungan lainnya di panggung politik melawan kubu pro pemerintah. Namun, seperti yang ditulis oleh harian Miami Herald, kubu sayap Kanan Venezuela tak punya kekuatan apapun untuk menandingi program kerja dan pembaruan yang dilakukan Hugo Chavez.
Dengan terselenggaranya pemilu, parlemen Venezuela bakal segera terbentuk. Menurut jadwal, parlemen yang baru akan mulai bertugas tanggal 5 Januari 2011 dan akan berlanjut sampai lima tahun ke depan. Pemilihan legislatif ini adalah yang ketiga kalinya terselenggara di Republik Venezuela kelima yang dimulai sejak Hugo Chavez naik ke tampuk kekuasaan tahun 1999 yang lalu. Banyak yang menyakini bahwa pemilu ini adalah tahap penjajakan bagi pemilihan presiden tahun 2012 dan kemenangan ini bakal menjadi pembuka bagi kemenangan Chavez nanti. (IRIB/AHF/SL/27/9/2010)Holocaust dan 11 September merupakan dua peristiwa yang memiliki kemiripan dari pengaruh dan dampaknya. Kedua peristiwa itu adalah konspirasi yang telah dirancang sebelumnya guna menyerang bangsa muslim, sekaligus menyerang hak asasi manusia.
Kemiripan ini bisa disaksikan dari kualitas dan kuantitas peristiwa tersebut. Kedua peristiwa itu mengorbankan sejumlah orang tak berdosa. Konon, korban Holocaust mencapai enam juta orang Yahudi, sedangkan peristiwa 11 September menewaskan tiga ribu Kristen dan lainnya.
Selama bertahun-tahun dua peristiwa ini senantiasa diblow up secara besar-besaran, bahkan menjadi sebuah tabu yang harus diterima secara taked for granted. Tidak boleh ada pihak manapun yang berani mempersoalkannya.
Para arsitek peristiwa ini membangun imaji yang dibenamkan oleh media massa global bahwa Holocaust merupakan peristiwa paling tragis sepanjang sejarah. Bahkan tidak boleh ada orang yang meragukan jumlah enam juta orang yang tewas dalam peristiwa itu!
Di Perancis sendiri, setiap orang yang mempersoalkan holocaust harus mendekam dalam penjara selama sebulan hingga setahun, dan membayar denda sekitar 2000 hingga 3000 franc.
Kemudian, dengan tekanan AS, Inggris dan Perancis serta agen-agen Zionis, undang-undang tersebut diratifikasi oleh berbagai negara Eropa, sehingga hari ini tidak ada yang berani meragukan masalah Holocaust di Eropa.
Dengan mengesankan Yahudi sebagai bangsa yang tertindas, mereka menduduki wilayah Palestina dan mendirikan rezim ilegal bernama Israel.
Realitas 11 September mirip dengan peristiwa Holocaust dari sisi kedalaman bentuk dan dampaknya yang luar biasa terhadap umat manusia.
Sejumlah muslim AS dengan arahan milisi kelompok teroris di luar negeri membajak sejumlah pesawat penumpang dan menabrakan pesawat itu ke arah gedung kembar WTC, hingga menyebabkan ribuan orang tewas dan cidera.
Perstiwa ini memperlihatkan wajah muslim yang garang, dan sebaliknya wajah Amerika yang tertindas. Dengan cara ini pemerintah Washington menggiring opini publik dunia untuk membenarkan invasi ke negara-negara muslim seperti Afghanistan, dengan alasan menumpas teroris.
Tampaknya realitas ini terus-menerus dibenamkan di benak publik dunia dengan kedalaman yang setara dengan Holocaust. Dengan cara ini mesin perang Barat bisa leluasa diarahkan ke Afghanistan sebagai pusat teroris Islam, kemudian menduduki Irak dengan tujuan menguasai sumber energi dunia yang melimpah di kawasan tersebut.
Sebagaimana Holocaust, berkat arahan imperium media yang dikuasai Zionis,
peristiwa 11 September menjadi tabu yang tidak bisa diganggu gugat maupun dipertanyakan oleh siapapun. Bahkan meragukan sedikitpun sudah dipandang sebagai dosa besar.
Kini, dosa ini telah merebak di kalangan masyarakat Amerika, hingga seorang presiden seperti Barack Obama yang melenggang ke Gedung Putih dengan slogan prubahannya membalas secara emosional pertanyaan yang diajukan sejawatnya dari negara lain mengenai realitas 11 September. Alih-alih menjawab persoalan mengenai masalah itu, Obama justru mengeluarkan kalimat yang buruk dan bernada menghina. Sesuatu yang tidak sepantasnya dilontarkan seorang presiden dari negara yang mengaku sebagai pengusung kebebasan berpendapat.
Sejatinya realitas Holocaust dan 11 September yang berjarak sekitar setengah abad silam diarahkan oleh sutradara Zionis untuk menguasai negara-negara Islamdan saat ini terus dijalankan secara masif. Meskipun dari luar proyek ini kelihatan berhasil, namun kebangkitan umat Islam dengan kemenangan Revolusi Islam Iran menjadi mimpi buruk Zionis. Kemenangan itu membuat rezim Zionis kian terpojok dan kita tinggal menunggu kehancurannya. (IRIB/PH/SL/27/9/2010)
0 comments to "Tokoh Anti Amerika Itu Masih Dicintai..!!! serta antara 11 September dan Holocaust"