Anggota Komisi X DPR RI (Bidang Pendidikan) dari Fraksi Partai Demokrat, Angelina Sondakh, mengaku sedih dengan informasi semakin banyaknya peneliti Indonesia ke Malaysia.
"Satu-satunya cara yang tercepat untuk mengatasi hal ini, anggaran penelitian harus ditingkatkan, beri kesejahteraan lebih kepada para peneliti ini," tegas Angelina, Sabtu malam (18/9).
Angelina menilai, aspek kesejahteraan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi eksistensi para peneliti itu, sehingga akhirnya banyak di antara mereka lebih suka bekerja di luar negeri, terutama di Malaysia. "Saya akan berjuang di dewan untuk menaikkan anggaran penelitian yang tergerus dengan anggaran rutin, terutama di Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti)," jelasnya.
Mantan Putri Indonesia ini mengatakan, keberadaan peneliti bagi Indonesia sangat penting, karena merekalah SDM bermutu yang amat diharapkan mempercepat transformasi bangsa.
Angelina mengaku sedih sekali mendengar laporan soal banyaknya riset yang tidak sampai selesai karena kekurangan atau ketiadaan biaya. Padahal, kata Anggelina, mestinya seluruh riset harus tuntas dan ada tindak lanjutnya untuk diadopsi untuk keperluan publik atau komersial. Karena itu patut disesalkan jika hal semacam ini terus berulang.
Angelina lalu menambahkan, dia akan mengajak semua rekannya di Komisi X DPR RI dari lintas fraksi, agar sama-sama memperjuangkan peningkatan kesejahteraan para peneliti serta memperbanyak anggaran penelitian.
Minimnya Anggaran Penelitian
Indonesia sebenarnya tidak kekurangan orang-orang pintar, terbukti sudah beberapa kali pelajar atau mahasiswa Indonesia menjadi jawara di berbagai ajang kompetisi internasional bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu juga dengan peneliti-peneliti Indonesia, cukup banyak yang berkualitas. Sayangnya, mereka tidak diapresiasi secara layak di sini, di negerinya sendiri.
Sebagaimana dilaporkan Antara, Menurut Ketua Perencanaan Monitoring dan Evaluasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Rosichon Ubaidillah, dana penelitian di lembaganya sangat minim. Dari Rp 490 miliar yang diberikan pemerintah tiap tahun, hanya 30 persen untuk penelitian, sisanya digunakan untuk biaya rutin seperti gaji dan perawatan Kondisi ini sudah berlangsung sejak 1998.
Sebelumnya, alokasi dana yang diberikan diperuntukkan bagi gaji hanya 30 persen dan 70 persen untuk penelitian. Namun kini kondisi itu sudah berbalik, sehingga sangat tidak mencukupi lagi untuk menggelar penelitian.
Di mata Rosichon, minimnya anggaran penelitian ini berdampak tidak baik bagi dunia penelitian di Indonesia. Ia menyebutkan, minimnya dana penelitian akan menurunkan kualitas-kualitas penelitian. "Karena biaya penelitian semakin tinggi, sementara dana yang diberikan sangat minim. Sehingga target output-ouput yang kita sasar tidak tercapai maksimal," ungkapnya.
Rosichin mengatakan, kondisi tersebut mengkhawatirkan, karena Indonesia akan kalah dari negara tetangga. Ia menjelaskan, "Indonesia tidak hanya akan kalah dengan Malaysia atau Singapura tapi dengan Vietnam, negara Indonesia akan jauh tertinggal".
Bagi para peneliti, kata Rosichin, kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Apalagi, lanjut dia, sebagai negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, perhatian pemerintah pada dunia penelitian keanekaragaman hayati sangat minim.
Namun, para peneliti tidak putus asa, dengan dana seadanya peneliti tetap melaksanakan tugasnya sesuai dengan anggaran yang diberikan. Rosichon mengatakan, minimnya perhatian ini pulalah yang menyebabkan banyak para peneliti Indonesia yang memiliki kompetensi tinggi lebih memilih bertahan tinggal diluar negeri. (Antara)
0 comments to "Urang pintar Indonesia katuju di Malaysia..kanapalah???..."