"Dokumen ini bisa jadi malah menunjukkan ketidakmampuan Baghdad dalam menjamin keamanan dalam negeri pasca penarikan militer AS secara penuh dari negara ini," demikian analisa para pengamat Barat seperti dilaporkan Blomberg dan dikutip oleh Fars News.

Ilan Berman, deputi Dewan Kebijakan Luar Negeri AS di Washington termasuk salah satu analis Barat yang menyatakan bahwa dokumen ini sangat kontras dengan pernyataan terbaru pemerintah Barack Obama. Gedung Putih sebelumnya menyatakan, Irak siap menerima tanggung jawab keamanan hingga akhir tahun. Sebelum meninggalkan Irak, kami membutuhkan pemerintahan yang ideal di negara ini, ungkap Berman.

Sejak penandatangan perjanjian keamanan antara Washington-Baghdad (SOFA), AS berulang kali bersikap kontra dengan isi perjanjian serta senantiasa berusaha dengan berbagai dalih untuk tetap bercokol di Irak. Dan kini di saat batas waktu kehadiran militer AS di Irak mendekati waktu yang disepakati, kita menyaksikan upaya gencar Washington untuk mengekalkan pendudukannya di Baghdad.

Situs Wikileaks telah beberapa kali merilis dokumen militer AS yang katanya rahasia, namun sejatinya dokumen ini memuat hal-hal yang jelas di samping mengusung kebohongan ala Amerika. Di balik perilisan dokumen ini tampak jelas bayang-bayang Gedung Putih, meski kita juga dapat menyaksikan angka yang cukup terbukti kebenarannya di antara kebohongan.

Mayoritas pengamat menilai bisa jadi salah satu tujuan Amerika mencantumkan data palsu yang menunjukkan ketidakmampuan pemerintah Irak dalam menjamin keamanan dalam negeri adalah memperpanjang kahadirannya di negara ini.

Situs Wikileaks hari Jum'at lalu merilis 400 ribu dokumen rahasia militer AS soal perang di Irak. Menanggapi hal ini, sejumlah blogger Amerika menilai perilisan dokumen semacam ini hanya membuktikan kerjasama Wikileaks dengan Washington. Karena menurut mereka, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) beberapa hari lalu telah memperingatkan perilisan 400 ribu dokumen baru oleh Wikileaks.