Home , � Gempur Negara Islam..!!!???!!!...

Gempur Negara Islam..!!!???!!!...




Saling percaya di tengah masyarakat dan menciptakan keamanan di mana-mana merupakan prioritas pemerintahan Islam sehingga manusia harus dilatih untuk tidak berbuat zalim dan dizalimi.

Lacak Ulang Kekeuatan Iran (1) Bangsa Iran, sejak awal kemenangan Revolusi Islamnya pada tahu 1979 selalu didera oleh pelbagai ancaman, termasuk ancaman militer. Sebab, revolusi kerakyatan itu telah mengakhiri hegemoni AS terhadap bangsa Iran dan menyulut meluasnya semangat kebangkitan Islam di kalangan bangsa-bangsa muslim lain, sehingga kepentingan haram imperialis dunia, khususnya AS benar-benar terancam. Selama bertahun-tahun, dengan beragam dalih dan alasan, Iran senantiasa mendapat ancaman, mulai di bidang politik, ekonomi, hingga militer. Namun sejak munculnya isu program nuklir sipil Iran, AS kian pun gencar melancarkan tekanan dan ancamannya terhadap Tehran sembari menggotong tudingan bahwa Iran berambisi membuat senjata nuklir.

Para pengamat politik dan militer menilai, meningkatanya ancaman terhadap Iran, merupakan peluang untuk mengkaji sejauhmana kekuatan pertahanan Iran dihadapan serangan militer AS dan rezim Zionis Israel. Tentu saja, media-media Barat yang umumnya menjadi corong zionis, menerapkan metode ganda dalam menyikapi masalah tersebut. Satu sisi, mereka berupaya menampilkan bahwa kekuatan militer Iran merupakan ancaman. Namun di sisi lain, mereka meragukan kekuatan Iran. Sebagai misal, tak lama setelah digelarnya uji coba rudal-rudal Iran, para politisi dan media-media Barat berusaha menyepelekan kemampuan rudal Iran.

Ironisnya, kendati Barat senantiasa mengesankan kekuatan militer Tehran sebagai ancaman terhadap perdamaian dunia, namun nyatanya, rekam jejak diplomasi Iran selama ini menunjukkan bahwa Negeri Para Mollah ini senantiasa mengedepankan politik damai dalam kebijakan luar negerinya, sementara kekuatan militer Iran semata-mata digunakan untuk misi pertahanan negara. Apalagi, anggaran pertahanan pekapita Iran jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangganya di selatan Teluk Persia.

Anehnya, terkadang sejumlah tokoh AS dan rezim Zionis Israel juga menyatakan bahwa Republik Islam Iran adalah negera pencari damai dan demokratis. Salah seorang dosen Universitas Ben Gurion, Israel, dalam suratnya kepada PM Rezim Zionis Israel, Ehud Olmert, sembari memperingatkan untuk tidak menyerang Iran, ia juga menyatakan, "Saat Uni Soviet runtuh, Iran tidak melakukan ekspansi perluasan wilayahnya ke utara. Begitu juga saat tumbangnya rezim Saddam, Iran tak juga memperluas wilayahnya ke selatan. Sejatinya dengan langkahnya itu, Tehran membuktikan bahwa mereka mengerti betul batas-batas kekuatan. Mereka juga demokratis dalam menaati hukum internasional." Pada dasarnya, seluruh pakar politik mengetahui bahwa selama ini Republik Islam Iran hanya menggunakan kekeuatan militer untuk kepentingan pertahanan dan tak pernah menggunakannya untuk menyerang negara lain.

Jika kita hendak mengkaji secara menyeluruh kekuatan Iran terhadap ancaman militer, tentu saja kita tidak bisa melihat kekuatan militernya semata. Sebab, kekuatan pertahanan suatu negara tidak hanya bergantung pada satu faktor, tapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhinya, seperti politik, ekonomi, sosial, dsb. Salah satu faktor utama yang bisa mewujudkan suatu negara yang kuat, adalah karakter kerakyatan pemerintah dan adanya solidaritas yang kokoh antara rakyat dan pemerintah.

Republik Islam Iran adalah negara yang lahir dari perjuangan Revolusi Islam, dan terbentuk karena kehendak dan dukungan rakyat. Oleh karena itu, meski Iran senantiasa mendapat tekanan dan ancaman bertubi-tubi negara-negara Barat, namun rakyat Iran selalu hadir membela negaraya.

Salah satu struktur kekuatan Iran lainnya adalah persatuan dan solidaritas nasional bangsa ini. Saat rezim Ba'ts Irak pimpinan Saddam Hussein melancarkan perang ke Iran selama delapan tahun, rakyat Iran kompak bersatu mempertahankan kedaulatan negaranya. Kini, rakyat Iran pun selalu menghadapi ancaman dan serangan musuh-musuhnya. Beberapa waktu lalu, Koran Al-Shuruq, cetakan Aljazair dalam salah satu artikelnya menulis, "Iran adalah bangsa yang bersatu dan kokoh. Mereka memiliki soliadaritas yang mengagumkan dengan para pemimpinnya". Al-Shuruq menambahkan, meski Washington dan Tel Aviv berusaha keras untuk merusak hubungan solid rakyat Iran dengan pemerintahannya, namun kesatuan mereka, khususnya antara rakyat dan pemimpin besar Revolusi senantiasa mantap.

Tak syak, jika hubungan antara rakyat dan pemerintahan suatu negara terjalin hubungan yang akrab, sementara pemerintahannya begitu khidmat melayani rakyat, tentu saja mereka akan selalu tangguh mengadapi bentuk gangguan dari luar. Hubungan di antara mereka justru kian kokoh saat mereka menghadapi musuh dari luar.

Selain itu, peran rahbar atau pemimpin besar Revolusi, memiliki peran yang begitu vital di Republik Islam Iran. Peran Pemimpin Besar Revolusi Islam, Imam Khomeini, dalam memimpin bangsanya saat menghadapi perang delapan tahun yang dipaksakan Irak terhadap Iran, merupakan peran vital yang tak bisa diingkari. Kini di masa kepemimpinan Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamanei, sebagai pengganti Imam Khomeini, beliau terus memandu rakyatnya untuk selalu waspada, bertahan, dan teguh di hadapan ancaman musuh.

Rakyat Iran adalah bangsa penentang kezaliman dan penjajahan. Agama dan revolusi Islam telah mengajarkan bangsa Iran untuk jangan pernah lagi menyerah di hadapan penguasa zalim dan selalu berjuang menentang ketidakadilan. Karakter bangsa Iran yang tak kenal menyerah itu, membuat musuh-musuhnya berpikir berulang kali jika mereka bertekad menyerang Iran.

Karuan saja, semangat pantang mundur bangsa Iran ini juga berpengaruh terhadap bangsa-bangsa lain, khususnya di negara-negara Islam. Rakyat Iran telah mengajarkan mereka bagaimana menjadi bangsa yang senantiasa menentang kezaliman dan ketidakadilan imperialis dunia. Karena itu, bangsa-bangsa yang independen senantiasa menganggap dirinya sebagai sekutu Iran dalam menghadapi hegemoni negara-negara adidaya.

Kini kekuatan Republik Islam Iran tidak hanya terbatas di lingkup negaranya, tapi bahkan telah menembus batas-batas negara lain. Bangsa Iran senantiasa didukung oleh bangsa-bangsa pecinta kebebasan lainnya. Oleh karena itu, setiap kali kekuatan agresor bertekad untuk menyerang Iran, maka mereka mesti memperhitungkan pula reaksi keras bangsa-bangsa muslim dan pejuang kebebasan. Tentu saja, reaksi itu terasa lebih kentara dan luas di kawasan Timur Tengah. Karena, di kawasan inilah Iran memiliki posisi khusus. Di samping itu, stabilitas politik dan kemajuan ekonomi Iran turut berperan besar dalam meningkatkan kekuatan Iran dalam menghadapi agresi musuh.

Belakangan, salah komite penelitian Kongres AS dalam laporannya menyatakan, "Hambatan dan masalah terbesar AS adalah sulitnya untuk memukul Iran dari dalam. Karena pemerintan Iran kini, di bawah pimpinan Presiden Ahmadinejad, dari segi politik, tampak begitu mantap. Begitu juga dari segi ekonomi, akibat berkah dari naiknya harga minyak dunia, kebijakan ekonomi Ahmadinejad dalam membantu golongan rakyat lemah dan pemberian bantuan pertanian, membuat kondisi ekonomi Iran menjadi tetap stabil."

Karena itu, selain faktor kekuatan militer, kekuatan non-militer juga punya andil yang strategis dalam pertahanan suatu negara. Nah saudara, Insyallah dalam pertemuan berikutnya kita akan kaji pelbagai faktor kekuatan besar Iran lainnya dalam menghadapi ancaman musuh.(irib/Thursday, 07 August 2008 18:34)

Lacak Ulang Kekuatan Iran (2)

Menyusul kian gencarnya musuh-musuh Republik Islam Iran melontarkan ancaman militer terhadap Tehran, isu soal kekuatan pertahanan Iran menghadapi ancaman tersebut ramai dibicarakan. Pada bagian pertama bahasan kita sebelumnya, kami telah memaparkan kepada Anda sebagian dari kemampuan Iran di bidang politik, sosial, dan ekonominya dalam menghadapi agresi musuh. Kini dalam acara persektif hari ini, kami akan melanjutkan ulasan mengenai kekuatan pertahanan militer Iran. Ulasan ini didasarkan pada sejumlah data dan informasi yang didapat dari media-media Barat dan Arab.

Namun sebelum kita beranjak jauh menilik masalah ini, perlu diingat kiranya bahwa meski Republik Islam Iran selalu mendapat ancaman terus-menerus, namun negara ini tidak memberikan porsi yang besar dalam anggaran militer. Tetapi dengan terbatasnya anggaran itu, angkatan bersenjata Iran terus memaksimalkan kemampuannya sehingga mampu menandingi kekuatan musuh.

Antony cordesman, analis Pusat Strategi dan Studi Internasional (CSIS) Washington dalam salah satu penelitiannya soal kemampuan pertahanan Iran, menyimpulkan, Iran merupakan kekuatan militer paling tangguh di kawasan Teluk Persia. Dia memperkirakan, angkatan bersenjata Iran memiliki 540 ribu tentara siap tempur, dan 350 ribu tentara cadangan. Sayangnya, Antony melupakan posisi Basiji tentara relawan rakyat Iran yang dikenal, sebagai salah satu kekuatan utama sistem pertahanan kerakyatan Iran. Kini, jutaan rakyat Iran telah bergabung dengan gerakan Basiji. Lewat gerakan inilah, mereka mendapat pendidikan militer, sehingga mereka siap diterjunkan ke medan perang kapan saja, saat musuh menyerang negaranya. Sejatinya, gerakan Basiji atau tentara sukarelawan rakyat inilah yang berperan besar dalam kemenangan Iran menghadapi agresi militer rezim Ba'ats Irak, pimpinan Saddam Husein. Para pengamat militer menilai, lantaran kehadiran pasukan Basiji yang tersebar di seluruh Iran, memaksa AS tidak menjadikan serangan darat sebagai prioritas strategi militernya jika jadi menyerang Iran.

Mengingat selama tiga puluh tahun terakhir ini, sejak kemenangan Revolusi Islam, Iran senantiasa mendapat ancaman dan tekanan musuh, khususnya AS, Tehran pun selalu waspada dan bersiaga menghadapi segala bentuk serangan musuh. Terkait hal ini, Koran Al-Shuruq, cetakan Aljazair menulis, "Para pemimpin Revolusi Islam Iran sejak masa tumbangnya rezim Syah Pahlevi, sekutu AS dan rezim Zionis Israel, tahu betul mungkin saja suatu hari nanti tiba saatnya untuk berhadapan langsung dengan musuh-musuh Islam. Karena itu sejak 30 tahun lalu, mereka telah mempersiapkan kekuatan militernya guna menghadapi agresi musuh yang bisa terjadi kapan saja."


Hasil upaya keras Iran meningkatkan kekuatan pertahanan militernya itu bisa kita baca dalam salah satu artikel koran cetakan AS, Christian Science Monitor dalam edisi terbarunya menulis, "Meski teknologi militer Iran tidak sebanding dengan AS, tapi Iran mampu membalas AS dengan cara-cara non-klasik". Masih menyangkut masalah ini, koran Al-Sharuq, "Hasil telaah Barat menunjukkan, sistem rudal Iran mampu menghancurkan sebagian besar kapal perang AS di Teluk Persia".

Mengamati kekuatan militer Iran saat ini, apa yang selalu ditakutkan oleh musuh adalah kemandirian industri persenjataan Iran. Sebagian besar senjata canggih Iran merupakan karya anak negerinya sendiri. Kemandirian itu didapat justru lantaran Negeri Para Mollah ini dijatuhi hukuman embargo persenjataan selama 3 dekade. Mengomentari hal itu, Koran Al-Sharuq menulis, "Orang-orang Iran sejak dulu telah paham betul jangan sampai tergantung pada negara-negara produsen senjata. Apalagi persenjataan impor selalu tergantung pada negosiasi dan biaya yang besar. Karena itu, Iran mengambil sikap mandiri dan memajukan industri persenjatannya."

Salah satu keunggulan angkatan bersenjata Iran adalah kemampuan rudalnya. Industri rudal Iran mulai dikembangkan sejak meletusnya perang delapan tahun yang dipaksakan Irak terhadap Iran. Hasilnya, Iran berhasil memproduksi beragam rudal canggih yang membuat masyarakat dunia terkagum-kagum. Pusat Studi Dewan Hubungan Luar Negeri Washington dalam laporannya menyebutkan, "Rudal balistika jarak jauh Iran, merupakan salah satu kunci kemenangan terbaik Iran. Negara ini memiliki ribuan beragam jenis rudal. Rudal-rudal utama Iran itu di antaranya adalah Shahab 1, 2, dan 3 yang memiliki daya jangkau hingga 2000 km. Rudal-rudal ini mampu menghantam kapal-kapal perang AS di Teluk Persia, atau bahkan Israel." Koran Al-Sharuq, cetakan Aljazair dalam kajiannya soal rudal Iran menulis, "Kemampuan rudal Iran meliputi senjata pertahanan dan anti-tank yang canggih. Point pentingnya adalah seluruh senjata tersebut produksi lokal Iran dan teknologinya masih asing di mata musuh".

Para pengamat militer memperkirakan, kalaupun AS dan rezim Zionis Israel bertekad menyerang Iran, maka perang yang mereka lancarkan adalah serangan udara. Namun demikian, Iran juga memiliki pesawat tempur dan sistem pertahanan udara yang canggih. Mengenai kemampuan Iran ini, Koran Al-Sharuq menyontohkan rudal pertahanan udara, Mitsaq 1 dan 2 yang mampu menghantam pesawat-pesawat tempur mutakhir dan bom-bom pintar.

Namun, Dewan Hubungan Luar Negeri Washington dalam laporannya mengklaim, rudal canggil pertahanan udara Iran merupakan rudal yang diberi dari Rusia, yang mampu menangkal ratusan serangan udara musuh dengan dukungan rudal-rudal buatan Iran lainnya. Karena itu, besar kemungkinan serangan udara AS pun gagal total.

Jika AS dengan bodohnya bertekad menyerang Iran, maka Teluk Persia dan Laut Oman bakal menjadi medan utama pertempuran. Karena sebagian besar armada kapal perang dan pangkalan militer berada di kawasan tersebut. Tentu saja, kekuatan angkatan laut Iran juga tidak bisa diremehkan begitu saja. Latihan militer dengan sandi Nabi Besar ke-3 baru-baru ini di kawasan Teluk Persia merupakan manuver kekuatan sebagian dari kemampuan pertahanan Iran. Uji coba rudal canggih darat ke laut dan laut ke laut yang diperagakan dalam latihan militer tersebut, membuat kagum para pakar militer. Selain itu, Iran juga memiliki kapal laut yang handal dan tangguh di Teluk Persia dan Laut Oman. Dewan Hubungan Luar Negeri Washington dalam laporannya menyebutkan, "Iran memiliki armada kapal perang, seperti: kapal perusak, kapal selam, dan ratusan perahu cepat yang dilengkapi dengan rudal laut dengan beragam daya jangkau serta pelbagai rudal canggih darat ke laut yang bisa menghancurkan setiap target di Teluk Persia dan Laut Oman."

Salah satu kunci kemenangan Iran lainnya adalah kemampuan Iran untuk memblokade Selat Hormuz. Situs berita Al-Muhit menulis, mengingat bahwa setiap harinya sekitar 15 juta barel minyak melewati Selat Hormuz, maka jika Iran menutup selat tersebut, bisa dipastikan ekonomi negara-negara Arab Teluk Persia bakal lumpuh dan pasokan minyak bakal terhambat yang bisa berakibat fatal terhadap perekonomian global.

Persoalan lainnya yang menyulitkan serangan udara AS ke Iran adalah posisi instalasi penting Iran yang tersebar di berbagai wilayah yang begitu luas. Dewan Hubungan Laur Negeri Washington, dalam laporannya menyatakan, "Bagaimana mungkin 2 ribu pesawat tempur AS yang berada di Teluk Persia bisa menyerang ratusan target yang tersebar di pelbagai kawasan seluas lebih dari 1 juta 600 ribu km persegi." Padahal AS sendiri memiliki informasi yang begitu minim tentang instalasi-instalasi penting yang dimiliki Iran.

Di lain pihak, AS dan rezim Zionis semestinya tidak hanya melihat kekuatan Iran. Tapi mereka juga melihat kondisi internal masing-masing. Sebab, tampaknya situasi dalam negeri AS dan rezim Zionis Israel kini masih belum siap untuk menggelar perang melawan Iran. Sebab kedua musuh besar Iran ini tengah dihadapkan pada persoalan ekonomi dan friksi politik internal. Apalagi, tak ada satupun lembaga internasional yang mendukung kebijakan militeristik Washington terhadap Tehran. Karena itu serangan militer ke Iran merupakan opsi paling buruk bagi Washington dan Tel Aviv yang bisa berubah menjadi bencana paling tragis.(irib/Thursday, 07 August 2008 18:35)

Imam Ali: Suara Keadilan Sejati

Imam Ali: Suara Keadilan Sejati

Ali bin Abi Thalib as adalah manusia mulia dan mengagumkan. Keberaniannya tiada tandingan. Beliau sangat keras terhadap musuh, sebaliknya sangat menyayangi orang muslim serta mencintai kaum papa dan mustadhafin. Imam Ali juga sangat menyayangi anak yatim. Dengan tulus, beliau mencintai anak-anak yatim laksana anaknya sendiri.

Salah satu karakteristik terpenting Imam Ali as adalah komitmennya membentuk masyarakat yang berkeadilan. Kekhususan sifat mulia Ali ini membuat banyak orang terkagum-kagum. Bahkan ahli makrifat berharap terlahir lagi orang seperti Ali ke dunia ini. Dalam acara ini kami mengajak anda menyimak sifat mulia Ali dan komitmennya membentuk pemerintahan yang adil.

Pandangan Imam Ali terhadap pemerintahan sangat berbeda kontras dengan sikap para politisi yang haus kekuasaan. Metode politik dan pemerintahan Imam Ali berpijak pada prinsip-prinsip yang mendorong masyarakat yang mencapai kesempurnaan secara material dan spiritual. Dalam pandangan Imam Ali, kezaliman dan ketidakadilan menghalangi manusia mencapai kesempurnaan.

Mengenai urgensi keadilan, Imam Ali as berkata, keadilan adalah salah satu prinsip yang harus berdiri tegak di alam semesta. Beliau juga menuturkan, tidak ada yang menyamai keadilan, karena prinsip itulah yang menyebabkan kota-kota menjadi makmur. Menurut Imam Ali, keadilan bukan memperindah iman, tapi bagian dari prinsip keimanan sendiri.

Imam Ali memegang tampuk kekuasaan untuk mewujudkan keadilan di tengah masyarakat dan memenuhi hak mereka. Di mata Imam Ali, kinerja terpenting pemerintahan adalah menciptakan keadilan. Poros upaya hal tersebut adalah terpenuhinya hak orang-orang yang terzalimi. Dalam pemerintahan Imam Ali, keadilan bukan hanya slogan belaka, tapi sebuah program praktis yang membumi. Dengan kata lain, keadilan adalah inti politik Imam Ali.

Imam Ali mengubah sistem pemikiran dan budaya publik serta mereformasi struktur pemerintahan dan para pejabatnya dalam rangka mewujudkan keadilan di tengah masyarakat. Beliau menghidupkan kembali nilai-nilai agama dan menghilangkan jurang sosial dan diskriminasi. Untuk menghilangkan diskriminasi, Ali menerapkan persamaan di berbagai bidang. Kepada para hakim, Imam Ali berkata, "Kalian berlaku adillah dalam memutuskan sebuah perkara. Perlakukan setiap orang sama di hadapan hukum, sehingga orang-orang terdekatmu tidak rakus dan musuh kalian tidak putus asa terhadap keadilanmu."

Salah satu karakteristik Imam Ali dalam menjalankan pemerintahan adalah melayani rakyat. Ali dalam suratnya kepada para pejabat di Azerbaijan menulis, "Jangan mengira aku menyerahkan pemerintahan ini kepada kalian. Ini bukan hidangan bagi kalian, tapi sebuah amanah yang berada di pundak kalian. Di atas itu semua, kalian harus memperhatikan dan menjaga hak rakyat. Untuk itu, kalian jangan otoriter dan jangan bersikap semau sendiri terhadap rakyat."

Dalam instruksinya kepada para petugas pajak, Imam Ali berkata, "Bersikaplah adil dan penuh pertimbangan. Kalian adalah para bendahara negara, wakil rakyat dan duta pemerintahan. Sepak terjang kalian jangan sampai seperti binatang buas yang memangsa apa saja. Karena rakyat adalah manusia juga seperti kalian, tidak ada bedanya apakah ia muslim ataupun non muslim."

Kebanyakan para pemimpin dan politisi dunia seringkali tidak pernah mengindahkan prinsip-prinsip moral dalam mengendalikan urusan pemerintahan. Mereka menggunakan segala cara dengan berbohong, menipu maupun cara lainnya untuk mencapai tujuan. Namun sebaliknya Imam Ali sangat memperhatikan prinsip moral dalam urusan pemerintahannya. Beliau tidak pernah melepaskan prinsip-prinsip moral itu. Imam Ali tidak pernah berpikir untuk melakukan penyelewengan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Beliau bersikap jujur dan menjauhi segala bentuk penipuan terhadap masyarakat awam.

Sikap terpuji Imam Ali lainnya adalah hidup sederhana dan tawadhu. Mengenai kehidupannya, Ali menuturkan sendiri, "Janganlah kalian bersikap denganku seperti menghadapi raja-raja yang angkuh...,jangan mengira aku sulit menerima kebenaran yang kalian ucapkan."

Mengenai keutamaan Imam Ali ini, Ibnu Abbas mengatakan, "Tidak ada pemimpin yang semulia Ali. Ia tidak berani berbohong bahkan untuk kemaslahatan sekalipun demi meraih kekhilafahan maupun menarik simpati para penentangnya."

Walaupun Imam Ali memimpin pemerintahan Islam yang terbentang luas, namun dari sisi individu dan sosial ia tidak meyakini keistimewaan bagi dirinya sendiri. Beliau hidup seperti rakyat jelata.

Imam Ali dalam suratnya yang dilayangkan kepada Utsman bin Hanif menulis, "Sadarlah pemimpin kamu di dunia ini hanya memiliki dua stel pakaian dan makan dua potong roti... Jika kami menginginkan, kami bisa mengkonsumsi madu dan sari gandum serta mengenakan pakaian sutra. Tapi aku tidak ingin hawa nafsu menguasaiku."

Ali senantiasa berdiri di atas kebenaran, sebagaimana sabda Rasulullah Saw mengenai Ali, "Kebenaran berada pihak Ali kemanapun ia mengarah."

Sifat mulia Ali yang menjunjung tinggi kebenaran menyebabkan harta yang telah dicuri dari Baitul Mal bisa kembali lagi. Beliau mencopot para pemimpin korup pemerintahan sebelumnya yang masih menjabat pada periode beliau.

Imam as memulai kepemimpinannya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di tengah masyarakat. Beliau pun berupaya sekuat tenaga untuk menghidupkan hak-hak manusia. kepada pegawainya beliau menginstruksikan untuk menciptakan iklim bebas di tengah masyarakat, mendengar pandangan mereka dan menyiapkan sarana untuk mewujudkan hak-haknya.

Dalam surat yang disampaikan kepada Malik Ashtar, Imam Ali berpesan,
"Wahai Malik, pergunakan sebagian waktumu khusus untuk melayani orang-orang yang membutuhkanmu. Sediakan waktu untuk pekerjaan mereka dan duduklah pada pertemuan-pertemuan umum. Bersikaplah tawadhu dalam pertemuan itu. Jauhkanlah pengawalmu dari mereka, sehingga rakyat dengan bebas dan tanpa kekhawatiran sedikitpun berbicara denganmu."

Bagi Ali, mewujudkan saling percaya di tengah masyarakat dan menciptakan keamanan di mana-mana merupakan prioritas pemerintahannya. Keamanan individu dan sosial merupakan prioritas negara. Dalam pandangan beliau manusia harus dilatih untuk tidak berbuat zalim dan dizalimi.

Dalam pandangan Imam Ali, memberangus kezaliman adalah hak seluruh bangsa di dunia, dan pemimpin adalah orang yang harus mengupayakan hilangnya kezaliman dalam pemerintahannya. Terkait hal ini, Imam Ali menilai orang yang memimpin masyarakat adalah orang yang bisa mewujudkan keadilan dan memerangi segala bentuk ketidakadilan. Beliau berkata, potonglah tangan para penguasa zalim.

Kami akan mengakhiri sajian acara ini dengan mengutip perkataan pemikir kristen George Jordac. Ketika menjelaskan keindahan Ali, Jordac dalam bukunya The Voice of Human Justice menulis, "Di alam ini setiap lautan memiliki gelombang yang mengguncang. Namun aku tidak mengenal samudera yang terhampar luas dan agung sebagaimana samudera keutamaan Ali. Tidak ada yang tidak terguncang kecuali dua jenis manusia; orang yang terzalimi, dan orang yang takut kepada Allah di kegelapan malam.(IRIB/PH/SL/Sunday, 29 August 2010 14:22)


0 comments to "Gempur Negara Islam..!!!???!!!..."

Leave a comment