Home , , , � Berjalan di Atas Bara Api, Upacara Duka Sekte Hindu di Bulan Muharram

Berjalan di Atas Bara Api, Upacara Duka Sekte Hindu di Bulan Muharram

Berjalan di Atas Bara Api, Upacara Duka Sekte  Hindu di Bulan Muharram
Berjalan di atas bara api adalah amalan yang telah sangat dikenal dalam agama Hindu. Namun mengkhususkan hal tersebut selama bulan Muharram menjadi sangat istimewa.


Berjalan di Atas Bara Api, Upacara Duka Sekte  Hindu di Bulan Muharram

Menurut Kantor Berita ABNA, salah satu sekte dari agama Hindu yang bermukim di desa Tamil Nadu, India selama bulan Muharram setiap tahunnya melakukan upacara khusus dengan berjalan di bara api. Di desa tersebut bermukim sekitar 400 keluarga dan kesemuanya beradama Hindu dan tak seorangpun penduduk desa tersebut beragama Islam. Namun setiap tahunnya mereka menghormati bulan Muharram dengan mengadakan upacara dan acara peringatan khusus.

Upacara ini dimulai pada subuh hari pada hari Jum’at, sekitar 25 orang laki-laki dengan kaki telanjang berjalan di atas bara api. 5 hari sebelum memasuki bulan Muharram mereka membakar tanah liat dan memanggangnya di atas api membara selama 5 hari berturut-turut. Kaum perempuanpun ikut dalam upacara tersebut. Namun bedanya, selain berjalan di atas tanah yang panas membara tersebut dengan kaki telanjang mereka juga mengenakan kain untuk menutupi kepala mereka sehingga tampak seperti sedang mengenakan jilbab dan mereka membawa keranjang di atas kepala-kepala mereka sambil berjalan. Menurut mereka, bulan Muharram adalah bulan duka cita, sehingga tidak layak untuk mengisinya dengan kegembiraan dan suka cita. Mereka melakukan hal tersebut untuk merasakan kepedihan sehingga menutup kemungkinan mereka untuk tersenyum dan gembira di bulan tersebut.

Selain itu, mereka meyakini bahwa setiap orang harus saling menghormati dan menghargai meskipun berbeda pemahaman dan agama. Karena bagi mereka Tuhan tidak membeda-bedakan makhluknya. Dikabarkan bahwa 40 tahun sebelumnya, di desa tersebut terdapat beberapa keluarga muslim, namun karena suatu sebab kesemuanya hijrah dan meninggalkan desa tersebut. Selama bermukim di desa tersebut mereka mendirikan sebuah masjid dengan nama, “Fatimah Nachiyar”. Di tempat tersebut mereka shalat dan do’a bersama. Sampai sekarang masjid tersebut masih terjaga, namun digunakan oleh penduduk setempat yang kesemuanya Hindu untuk berdo’a bersama. Menurut mereka, Fatimah adalah malaikat yang menjaga keselamatan dan keamanan desa tersebut. Karena itu, nama Fatimah bagi mereka adalah nama yang sangat agung dan suci.

Tempat peribadatan mereka yang lain mereka namakan Maryaman, bedanya di Maryaman terdapat patung-patung sementara di Fatimah Nachiyar mereka biarkan apa adanya sebagaimana awalnya, yaitu tidak terdapat satupun patung-patung sembahan.

Patut di sampaikan, sebagaimana fatwa-fatwa ulama Syiah, menyiksa diri untuk menghormati Muharram adalah amalan yang diharamkan.

sumber:http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&Id=217743

Tekanan Wahabi terhadap Umat Syiah di Arab Saudi

Umat Syiah Arab Saudi tahun ini kembali terzalimi dengan adanya tekanan dan kecaman dari kelompok Wahabi yang menolak terselenggaranya majelis-majelis duka Asyura di negara mayoritas pengikut Wahabi tersebut. Mereka berupaya keras mencegah terselenggaranya majelis-majelis duka untuk mengenang kesyahidan Imam Husain as.


Tekanan Wahabi terhadap Umat Syiah di Arab Saudi

Menurut Kantor Berita ABNA, umat Syiah Arab Saudi, tahun ini kembali mendapat gangguan dan tekanan kuat dari kelompok Wahabi yang menyebut Syiah sebagai aliran sesat dan telah keluar dari Islam. Mereka membubarkan majelis-majelis duka Asyura yang diselenggarakan umat Syiah di negeri tersebut. Berikut petikan berita tindak tanduk kelompok Wahabi menyikapi penyelenggaraan majelis duka Asyura:

Menyerbu Majelis Duka Asyura di Madinah

Sekitar ratusan orang dari kelompok Wahabi melakukan penyerangan kepada umat Syiah yang sedang menyelenggarakan majelis duka Asyura. Mereka melontarkan kayu dan bebatuan kepada mereka yang hadir dalam majelis duka tersebut. Peristiwa ini terjadi di kawasan Al ‘Ashbah begitu juga di daerah sekitarnya termasuk di Quba.

Lontaran batu dan kayu serta kecaman-kecaman Wahabi terhadap umat Syiah menimbulkan konflik fisik antara dua kelompok tersebut. Sayangnya, pihak keamanan yang berupaya melerai antara kedua kelompok tersebut malah menangkapi dan mengamankan sekitar 38 orang dari kelompok Syiah dan hanya sedikit dari kelompok Wahabi yang sebenarnya merupakan dalang dan pemicu pertikaian.

Dalam konflik ini menimbulkan kerusakan dan kerugian material yang tidak sedikit, beberapa kendaraan pribadi dan harta benda milik orang-orang Syiah rusak dan tak bisa digunakan lagi. Setelah konflik berhasil diamankan, pihak kepolisian tetap melakukan pengamanan dan penjagaan di lokasi kejadian.

Penghentian Sepihak Majelis Duka di Qutaif

Dengan alasan keamanan, pihak kepolisian Arab Saudi menghentikan sepihak penyelenggaraan majelis duka Asyura yang diadakan pecinta al Husain di Qutaif. Sementara menurut pihak penyelenggara, mereka beberapa jam sebelumnya telah mendapat izin dari pemerintahan setempat dan telah menandatangani surat perjanjian. Umat Syiah Quraif diperbolehkan menyelenggarakan majelis duka Asyura di Masjid Imam Jawad as, namun ketika majelis sedang berlangsung tiba-tiba pihak keamanan resmi kerajaan mendatangi lokasi majelis dan meminta agar majelis tersebut segera dihentikan dengan alasan keamanan.

Boikot dan Pelarangan Pemberitaan

Penyelenggaraan majelis duka Asyura di beberapa tempat di kota-kota berbeda di Arab Saudi yang dihadiri jutaan warga Syiah Saudi oleh media massa Saudi di boikot pemberitaannya. Hampir semua media massa, radio, televisi dan surat kabar enggan untuk mengabarkan berita mengenai penyelenggaraan majelis-majelis duka tersebut. Sebaliknya, ulama-ulama Wahabi yang senantiasa mengecam tradisi Syiah selama bulan Muharram mendapat tempat dan ruang publikasi yang berlebih.

sumber:http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&Id=217617




0 comments to "Berjalan di Atas Bara Api, Upacara Duka Sekte Hindu di Bulan Muharram"

Leave a comment