Home , , , � Sandiwara Kaum Munafiq...

Sandiwara Kaum Munafiq...













Mengungkap Alasan di Balik Pengakuan Kemerdekaan Palestina

Di awal bulan Desember, dunia dihentakkan oleh pengakuan resmi akan kemerdekaan Palestina dengan batas-batas teritorial tahun 1967 oleh Brazil, Argentina dan Uruguai. Sekitar empat bulan lalu, negara-negara seperti Perancis, Spanyol dan Portugal termasuk negara-negara pertama yang memperbaiki sikapnya dengan meningkatkan status para wakil Palestina. Sementara Norwegia lewat pernyataan Jonas Gahr Store, Menteri Luar Negeri Norwegia pasca pertemuannya dengan Salam Fayyad, Perdana Menteri Otorita Ramallah mengatakan, "Norwegia pada hari Rabu (15/12) telah meningkatkan sikapnya terkait wakil-wakil Palestina di kota Oslo dari delegasi umum menjadi delegasi diplomatik."












Pernyataan negara-negara Amerika Latin dan sambutan Otorita Ramallah masing-masing memiliki kisahnya sendiri, tapi pengakuan akan negara Palestina dengan batas teritorial tahun 1967 dengan ibu kota Baitul Maqdis bukan hal baru. Karena hal ini telah ditetapkan sebelumnya oleh mayoritas negara-negara di dunia berdasarkan resolusi PBB yang baru terbentuk soal pembagian Palestina pada tahun 1947. Pada waktu itu ditetapkan 51 persen tanah air Palestina diserahkan kepada Zionis, 48 persen kepada warga Palestina dan 1 persennya dikuasai oleh PBB.

Oleh karenanya, pengakuan negara-negara itu tidak punya nilai tambahan hukum. Lalu apa pentingnya pengakuan itu?

Pengakuan beruntun dari negara-negara Amerika Latin yang kemudian diikuti oleh Norwegia sangat penting. Ingat, penekanan ini pada pengakuan itu sendiri, bukan pada sisi hukumnya. Karena sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, mayoritas negara-negara di dunia telah mengakui kemerdekaan Palestina dalam resolusi PBB terkait pembagian tanah air Palestina menjadi tiga bagian.

Pengakuan ini sebenarnya lahir dari semakin lemahnya posisi dan nilai tawar rezim Zionis Israel di opini publik, negara-negara dan kancah internasional. Pasca perilisan resolusi PBB soal pembagian tanah air Palestina di tahun 1947 dan perang Israel dengan negara-negara Arab, negara-negara di dunia tidak berani mengakui hak terkecil bangsa Palestina soal kemerdekaannya. Padahal pengakuan itu telah diakui dan diratifikasi oleh PBB.

Bila kini Brazil, Argentina, Uruguai dan Norwegia mengakui pembentukan pemerintahan Palestina di teritorial tahun 1976, pada intinya sebuah pengakuan akan menurunnya posisi global Israel dan sekutunya. Selain itu, fenomena ini menguraikan rasa solidaritas dengan bangsa Palestina telah menyebar ke seluruh dunia, khususnya di daerah belakang Amerika, sekutu asli Israel.

Fenomena yang telah menyebar dan akan semakin meluas ini berangkat dari Revolusi Islam Iran yang digagas oleh Imam Khomeini ra.

Namun sambutan dan kegembiraan negara-negara Arab saat mendengar pengakuan ini punya cerita tersendiri. Semua ini kembali pada kondisi kekinian Otorita Ramallah yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas sebagai kelompok Palestina yang ingin berdamai dengan Israel. Karena kegagalan perundingan damai di Washington dan keengganan rezim Zionis Israel menghentikan pembangunan permukiman Zionis telah menciderai posisi kelompok yang ingin berdamai dengan Israel. Sebab menurut para analis politik internasional, kegagalan perundingan Washington sejatinya menjadi lonceng kematian bagi Otorita Ramallah.

Oleh karena itu, Otorita Ramallah berusaha membesar-besarkan pengakuan ini dan menyambutnya sekuat tenaga. Mahmoud Abbas sendiri sangat berkepentingan dengan pengakuan ini yang menjadi satu-satunya cara saat ini untuk menghidupkan kembali dirinya sebagai pemain politik menentukan di Palestina. Dengan demikian ia dapat menyelamatkan diri dari dampak kegagalan perundingan dan mulai memainkan game baru dari dalam Palestina.

Sementara kelompok muqawama di Palestina menilai pengakuan beruntun dari negara-negara Amerika Latin ini berkat perlawanan yang selama ini mereka tunjukkan kepada rezim penjajah Israel. Dan yang paling penting, kelompok-kelompok muqawama hanya akan bisa puas bila pembentukan pemerintahan Palestina di seluruh tanah air Palestina sebelum dijajah Israel. (IRIB/SL/MF/21/12/2010)

Rahbar: Pengadilan Hariri Hanya Sandiwara

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei seraya mengisyaratkan pernyataan Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani soal kondisi sensitif Lebanon dan kemungkinan perilisan dakwaan dari pengadilan teror Rafik Hariri menandaskan, pengadilan ini hanya sandiwara dan setiap keputusan yang mereka rilis tertolak.

Menurut laporan Fars News mengutip situs Rahbari, Ayatullah Khamenei hari ini (Senin 20/12) bertemu dengan Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani beserta rombongan. Dalam pertemuan tersebut Rahbar membicarakan urgensitas keamanan di kawasan khususnya Teluk Persia. "Masalah keamanan di Teluk Persia tidak bisa dipilah-pilah, karena jika kawasan dalam kondisi aman maka yang diuntungkan adalah seluruh negara di kawasan ini. Namun jika sebaliknya maka seluruh negara di Teluk Persia akan merasakan akibatnya," ungkap Rahbar.

Rahbar menilai hubungan Iran dan Qatar sangat baik dan hubungan ini harus terus ditingkatkan karena menguntungkan kedua pihak. Seraya menyatakan kekecewaannya atas sikap sejumlah negara kawasan yang tidak menghiraukan keamanan Teluk Persia, Rahbar menandaskan, sangat disayangkan AS dan Israel malah mendorong negara-negara ini untuk apatis soal keamanan kawasan.

Dalam pertemuan tersebut Rahbar juga menyebut penting persatuan Syiah dan Sunni di kawasan. "Syiah dan Ahlu Sunnah di kawasan selama bertahun-tahun hidup berdampingan dengan aman dan bersahabat, namun sejumlah pihak berusaha merusak iklim bersabahat ini dan sebagian lainnya menjadikan perbedaan keyakinan antara keduanya sebagai isu sosial," tandas Rahbar.

Beliau menambahkan, patut disesalkan di tubuh Syiah dan Sunni sendiri terdapat segelintir orang yang fanatik dan siap dibayar oleh musuh. Oleh karena itu menurut Rahbar perlu diadakan pengawasan dan kontrol keamanan yang lebih ketat.

Menyinggung kondisi sensitif Lebanon, Rahbar mengatakan, pengadilan yang menangani kasus teror Rafik Hariri adalah sebuah pentas belaka dan setiap keputusannya ilegal. "Kami berharap pihak-pihak berpengaruh di Lebanon bertindak sesuai rasio, sehingga masalah ini tidak menjadi krisis baru," tambah Rahbar.

Menurut Rahbar aksi busuk musuh di Lebanon pasti gagalnya. Ditambahkannya, kami optimis dengan pulihnya kondisi keamanan di kawasan. Dalam pertemuan ini Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad juga hadir.

Sementara itu, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani seraya mengisyaratkan hubungan baik Iran dan Qatar menyebutnya sebagai tauladan bagi negara kawasan. "Kedua negara memiliki kedekatan strategi politik dan kami berharap hubungan bilateral Doha-Tehran di bidang lain juga mengalami peningkatan," papar Emir Qatar.

Ia juga menyebut masalah persatuan Syiah dan Sunni serta keamanan kawasan sebagai dua hal yang sangat urgen. Menyikapi kondisi Lebanon, ia menandaskan, sejumlah pihak tengah berusaha mengobarkan fitnah baru di Beirut dan kami dengan bantuan negara regional berusaha mencegah hal ini dan bertindak sesuai kepentingan bersama. (IRIB/Fars/MF/20/12/2010)

Dinas Rahasia Saudi: 750 Juta Dolar Habis, Riyadh Tetap Gagal di Irak !

Dinas Rahasia Arab Saudi (GID) akhirnya mengakui bahwa Riyadh telah gagal meraih pengaruh di Irak sekalipun telah menghabiskan biaya 750 juta dolar.

Menurut laporan Kantor Berita Fars mengutip Kantor Berita al-Nakhil, seorang diplomat Arab yang bertugas di Arab Saudi menjelaskan, Muqrin bin Abdul Aziz, Direktur Dinas Rahasia Arab Saudi (GID) secara transparan mengakui betapa Arab Saudi saat ini tidak punya tempat lagi untuk mengintervensi Irak. Oleh karenanya ia meminta agar membiarkan semua antek-anteknya di Irak yang bekerja untuk Riyadh. Karena para antek-antek ini tidak mampu merealisasikan tuntutan Arab Saudi di Irak, apa lagi Riyadh telah menggelontorkan biaya sebesar 750 juta dolar.

Diplomat Arab ini menambahkan, "Intervensi Arab Saudi bak burung yang berusaha terbang dengan sebuah sayap. Dengan dasar ini Arab Saudi gagal di Irak. Karena orang-orang Irak ternyata bersatu dan mampu memilah dengan baik teman dari musuh. Di sisi lain, keluarga Kerajaan Arab Saudi lebih dari lima bulan ini justru menunjukkan perselisihan di antara mereka dan satu dari masalah penting yang diperselisihkan adalah intervensi Irak. Begitu tajamnya perselisihan yang terjadi sehingga satu dari anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi mengatakan bahwa Dinas Rahasia Amerika (CIA) punya bukti-bukti dan dokumen mengenai campur tangan Arab Saudi atas urusan dalam negeri Irak dan untuk langkah-langkahnya ini Riyadh telah mengeluarkan dana besar untuk aksi bom bunuh diri dan aksi teror lainnya."

Berdasarkan laporan ini, antek-antek Arab Saudi lebih loyal kepada Riyadh ketimbang Afrika Selatan, Maroko dan Yaman. Bahkan sebuah dokumen yang beberapa waktu lalu diungkap oleh Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika menunjukkan kekhawatiran Arab Saudi atas segi tiga Syiah yang semakin solid di Timur Tengah termasuk Iran, Pakistan dan Irak. Kenyataan ini mengungkapkan keterlibatan Arab Saudi di Irak sejak tahun 2004.

Masih dari laporan ini, GID hari-hari ini semakin mengkhawatirkan persatuan tokoh-tokoh politik Iran dan kedekatan mereka untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional Irak.

Sementara itu, seorang pejabat senior keamanan di pemerintah Irak mengatakan bahwa al-Qaeda untuk beberapa waktu mengirimkan paket-paket mencurigakan kepada para pejabat Irak guna meneror mereka.

Pejabat senior keamanan Irak yang tidak ingin namanya disebutkan ini menambahkan, "Tim-tim khusus dalam menangani serangan semacam ini tengah membahas masalah ini dan berusaha mengidentifikasi para pelaku aksi-aksi teror."

"Pasca kesepakatan politik antara para pemimpin Irak dan semakin dekatnya Baghdad membentuk pemerintahan nasional, al-Qaeda sudah tidak memiliki posisi lagi di Irak. Terlebih lagi ketika lembaga peradilan Irak tengah berusaha mencabut akar al-Qaeda dari negara ini dan sebuah tim khusus tengah mencari dan mengejar para anasir kelompok teroris ini," tegasnya.

Pejabat senior keamanan Irak ini juga memperingatkan seluruh pejabat Irak soal penerimaan paket mencurigakan dari anasir-anasir al-Qaeda dan mengatakan, "Sangat mungkin di paket tersebut tertera nama orang dekat atau famili para pejabat itu. Oleh karenanya mereka harus sangat mewaspadai masalah ini." (IRIB/SL/MF/20/12/2010)

Haaretz: Wikileaks Main Mata dengan Israel

Sebuah koran terkemukan Zionis menilai tidak adanya satupun dokumen Israel yang dibocorkan WikiLeaks meningkatkan kecurigaan adanya kesepakatan rahasia antara Tel Aviv dengan situs itu.

Koran Haaretz menulis, tersebarnya dokumen rahasia yang dibocorkan situs WikiLeaks dalam waktu singkat meningkatkan dugaan publik dunia bahwa Israel berada di balik semua ini.

Gordon Duff, pengamat pengaruh Israel di dunia yang dimuat situs waters today mengatakan, tampaknya pendiri WikiLeaks,Julian Assange dan pejabat tinggi Israel menjalin pembicaraan rahasia mengenai penghapusan dokumen rahasia Israel dari bocoran situs peniup pluit ini. (IRIB/PH/MF/21/12/2010)

Hizbullah: Wahai Pemimpin Arab! Contohlah Imam Khamenei

Walid Sukkarieh, wakil dari Fraksi Hizbullah menyambut pernyataan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei terkait ilegalnya dakwaan pengadilan kasus teror Rafik Hariri. Ia menyeru seluruh pemimpin Arab dan Islam untuk bersikap serupa dengan Rahbar.

"Pernyataan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei merupakan pesan dari bangsa Iran bahwa kondisi Lebanon bukan hanya berpengaruh bagi negara ini karena instabilitas di Beirut akan merembet pada seluruh kawasan," ungkap Sukkarieh seperti dilaporkan Koran Asharq al-Awsat dan dikutip IRNA hari ini (Selasa 21/12)

Dalam wawancaranya dengan Asharq al-Awsat, Sukkarieh menilai pernyataan yang dirilis Rahbar ini adalah wajar dan ia meminta seluruh pemimpin Arab meneladani sikap pemimpin besar Iran. Menurutnya hal ini penting karena konspirasi Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel yang memanfaatkan pengadilan Rafik Hariri untuk mengobarkan fitnah dampaknya akan dirasakan seluruh kawasan. Wajar menurutnya jika hal ini terjadi tidak ada pihak yang rela.

Anggota fraksi Hizbullah di parlemen ini menambahkan, Rahbar memperingatkan para pengobar fitnah untuk menghentikan aksinya karena Iran tidak akan tinggal diam jika mereka berniat memporak-porandakan Lebanon.

Sukkarieh menegaskan, pengadilan yang menangani kasus teror Hariri sejak awal pembentukannya juga ilegal karena memiliki misi politik dan memperjuangkan kepentingan AS serta Israel. Washington dan Tel Aviv sejak semula membidik Iran dan kemudian berniat mengobarkan fitnah Sunah-Syiah di Lebanon serta seluruh kawasan demi mensukseskan ambisi busuknya. (IRIB/IRNA/MF/SL/21/12/2010)


0 comments to "Sandiwara Kaum Munafiq..."

Leave a comment