Home , , , , � Akankah situasi di Aljazair,Tunisia hingga Yaman akan merambah ke Indonesia..??? PEOPLE POWER !!!!!

Akankah situasi di Aljazair,Tunisia hingga Yaman akan merambah ke Indonesia..??? PEOPLE POWER !!!!!






Demonstrasi Meluas, Mobarak Umumkan Situasi Darurat !

Sumber-sumber pemberitaan Jumat sore (28/1) mengkonfirmasikan sebagian pengunjuk rasa di hari "Jumat Kemarahan" telah menyerang sejumlah kantor-kantor pemerintah di sejumlah provinsi penting di Mesir dan terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan yang berjaga di sana.

Reuters dari Iskandariyah melaporkan bahwa para pengunjuk rasa di provinsi ini setelah terlibat bentrokan hebat selama satu jam dengan pihak keamanan akhirnya berhasil memasuki gedung Gubernuran Iskandariyah.

Menukil dari saksi mata di lapangan, Reuters menulis, para pengunjuk rasa melempar barang-barang dari dalam gedung keluar sebagai bentuk protes mereka terhadap pemerintah.

Di bagian lain dari laporannya, Reuters menyebut sebagian pengunjuk rasa berhasil memasuki kantor partai berkuasa di Mesir, Partai Nasional Demokrat (NDP) di kota Tanta. Sementara di kota lain di selatan Mesir, para pengunjuk rasa berhasil membakar gedung partai pemerintah ini.

Di Kairo sendiri Reuters melaporkan terjadinya kebakaran hebat di ibukota Mesir ini.

Kairo dan pelbagai provinsi di Mesir hari ini menyaksikan aksi demonstrasi besar-besaran dari rakyat yang menuntut lengsernya Hosni Mubarak, Presiden Mesir.

Menyaksikan situasi yang semakin sulit dikendalikan, akhirnya pemerintah Mesir melalui saluran resmi Televisi Mesir mengumumkan situasi darurat mulai jam 6 sore hari ini hingga jam 7 pagi besok, Sabtu di kota-kota besar Mesir seperti Kairo, Iskandariyah, dan Suez(IRIB/SL/28/1/2011)


Ikut Ben Ali, Hosni Mubarak Minta Suaka Kepada Raja Abdullah

Sumber-sumber terpercaya yang dekat dengan Gerakan "Pemuda 6 Oktober" menyatakan bahwa Hosni Mubarak, keluarga dan orang-orang dekatnya bersama sejumlah pejabat Mesir telah meminta kepada Raja Abdullah, Raja Arab Saudi agar dibolehkan mengunjungi kota Jeddah.

Menurut laporan Kantor Berita Fars mengutip situs berita Suriah SNS, sumber-sumber terpercaya yang dekat dengan Gerakan "Pemuda 6 Oktober" menyatakan bahwa Hosni Mubarak, Presiden Mesir, keluarga, orang-orang dekat dan sejumlah pejabat Mesir meminta kepada Raja Abdullah, Raja Arab Saudi agar diperbolehkan berkunjung ke negara ini.

"Kebanyakan pasukan keamanan Mesir saat ini memihak rakyat dan menolak melaksanakan segala perintah komandannya," tambah situs Suriah ini.

Sementara itu, disebutkan juga bahwa Hosni Mubarak telah meminta Ahmad Fathi Sorour, Ketua Parlemen Mesir untuk mengatur negara bila ia meninggalkan negara ini.

Sebelumnya telah tersebar berita mengenai larinya Gamal Mubarak, putra Hosni Mubarak ke London, Inggris karena takut akan demonstrasi luas yang dilakukan di seluruh negeri. (IRIB/SL/28/1/2011)

Menhan Mesir Diam-Diam Temui Obama

Presiden Mesir Hosni Mubarak mengutus Menteri Pertahanan Mohammed Hussein Tantawi ke Washington dalam rangka meminta dukungan AS. Mubarak mengharapkan AS dapat membantu Kairo dalam menghadapi para pendemo di negara ini.

Sebagaimana dilaporkan Televisi Aljazeera, Tantawi secara diam-diam berkunjung ke Washington untuk menyampaikan laporan apa yang terjadi di Mesir kepada Presiden AS, Barack Obama. Tantawi dalam laporannya kepada para pejabat tinggi Washington menegaskan bahwa pemerintah Mesir akan musnah bila para demonstran tidak disikapi dengan keras.

Sementara itu, Obama dalam pernyataannya terkait perkembangan terbaru di Mesir bersikap seakan mendukung para demonstran. Bahkan Obama seakan menyudutkan pemerintah Mubarak dan memintanya untuk melakukan perubahan. Sejumlah analis politik menyatakan bahwa pernyataan Obama itu dapat diibaratkan sebagai pengakuan Washington akan kekalahannya di Timur Tengah.

Majalah Foreign Policy dalam laporannya (26/1) membahas kondisi lima negara Arab yang diperkirakan akan menghadapi gelombang protes massif pasca tumbangnya rezim diktator Tunisia pimpinan Zine Al-Abidine Ben Ali. Kelima negara itu adalah Mesir, Aljazair, Libya, Sudan dan Jordania. (IRIB/ AR/29/1/2011)

VOP Datangi Kedubes Mesir di Indonesia

Kedutaan Mesir di Indonesia dipadati para pengunjuk rasa pada hari Jumat (28 /1/2011. Demonstrasi itu digalang oleh VOP (Voic of Palestine) Jakarta dalam rangka mendukung para demonstran Mesir untuk meruntuhkan rezim Hosni Mubarak.

VOP dalam sebuah statemennya menyatakan, "30 tahun rakyat Mesir di bawah kekuasaan diktator Hosni Mubarak. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Mubarak melanggengkan kekuasaannya dengan melakukan tekanan politik, penindasan dan pelanggaran HAM terhadap rakyatnya sendiri. Hal ini dikarenakan Mesir adalah proxy AS dan Israel di kawasan Arab yang menjaga kelanggengan kepentingan AS dan penindasan Israel atas Palestina."

Bagian statmen lainnya menyebutkan, "Aksi unjuk rasa depan Kedubes Mesir ini bertujuan memberikan dukungan moril kepada rakyat Mesir, sekaligus belasungkawa atas para martir keadilan yang gugur di sana. Kami meminta otoritas Mesir untuk menghargai hak-hak manusia dalam menangani gejolak politik Mesir dan menghormati kehendaknya rakyatnya." (IRIB/AR/29/1/2011)

Sekjen PBB Sebut Mubarak Tak Bertanggung Jawab

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mendesak pemerintah Mesir supaya menampung aspirasi rakyat negara ini. Dikatakannya, pemerintah Mesir sudah seharunya mencari solusi menenangkan demonstran yang terus meluas ke pelosok negeri.

Ban mengkhawatirkan potensi kekerasan terhadap demonstrasi di Mesir yang terus meningkat. Ia pun mendesak pemimpin Mesir untuk bertindak bertanggungjawab.

"Pemimpin memiliki tanggung jawab untuk mendengarkan dan memperhatikan keinginan rakyat mereka sendiri," katanya Ban, Sabtu (29/1/2011).

Hingga kemarin malam (28/1/2011), Mubarak belum muncul di televisi lokal Mesir untuk memberikan pernyataan resmi sebagai bentuk tanggung jawab atas kondisi di Mesir. (IRIB/AR/29/1/2011)

Rumah Elbaradei Dikepung Polisi Mesir

Rumah tokoh politik Mohammad Elbaradei yang juga Mantan Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dikepung polisi. Berita itu dilaporkan Televisi France 24, hari Jumat (28/1/2011).

Sebelumnya, Kantor Berita Associated Press melaporkan di sebuah taman di dekat masjid di Giza, polisi memukuli para pendukung tokoh oposisi Mohammad ElBaradei. Mantan ketua badan tenaga atom internasional ini kembali ke Mesir Kamis malam lalu untuk bergabung dengan para demonstran.

Berdasarkan laporan tersebut, delapan orang tewas dan lebih dari 1.000 orang ditahan dalam aksi protes yang digelar sejak empat hari lalu. (IRIB/AR/29/1/2011)

Hadapi Krisis Mesir, AS dan Israel Turun Tangan

Jutaan warga Mesir turun ke jalan-jalan utama di seluruh penjuru negara ini. Kondisi ini membuat personel keamanan yang ditugaskan menindaka para pendemo mulai kewalahan.

Pembangkangan para personel keamanan tentunya mengkhawatirkan posisi rezim Hosni Mubarak. Kantor Berita Farsnews melaporkan, Washington menyikapi kondisi krisis di Mesir dengan membentuk Kamar Operasi Luar Biasa.

Rezim Zionis Israel yang selama ini selalu diuntungkan dengan kebijakan Kairo juga melakukan upaya-upaya untuk mengantisipasi runtuhnya rezim Mubarak. Radio Sharq yang ditayangkan dari Oslo, ibukota Norwegia, juga melaporkan AS telah membentuk Kamar Operasi Luar Biasa yang mengkaji dan menyikapi kondisi yang terjadi di Mesir . Laporan itu juga menyebutkan, Tel Aviv membentuk tim khusus untuk mengkaji dan memberikan masukan ke rezim Mubarak untuk menghadapi para pendemo. (IRIB/AR/29/1/2011)

Jum’at Bersejarah di Mesir

Situasi di Mesir tampaknya kian memanas. Warga dari berbagai kalangan siap melakukan aksi demo massal di seluruh penjuruh wilayah negara ini usai melaksanakan shalat Jum'at. Warga Mesir terinspirasi oleh gerakan massal rakyat Tunisia yang berhasil menumbangkan diktator Zein al-Abidine Ben Ali. Rakyat Mesir ingin mengulang kemenangan gemilang ini dinegaranya dengan menumbangkan diktator Hosni Mubarak yang berkuasa selama 30 tahun.

Menyikapi kondisi ini, Departemen Dalam Negeri Mesir memperingatkan akan mengambil langkah tegas terhadap para demonstran. Tak tanggung-tanggung pasukan khusus pun yang selama ini jarang nongol di khalayak kini terlihat di berbagai sudut kota Mesir. Berbagai langkah untuk meredam kemarahan warga, mulai aksi kekerasan dengan menangkapi para demonstran dan menetapkan pasal kejahatan bagi mereka hingga perubahan struktur pemerintahan.

Polisi Mesir dalam dua hari terakhir menangkap sedikitnya 500 orang di berbagai wilayah negara ini. Hal ini menyusul peringatan pemerintah terkait aksi demo. Polisi Mesir dilaporkan menangkap orang-orang tersebut karena tidak mengindahkan peringatan Departemen Dalam Negeri yang melarang segala bentuk aksi demo.

Sumber keamanan Mesir melaporkan, 90 orang ditangkap karena hendak menggelar aksi demo di bundaran Kairo. Sumber ini menambahkan, mereka yang ditangkap akan diproses sesuai jalur hukum. 90 orang tersebut memasuki bundaran Kairo secara berkelompok dan sebelum memasuki bundaran mereka ditangkap pihak keamanan. Sementara itu, Ikhwanul Muslimin menyatakan bahwa 121 anggotanya ditangkap di sebuah kawasan yang berjarak 400 km selatan Kairo. Selain itu, pasukan keamanan Mesir juga menangkap sejumlah demonstran di berbagai negara ini. Di aksi demo kemarin, polisi Mesir menangkap sedikitnya 200 orang.

Sementara itu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Mesir, Rashid Mohamed Rashid dilaporkan rela meninggalkan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss dan segera kembali ke Kairo menyusul kondisi gawat di negaranya. Ia disebut-sebut akan menduduki jabatan Perdana Menteri Mesir setelah adanya pemberitaan soal perubahan kabinet. Ia juga diharapkan mampu menghadapi dampak demonstrasi dan gelombang protes rakyat Mesir.

Tak lama setelah kembalinya Rashid ke Mesir, Mohammad Elbaradei, pemimpin oposisi juga dilaporkan tiba di Kairo untuk bergabung dengan para demonstran di hari "Jum'at Kemarahan". Sekjen Partai Nasional Demokrat (NDP), Safwat Al Sharif dalam sebuah pernyataannya mengharapkan shalat Jum'at kali ini berjalan tenang dan tanpa huru hara. Dalam jumpa persnya, al Sharif juga memperingatkan bahwa pasukan keamanan tidak akan diam terhadap mereka yang melanggar undang-undang dan melakukan pengacauan. Dinas Rahasia Mesir pun kali ini diturunkan untuk mengamankan kondisi keamanan nasional.

Al-Sharif dalam komentarnya juga membantah berita bahwa aksi demo selama ini mencapai jutaan orang dan terjadi di seluruh wilayah Mesir. Selain itu, menurutnya polisi juga berlaku ramah terhadap para demonstran. Sepertinya klaim sekjen Partai NDP ini tidak dapat menutupi kondisi sebenarnya di Mesir. Karena aksi demo yang berjalan mulai hari Selasa lalu hingga kini telah menelan korban delapan orang. Mohammad Ghanim, wakil Ikhwanul Muslimin mengatakan, Mesir berada dalam kondisi sensitif dan tidak dapat kembali ke belakang. Dan selama pemerintahan Mubarak belum bubar maka stabilitas tidak akan pulih serta aksi demo di jalan akan terus berlangsung. (IRIB/MF/SL/28/1/2011)

Mubarak Tidak Berani Muncul di Televisi

Presiden Mesir, Hosni Mubarak benar-benar berada dalam kondisi terpojok. Hingga malam ini(28/1/2011), Mubarak belum muncul di televisi lokal Mesir untuk memberikan pernyataan resmi seperti yang dilakukan diktator Zine Al-Abidine Ben Ali sebelum kabur dari Tunisia.

Menyusul aksi demo di Mesir yang terus merata ke seluruh penjuru negara ini, Mubarak hingga kini masih memilih bersikap diam. Pada saat yang sama, para polisi dan pasukan keamanan dikerahkan semaksimal mungkin untuk menindak para demonstran dengan cara kekerasan. Sebagaimana ditayangkan televisi Arab, para pemuda Mesir nampak tidak gentar menghadapi para pasukan keamanan. Bahkan sejumlah mobil pasukan keamanan berhasil dibakar para pendemo. Selain itu, para pendemo terus melakukan perlawanan terhadap para pasukan keamanan yang berupaya menggunakan kekerasan.

Berdasarkan laporan terbaru, pasukan keamanan Mesir sudah mulai mengendor dalam menyikapi para pendemo. Bahkan pasukan keamanan sudah tidak mengindahkan perintah komando pusat dalam menyikapi para pendemo. (IRIB/AR/29/1/2011)

Rakyat Mesir Shalat Berjamaah Maghrib dan Isya di Jalan-Jalan

Rakyat Mesir yang ikut turun ke jalan-jalan melakukan demonstrasi besar-besaran di seluruh kota secara berjamaah melakukan shalat Maghrib dan Isya saat tiba waktunya. Mereka melakukan shalat berjamaah di antara desingan peluru dan tembakan gas air mata yang dilakukan oleh pihak keamanan Mesir.

Menurut laporan Kantor Berita Fars, malam ini (Jumat, 28/1) rakyat Mesir tetap melaksanakan dan melanjutkan shalat berjamaah Maghrib dan Isya di tempat bentrokan antara masyarakat yang melakukan aksi demonstrasi dengan pihak keamanan Mesir. Mereka melakukan shalat berjamaah di antara desingan peluru dan tembakan gas air mata.

Diberitakan bahwa saat mereka melakukan shalat berjamaah Maghrib dan Isya, waktu itu pula polisi Mesir menembakkan gas air mata ke arah jamaah. Menyusul kejadian itu, seorang pengunjuk rasa yang ikut dalam shalat berjamaah itu mengambil peluru gas air mata itu dan melemparkannya kembali ke arah polisi. (IRIB/SL/28/1/2011)

Pegawai Kedubes Israel Tinggalkan Kairo Menuju Tel Aviv

Para pegawai Kedutaan Besar Zionis Israel di Kairo semakin ketakutan menyaksikan aksi demonstrasi rakyat Mesir yang semakin meluas di seluruh negeri. Melihat kenyataan ini, mereka sudah terlihat meninggalkan Kedubes Israel di Kairo menuju Tel Aviv.

Menurut laporan Kantor Berita Fars, surat kabar al-Quds al-Arabi mengutip sumber-sumber terpercaya menulis, setelah menyaksikan demonstrasi rakyat Mesir semakin meluas dan mendekati Universitas Kairo di al-Jizah, para pegawai Kedubes Israel di Kairo langsung meninggalkan Mesir menuju Tel Aviv.

Sebelumnya, Dubes Israel untuk Mesir telah meninggalkan negara ini pasca terbongkarnya jaringan spionase rezim ini di Mesir.

Sekalipun gedung Kedubes Israel di Kairo bertingkat dalam termasuk gedung yang aman, namun para pegawai yang ketakutan meminta dikirimkan helikopter untuk melarikan dari gedung itu sebelum para pengunjuk rasa sampai ke sana.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel sejak kemarin (Kamis, 27/1) mengeluarkan pernyataan yang isinya meminta warganya yang sedang berada di Mesir untuk segera meninggalkan negara ini disebabkan kondisi keamanan Mesir yang tidak menentu. (IRIB/SL/28/1/2011)

Mubarak Lengser, Sekutu Israelnya Mulai Ketar-Ketir

Seorang pejabat rezim Zionis Israel menyatakan kekhawatirannya menyaksikan semakin luasnya protes dan aksi unjuk rasa rakyat Mesir terhadap Hosni Mubarak, Presiden Mesir dan meminta Kairo agar menumpas aksi demonstrasi rakyat.

Menurut laporan Kantor Berita Mehr, seorang menteri di kabinet Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis Israel yang tidak ingin disebut namanya mengklaim bahwa sekalipun kondisi Mesir berada di ambang revolusi seperti yang terjadi di Tunisia, tapi pasukan pemerintah Mesir hendaknya menggunakan aksi kekerasan untuk menghadapi dan mengontrol aksi protes rakyat.

Menteri Israel ini juga tidak dapat menutup rasa khawatirnya akan bahaya hubungan Israel dengan pemerintah Mesir yang telah menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Ia mengatakan, "Mereka harus menggunakan kekuatan dan kekerasan di jalan-jalan."

Menyusul tumbangnya rezim Zine El Abidine Ben Ali, mantan Presiden Tunisia, rakyat Mesir juga melakukan aksi demonstrasi setiap hari di negaranya dan menuntut lengsernya Hosni Mubarak, Presiden Mesir.

Hari ini Mesir akan menyaksikan demonstrasi besar-besaran di seluruh negeri yang disebut hari "Jumat Kemarahan". (IRIB/SL/MF/28/1/2011)

Berangus Demonstrasi Rakyat, Mesir Terjunkan Pasukan Khusus

Menjelang dilakukannya gelombang baru protes di hari "Jumat Kemaharan" rakyat Mesir yang menginginkan lengsernya Presiden Hosni Mubrak, pemerintah Mesir menurunkan pasukan khusus di jalan-jalan Kairo, ibukota Mesir.

Menurut laporan Kantor Berita Perancis AFP, menyusul ancaman Departemen Dalam Negeri Mesir untuk menumpas para pengunjuk rasa anti pemerintah, pasukan anti teror yang sebelumnya jarang terlihat di jalan-jalan kini telah ditempatkan di sejumlah lokasi strategis, termasuk Bundaran Tahrir yang terletak di pusat kota Kairo. Lokasi ini sejak sepekan lalu menjadi pusat terbesar aksi unjuk rasa rakyat Mesir.

Selain itu, sejak Jumat pagi akses internet di Kairo tidak dapat dilakukan begitu juga untuk mengirimkan pesan pendek (SMS).

Perkembangan terbaru di Mesir ini menunjukkan betapa rezim Hosni Mubarak tengah meningkatkan upayanya menumpas aksi unjuk rasa rakyat.

Sejak dimulainya aksi protes rakyat pada hari Selasa lalu (25/1) Hosni Mubarak (82) tidak lagi muncul di hadapan publik dan bahkan tidak ada berita mengenai dirinya. (IRIB/SL/MF/28/1/2011)

0 comments to "Akankah situasi di Aljazair,Tunisia hingga Yaman akan merambah ke Indonesia..??? PEOPLE POWER !!!!!"

Leave a comment