Khatib shalat Jumat Tehran mengatakan, "Timur Tengah yang Islami sedang terbentuk dengan fokus demokrasi Islam."
Ayatullah Sayid Ahmad Khatami, Khatib shalat Jumat Tehran dalam khotbahnya menyinggung peristiwa terbaru di Tunisia dan di negara-negara Islam lainnya termasuk Mesir, Yaman dan Yordania seraya mengatakan, "Peristiwa ini merupakan fenomena yang sama sekali baru dan harus menyebutnya sebagai dampak dari goncangan Revolusi Islam Iran."
Khatib shalat Jumat Tehran lalu menjelaskan nasib presiden Tunisia yang ditumbangkan rakyat setelah dua dekade lebih berkuasa di negara ini dan menyebut hal ini sebagai sunnah ilahi dan mereka yang menentang agama Islam akan dihancurkan oleh Allah Swt.
Ayatullah Khatami mengatakan, "Negara-negara Barat lewat media massa yang dimilikinya berusaha menyembunyikan akar Revolusi Islam dan mencoba mengingkari warga agama yang dimilikinya, sementara nasib diktator Tunisia membuktikan bahwa mereka yang menentang syariat Islam pada akhirnya akan terhina."
Di bagian lain dari khotbahnya, Ayatullah Sayid Khatami berbicara tentang perkembangan terbaru Lebanon dan mengatakan, "Gagalnya konspirasi musuh di Lebanon merupakan keinginan rakyat negara ini. Karena mereka ingin diri merekalah yang memutuskan segala sesuatunya terkait negara mereka dan bukan negara asing."
Sembari mengucapkan selamat kepada Hizbullah, Khatib shalat Jumat Tehran mengatakan, "Pemerintah yang akan terbentuk di Lebanon benar-benar membuat rezim penjajah Israel dan Amerika menjadi khawatir."
Terkait dengan peringatan 32 tahun kemenangan Revolusi Islam Iran, beliau menyebut Sepuluh Fajr sebagai sepuluh hari kebebasan dan kemerdekaan bangsa Iran yang berhasil menghidupkan kembali Islam serta mengembalikan keagungan agama dan menggoyahkan kekuatan kufur.
Di khotbah pertamanya, Ayatullah Sayid Khatami mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Ayatullah Muhammad Ali al-Amri, pemimpin Syiah Arab Saudi dan ulama Syiah di Madinah. Dikatakannya, "Ulama besar ini menanggung kesulitan besar dalam menyebarkan mazhab Syiah." (IRIB/SL/MF/28/1/2011)Kaum arogan senantiasa menganggap dirinya sebagai pihak terbaik dan terkuat dari yang lain. Untuk itu, salah satu karakteristik utama yang melekat dalam diri mereka adalah sifat agresor, imperialis dan serakah. Sebaliknya, salah satu tujuan kolektif para nabi ilahi adalah melawan arogansi dan mewujudkan keadilan di muka bumi. Dengan demikian, kebangkitan mewujudkan keadilan di tengah masyarakat, aksi penyadaran dan mendorong kaum tertindas melawan kezaliman merupakan metode perjuangan para nabi ilahi.
Imam Khomeini berjuang melanjutkan misi para Nabi dengan membimbing perlawanan rakyat Iran. Beliau bersama rakyat memimpin perjuangan mencerabut akar kezaliman dan menggulingkan rezim despotik, serta mendirikan pemerintahan Islam. Kemenangan Revolusi Islam Iran sejatinya merupakan contoh nyata kemenangan kekuatan spiritual atas material yang diraih dengan kearifan sikap bangsa Iran. Perjuangan mereka berhasil menggulingkan rezim despotik Syah yang lalim berkat keyakinan kepada Allah Swt dan persatuan nasional. Inilah salah satu faktor yang memicu ketakutan hegemoni global terutama AS terhadap Iran.
Salah satu formula utama kemenangan revolusi Iran adalah visi bangsa dan kemampuan mereka dalam memahami musuh. Kota religius Qom, sebagai ibu kota spiritual Iran menjadi garda depan perjuangan melawan kezaliman. Pada tanggal 19 Dey 1356 HS, yang bertepatan dengan 9 Juni 1978, warga Qom melakukan perlawanan bersejarah melawan rezim monarki di Iran, sekaligus membentangkan jalan bagi kemenangan revolusi Islam.
Terkait hal ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pertemuan yang digelar untuk memperingati gerakan kebangkitan warga kota suci Qom, menyebut peristiwa itu sebagai bukti bahwa warga Qom terdepan dalam masalah kearifan, rasa tanggung jawab dan gerakan terjun ke medan di saat yang tepat. Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menambahkan, gerakan kebangkitan warga Qom tanggal 19 Dey 1356 HS tak ubahnya bagai tamparan keras ke muka rezim thaghut dan front arogansi. Gerakan yang dipimpin Imam Khomeini (ra) ini telah menjadi pembuka bagi kemenangan revolusi Islam 22 Bahman 1357 HS (11 Februari 1979).
Menyinggung kemenangan revolusi Islam Iran dan reaksi dunia kekafiran dan arogansi sepanjang 32 tahun ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebutnya sebagai bukti rentannya kubu kontra revolusi dan keagungan gerakan bangsa Iran. Beliau menandaskan, pembentukan pemerintahan Islam di Iran dan resistensi melawan rezim yang paling arogan di dunia adalah gerakan yang menunjukkan jalan baru yang dilandasi ajaran Islam yang hakiki. Fakta ini tak bisa diterima oleh kubu arogansi dan despotisme, dan inilah yang menjadi faktor utama permusuhan mereka terhadap Republik Islam Iran.
Rahbar menjelaskan rangkaian keberhasilan yang dicapai Republik Islam Iran di berbagai bidang seraya menegaskan, berkat keberhasilannya melewati ujian Ilahi, bangsa Iran berhasil mengembangkan kapasitas materi dan spiritualnya sehingga keberhasilannya di bidang sains, teknologi, pekerjaan dan pengabdian di seluruh penjuru negeri menjadi model dan teladan bagi kemajuan materi. Menurut beliau, keberhasilan-keberhasilan yang dicapai bangsa ini tak lepas dari kemurahan dan inayah Allah Swt.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan kegagalan konspirasi musuh menebar kerusuhan dan fitnah pasca pemilihan presiden di Iran tahun lalu, seraya mengatakan, berkat inayah dan kemurahan Allah Swt, bangsa ini bangkit lalu terjun ke tengah medan, dan berhasil memadamkan api fitnah dan tipu daya yang besar itu.
Beliau mengingatkan bahwa fitnah tahun lalu punya dimensi yang luas dan sampai sekarang seluruh dimensi itu belum diungkap secara sempurna. Dalam penjelasannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut konspirasi fitnah ini disusun oleh pihak asing. Sementara, mereka yang oleh masyarakat dikenal dengan sebutan para pemimpin fitnah, tak lebih dari boneka-boneka yang dipermainkan oleh para perancang aslinya dan didorong ke tengah medan. Meski demikian, ketika sadar mereka harus memisahkan diri dari barisan musuh, dan sayangnya, hal itu tidak mereka lakukan. Dengan demikian, mereka telah berbuat dosa.
Beliau mengingatkan, orang bisa saja terjebak dalam permainan musuh. Tapi ketika sadar ia harus mengubah arah dan langkahnya. Rahbar menegaskan bahwa dalam fitnah ini musuh menargetkan penggulingan pemerintahan Islam dan menggantinya dengan sistem pemerintahan yang mereka kehendaki. Namun, jika gagal mewujudkan target utama, musuh merancang untuk menyeret negara ini ke dalam kekacauan dan kerusuhan. Mereka menggunakan momen-momen Revolusi Islam dalam bentuk karikaturnya untuk mencapai target yang dicanangkan. Akan tetapi, tegas beliau, dengan pandangan tajamnya dalam membaca situasi dengan benar, rasa tanggung jawab dan kesigapan untuk terjun di saat yang tepat, bangsa ini berhasil menampar muka para perancang asli fitnah dan menggulungnya.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau seluruh lapisan masyarakat dan para tokoh negara untuk memelihara kecerdasan dan kemampuan membaca situasi dengan benar sehingga tidak salah dalam menentukan masalah prinsip dari masalah parsial. Beliau menambahkan, minus kearifan dan kegagalan dalam menjalani ujian ilahi akan melahirkan degradasi pada masyarakat. Hal itulah yang terjadi pada masa Imam Ali as yang berujung pada terbunuhnya beliau sebagai syahid di mihrab ibadah di tangan manusia yang paling sengsara. Kisah itu pula yang menjadi penyebab syahidnya Imam Husain (as) bersama para sahabatnya yang setia di padang Karbala.
Menyinggung keberhasilan Iran di pentas dunia beliau mengatakan, "Dengan berbagai tekanan ekonomi, kebohongan propaganda, serta upaya mengesankan Republik Islam Iran sebagai ancaman bagi berbagai negara dan bangsa, musuh berusaha keras untuk mencegah gerak langkah pemerintahan Islam ini ke arah kemajuan. Namun mereka gagal."
Mengenai kekandasan sepak terjang Amerika Serikat di Palestina, Lebanon, Afghanistan dan Irak, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, AS menyebut Republik Islam Iran sebagai biang kegagalannya. Padahal kegagalan mereka disebabkan oleh kesadaran dan langkah bijak bangsa-bangsa di kawasan.
Rahbar mengingatkan bahwa pengaruh besar Republik Islam Iran di kawasan dan di antara berbagai bangsa adalah pengaruh spiritual. Sebab, pemerintahan Islamlah yang menggugah bangsa-bangsa ini.
Di Irak AS sudah melakukan banyak hal untuk mencegah terbentuknya pemerintahan yang ada saat ini, tapi gagal. Berkat kesadaran rakyat Irak, pemerintahan inipun akhirnya terbentuk, dan AS tidak bisa berbuat apa-apa.
Rahbar mengungkapkan, "Bangsa Iran berhasil menjalani berbagai ujian ilahi selama 32 tahun. Kini bangsa Iran lebih kokoh dan berwibawa dari sebelumnya dengan tekad kuat, kewaspadaan yang tinggi dan persatuan untuk mencapai puncak kebahagiaan, kesempurnaan dan kehidupan di dunia dan akhirat." (IRIB/PH/19/1/2011)
0 comments to "Revolusi Islam merambah keseluruh dunia"