Kebangkitan Imam Husein as pada hari Asyura adalah di antara peristiwa penting sejarah yang mempunyai banyak aspek. Banyak buku dan tulisan terkait peristiwa bersejarah ini, bahkan akhir-akhir ini merambah ke dunia perfilman. Tidak sedikit pakar sejarah dan sosial yang menghabiskan waktu mereka untuk mengulas berbagai aspek peristiwa Asyura ini.
Mokhtar Nameh adalah salah satu film serial yang mempersembahkan kebangkitan tokoh Mokhtar Al-Tsaqafi pasca peristiwa Karbala. Film serial itu disutradarai oleh Daoud Mir Baqiri. Serial Mokhtar Nameh itu dikemas dalam 40 seri yang ditayangkan oleh televisi lokal Iran dan channel satelite IFilm. Pembuatan film itu menelan waktu 9 tahun yang juga didukung dengan riset atas sejarah ini. Serial ini juga melewati 700 shooting. Dari keseluruhan pengambilan gambar itu, 100 shooting berkaitan dengan lima perang besar.
Lebih dari itu, proyek pembuatan film ini menelan dana yang tidak sedikit dan mengerahkan sumber daya manusia di berbagai bidang. 110 aktor utama dan 400 peran pembantu dilibatkan dalam serial Mokhtar Nameh ini.
Bagi Davoud Mir Baqiri, pembuatan film sejarah ini bukanlah yang pertama kali dilakukannya. Terkait serial Mokhtar Nameh, Mir Baqiri mengatakan, "Mengenal pribadi-pribadi mulia dan tokoh agama adalah hal yang menarik. Saya tertarik mengenal figur-figur agama dalam sejarah melalui dunia sinema dan televisi. Dari sisi sejarah, kebangkitan Mokhtar Al-Tsaqafi sangat sensitif. Karena langkah Mokhtar itu adalah kebangkitan pertama setelah peristiwa Asyura. Apalagi Mokhtar berhasil mencapai tujuan kebangkitannya." Mir Baqiri menambahkan, pembuatan serial Mokhtar Nameh bertujuan mengenalkan misi kebangkitan Imam Husein as dan pemikirannya."
Lebih lanjut Mir Baqiri menjelaskan, "Dari sisi skenario, serial Mokhtar Nameh mempunyai daya tarik luar biasa. Skenario dan topik yang diangkat dalam serial ini bisa dikatakan aktif dan dramatik. Apalagi alur cerita itu didukung dengan tarik ulur dan konflik para tokoh yang diperankan dalam serial tersebut. Di dunia sinema, hal seperti ini sangat berperan penting yang tentunya kian meningkatkan daya tarik film."
Imam Husein as, Pemenang Sebenarnya
Tak dapat dipungkiri, Imam Husein as mempelopori kebangkitan dengan tujuan menghidupkan kembali Islam dan menghadapi pemerintah yang lalim. Kebangkitan Imam Husein as mencapai puncaknya pada hari Asyura. Dalam pertarungan di Karbala pada hari Asyura, Imam Husein as dan para sahabatnya dibantai para musuh Allah Swt. Kebangkitan Imam Husein as terkesan kalah dalam menghadapi musuh, sedangkan pasukan Yazid bin Muawiyah terkesan menang karena mampu membantai Imam Husein as dan para sahabat setianya, bahkan menjadikan Ahlul Bait Rasulullah Saw sebagai tawanan perang.
Ternyata misi kebangkitan Imam Husein tetap berlanjut pasca peristiwa Asyura. Misi kebangkitan itu dilanjutkan oleh karavan Ahlul Bait as yang dijadikan sebagai tawanan perang. Pasca Peristiwa Karbala, keluarga Rasulullah Saw yang dipimpin Sayidah Zainab as mampu berperan sebagai penyambung misi Imam Husein as. Melalui penjelasan Sayidah Zainab kepada masyarakat saat itu, konspirasi musuh yang berupaya menghancurkan Islam dan kebenaran di muka bumi ini dapat dipatahkan. Banyak yang tidak tahu bahwa kemenangan sebenarnya dalam perang ini adalah Imam Husein as.
Tidak lama setelah Peristiwa Asyura, sejumlah orang merasa menyesal karena tidak mendampingi Imam Husein as di Karbala.Setelah itu, mereka memilih untuk bersikap terhadap pemerintah lalim saat itu dan menunjukkan perlawanan terhadap Bani Umayah. Dalam sejarah disebutkan bahwa banyak pergerakan yang bermunculan setelah Peristiwa Asyura, bahkan pergerakan perlawanan itu mengatasnamakan gerakan Imam Husein as.
Kebangkitan Tawwabin dan Mokhtar adalah di antara gerakan terpenting pasca Peristiwa Asyura karena mereka berhubungan langsung dengan Peristiwa Karbala yang juga penduduk Kufah. Terkait Peristiwa Karbala, para penduduk Kufah dapat dikatakan sebagai pihak yang merasa bersalah karena mereka mengundang Imam Husein as dari Madinah ke Kufah. Namun setelah itu, mereka mencabut undangan kepada Imam Husein as setelah adanya intimidasi dari penguasa saat itu. Pada saat yang sama, Imam Husein as dan keluarganya sudah bergerak menuju ke Kufah, dan mereka dibantai di kota Karbala sebelum tiba di Kufah.
Siapakah Mokhtar Al-Tsaqafi?
Mokhtar Al-Tsaqafi adalah salah satu tokoh terkemuka dalam pergerakan pasca Peristiwa Asyura. Ketika Peristiwa Karbala terjadi, Mokhtar ada di penjara. Siapapun yang mengenal tokoh ini dapat mengetahui pesan kebangkitan Imam Husein as. Mengapa Mokhtar mampu membalas para pembunuh Imam Husein as? Siapakah Mokhtar sehingga bisa melanjutkan gerakan Imam Husein as?
Mokhtar bin Abu Ubaidah Tsaqafi pada awal tahun hijriah atau 622 masehi, lahir ke dunia. Beliau lahir di tengah keluarga Arab terkemuka. Dalam sejarah disebutkan bahwa Mokhtar adalah sosok yang berani, bijak dan pintar. Bahkan beliau berulangkali menunjukkan kepiawaian dan kecerdasannya dalam berbagai perang.
Mokhtar Tsaqafi juga disebut-sebut sebagai sahabat setia Imam Husein as yang mempunyai pengaruh besar di Kufah. Ketika Ubaidillah bin Ziyad berkuasa di Kufah, Mokhtar dijebloskan dalam penjara. Bahkan ia mendekam di penjara hingga pasca Karbala. Menurut sejarah, Mokhtar baru dibebaskan dari penjara, lima tahun setelah Peristiwa Asyura.
Setelah bebas, Mokhtar mengkoordinasi massa untuk membalas pembantaian penguasa saat itu atas Imam Husein as. Pada waktu yang tepat, Mokhtar berhasil membangkitkan masyarakat melalui gerakan perlawanannya di tahun 66 hijriah atau 685 masehi. Dalam gerakan itu, Mokhtar mampu menundukkan kota Kufah dan mengendalikan pemerintah selama 18 bulan. Setelah Kufah berhasil dikuasai, Mokhtar menerapkan hukum qishas atau eksekusi atas pembantai-pembantai Imam Husein as di Karbala. Di masa itu, Mokhtar juga berhasil menundukkan berbagai wilayah lainnya. Akan tetapi pada akhirnya, Mokhtar gugur syahid saat berperang dengan pasukan Mus'ab bin Zubeir pada tahun 67 hijriah (686 masehi).
Allamah Majlesi yang juga salah satu ulama terkenal asal Iran mengatakan, "Mokhtar menyampaikan kemuliaan-kemuliaan Ahlul Bait as. Bahkan ia meyakini bahwa Ahlul Bait adalah sosok-sosok yang paling layak sebagai pemimpin pemerintah. Beliau juga merasa sedih atas segala musibah yang terjadi pada Ahlul Bait as." Penulis lainnya asal Mesir, Taufiq Abu A'lam, ketika berbicara tentang perjuangan Mokhtar Al-Tsaqafi mengatakan, " Di antara sikap tegas dan kebangkitan dalam menyikapi sejarah yang kelam adalah langkah obyektif Mokhtar Al-Tsaqafi."
Kontroversi Serial Mukhtar Nameh
Film Serial Mokhtar Nameh mendapat sambutan luar biasa dari pemirsa. Bahkan serial itu kini di-dubbing-ke berbagai bahasa. Menyusul permintaan dari para penonton di negara-negara Arab, para pejabat IRIB siap mengirimkan serial Mokhtar Nameh ke berbagai negara untuk disiarkan. Serial Mokhtar Nameh sudah di-dubbing ke bahasa Inggris, Perancis, Kurdi, Bosnia, Azari, Urdu dan Arab.
Meski demikian, sejumlah pihak berpandangan subyektif terkait serial sejarah Mokhtar Nameh ini. Serial ini dianggap menghina sejumlah sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. Terkait hal ini, Ayatollah Nasir Makarim Shirazi yang juga salah satu marji terkemuka di Iran, mengatakan, "Riwayat sejarah dan penistaan adalah dua hal yang berbeda. Film ini adalah riwayat sejarah yang disampaikan dalam berbagai versi. Kita tidak sepatutnya menutup mata terkait sejarah. Penelitian sejarah adalah sebuah masalah tersendiri, sedangkan penistaan adalah masalah lain lagi. Dua hal yang berbeda tidak sewajarnya dijadikan sebagai satu masalah yang sama." Lebih lanjut Ayatollah Nasir Makarim Shirazi mengatakan, "Jika fanatisme disisihkan, sejarah yang ada akan teraplikasi dan banyak masalah yang abstrak akan jelas."
Direktur IFilm yang juga menayangkan serial Mokhtar Nameh dengan dubbing bahasa Arab, mengatakan, "Serial ini dibuat dengan referensi sejarah yang diakui berbagai kelompok Islam, baik Sunni maupun Syiah. Tak diragukan lagi, serial ini akan mendapat sambutan luar biasa di dunia Arab." Dalam kesempatan itu, Direktur IFilm juga menyinggung ayat Al-Quran yang menyerukan ummat Islam supaya mendengar terlebih dahulu dan mengambil pendapat yang terbaik.
Pada intinya, banyak laporan yang menyatakan kepuasannya atas serial Mokhtar Nameh. Serial buatan Iran ini bukan untuk pertama kali mendapat sambutan luar biasa, khususnya di dunia Arab. Serial-serial sebelumnya seperti Nabi Yusuf dan Maryam Moqaddas juga mendapat sambutan yang dahsyat. Film Serial Mokhtar Nameh diharapkan dapat mencerahkan ummat Islam , khususnya dalam mengenal perjuangan Imam Husein as di Karbala.(irib/26/1/2011)
Peringati Hari Arbain, Jutaan Peziarah Menyemut di Karbala
Jutaan peziarah Imam Husein berkumpul di kota suci Irak Karbala dalam rangka memperingati Hari Arbain atau 40 Hari Kesyahidan Imam Husein as, yang juga dikenal dengan istilah Hari Arbain.
Menurut laporan Press TV, sekitar 120.000 polisi dikerahkan di Karbala dan sekitarnya untuk mengamankan proses peringatan Hari Arbain yang dihadiri jutaan peziarah Imam Husein as.
Imam Husein as dan 72 keluarga dan sahabatnya gugur syahid dalam pertempuran yang tidak seimbang menghadapi ribuan pasukan Yazid bin Muawiyah pada tanggal 10 Muharram tahun 61 hijriyah.
Peringatan Hari Arbain semakin semarak dalam beberapa tahun terakhir ini. Di masa rezim Saddam, peringatan Hari Arbain dilarang karena semangat dan pesan perjuangan cucu Nabi Saw itu dikhawatirkan dapat melengserkan rezim saat itu. Setelah tergulingnya Saddam, masyarakat Irak dan para peziarah dari berbagai negara berdatangan memperingati Hari Arbain di Karbala.
Dalam peringatan Hari Arbain, para pecinta Ahlul Bait as dari berbagai penjuru Irak berjalan kaki menuju Karbala. Seperti disiarkan Channel Satelite Karbala, para pejalan kaki sudah memadati arus jalan dari kota Najaf hingga Karbala yang berjarak sekitar 80 km. Channel Satelite Karbala juga memperlihatkan jalan kaki massal para pecinta Ahlul Bait as yang disorot dari helikopter. Jalan kaki massal itu dilakukan untuk mengenang iringan keluarga Ahlul Bait as yang dipimpin Sayidah Zainab pasca peristiwa Karbala. (IRIB/AR/ AHF/25/1/2011)
Peringati Hari Arbain, Ratusan Ribu Peziarah Padati Karbala
Ratusan ribu peziarah Muslim berkumpul di kota suci Irak, Karbala untuk memperingati 40 Hari Kesyahidan Imam Husein as, yang juga dikenal dengan istilah Hari Arbain.Imam Husein as dan 72 sahabatnya gugur syahid dalam pertempuran yang tidak seimbang. Di Padang Karbala, Imam Husein as dan sahabatnya yang hanya berjumlah 72 orang harus menghadapi ribuan pasukan yan dikerahkan Yazid bin Muawiyah.
Peringatan Hari Arbain semakin semarak dalam beberapa tahun terakhir ini. Di masa rezim Saddam, peringatan Hari Arbain dilarang karena semangat dan pesan perjuangan cucu Nabi Saw itu dikhawatirkan dapat melengserkan rezim saat itu. Setelah tergulingnya Saddam, masyarakat Irak dan para peziarah dari berbagai negara berdatangan memperingati Hari Arbain di Karbala.
Berdasarkan laporan tersebut, sekitar 30.000 polisi dikerahkan di sekitar kota untuk meningkatkan keamanan dan mengawal peringatan Hari Arbain. Tahun lalu, peringatan peristiwa ini diikuti sekitar 12 juta pecinta Ahlul Bait as. Diprediksikan bahwa peringatan Hari Arbain melampui angka peserta tahun sebelumnya, menyusul kondisi di Karbala dan sekitarnya kian aman.
Dalam peringatan Hari Arbain, para pecinta Ahlul Bait as dari berbagai penjuru Irak dan negara-negara sekitar berjalan kaki dari kota Najaf hingga Karbala, yang berjarak sekitar 80 km. Jalan kaki massal itu dilakukan untuk mengenang iringan keluarga perempuan Ahlul Bait as yang dipimpin Sayidah Zainab pasca peristiwa Karbala. (IRIB/AR/RM/24/1/2011)Sedikitnya 12 orang tewas dan lebih dari 30 lainnya cedera dalam dua ledakan bom yang mengguncang di wilayah sekitar kota Karbala, Irak.
Polisi mengatakan bom mobil meledak di sebuah tempat parkir di al-Ibrahimiyah, menghancurkan sejumlah kendaraan dan bangunan sekitar. Serangan teror itu terjadi di saat puluhan ribu peziarah dari berbagai kota Irak berbondong-bondong menuju makam suci imam ketiga umat Syiah, Imam Husein, di Karbala.
Kekerasan dan ledakan bom massif terus berlanjut di berbagai kota Irak.
Puluhan ribu peziarah berkumpul oleh ribu ke sejumlah kota Irak termasuk, Karbala, Najaf dan Baghdad untuk memperingati Arbain, hari berkabung 40 hari setelah kesyahidan Imam Husein dan para sahabat beliau di padang Karbala.
Ledakan bom hari Senin itu melengkapi gelombang kekerasan di Irak dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya, lebih dari 100 orang tewas dan puluhan lainnya cedera pekan lalu dalam serangkaian serangan yang menarget aparat keamanan Irak dan para peziarah.
Gelombang baru serangan teror dan instabilitas di Irak itu terjadi hanya beberapa pekan setelah Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, membentuk pemerintahan baru, mengakhiri kebuntuan politik sejak pemilu parlemen Maret lalu. (IRIB/MZ/MF/24/1/2011)Para dokter Bulan Sabit Merah Iran akan dikerahkan untuk melayani para peziarah Hari Arbain atau 40 Hari Kesyahidan Imam Husein as di lokasi antara Haram Imam Husein as dan Abul Fadhl Abbas, yang juga diistilahkan dengan Bainal Haramain.
Direktur Urusan Medis untuk Haji dan Ziyarah, Ali Haedari dalam wawancaranya dengan wartawan IRNA, Sabtu (22/1/2011), mengatakan, "Tim medis Bulan Sabit Merah Iran terdiri atas 25 personel yang akan melayani para peziarah yang memperingati Hari Arbain." Dikatakannya pula, Bulan Sabit Merah Iran akan membangun pos-pos di beberapa titik strategis atau tempat yang ramai para peziarah.
Menurut laporan tersebut, personel-personel Bulan Sabit Merah yang dikerahkan untuk Hari Arbain adalah dokter spesialis bedah, perempuan dan dokter umum serta tim penolong darurat. Disebutkan juga, Bulan Sabit Merah Iran akan tetap bertugas sepekan setelah Hari Arbain.
Haedari juga menjelaskan, "Pada Hari Arbain, para peziarah yang memadati Haram Imam Husein as dan Abul Fadhl Abbas di Karbala mencapai sekitar 12 juta orang." Haedari lebih lanjut menjelaskan, "Iran juga mengirimkan obat-obatan ke Irak. Hingga kini, tidak ada problema terkait pengiriman obat-obatan dan alat medis ke Irak."
Menurut data yang ada, hampir sekitar lima ribu peziarah asal Iran setiap harinya berziarah ke Irak melalui jalur darat dan udara. (IRIB/AR/RM/22/1/2011)
0 comments to "Di Balik Kontroversi Serial Mokhtar Nameh"