Home , , , , , � Gusdur ku dan Palestina serta Tiga Tokoh akan Beri Kesaksian Soal Gus Dur

Gusdur ku dan Palestina serta Tiga Tokoh akan Beri Kesaksian Soal Gus Dur


Gus Dur Bantah  Pernah Dibaptis

Gus Dur Bantah Pernah Dibaptis


Ulakan, Pariaman (ANTARA News) - Mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), membantah kembali bahwa dirinya pernah dibaptis menjadi non-muslim.

"Kalau saya dibaptis, pastinya tidak kemari," kata Gus Dur menjawab pertanyaan seorang jemaah ketika berdialog dengan tokoh ulama muslim pengikut ajaran Tarekat Syatari`ah di komplek makam ulama kharismatik Minangkabau, Syech Burhanuddin, di Ulakan, Kabupeten Padang Pariaman.

Pertanyaan itu muncul terkait pernah beredarnya film dalam cakram digital (VCD) berisi tayangan Gus Dur di dalam acara keagamaan non-muslim dan didoakan oleh seorang peminpin agama tersebut.

Menurut Ketua Dewan Sura Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut, kalau dirinya dibaptis, maka dirinya telah ditolak para ulama di Pulau Jawa.

"Itu akibat dari perbuatan seorang non-muslim perempuan asal Solo. Ia masuk Islam, tapi sepertinya masuk pura-pura saja itu. Korbannya bukan hanya saya saja, masih banyak yang lain jadi korban," kata Gus Dur.

Ia menimpali, "Padahal, itu semua tidak benar."

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ULama (PBNU) itu mengatakan, "Yang dijadikan alasan adalah gambar saya yang di doakan oleh seorang pemuka agama non-muslim asal Amerika Serikat."

"Saya datang ke tempat ibadah non-muslim di Istora, mereka punya perayaan lalu tokohnya minta saya naik ke atas pangung untuk didoakan. Siapa yang tahu kalau doa tersebut diterima oleh Allah atau tidakkan bukan urusan kita," kata Gus Dur.

"Karena saya tidak bisa melihat, dia pasang bepel di atas saya. Sampai sekarang pun saya tidak pernah tahu. Akibat dari itu dikatakan, saya masuk agama lain, tapi tidak ada yang percaya," kata Gus Dur menambahkan. (*)

COPYRIGHT © 2008/sumber:http://www.antaranews.com/view/?i=1203596571&c=NAS&s=/Kamis, 21 Pebruari 2008 19:22 WIB


Gusdur dan seminar Holocaust di Bali


Prawacana Menanggapi Seminar Holocaust di Bali:
“Ketika Yang Mewancarai Tidak Tahu Persoalan, Sama Seperti Yang Diwawancarai”

Oleh Muhammad Musadiq*)

Inilah sikap mengecewakan, ketika sebagian pemimpin bangsa kita bisanya hanya “manutan” dengan tawaran bangsa asing.
Sikap Gus Dur untuk melakukan konferensi Toleransi Agama di Bali yang diselenggarakan pada Selasa (12 Juni 2007) sungguh sangat disesalkan.

Di sini persoalannya bukan pada masalah toleransi, tetapi pernyataan keliru Gus Dur yang mengatakan bahwa Presiden Iran, Ahmedinejad telah menolak keberadaan peristiwa Holocaust. Inilah Gus Dur, seorang mantan Presiden Indonesia yang terlalu tergesa-gesa untuk menerima masukan dari seorang warga AS, Colin Tail yang juga menjadi penyelenggara seminar di Bali untuk membela peristiwa Holocaust.

Pertama-tama, persoalan kebenaran peristiwa Holocaust bukanlah perselisihan pendapat yang terjadi antara Presiden Ahmedinejad dan kaum Yahudi, karena penolakan atau denial atas peristiwa Holocaust untuk pertama kalinya justru berasal dari mayoritas bangsa Israel sendiri.

Mungkin Gus Dur perhatian dengan persoalan keagamaan di Indonesia dan berupaya agar tidak muncul sikap ekstrim. Tetapi sayangnya, Gus Dur sendiri terjebak dengan sikapnya yang ekstrim untuk memaksakan kebenaran peristiwa Holocaust yang sebenarnya masih menjadi perdebatan hangat dikalangan umat Yahudi, jauh sebelum Presiden Ahmedinejad menyelenggarakan seminar Holocaust di Iran.

Sebagai seorang mantan Presiden, Gus Dur seharusnya bisa melihat persoalan ini secara proporsional dengan tidak melakukan tirani-intelektual, serta memaksakan pendapatnya bahwa bangsa Indonesia harus percaya kepada peristiwa Holocoust. Sebab, bagi orang-orang yang cermat di dalam mengamati perkembangan Yudaisme di dunia, maka mereka jelas akan menertawakan seminar non-akademis yang dilakukan Gus Dur di Bali bersama pemimpin spiritual Hindu, Sri Sri Ravi Shankar, dan Direktur the Pardes Institute of Jewish studies, Rabbi Daniel Lande.

Gus Dur seharusnya tahu bahwa tidak semua bangsa Israel membenarkan peristiwa Holocaust, bahkan buku The Holocaust Industry yang ditulis oleh seorang Yahudi, Norman G. Finkelstein jelas menunjukkan bahwa yang menolak kebenaran Holocaust bukanlah Presiden Ahmedinejad, tapi justru sebagian besar umat Yahudi sendiri.
Finkelstein mengatakan:

“Since the late 1960s, there has developed a kind of Holocaust industry which has made a cult of the Nazi Holocaust. And the purpose of this industry is, in my view, ethnic aggrandisement - in particular, to deflect criticism of the State of Israel and to deflect criticism of Jews generally.” (Dari BBC News, Europe, 26 Januari, 2000 Is there a Holocaust 'Industry'?)

Demikian pula, Gus Dur seharusnya tidak semata-mata membangun hubungan toleransi beragama dengan rezim Tel Aviv di Israel, tetapi bila Gus Dur memang ingin menyuarakan kebenaran dan toleransi, maka dia seharusnya membangun hubungan dan kerjasama toleransi beragama dengan semua Rabbi di dunia, termasuk dengan mereka yang anti terhadap Zionisme, dan bukan hanya dengan mereka yang mendukungnya.

Dalam sebuah artikel yang berjudul The Role Of Zionism In The Holocaust—oleh Rabbi Gedalya Liebermann, di Australia—secara jelas dinyatakan bahwa penanggung jawab terbunuhnya umat Yahudi di Eropa adalah akibat gerakan Zionisme yang dimotori oleh sebagian kecil bangsa Israel sendiri. Dia mengatakan:

“All of the leading Jewish religious authorities of that era predicted great hardship to befall humanity generally and the Jewish People particularly, as a result of Zionism.” (http://www.jewsagainstzionism.com/antisemitism/holocaust/gedalyaliebermann.cfm)

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa di era PD II, kelompok Zionis lah yang justru berkolaborasi dengan pihak Nazi dengan memberikan bantuan militer kepada mereka. Ingat, hal ini terjadi pada masa—menurut konferensi Gus Dur di Bali—terjadinya pembantaian umat Yahudi secara masal oleh pihak Nazi di Eropa:

“In early January 1941 a small but important Zionist organization submitted a formal proposal to German diplomats in Beirut for a military-political alliance with wartime Germany. The offer was made by the radical underground "Fighters for the Freedom of Israel", better known as the Lehi or Stern Gang. Its leader, Avraham Stern, had recently broken with the radical nationalist "National Military Organization" (Irgun Zvai Leumi - Etzel) over the group's attitude toward Britain, which had effectively banned further Jewish settlement of Palestine. Stern regarded Britain as the main enemy of Zionism.”
(http://www.jewsagainstzionism.com/antisemitism/holocaust/gedalyaliebermann.cfm)

Soal Pendudukan Atas Palestina, Benar Atau Tidak Gus?

Salah satu persoalan lucu lainnya yang dinyatakan adalah tidak adanya pendudukan atas tanah Palestina oleh Israel. Mungkin, ini satu persoalan lainnya yang kurang dipahami oleh Gus Dur. Sebab, kasus pendudukan Palestina bukanlah isu yang dibuat oleh bangsa Palestina sendiri, tetapi persoalan ini sudah muncul sejak Deklarasi Balfour pada 2 November 1917. Deklarasi Balfour dibuat akibat kekalahan Kerajaan Ottoman setelah PD I. Sejak itu, wilayah Palestina diserahkan kepada pihak kolonial Inggris.

Pertemuan Kabinet Pemerintah Inggris pada 31 Oktober, 1917 menyatakan bahwa Inggris mendukung rencana Zionis untuk membuat sebuah “tanah air nasional” bagi warga Yahudi di tanah Palestina. Artinya, kaum Zionis memang akan menduduki wilayah Palestina dan membangun sebuah negara dan inilah yang disebut pendudukan.

Jadi , pernyataan Gus Dur yang mengatakan “Pendudukan Israel itu di mana ada pendudukan? Saya tanya. Ramallah dan lainnya tetap mereka di situ. Daerah-daerah suci tetap. Saya mau tanya pendudukan yang mana. Anda aja yang percaya, sendirian itu. Diomongin bohong-bohong kok mau aja.” (Sumber: rnw/hidayatullah.com), jelas tidak benar. Alasannya, persoalan Palestina bukan baru beberapa tahun silam, tapi persoalan ini telah muncul sejak tahun 1920 hingga 1948, saat disepakatinya Mandat Inggris atas Palestina. Artinya, tuntutan bangsa Palestina itu memang ada dasarnya, dan secara hukum internasional kasus pendudukan Palestina itu secara faktual ada, bahkan jauh sebelum Gus Dur sendiri dilahirkan.

Sebelum Israel mendeklarasikan Israel pada tahun 1948 di tanah Palestina, maka bangsa Palestina sudah diakui memiliki negara dengan batas-batas teritorial yang diakui oleh Eropa dan bangsa-bangsa lain.

Untuk itu, isu Palestina bukan suatu persoalan yang dibuat-buat alias direkayasa oleh Palestina, tetapi ia merupakan kasus internasional yang harus dicari jalan keluarnya. Yaitu, Israel harus minggat dari negara itu.

Tidak Semua Bangsa Israel Di Dunia Menyetujui Pembentukan Negara Israel

Salah satu persoalan lain yang kurang dipahami oleh Gus Dur adalah persoalan pembentukan negara Irael itu, sendiri yang terkait dengan konsep teologi Yudaisme. Secara ideologi, ajaran Yahudi dan mayoritas bangsa Israel di luar negeri tidak menyetujui terhadap pembentukan negara Israel itu sendiri. Menurut mereka, Zionisme telah menyalahi konsep dasar ideologi Yudaisme yang mana pada dasarnya, mereka tidak diperbolehkan untuk balik kesana kecuali bila Tuhan menghendaki hal tersebut.

Untuk itu, menurut mereka pembentukan negara Israel oleh kelompok Zionisme adalah penyimpangan akidah Taurat dan pelecehan terhadap ideologi dasar umat Yahudi. Inilah beberapa pandangan Rabbi Yahudi sendiri yang menolak terjadinya pembentukan negara Israel yang bukan berasal dari Tuhan secara langsung. Sebab sebelum masa itu, bangsa Israel dilarang untuk membentuk suatu negara apapun, karena hal itu melanggar sumpah kesetiaan kepada Tuhan dan yang akan datang nantinya bukan keselamatan Tuhan, tetapi justru bencana dari-Nya.

Para Rabbi yang menolak sebarang pembentukan Negara Israel sebelum era PD I:
• Maimonides
• Rabbi Yitzchok Aramah
• The Maharal of Prague
• Rabbi Avraham Galanti
• Rabbi Bechaye
• Rabbi Aryeh Leib Alter
• Rabbi Nachman
• Rabbi Yechezkel Halberstam
• Rabbi Tazdok Hakohen of Lublin
• Rabbi Yehoshua Leib Diskin
• Rabbi Samson Raphael Hirsch
• Rabbi Yosef Chaim Sonnenfeld
• Rabbi Yehoshea Dzikover

Para Rabbi yang menolak sebarang pembentukan Negara Israel sebelum era PD II:
• Rabbi David Friedman of Karlin
• Rabbi Meir Simcha of Dvinsk
• Rabbi Yosef Rozen
• Rabbi Avraham Freund
• Rabbi Elchonon Wasserman
• Rabbi Chaim Soloveichik of Brisk
• Rabbi Chofetz Chaim
• Rabbi Sholem Schneersohn
• Rabbi Shaul Brach
• Rabbi Yissachar Dov Belze Rabbe
• Rabbi Chaim Oizer Grodzinski
• Rabbi Chaim Elazar Shapiro

Para Rabbi yang menolak sebarang pembentukan Negara Israel setelah PD II:
• Satmar Grand Rebbe Joel Teitelbaum
• Rabbi Yosef Tzvi Dushinsky
• Rabbi Yitzchock Zev Soloveitchik
• Rabbi Avraham Yeshayau Karelitz
• Rabbi Yitzchok Dov Koppelman
• Rabbi Michael Dov Weissmandl
• Rabbi Aharon Kotler
• Rabbi Mordechai Gifter
• Rabbi Elya Svei
• Rabbi Baruch Kaplan
• Rabbi Amram Blau
• Rabbi Avigdor Miller, zt'l
• Rabbi Yitchok Hutner Z"L

Pernyataan Bersama Yang Dikeluarkan oleh Para Rabbi di
AS, Kanada dan Eropa yang menolak Zionisme.
• Pernyataan oleh 77 Rabbi terkemuka di AS dan Kanada
• Pernyataan 30 September 1982 oleh 13 Rabbi terkemuka di Europa dan Kanada
• Pernyataan 2 Juni 1920 oleh 12 Rabbi Agung di Hungaria menolak Zionisme
• Pernyataan 14 Desember, 1925 di Kaszica, Hungaria

Protes dan Demonstrasi Terhadap Zionisme Oleh Bangsa Israel Sendiri

2005 Protes atas kekerasan terhadap Yahudi di Holy Land, Montreal, Kanada
2005 10,000 Protes atas kekerasan terhadap Yahudi di Holy Land, New York City, NY
2004 Protes atas penodaan makam kuno Acco, Holy Land
2003 Ortodox Yahudi memprotes Pemilu Israel 28 Jan 2003 Yerusalem, Holy Land
2002 Protes sewaktu kunjungan Ariel Sharon kepada Presiden Bush Washington, DC
2002 Protes massa Yahudi atas Israel, 12 Februari 2002 Manhattan, NY
1980 Protest massa Yahudi atas kebrutalan polisi negara Zionis di Manhattan, NY
1980 Protes atas PM Begin, Washington, DC
1979 Protes di Madison Square Garden (dihadiri oleh Satmar Grand Rebbe Teitelbaum)
New York City, NY
1973 Penduduk Mea She'arim memprotes peringatan ke 25th atas Pendirian negara
Zionis

Melalui sedikit uraian yang ringkas ini, semoga Gus Dur bisa memahami persoalan sesungguhnya yang ingin disampaikan pada saat konferensi Holocaust di Iran yang diselenggrakan oleh Presiden Iran Ahmedinejad. Artinya, acara itu bukan ingin memojokan bangsa Israel, tetapi justru ingin menyadarkan masyarakat dunia bahwa pembentukan sebuah negara yang bernama Israel pada tahun 1948 oleh Zionisme bukanlah keinginan seluruh bangsa Israel di dunia, tetapi hanya segilintir kelompok bangsa Israel saja.

Dengan demikian, kasus penolakan Holocaust tidak selayaknya di konfrontasikan dengan Presiden Iran, Ahmadinejad seorang, tetapi ia mewakili suara-suara sumbang bangsa Israel yang mengharapkan perhatian dan keinginan mereka untuk menjalankan ajaran mereka secara damai dan tentram di dunia ini.

Di samping itu, persoalan Palestina bukan persoalan fiktif yang telah direkayasa oleh segelintir kelompok dari kalangan bangsa Palestina, tapi ia justru persoalan real dan nyata serta membutuhkan perhatian dari kita semua.

Untuk itu, kalau ingin membantu menghidupkan toleransi beragama, LIHAT-lah setiap persoalan secara arif dan bijaksana, sehingga keputusan kita sebagai sebuah bangsa yang besar dan ingin berperan di dunia tidak sekedar membeo apalagi memBUTA. Bukankah begitu Gus?

(Sumber Utama: http://www.jewsagainstzionism.com)


*) Muhammad Musadiq,
Pakar kristologi, penulis buku,"Yudas Bukan Penghianat".
http://musadiqmarhaban.wordpress. com/
sumber:http://purkonhidayat.multiply.com/reviews/item/2

Warisan Gus Dur Dalam "Setahun Gus Dur Kita"

Warisan Gus Dur Dalam Setahun Gus Dur Kita
(ANTARA/Syaiful Arif)
Jakarta (ANTARA News) - Banyaknya persoalan bangsa terutama dalam hal pluralisme dan toleransi bergaung dalam acara "Setahun Gus Dur kita : mewarisi kearifan Gus Dur" di Jakarta Kamis malam.

"Kita menziarahi kearifan-kearifan yang ditinggalkan Gus Dur," kata seniman Butet Kertarajasa di sela pentas monolognya. Butet mengatakan bahwa sosok Gus Dur merupakan pemimpin yang pluralis dan humoris. "Sekarang kita dihadapkan mengenai bagaimana kita memaknai warisan-warisan Gus Dur," katanya.

Tokoh Agama Katolik Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa pertama kali megenal Gus Dur dari tulisannya di Kompas pada tahun 70-an.

Menurut dia, Gus Dur sebagai pemimpin mengkombinasikan 3 hal yaitu muslim sejati, seorang nasionalis sejati dan humanis yang sangat menginginkan Indonesia keluar dari keterpurukan. "Ia memposisikan kaum minoritas bukan sebagai underdog." dan hal itulah yang disambut oleh senang oleh minoritas," kata Frans.

Dia mengemukakan upaya mengenang Gus Dur menjadi sebuah upaya untuk secara terus menerus berdialog dengan pemikiran-pemikirannya. "Dan memetik kearifan dari sana," kata Frans.

Acara itu juga dimeriahkan dengan hadirnya "wisata kuliner" yang menyajikan makanan-makanan favorit Gus Dur. Terdapat juga pameran foto mengenai sosok gus dur dari berbagai sumber serta patung replika Gus Dur yang menyerupai patung Buddha berwarna kuning emas. Karya Dolorosa Sinaga berbahan fiberglass itu diberi nama "Wali Tertawa" .
(Yud/A038/BRT)

COPYRIGHT © 2010/Jumat, 31 Desember 2010 05:42 WIB | Peristiwa | Umum | Dibaca 1064 kali/sumber:http://www.antaranews.com/berita/1293748967/warisan-gus-dur-dalam-setahun-gus-dur-kita

Tiga Tokoh akan Beri Kesaksian Soal Gus Dur

Jakarta (ANTARA News) - Tiga tokoh nasional akan memberikan kesaksian semasa hidup mantan Presiden Abdurrahman "Gus Dur" Wahid dalam peringatan wafatnya tokoh pluralisme tersebut.

"Tiga tokoh yaitu Try Sutrisno, Mahfud MD dan Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam acara seminar, dan akan memberikan testimony (kesaksian) atas diri Gus Dur semasa hidupnya sebagai tokoh dan guru bangsa yang menghargai pluralisme dan multikulturalisme dengan semangat kebangsaan yang tinggi," penanggung jawab pelaksana acara tersebut Eddie Kusuma dalam siaran pers yang diterima ANTARA, Jumat.

Edi mengatakan, acara tersebut merupakan salah satu rangkaian seminar nasional bertajuk melestarikan semangat (spirit) Gus Dur dalam kebangsaan dan multikulturlisme yang digelar dalam rangka mengenang satu tahun wafatnya almarhum Gus Dur yang akan berlangsung Senin (10/1) pukul 09.00 WIB di Flores Ballroom Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng No 1, Jakarta Pusat.

"Menurut rencana, seminar ini akan dibuka oleh Menteri Agama Suryadharma Ali," kata Eddie.

Seminar tersebut, juga akan dihadiri isteri Gus Dur Shinta Nuriyah Wahid dan puterinya.

Selain itu, akan hadir pula sejumlah tokoh nasional, antara lain mantan Wakil Presiden Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Mahfud MD, Ketua Umum PB NU Prof H Said Aqil Siraj dan Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Sementara pembicara pada seminar yang dipandu oleh Prof Nur Kholis Setiawan ini juga akan menghadirkan para pakar atau tokoh rohaniawan yang berkompeten dalam bidang kebangsaan dan multikulturalisme.

Mereka adalah KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dari Islam, Sekjen PGI Pdt Bambang Wijaya dari Kristen, Franz Magnis Suseno dari Katholik, Maha Bhiksu Dutavira Sthavira (Suhu Beny) dari Buddha, Bingki Irawan dari Khong Hu Chu, Indra Udayana dari Hindu dan Taosu Kusumo dari Tao.

Selain itu, direncanakan hadir Venerable Master Chin Kung, sahabat Gus Dur yang sangat mengedepankan masalah multikulturalisme dan pluralisme, yang akan menjadi pembicara kunci.

Pada paparannya nanti, Venerable Master Chin Kung akan menyampaikan pikiran dan pandangannya dengan topik pendidikan akan membangun persatuan dan kesatuan bangsa.

"Seminar ini dimaksudkan untuk meneladani kiprah Gus Dur dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, selain itu untuk menatap masa depan Indonesia yang lebih baik dari sisi keharmonisan hubungan antar agama," jelas Nur Kholis Setiawan.

Sedangkan dalam rangkaian kunjungannya ke Indonesia, Master Chin Kung juga akan berziarah ke makam Gus Dur di Jombang, Jawa Timur pada Jumat (14/1).

Mantan Presiden keempat Indonesia Abdurrahman Wahid wafat pada 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun.

Gus Dur dimakamkan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang dan dihadiri oleh ribuan pendukungnya.

(M041/A035/S026/Jumat, 7 Januari 2011 16:22 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | Dibaca 297 kali)

0 comments to "Gusdur ku dan Palestina serta Tiga Tokoh akan Beri Kesaksian Soal Gus Dur"

Leave a comment