Home , , , , � Kekayaan Hosni Mubarak Rp 287 Triliun !!!!!!!

Kekayaan Hosni Mubarak Rp 287 Triliun !!!!!!!



Presiden Mesir Hosni Mubarak telah berkuasa selama 30 tahun di Mesir. Selama itulah dia memumpuk kekayaan, menurut situs Daily Telegraph, kekayaan Mubarak mencapai 20 miliar pounds atau sekitar Rp 287 triliun.

Kekayaan Mubarak ini sebagian disimpan di sejumlah rekening bank di Swiss, Amerika Serikat dan Inggris. Sebagian lagi hartanya berupa properti yang tersebar di Los Angeles, Washington dan New York. Sejak berkuasa pada 1981, Mubarak mampu membuat negara di Afrika Utara itu stabil. Rahasianya, dia membangun hubungan baik dengan negara-negara Barat dan Israel. Namun di balik kestabilan, korupsi, kemiskinan dan kekerasan oleh negara tumbuh subur di Mesir.

Mubarak lahir 1928 di desa Kahel-el-Meselha. Dia tamat dari Akademi Militer pada 1949. Setelah perang Arab-Israel, Mubarak mendapat promosi menjadi Kepala Angkatan Udara Mesir, inilah pintu pertama dia masuk ke lingkaran elit politik.

Mubarak dikenal seorang pembantu setia Presiden Mesir Anwar Sadat. Dia diangkat jadi Wakil Presiden oleh Anwar Sadat pada 1975. Sejak itu dia memainkan peranan penting: membangun hubungan dengan negara-negara barat. Pada 1981, Sadat dibunuh, Mubarak naik menjadi orang nomor satu di Mesir.

Satu bukti kedekatan Mubarak dengan negara Barat, yakni ketika bekas Perdana Menteri Inggris Tony Blair menghabiskan liburan di vila mewah Mubarak di Laut Merah. Blair bersama keluarganya menginap di vila bernama Sharm-el-Sheikh.

Mubarak menikah dengan Suzanne, yang berdarah campuran, Mesir-Inggris. Ayah Suzanne, Saleh Thabet, yang berprofesi sebagai dokter anak bertemu dengan Lily May Palmer, suster yang tumbuh dewasa di Wales. Mereka bertemu di London. Saleh kemudian menikah dengan Lily, dan lahirlah Suzanne.

Dalam sebuah wawancara dua tahun lalu, Suzanne mengatakan masih memiliki saudara sepupu di Inggris. “Aku sangat nyaman dengan dua budaya ini, dua bahasa, dua dunia yang berbeda,” kata ibu negara berusia 69 tahun tersebut.

Mubarak dan Suzanne memiliki dua anak laki-laki, Alaa dan Gamal. Keduanya berkarir di bidang keuangan. Alaa, si sulung, jarang muncul dan tidak tertarik politik. Sedangkan Gamal, 47, lebih sering terlihat dan lebih dikenal orang.

Gamal terjun ke dunia politik pada 2000. Ayahnya menunjuk dia menjadi Sekretaris Jenderal partai berkuasa, National Democratic Party. Gamal lulusan American University di Kairo, dia bekerja di Bank of America, Mesir lalu pindah ke London. Dia tinggal di sebuah rumah mewah 5 lantai di kawasan elit London, Knightsbridge.

Di rumah bergaya Georgian seharga 8,5 juta pounds atau sekitar Rp 122 miliar, Suzanne kini tinggal. Dia dikabarkan telah terbang ke Inggris dengan membawa 100 kopor. [TEMPO]

sumber:http://kabarnet.wordpress.com/2011/02/01/kekayaan-hosni-mubarak-rp-287-triliun/

Militer Mesir Akhirnya Berpihak pada Rakyat, Selamat Tinggal Mubarak!

Militer Mesir Senin sore waktu setempat (31/1) mengumumkan tuntutan masyarakat dan aksi protes di jalan-jalan selama sepekan sebagai tindakan legal yang sama sekali tidak melanggar hukum. Pernyataan itu disampaikan oleh Jurubicara Militer Mesir dalam statemen resmi yang ditayangkan langsung oleh televisi lokal.

Berdasarkan laporan tersebut, militer mengaku bahwa aksi protes masyarakat selama sepekan terakhir konstitusional. Untuk itu, militer Mesir tidak akan menggunakan senjata dan kekerasan dalam menghadapi para pengunjuk rasa.

Pernyataan resmi militer yang dirilis kantor berita resmi Mesir, Middle East News Agency (MENA) juga menekankan kebebasan bereksperesi secara damai dan aman bagi seluruh pihak. Televisi lokal Mesir dalam berbagai laporannya juga meyakinkan bahwa militer tidak akan menggunakan kekerasan dalam menghadapi para pendemo.

Sementara itu, para analis politik selama ini menilai militer sebagai pertahanan terakhir Mubarak dalam mempertahankan kekuasaannya. Menyusul statemen resmi militer tersebut, Mubarak benar-benar berada di ambang kehancuran menyusul nasib diktator Ben Ali.

Sebelum pengumuman dirilis, Mubarak mengambil sumpah para anggota kabinet baru. Meski demikian, militer tetap berpihak pada rakyat. Selamat tinggal Mubarak!!! (IRIB/ Farsnews/AR/1/2/2011)

Terbentuk Kabinet Dagelan Versi Mubarak

Ahmed Shafiq setelah diangkat sebagai Perdana Menteri baru Mesir, ditugaskan membentuk kabinet. Sistem pemerintah di Mesir memposisikan status perdana menteri sebagai kepanjangan tangan dari presiden. Bahkan presiden mempunyai kuasa penuh untuk memberhentikannya. Untuk itu, pengangkatan Shafiq sebagai perdana menteri baru tidak akan mendatangkan perubahan signifikan di negara ini. Hal inilah yang membuat para pengunjuk rasa kian tidak puas atas rezim Mubarak. Bahkan jumlah pendemo kian bertambah pasca penunjukkan Ahmad Shafiq sebagai Perdana Menteri Mesir. Berdasarkan laporan dari berbagai sumber, jumlah pendemo di Kairo pada hari Senin bertambah menjadi setengah juta.

Senin sore waktu setempat (31/1), anggota-anggota kabinet yang ditunjuk Ahmed Shafiq mengambil sumpah jabatan depan Presiden Hosni Mubarak. Pelantikan itu langsung disiarkan oleh televisi lokal Mesir.

Dalam susunan kabinet baru terdapat sejumlah menteri baru seperti Gaber Asfour sebagai Menteri Kebudayaan, Samiha Fawzy sebagai Menteri Perdagangan, Samir Redwan sebagai Menteri Keuangan, Mahmoud Wajdi sebagai Menteri Dalam Negeri, Sameh Ahmed Younis sebagai Menteri Energi dan Listrik dan Mamdouh Marei sebagai Menteri Keadilan.

Sementara itu, ada beberapa wajah lama yang tetap dipertahankan dalam kabinet baru seperti Menteri Penerangan, Anas Al-Faki, Menteri Luar Negeri, Ahmed Aboul Gheit, Menteri Pertahanan Mohammed Hussein Tantawi, Menteri Perminyakan Sami Fahmi dan Menteri Parlemen, Mufid Shehab.

Sejumlah pengamat menilai pembentukan kabinet baru sebagai lelucon rezim Mubarak. Apalagi posisi-posisi strategis tetap mempertahankan wajah lama. Ini menunjukkan bahwa Mubarak sendiri tidak mempunyai alternatif untuk melakukan perubahan signifikan. Untuk itu, mundurnya Mubarak adalah jalan keluar yang tepat.

Dilaporkan pula, lobi-lobi Zionis Israel kini tengah bergerak meyakinkan dunia internasional bahwa lengsernya Mubarak dapat berdampak buruk pada konstelasi internasional. Tak dapat diragukan lagi, bila Mubarak lengser, Tel Aviv benar-benar akan kehilangan. Bahkan Presiden Zionis Israel, Shimon Peres, dalam menyikapi perkembangan terbaru di Mesir mengatakan, "Sistem diktator lebih baik dari pada terbentuknya sistem demokrasi yang berlandaskan Islam." (IRIB/ Aljazeera/AR/1/2/2011)

Skenario Berbahaya, Mubarak Kerahkan Penembak Jitu

Seorang purnawirawan polisi Mesir, Omar Afifi, mengkonfirmasikan masuknya senjata-senjata dari Israel untuk membantai para pengunjuk rasa serta penempatan pasukan penembak jitu di gedung-gedung tinggi untuk meneror para pemimpin kelompok oposisi yang ikut dalam demonstrasi.

Kantor Berita AFP melaporkan, Afifi dalam wawancaranya dengan televisi BBC bahasa Arab mengatakan, "Pemerintahan perang telah terbentuk di Mesir dan pemerintahan itu terdiri dari Wakil Presiden, Omar Sulaiman yang sebelumnya menjabat sebagai ketua dinas rahasia negara, dan Ahmad Shafik, Perdana Menteri Mesir. Saat ini pemerintahan tersebut tengah bekerjasama dengan musuh, Israel."

Ditambahkannya bahwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari lembaga-lembaga keamanan dalam negeri, senjata-senjata yang digunakan oleh para penembak jitu Mesir itu disuplai dari Israel dan dikirim dengan menggunakan dua helikopter.

Lebih lanjut dijelaskannya, "Saat ini, kondisi sangat berbahaya karena sejumlah penembak jitu telah di tempatkan di gedung-gedung tinggi untuk meneror para pemimpin kelompok oposisi. Saya menyatakan bahwa kondisi ini sangat berbahaya karena mungkin dalam beberapa jam mendatang rezim Mubarak akan melakukan pertumpahan darah. Oleh karena itu saya menuntut masyarakat internasional segera turun tangan untuk mencegah hal itu terjadi."

Di bagian akhir wawancaranya, Afifi mengatakan, "Anda tentu mengetahui bahwa baik Mubarak maupun wakilnya, Omar Sulaiman, keduanya memiliki hubungan baik dengan rezim Zionis Israel. Jelas bahwa masuknya senjata dan penembak jitu dari Israel ke Kairo akan sangat berbahaya. Karena alih-alih meredam demonstrasi, justru akan membuat warga semakin marah."

Afifi juga meminta seluruh aparat keamanan pemberani Mesir untuk bergabung dengan rakyat.(IRIB/MZ/SL/31/1/2011)

Menhan Mesir: “Kondisi Masih Terkontrol”

Puluhan ribu warga masih memenuhi jalan-jalan di Kairo khususnya di Bundaran Tahrir dan bahkan jumlah mereka semakin hari semakin meningkat. Menteri Pertahanan Mesir, Mohammad Hosein Tantawi, mengklaim bahwa "kondisi masih terkontrol."

Pernyataan itu dikemukakan Tantawi hari ini (31/1) saat meninjau gedung televisi nasional an-Neil. Ia juga menyampaikan statemen yang dirilis militer agar masyarakat tidak melanggar pemberlakuan kondisi darurat militer yang ditetapkan untuk Kairo, Iskandariyah, dan Suez.

Televisi an-Neil yan merupakan corong propaganda rezim Hosni Mubarak menambahkan bahwa hingga kini 3.200 orang ditangkap dan pihak militer terus memperkuat barisan pasukannya di Kairo.

Sumber tersebut melabel para warga yang tertangkap sebagai "pembuat onar" atau "tahanan pelarian".

Namun menariknya, televisi nasional Mesir ini sama sekali tidak meliput aksi unjuk rasa luas yang terjadi di Bundaran Tahrir dan secara berkesinambungan menyiarkan wawancara dengan berbagai tokoh. Tokoh-tokoh tersebut selalu mengeluhkan peristiwa yang terjadi saat ini dan menuntut penindakan tegas terhadap para "perusuh".

Selama berjam-jam televisi pro-Mubarak itu hanya menayangkan tempat berjejernya tank dan panser-panser di sebuah jalan di Kairo yang kosong dari massa. Terkesan bahwa masyarakat telah mematuhi kondisi darurat militer pada jam-jam yang telah ditentukan.

Di lain pihak, berbagai sumber pemberitaan menyatakan bahwa puluhan ribu warga berkonsentrasi di Bundaran Tahrir meski telah diperingatkan untuk tidak melanggar kondisi darurat militer.

Berdasarkan laporan terbaru, sekitar seratus ribu orang di kota al-Mansurah menggelar demonstrasi menuntut pengunduran diri Mubarak.

Guna mengesankan suasana yang mencekam, militer Mesir mengerahkan sejumlah helikopter tempur dan pesawat F-16 nya berpatroli di atas lokasi demonstrasi warga. (IRIB/MZ/SL/31/1/2011)

Ketakutan, Rezim Mubarak Tutup Jalur Kereta Api Seluruh Mesir

Setengah juta pengunjuk rasa berkumpul di Kairo pada hari ketujuh (Senin, 31/1). Jumlah pengunjuk rasa terus bertambah. Pada hari Senin, mereka menyerukan aksi mogok massal dan menuntut Presiden Hosni Mubarak segera mundur.

Sementara itu, Presiden Mubarak yang terancam lengser terus menjanjikan reformasi ekonomi dan politik. Hari Senin, Mubarak menerima sumpah anggota kabinet yang dibentuk Perdana Menteri baru Mesir, Ahmed Shafiq. Meski demikian, pengunjuk rasa tetap menolak keputusan rezim Mubarak. Sebab, kehendak para pendemo adalah perubahan sistem bukan pergantian pejabat. Lengsernya Mubarak adalah harga mati yang tak dapat ditawar lagi.

Kondisi di Mesir kian memanas. Bahkan hari ini (Selasa, 1/2) diserukan sebagai aksi jutaan pendemo yang akan memadati Kairo. Menyusul pengumuman itu, rezim Mubarak langsung menyatakan bahwa kereta api dari seluruh daerah yang menghubungkan ke ibukota ditutup. Alasan penutupan itu mengantisipasi datangnya para pendemo dari berbagai daerah ke Kairo.

Sementara itu, Televisi Aljazeera dan media-media Arab lainnya terus menayangkan aksi kekerasan pasukan keamanan Mesir dalam menghadapi para pendemo pada hari Jumat yang disebut dengan Hari Kemarahan. Dalam tayangan rekaman itu ditunjukkan bahwa para pendemo menggunakan jurus shalat dalam menghadapi aksi kekerasan pasukan keamanan. Setiap kali polisi mendekat, barisan terdepan pendemo langsung melakukan shalat.

Berdasarkan laporan terbaru, sedikitnya 150 warga tewas dan ribuan lainnya terluka dalam aksi unjuk rasa selama sepekan terakhir. (IRIB/Aljazeera/PressTV/AR/1/2/2011)

Omar Suleiman, Titipan AS di Tengah Krisis Mesir

David MacMichael, mantan pengamat Badan Intelijen AS (CIA) dalam wawancaranya dengan PressTV, hari Ahad (30/1), menyatakan bahwa AS terlibat dalam menentukan Omar Suleiman, Mantan Ketua Badan Intelijen Mesir, sebagai wakil presiden negara ini."

MacMichael menjelaskan, "Saya sangat yakin bahwa AS terlibat dalam penunjukan Omar Sleiaman sebagai wakil Mubarak." Suleiman sangat dekat dengan AS dalam beberapa tahun terakhir ini, bahkan dikenal sebagai antek CIA.

Lebih lanjut mantan pengamat CIA mengatakan, "Jika Suleiman mendapat jabatan penting dan mempunyai posisi sebagai waki Mubarak, ia dapat berbuat menguntungkan AS di tengah krisis seperti ini. Apalagi Mubarak saat ini tengah mendapat tekanan dari berbagai pihak supaya mundur."

Terkait upaya perubahana yang dilakukan pemerintah Mesir, MacMichael menyebutnya sebagai hal yang sulit terjadi. Sebab, Mesir di bawah kendali Mubarak dan Suleiman tetap melanjutkan kebijakan yang berpihak pada AS dan Zionis Israel. Dikatakannya pula, ada kemungkinan peralihan kekuasaan berlangsung secara tenang dan damai. Akan tetapi kebijakan luar negeri Mesir terkait AS dan Zionis Israel tidak dapat berubah. Langkah-langkah inilah yang tengah ditempuh As dan Zionis Israel dalam menyikapi kondisi labil di Mesir saat ini. (IRIB/PressTV/AR/1/2/2011)

Mubarak Tumbang, Kegagalan Strategis Israel!

Rezim Zionis deg-degan memantau transformasi terbaru di kawasan Timur Tengah terutama Mesir. Berbagai media massa Israel menyebut kondisi Mesir saat ini sebagai ujian terberat bagi Hosni Mubarak.

Koran al-Hayat melaporkan, Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu memperingatkan kepada kabinetnya supaya tidak mengungkapkan statemen mengenai gejolak Mesir. Peringatan perdana menteri Israel ini mengemuka setelah seorang menteri rezim Zionis yang tidak bersedia disebutkan namanya dalam wawancara dengan majalah Times Amerika Serikat mengungkapkan kekhawatiran Israel mengenai transformasi terbaru di Mesir dan runtuhnya rezim Mubarak.

Sekitar 10 jaringan televisi rezim Zionis memberitakan eksodus besar-besaran diplomat rezim Zionis dari Negeri Piramida itu. Berbagai sumber pemberitaan berbahasa Arab melaporkan dimulainya penarikan staf kedutaan rezim Zionis di Kairo, menyusul gelombang bola salju demonstrasi rakyat Mesir.

Koran al-Quds mengutip sumber terpercaya mengungkapkan larinya staf kedutaan rezim Zionis di Mesir setelah para demonstran mendekati gedung kedutaan tempat mereka bekerja. Dilaporkan sebuah helikopter dikirim ke lokasi untuk memindahkan para staf kedutaan rezim Zionis. Kemudian mereka dialihkan menggunakan pesawat khusus ke Israel.

Sumber lokal melaporkan, meski gedung kedutaan rezim Zionis merupakan bangunan tingkat tinggi, namun staf kedutaan Israel merasa khawatir atas keselamatan diri mereka dan mendesak pengiriman helikopter untuk menghindari serangan para demonstran Mesir yang sedang mengamuk. Sebelumnya dilaporkan, Duta Besar Israel di Kairo melarikan diri setelah terbongkarnya sebuah jaringan spionase rezim Zionis di Mesir.

Sebelum gelombang protes rakyat Mesir meluas, para pejabat rezim Zionis memprediksi militer keamanan Mesir akan berhasil menguasai kondisi dan mengamankan gelombang protes rakyat. Petinggi Israel menilai Mesir berbeda dengan Tunisia. Namun media massa dan pejabat Zionis dalam beberapa hari terakhir mengungkapkan pandangan lain yang merevisi prediksi sebelumnya. Mereka sangat mengkhawatirkan transformasi di kawasan mulai dari Tunisia, Lebanon hingga Mesir.

Chanel 2 rezim Zionis menyebut "Negeri Piramida itu Diambang Revolusi".Televisi Israel ini menilai runtuhnya pemerintahan Mubarak akan menjadi sebuah kegagalan strategis bagi Israel." Setelah menyaksikan bola salju protes rakyat di Mesir, mantan kepala Riset Militer rezim Zionis menilai kondisi saat ini di Mesir dan negara-negara Arab sedang meledak.

Selama beberapa hari terakhir seorang pejabat keamanan rezim Zionis dalam wawancara dengan koran Yediot Aharonot mengungkapkan, "Perubahan fundamental dalam pemerintahan Mesir bisa berbuntut pada revolusi yang berdampak pada keamanan Israel." Pejabat keamanan Israel ini menegaskan, nota kesepakatan damai Israel-Mesir merupakan poin penting bagi Tel Aviv. Jika terjadi perubahan struktur dalam pemerintahan Hosni Mubarak, maka militer mau tidak mau harus menebus ongkos yang sangat besar. Mesir memainkan peran signifikan di kawasan, khususnya dalam menjalankan kebijakan Israel."

Menyinggung kekhawatiran rezim Zionis, pejabat tinggi militer Israel ini mengungkapkan bahwa ancaman Hamas di Jalur Gaza bukan hanya masalah kami dengan Mesir. Ditegaskannya, jika rezim Mesir berubah, maka Israel akan menghadapi masalah besar. Militer Mesir yang dilengkapi persenjataan modern Amerika dari tank, jet tempur hingga puluhan kapal perang tercanggih akan menjadi bumerang bagi Israel.

Kekhawatiran munculnya fron baru menghadapi rezim Zionis -itu pun diperbatasan- menghantui para pejabat tinggi Israel. Militer Mesir adalah sebuah militer Barat dan antek-antek AS. Namun jika terjadi perubahan rezim Mesir, Israel terpaksa akan bersikap berbeda dari sebelumnya. Sejumlah analis politik Israel melihat masalah ini dengan kacamata yang lebih optimis. Ben Joseph, analis politik dari Universitas Haifa mengungkapkan, Rezim Mubarak mungkin akan tumbang, namun Mesir bukan Iran. Bahkan di antara pejabat Ikhwanul Muslimin ada yang berkomitmen menjalin perdamaian dengan Israel."(IRIB/PH/MF/31/1/2011)

Partai Al-Karama: ElBaradei Ingin Tunggangi Aksi Rakyat Mesir !

Partai al-Karama, sebuah partai politik Mesir menyinggung upaya sebagian kelompok politik Mesir untuk mengusulkan mantan Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mohammad ElBaradei dan menyatakan bahwa ElBaradei berkeinginan menunggangi aksi rakyat Mesir menentang rezim Hosni Mubarak, Presiden Mesir.

Menurut laporan Kantor Berita Fars News mengutip Reuters, di saat sebagian kelompok-kelompok politik Mesir tengah melakukan penjajakan dan berunding untuk mencitrakan Mohammad ElBaradei sebagai pemimpin oposisi, Partai al-Karama menentang keras kasak-kasuk ini.

Dalam laporannya Reuters menyebutkan bahwa Partai al-Karama secara transparan menolak keras ide ini seraya menegaskan bahwa selama ini Mohammad ElBaradei tinggal di luar Mesir.

"ElBaradei ingin menunggangi aksi rakyat Mesir menentang Hosni Mubarak," tegas Hamdeen Sabahy, Ketua Partai al-Karama.

ElBaradei sebagai pejabat diplomasi Mesir lebih banyak menghabiskan umurnya di luar Mesir. ElBaradei tiba di Mesir pada 28 Januari tepat tiga hari setelah dimulainya kebangkitan rakyat Mesir dan sebagian kelompok politik Mesir berusaha memperkenalkannya sebagai wakilnya.

Mohammad ElBaradei (68) menjabat Dirjen IAEA hingga tahun lalu dan selama itu pula ia tidak pernah mengambil sikap kritis terhadap pemerintah Hosni Mubarak. Penentangannya terhadap pemerintah Mubarak baru dilakukannya pada Februari tahun lalu setelah kembali ke Mesir. (IRIB/SL/31/1/2011)

Omar Suleiman Pernah Minta Mubarak Mundur

Koran Italia, La Stampa, Senin (31/1) menulis, meski protes warga terhadap Presiden Mesir Hosni Mubarak masih berlanjut dan lebih dari 150 demonstran telah tewas sepanjang aksi itu, tapi diktator Mesir tetap belum menyerah.

Sebagaimana dilaporkan IRNA, koran La Stampa pada halaman pertamanya hari ini menambahkan, rezim Mesir sengaja memberlakukan pemerintahan militer untuk memutuskan "oksigen" para pemprotes dan mencari jalan keluar bagi Mubarak, namun kemarin 10 ribu orang berkumpul di Bundaran Tahrir pada hari keenam aksi demo dan kembali menuntut Mubarak lengser.

"Meski dilaporkan bahwa Omar Suleiman yang ditunjuk sebagai wakil presiden Mesir pada Sabtu lalu, telah meminta Presiden Mubarak untuk meletakkan jabatannya, namun sang presiden tetap belum bersedia lengser," tulis koran Italia ini.

Para demonstran di Bundaran Tahrir telah mengumumkan pemogokan massa untuk menekan pemerintah Mesir. Mantan Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Mohamed ElBaradei sebagai tokoh utama penentang Mubarak, menyatakan kesiapan untuk memimpin pemerintahan transisi. Ikhwanul Muslimin juga mengumumkan bahwa Mesir perlu memutuskan tentang pemerintah mendatang.

"Setelah Presiden AS Barack Obama menjaga jarak dari Mubarak, Israel mengirimkan pesan rahasia kepada Washington dan beberapa negara Eropa untuk meminta mereka tidak mengkritik Presiden Mesir," tulis La Stampa.

Menurut koran ini, Israel tengah berupaya meyakinkan sekutunya bahwa stabilitas Mesir akan menguntungkan mereka. Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu juga telah meminta para menterinya untuk tidak mengomentari perkembangan di Mesir. (IRIB/RM/MF/31/1/2011)

Mobarak Pertahankan Kekuasaan dengan Represi Membabibuta


sumber:By MuhsinLabib/http://www.muhsinlabib.com/film-dan-seni/foto-karikatur/mobarak-pertahankan-kekuasaan-dengan-represi-membabibuta


0 comments to "Kekayaan Hosni Mubarak Rp 287 Triliun !!!!!!!"

Leave a comment