Surat Faathir atau Malaikat merupakan dua nama yang biasa dipakai untuk menamai surat ke-35 dari al-Quran yang diambil dari ayat pertama surat ini. Sebelum membicarakan mengenai kandungan surat Faathir, sebagaimana biasanya kita simak terlebih dahulu terjemahan ayat pertama hingga ketiga...
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikan sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya, dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yangdapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia, maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?
Surat Faathir seperti surat-surat Fathihah, Saba' dan Kahfi dimulai dengan melantunkan puja puji syukur kepada Allah. Pujian kepada-Nya disebabkan hanya Dia yang menciptakan alam dan memberikan nikmat-nikmat yang ada. Kata Faathir berarti pembelah. Penciptaan makhluk sama dengan terbelahnya kegelapan malam dan munculnya cahaya keberadaan. Kata Faathir sendiri juga dipakai dalam al-Quran dengan arti penciptaan. Karena pengaturan alam ada pada kekuasaan Allah dan dalam pelaksanaannya diserahkan kepada para malaikat. Surat Faathir setelah membicarakan masalah penciptaan, segera membahas tentang kekuatan agung Allah dalam mengelola ciptaan-Nya dan diserahkannya tugas itu kepada para malaikat.
Kata malaikat dipergunakan berkali-kali dalam al-Quran dan selain malaikat Jibril dan Mikail, tidak ada malaikat lain yang disebutkan namanya dalam al-Quran. Malaikat lain cukup diperkenalkan dengan menyebut sifat-sifat mereka seperti malaikat maut, Kiramul Katibin (malaikat yang bertugas mencatat), safarah (utusan kebenaran), raqib, 'atid dan selainnya. Sekaitan dengan masalah malaikat dalam al-Quran banyak hadis-hadis yang menyebutkan tentang sifat dan perbuatan-perbuatan mereka. Ada malaikat yang menjadi perantara antara Allah dan alam, sehingga tidak ada kejadian yang terjadi di alam tanpa campur tangan malaikat. Para malaikat ini ikut dalam semua perintah Allah.
Sifat kedua malaikat yang disebutkan dalam al-Quran terkait dengan keberadaan mereka yang tidak pernah membangkang dan bermaksiat. Hal ini menunjukkan mereka tidak memiliki jiwa dan kehendak atas dirinya selain yang dikehendaki Allah. Keberadan wujud yang tidak memiliki materi merupakan kekhasan lain dari malaikat.
Penjelasan keajaiban alam seperti penciptaan manusia dari tanah, penciptaan laut dan keagungannya, malam, siang dan Hari Akhir tempat kembalinya semua makhluk banyak dijelaskan dalam ayat-ayat al-Quran. Dalam surat Faathir, sama seperti surat-surat Makkiyah lainnya dibahas tentang tauhid, Hari Akhir dan kenabian yang disebut sebagai ushuluddin. Hari Akhir dan kenabian akan menemukan maknanya dengan tauhid. Karena nabi-nabi ilahi diutus dengan tujuan menyampaikan risalah tauhid dan menyeru hamba-hamba Allah untuk beribadah kepada-Nya. Sementara hari akhir adalah hari di mana seluruh makluk di hadapan Allah Swt akan mempertanggungjawabkan mengenai segala perbuatannya selama di dunia.
Surat Faathir juga mengkhususkan pembahasan mengenai petunjuk dan nasihat Allah. Dalam surat ini, Allah mengisyaratkan kebutuhan manusia kepada-Nya. Allah mengatakan, "Bila Allah menghendaki Dia akan melenyapkan manusia dan menciptakan makhluk lainnya." Pernyataan ini sejatinya ingin agar manusia mengenal dirinya sendiri. Allah menurunkan manusia dari kendaraan kesombongan lalu mengingatkan akan kebutuhannya kepada Allah di setiap ruang dan kondisi. Perhatian yang ditunjukkan Allah itu membangkitkan motifasi untuk bersikap rendah hati, meninggalkan kezaliman, kesombongan, kikir dan kerakusan.
Selanjutnya ayat mengisyaratkan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas perilakunya dan ini berarti setiap pribadi menentukan masa depannya sendiri. Dengan demikian, setiap orang menjaga perbuatannya dan mensucikan dirinya agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan orang-orang di sekelilingnya dan masyarakat.
Secara umum, kandungan ayat-ayat surat Faathir lebih banyak membicarakan ciri khas orang-orang kafir dan mukmin dalam bentuk perbandingan mengenai perbedaan dua kelompok ini. Kita simak bersama terjemahan ayat 19 hingga 23...
Artinya:
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.
Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya.
Dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas.
Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.
Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan.
Setelah menjelaskan perbedaan orang-orang kafir dan mukmin, ayat-ayat selanjutnya menceritakan pahala yang diberikan kepada orang-orang mukmin dan siksaan pedih bagi kelompok kafir. Al-Quran dalam memperkenalkan iman di sejumlah ayat mengumpamakannya dengan cahaya dan kufur sebagai kegelapan. Perumpamaan ini adalah yang terbaik dilakukan oleh al-Quran dari iman dan kufur. Iman sejenis pemahaman dan pandangan batin, sejenis ilmu dan kesadaran dengan akidah yang menjadi sumber segala aktivitas konstruktif bagi seorang mukmin.
Adapun kufur adalah kebodohan dan ketiadaan kesadaran yang berdampak pada tidak adanya rasa tanggung jawab pada orang kafir dan hanya membahayakan dirinya. Dari satu sisi, orang kafir membuat dirinya terjatuh dalam kehancuran dan di sisi lain, ia membuat marah Allah akan dirinya. Kita simak terjemahan ayat ke-36 yang menjelaskan akibat yang diderita orang-orang kafir...
Artinya:
Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.
Akhir ayat surat Faathir menyudahi penjelasan ancaman yang ada di ayat-ayat sebelumnya dengan penjelasan kelembutan dan rahmat ilahi kepada manusia agar mereka tidak putus asa. Sebagaimana surat ini diawali dengan luasnya rahmat Allah, diakhiri juga dengan penjelasan rahmat Allah. (IRIB)
0 comments to "Mengenal Surat Faathir"