Home � Mengenal Surat Yaasiin

Mengenal Surat Yaasiin

Mengenal Surat Yaasiin

Mengkaji secara ringkas surat Yaasiin akan lebih tepat bila dimulai dengan mencermati ayat pertama hingga ketujuh.

Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Yaasiin.

Demi Al Quran yang penuh hikmah,

Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,

(yang berada) diatas jalan yang lurus,

(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,

Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.

Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman.

Berdasarkan banyak riwayat, surat Yaasiin disebut dengan nama "jantung al-Quran". Bila setiap sesuatu ada jantungnya, maka jantung al-Quran adalah surat Yaasiin. Seluruh ayat surat Yaasiin yang berjumlah 83 ayat diturunkan di Mekah. Oleh karenanya, kandungan yang mendominasi ayat-ayat surat Yaasiin berbicara mengenai tauhid, Hari Akhir, peringatan dan kabar gembira. Dengan penjelasan pembuka ini marik kita bersama menyimak kandungan yang ada dalam surat ini.

Nama surat Yaasiin dapat ditemukan langsung pada ayat pertama surat ini. Surat Yaasiin termasuk surat-surat al-Quran yang dimulai dengan sumpah; Demi al-Quran yang penuh hikmah.

Masalah sumpah yang diucapkan Allah termasuk masalah yang banyak mengusik pemikiran manusia. Sumpah yang diucapkan Allah dalam al-Quran memiliki dua keuntungan; menekankan apa yang disampaikan dan menjelaskan keagungan isi sumpah. Apa saja yang dipakai sumpah oleh Allah baik itu terkait masalah materi atau non materi pasti punya keagungan dan kebesaran seperti bumi, bulan, matahari, bintang-bintang, galaksi, jiwa, hati nurani, malaikat dan bahkan hari kiamat. Dengan cara ini Allah mendorong manusia untuk berpikir tentang keberadaan.

Allah bersumpah atas nama al-Quran di ayat kedua dari surat Yaasiin. Sumpah itu kembali pada keagungan dan kebesaran al-Quran, terlebih-lebih setelah itu ditambahkan sifat bijaksana (hakim). Menarik untuk diketahui bahwa kata sifat bijaksana biasanya diperuntukkan bagi manusia yang hidup dan berakal. Penyifatan al-Quran dengan kata bijaksana menunjukkan betapa Allah ingin menunjukkan bahwa al-Quran itu seperti makhluk hidup yang mampu membuka pintu-pintu kebijakan kepada manusia dan menuntun manusia menuju jalan yang lurus sebagai tujuan asli diturunkannya al-Quran.

Tauhid dan Hari Akhir merupakan dua kajian yang dibahas dalam ayat-ayat setelahnya. Argumentasi pertama tauhid yang indah ternyata dapat ditemukan dalam kehidupan manusia sendiri. Dalam ayat ke-33 hingga 36 Allah berfirman...

Artinya:
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.

Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,

Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?

Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

Masalah kehidupan adalah hal yang luar biasa, yakni penuh kerahasiaan dan kompleks di dunia ini, sehingga para ilmuwan dibuat bingung. Sekalipun sains telah mengalami kemajuan luar biasa, namun sampai saat ini, tidak seorang pun yang mengetahi aturan apa yang menguasai pertumbuhan tunas tumbuh-tumbuhan, mengawali pertumbuhannya, menyerap zat-zat tanah dan dengan cara ini mengubahnya menjadi makhluk hidup. Keindahan penciptaan alam sejati merupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang membuat semua orang mukmin dan ilmuwan menyakini akan kekuasaan Allah yang tak pernah sirna dan keesaan-Nya.

Sekaitan dengan masalah ini kita akan mendengar langsung dari lisan al-Quran yang membeberkan keindahan alam dan rahasianya dengan cara yang indah pula. Kita simak bersama surat Yaasiin ayat 37 hingga 41...

Artinya:
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.

dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.

Siapa saja yang mengenal tata bahasa Arab akan menikmati kehalusan dan keindahan yang tersimpan dalam kalimat yang dipakai ayat-ayat ini. Poin-poin penting dan ilmiah yang disajikan al-Quran membuat para pembacanya menjadi takjub. Sebagai contoh, penggunaan kalimat indah "Kal'urjunil Qadim" untuk menyebut bulan di akhir malam di setiap akhir bulan setelah melewati pelbagai posisi. Contoh ini selain detail menjelaskan masalah secara ilmiah, tapi juga dapat dipahami oleh masyarakat umum dan cara ini banyak dipergunakan oleh al-Quran. Kebesaran Allah tidak hanya dapat disaksikan di langit tapi dapat juga dijelajahi di laut.

Sayangnya di hadapan keagungan tanda-tanda kebesaran Allah ini, sebagian manusia malah menampakkan permusuhan dan keras kepalanya. Mereka sombong untuk menerima keesaan Allah, congkak untuk menerima seruan para nabi dan akhirnya tidak mau menerima adanya hari akhir. Allah menukilkan ucapan mereka seperti yang termaktub dalam ayat ke-48 yang artinya, "Dan mereka berkata: "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?".

Jawaban atas pertanyaan mereka itu disebutkan dalam ayat selanjutnya bahwa dengan satu teriakan saja mereka semua akan langsung mati. Setelah itu akan ditiupkan sangkakala dan mereka semua akan dibangkitkan dari kubur dan segera menuju pada pengadilan ilahi. Demikianlah hanya dengan satu teriakan mereka semua mati dan dengan satu tiupan sangkakala mereka semua kembali hidup.

Tujuh ayat terakhir surat Yaasiin merupakan penjelasan terbaik dari sisi pengertian terkait masalah kebangkitan. Kerugian terbesar yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, seringkali muncul dari kelalaian memikirkan tujuan penciptaan mereka. Kelalaian ini terkadang membuat seseorang tidak memikirkan akibat dari perbuatannya dan terkadang membuatnya congkak yang berujung pada kelupaannya terhadap proses penciptaan dirinya. Sebab, bila tetap sadar akan semua ini, ia tidak akan meragukan hari kebangkitan sebagaimana yang disaksikan oleh seorang musyrik di masa permulaan Islam.

Sekaitan dengan sebab turunnya ayat ke-77 disebutkan, "Seorang musyrik menemukan sebuah tulang yang sudah rapuh." Ia mengatakan, "Dengan tulang rapuh ini aku akan menghadapi Muhammad Saw dan membatilkan ucapannya mengenai hari kebangkitan. Ia lalu membawanya kepada Muhammad Saw dan berkata, "Siapa yang dapat menghidupkan kembali tulang yang sudah rapuh ini?"

Sebagai jawabannya, Allah Swt menjawab pertanyaan tersebut dengan cara sederhana dan lugas dalam beberapa ayat. Kita simak bersama...

Artinya:
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penentang yang nyata!

Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"

Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (IRIB)

Tags:

0 comments to "Mengenal Surat Yaasiin"

Leave a comment