Sumber-sumber Palestina menyamakan langkah Aljazeera dalam mempublikasikan 6500 halaman dokumen rahasia terkait perundingan Otorita Ramallah pimpinan Mahmoud Abbas dan rezim Zionis Israel dengan proyek pengungkapan dokumen-dokumen rahasia Departemen Luar Negeri Amerika oleh situs WikiLeaks. Sumber-sumber Palestina ini menyebut ada enam tokoh yang terlibat dalam penjualan dokumen-dokumen ini kepada televisi Aljazeera. Demikian dilaporkan situs al-Quds Selasa (25/1).
Situs Palestine Today (Paltoday) menyebut enam orang yang terlibat ini disebut hanya dengan nama kecilnya adalah Edward (Inggris) Clayton (Asisten Menteri Luar Negeri Amerika saat ini), Ziyad (keturunan Palestina yang memiliki kewarganegaraan Perancis) Rami (warga Palestina kota al-Quds) dan seorang lagi masih keluarga Azmi Bishara, mantan anggota Parlemen Israel (Knesset) yang bekerja di kantor Saeb Erekat, juru runding senior Otorita Ramallah. Mereka tiga bulan lalu menjual dokomen-dokumen ini kepada televisi Aljazeera. Sumber-sumber ini tidak menyebut nama orang keenam penjual dokumen rahasia ini.
Berdasarkan laporan ini, nama-nama mereka yang disebut itu ternyata melakukan kegiatan di pelbagai periode perundingan damai antara Otorita Ramallah dan Israel sebagai penasihat.
Di sisi lain, surat kabat Arab Saudi al-Watan mempublikasikan sebuah berita yangmenyebutkanbahwa para analis politik Amerika punya keyakinan bahwa pengungkapan dokumen-dokumen rahasia ini bertujuan menggoyang pemerintahan Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Isael dan menekan pemerintah Barack Obama, Presiden Amerika.
Al-Watan saat mengutip para analis ini memprediksikan bahwa Amerika juga terlibat di balik pengungkapan informasi rahasia ini agar washington dapat mengambil sebuah keputusan yang transparan terkait perundingan damai. Ini sikap yang dapat mengembalikan kondisi sesuai dengan kesepakatan yang sampai saat ini belum ditandatangani oleh pihak Israel danPalestina. (IRIB.SL/MZ/26/1/2011)
Jenny Tonge: Jangan Anak Tirikan Hamas!
Seorang anggota Majelis Tinggi Inggris, Baroness Jenny Tonge mengatakan, saat ini Hamas merupakan satu-satunya organisasi yang dipercaya oleh rakyat Palestina, karena itu Hamas perlu dilibatkan dalam setiap perundingan Timur Tengah.Jenny Tonge kepada IRNA, Rabu (26/1) mengatakan, masyarakat internasional perlu melibatkan Hamas dalam proses perdamaian Timur Tengah, karena jika Hamas dipinggirkan dari perundingan, maka kondisi di Gaza akan semakin sulit. Ditambahkannya, mungkin ini adalah hal yang diinginkan rezim Zionis Israel sehingga mereka punya alasan untuk kembali menyerang Gaza.
Menyinggung publikasi dokumen rahasia tentang pengkhianatan pemerintah Otorita Ramallah terhadap cita-cita bangsa Palestina, Jenny Tonge menuturkan, dokumen tersebut menunjukkan bahwa para pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) telah berhenti berjuang mengembalikan hak-hak pengungsi Palestina dan ini sangat disayangkan. Ditambahkannya, masalah itu juga membuktikan lemahnya Mahmoud Abbas dan timnya sebagai "wakil" bangsa Palestina.
"Perilisan itu juga menunjukkan wajah asli Israel yang senantiasa berupaya menggagalkan setiap langkah rakyat Palestina untuk memajukan perundingan," tegasnya.
Menurut Jenny Tonge, saat ini perundingan perdamaian Timur Tengah sepenuhnya telah kehilangan kinerjanya dan sama sekali tidak akan membawa hasil. Ditambahkannya, Israel sengaja berusaha menghidupkan perundingan itu dan mengulur-ngulur waktu sehingga dapat menduduki lebih banyak lagi wilayah Palestina.
"Saya putus asa karena Kuartet Perdamaian Timur Tengah dan juga pemerintah Inggris tidak mampu memahami bahaya masalah tersebut bagi perdamaian dan keamanan dunia," sesalnya. Ia juga meminta pemerintah Inggris untuk menekan AS sehingga membangun kontak dengan Hamas.
Menjawab pertanyaan IRNA tentang laporan panel investigasi Israel terkait serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Gaza, Freedom Flotilla, Jenny Tonge menandaskan, laporan itu benar-benar penghinaan dan secara menggelikan berupaya membebaskan para pejabat militer dan politik Israel dari segala tuntutan. (IRIB/RM/26/1/2011)Otorita Ramallah melancarkan operasi pencarian untuk menemukan sumber kebocoran dokumen rahasia yang mengungkapkan kerjasama dengan Israel.
Rahasia "Palestina Papers," diterbitkan pada hari Minggu, mengungkapkan karakter utama Otorita Ramallah berunding dengan Israel yang didukung AS selama lebih dari 10 tahun yang memicu kecaman bangsa Palestina
Menurut dokumen setebal 1.600 halaman, para pemimpin Otorita Ramallah siap untuk berkompromi pada isu-isu kunci di jantung enam dekade konflik Israel-Palestina, termasuk masalah sensitif hak kembali bagi para pengungsi Palestina dan status al-Quds (Yerusalem) yang diyakini bangsa Palestina sebagai ibukota negara masa depan mereka.
Dokumen tersebut memicu kemarahan bangsa Palestina, yang menyalahkan para pemimpin Otorita Ramallah menjalin kompromi dengan Israel demi kepentingan pribadi.
Ketua perunding Palestina Saeb Erekat mengatakan sumber kebocoran tampaknya berada dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Urusan Negosiasi.
Ramallah telah mengidentifikasi sejumlah tersangka sehubungan dengan terungkapnya borok para pemimpin Otorita Ramallah, yang semuanya mantan anggota atau pendiri Uni Pendukung Negosiasi Palestina (NSU).
The NSU menjadi sumber penasehat utama untuk Otorita Ramalllah dalam negosiasi dengan pihak Israel.
Menurut sumber tingkat tinggi Otorita Ramallah, tersangka utama dalam kasus kebocoran dokumen rahasia ini adalah Bishara Nazmi, keponakan Azmi Bishara anggota parlemen Arab-Israel (Knesset).
Nazmi dilaporkan meninggalkan Tepi Barat dan sekarang bekerja sebagai seorang analis untuk jaringan televisi al-Jazeera. Dia adalah salah satu kritikus utama Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas dan negosiator senior Erekat.
Menurut dokumen rahasia yang bocor itu, selama perundingan dengan Israel, Otorita Ramallah meminta pengembalian 10.000 pengungsi selama jangka waktu 10 tahun dan tidak protes terhadap pencaplokan Israel atas sebagian besar Timur al-Quds dan mengusulkan komite internasional untuk mengambilalih tempat-tempat suci Islam dan Yahudi di al-Quds.
Berbagai masalah tersebut merupakan Isu-isu yang sangat sensitif dan tidak bisa dinegosiasikan di masa lalu.
Ada sekitar lima juta pengungsi Palestina dan keturunan mereka yang ingin kembali ke tanah airnya. (IRIB/PH/27/1/2011)
0 comments to "Proyek AljazeeraLeaks!!!! serta Otorita Ramallah Ketahuan Belangnya, menipu bangsa Palestina !!!???!!!!"