Home , , , � Yusuf al-Qaradhawi Bicara tentang Palestina dan Iran

Yusuf al-Qaradhawi Bicara tentang Palestina dan Iran




Saya berdialog dengan Kristiani, tapi jika orang Yahudi ikut dalam dialog, saya katakan “tidak”—sampai mereka melepas ketidakadilan terhadap kami. Saya bukan menentang ajaran Yahudi. Saya bukan anti-Semit atau anti-Yahudi. Bagaimana mungkin saya anti-Semit sementara saya sendiri adalah Semit? Saya orang Arab dan semua tahu orang Arab juga Semit. Dari perspektif ras, orang Yahudi adalah sepupu kita. Kami adalah keturunan Ismail dan mereka keturunan Yakub. Kami umat muslim tidaklah rasis. Islam menjaga hubungan dengan Kristiani dan Yahudi, dengan syarat mereka tidak memerangi umat muslim. Pria muslim tidak bisa menikahi wanita Israel. Dia bisa menikahi wanita di antara kaum Yahudi yang menentang Israel, tapi bukan wanita Yahudi Israel atau wanita Yahudi yang mendukung Israel.

Beberapa orang percaya kita harus memerangi dan membunuh seluruh orang kafir. Ini tidak benar. Kita hanya memerangi mereka yang memerangi kita. Kolonialisme Perancis menduduki Aljazair dan menganeksasinya, tapi tidak merusak masyarakat setempat. Pendudukan Zionis, sebaliknya, mereka mengganti masyarakat setempat.

Berdasarkan hukum Islam (syariah), negara manapun yang diserang dan dijajah oleh orang asing kafir, seluruh penduduk lokal wajib melakukan perlawanan terhadap penjajah menggunakan seluruh sarana yang mereka miliki. Para fukaha mengatakan, seorang wanita dapat pergi jihad tanpa izin suami, seorang anak dapat pergi jihad tanpa izin ayahnya, seorang budak dapat pergi jihad tanpa izin tuannya. Seluruh masyarakat harus pergi berjihad. “Tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam kemaksiatan terhadap Pencipta.” Hak kolektif di atas hak individu. Jika penduduk lokal tidak mampu melawan (musuh), yang lebih kuat dan baik persiapannya, maka tetangga wajib menolongnya. Seluruh muslim wajib membantu sesuai kemampuan—dengan uang, senjata, keahlian. Jika mereka tidak punya keahlian dalam perlengkapan anti-tank, mereka dapat menawarkan keahlian memproduksi misil. Dalam kondisi seperti itu, kewajiban kolektif menjadi kewajiban individu (fardu ain) terhadap semua muslim.

Kaum Yahudi adalah kaum yang paling kikir di antara manusia dan paling melindungi hidup mereka, tapi mereka mengorbankan jiwa dan harta mereka (dalam urusan mereka). Umat muslim seluruh dunia harus berpartisipasi untuk mendapatkan kembali Palestina. Palestina bukan sekedar tanah Islam. Ia merupakan tanah Masjidilaksa dan tempat-tempat suci.

Saya menentang hudna sebagaimana yang pernah saya tulis. Saya pernah mendebat ini dengan ulama Islam, seperti Syekh Abdulaziz bin Baz dan Syekh al-Azhar. Mereka menyetujui damai dengan Israel. Saya menentang proses perdamaian. Saya menganggap ini sebagai perdamaian palsu, karena ini perdamaiannya Israel; dalam menjaga keinginan Israel, bukan keinginan kita. Perdamaian macam apa ini? Sejak di Madrid dan Oslo hingga hari ini, apa yang sudah kita capai? Kita tidak mendapat apa-apa kecuali ilusi.

Operasi kesyahidan (istisyhad) yang saya setujui adalah yang melawan penjajah. Inilah sebabnya saya menyetujui operasi kesyahidan di Palestina. Ketika saya ditanya di London, mengapa saya menyetujui operasi kesyahidan di Palestina, saya mengatakan mereka dalam kondisi darurat karena mereka ingin mempertahankan diri mereka, hal-hal yang suci bagi mereka, dan tanah mereka. Saya katakan kepada mereka, “Anda ingin mereka menghentikan operasi kesyahidan? Kalau begitu berikan mereka helikopter Apache, pesawat, tank, dan misil, maka mereka akan meninggalkan operasi kesyahidan.”

Mereka tidak punya bom, maka mereka mengubah diri mereka menjadi “bom manusia”. Ini darurat. Saya mengizinkan ini untuk rakyat Palestina, tapi tidak kepada mereka yang menyerang Menara Kembar (WTC) di Amerika Serikat, karena dalam kasus tersebut penumpang sipil terbunuh, mereka tidak bersalah. Dengan cara apa para penumpang pesawat disalahkan? Banyak dari mereka orang Arab atau muslim dan dari berbagai negara dan tidak ada hubungannya dengan politik. Merenggut (nyawa) orang-orang di dalam gedung—mereka hanya karyawan di perusahaan, dan beberapanya bahkan muslim yang salat setiap Jumatnya. Bagaimana mereka bisa disalahkan? Saya hanya menyetujui operasi kesyahidan dalam mempertahankan tanah yang dirampas dan dijajah.

Mereka (orang-orang Syiah) lebih terorganisir dibandingkan kita dan mereka mampu untuk menghadapi Amerika Serikat. Mereka sudah melakukannya ketika menyandara kedubes AS (di Tehran) dan juga mereka mampu memperkaya uranium. Saya sering mengatakan bahwa saya menentang Syiahisasi di masyarakat suni, tapi saya membela hak Iran untuk memiliki kekuatan nuklir dengan tujuan damai dan saya akan melawan siapapun yang menentangnya. Iran adalah negara Islam dan kami senang dengan kekuatannya. Hal tersebut harus dapat meyakinkan, sebagaimana kita sudah sering dengar, bahwa kekuatan itu bukan untuk melawan Arab dan non-Arab. Mereka ingin mengadu-domba kita satu sama lain. Kita tidak perlu memperhatikan dan menganggap kata-kata dan tuduhan setan itu. Negara-negara Islam harus menjadi satu kekuatan dan saling mendukung satu sama lain, meski terdapat berbagai mazhab dan kelompok agama. Kita punya satu tujuan—khususnya mengembalikan Masjidilaksa dan Palestina dari para penjarah.

Penyakit paling buruk yang diderita bangsa kita adalah kehilangan kebebasan. Kita tidak bebas berpikir dan melakukan apa yang kita mau. Kebanyakan negara kita diatur oleh undang-undang darurat selama berabad-abad. Kita tidak bisa mendirikan partai politik. Ada masa ketika setiap orang bisa mendirikan partai. Penguasa akan berkata bahwa beberapa partai berbau agama. Apakah agama sesuatu yang terlarang? Hanya karena saya mengatakan “Tidak ada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah” saya dilarang untuk berpartisipasi dalam proses politik di negara saya sendiri?

Mereka mengingatkan bahwa nantinya Koptik akan mendirikan partai politik. Biarkan mereka melakukannya. Siapa yang mengatakan hanya Gereja yang bisa berbicara untuk Koptik? Saya tidak melihat masalah dengan adanya partai Islam dan Kristen. Saya lebih memilih untuk membiarkan masyarakat memiliki kebebasan maksimal dalam urusan politik, masyarakat, dan ekonomi di atas implementasi syariah. Saya tidak percaya bahwa syariah bisa dipraktikkan dengan adil dan benar di bawah bayang-bayang tirani dan penindasan.

sumber: http://ejajufri.wordpress.com/2011/01/04/yusuf-al-qaradhawi-bicara-tentang-palestina-dan-iran/

1 comments to "Yusuf al-Qaradhawi Bicara tentang Palestina dan Iran"

  1. Buhan Barabai says:

    Luar biasa...Hidup Islam Sunni dan Syi'ah, bergandeng tanganlah kalian menuju Islam yang diridhoi oleh Allah...jangan mau diadu domba...teruslah bersatu..agar selalu Damai Islam kita ... ^_^ ...

Leave a comment