Protes anti-rezim Mubarak telah memasuki hari ke-13. Demonstran membanjiri Bundaran Tahrir dan tetap menyeru pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak. Hari ini disebut sebagai Hari Syuhada. Di bundaran Tahrir, kondisi sepenuhnya dikendalikan Komite Revolusi Rakyat Mesir. Bahkan pasukan keamanan sudah mulai ditarik dari tempat kerumunan para pendemo anti-Mubarak.
Yang lebih menarik lagi, masyarakat Kristen Mesir juga bergabung dengan para pendemo anti-Mubarak di bundaran Tahrir. Ummat Kristiani juga melakukan ibadah di bundaran Tahrir pada hari Ahad (6/2). Partisipasi aktif ummat Kristiani dinilai sebagai fenomena baru dalam revolusi rakyat Mesir untuk menumbangkan rezim Mubarak. Dengan partisipasi ummat Kristini, revolusi Mesir bukan hanya milik kelompok politik atau agama tertentu. Kekompakan ummat Kristen dan Islam dalam melawan rezim Mubarak kian mengokohkan barisan pendemo anti-Mubarak.
Pada hari ke-13 aksi unjuk rasa yang juga disebut sebagai Hari Syuhada, para pendemo juga menggelar aksi demo di tempat gugurnya para syuhada dalam melawan rezim Mubarak akhir-akhir ini. Sebelumnya, Persatuan Ulama Muslimin Sedunia, hari Ahad lalu, menyatakan bahwa para pendemo yang gugur dalam aksi demo karena tembakan peluru pasukan keamanan dihukumi sebagai syuhada di sisi Allah Swt. Pernyataan resmi organisasi ini yang juga berpusat di Mesir secara tidak langsung menyatakan fatwa jihad melawan rezim Mubarak.
Kemarin (Sabtu, 5/2), Gamal Mubarak, putra Hosni Mubarak yang digadang-gadang menjadi presiden mendatang Mesir, menyatakan mundur dari jabatan Sekjen Partai Demokrat Nasional. Bagi para pendemo, pengunduran diri Gamal Mubarak ini termasuk kemenangan tersendiri. Meski demikian, para pendemo tetap menargetkan lengsernya Mubarak. Lebih dari itu, mereka juga menuntut Mubarak supaya diadili.
Berita kemungkinan kaburnya Mubarak ke luar negeri juga kian santer. Koran New York Times baru-baru ini, melaporkan, "Mubarak akan meninggalkan Sharm El-Sheikh menuju Jerman. Ini adalah langkah keluarnya Mubarak dengan cara terhormat." Laporan itu juga menyebutkan, " Keluarnya Mubarak dirancang oleh Kamar Ide AS yang dibentuk untuk mengatasi krisis Mesir."
Sudah menjadi harga mati bahwa Mubarak harus lengser. Meski masa kepresidenan Mubarak tinggal 200 hari lagi, tapi para pendemo tetap tidak peduli dan terus menuntut mundurnya Mubarak. Rupanya, masyarakat Mesir sudah tidak sabar lagi mengganjar Mubarak yang menghinakan rakyat selama memimpin negara ini.
Kolomnis terkenal dan pengamat politik Mesir, Hasnein Heikal mengatakan, "Revolusi rakyat Mesir telah menggoyang sendi-sendi rezim Mubarak." Dikatakannya pula, revolusi ini mampu mengembalikan spirit nasionalisme masyarakat Mesir. Heikal juga mengatakan, "Para pendemo di bundaran Tahrir menunjukkan kebesaran bangsa Mesir. Mereka adalah masyarakat yang paling mulia dan simbol keagungan Mesir." Lebih lanjut Heikal mengatakan, "Refleksi revolusi Mesir bukan hanya berimbas pada negara-negara Arab, tapi juga pada seluruh dunia." (IRIB/AR/AHF/6/2/2011)Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle menepis berita tentang perginya Presiden Mesir Hoseni Mubarak ke negara itu dengan alasan untuk berobat. Sebagaimana dilaporkan IRNA, Senin (7/2), Westerwelle kepada televisi ZDF Jerman, mengatakan, "Kami sebagai anggota pemerintah federal Jerman menolak mengomentari masalah sensitif dan penting seperti itu."
Media-media online Jerman, hari Ahad juga menginformasikan bahwa kemungkinan Mubarak akan keluar dari Mesir dengan alasan berobat di Jerman, sehingga ia terlihat pergi dari negaranya secara bermartabat.
Meski demikian, koran The Bild Jerman kemarin, seraya mengutip keterangan pejabat pemerintah Jerman, melaporkan bahwa Berlin siap menerima Mubarak untuk memberikan perawatan darurat.
Sebelumnya, koran New York Times melaporkan, "Mubarak akan meninggalkan Sharm El-Sheikh menuju Jerman. Ini adalah langkah keluarnya Mubarak dengan cara terhormat."
Pada kesempatan ini, Westerwelle kembali membela kerjasama politik Jerman dengan rezim Mubarak selama 30 tahun. Dikatakannya, peran konstruktif Mesir dalam proses perdamaian Timur Tengah tidak boleh diabaikan.
"Ada banyak negara di dunia yang tidak sesuai dengan tuntutan kami. Dan juga terdapat negara-negara lain yang menjalin sebuah hubungan penting dan nyata dengan kami," tegasnya. (IRIB/RM/7/2/2011)Protes anti-rezim Mubarak telah memasuki hari ke-13. Demonstran membanjiri Bundaran Tahrir dan tetap menyeru pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak.
Hari ini (6/2) para pengunjuk rasa menyerukan demonstrasi "Hari Syuhada," dalam rangka menghormati para syuhada yang gugur dalam perlawanan menentang rezim Mubarak.
Mereka kembali menyerukan demonstrasi jutaan umat di seluruh penjuru Mesir melebihi demonstrasi jutaan umat yang digelar Jum'at (4/2). Para demonstran berhasil mempertahankan barisan meski kehadiran massif militer serta serangan brutal yang dilakukan oleh para preman pro-Mubarak.
Ditegaskan bahwa kemajuan yang telah dicapai demonstran saat ini membuat kondisi semakin tidak mungkin bagi mereka untuk mundur kecuali Mubarak turun dari kekuasaan.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin mengumumkan memulai pembicaraan dengan rezim Mubarak.
Menurut keterangan seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin yang menolak menyebutkan namanya kepada Reuters menyatakan, "Perundingan antara Ikhwanul Muslimin dan Omar Suleiman akan dimulai hari ini (6/2) merundingkan proses kepergian Mubarak dan hak warga untuk memprotes di tempat-tempat umum serta jaminan atas keselamatan mereka."
Kemarin (Sabtu, 5/2) televisi nasional Mesir mengumumkan bahwa Mubarak telah mengundurkan diri sebagai ketua Partai Demokratik Nasional. Para anggota senior partai pimpinan Mubarak itu juga mengundurkan diri pada hari yang sama. Namun para demonstran menilai aksi tersebut hanya pemolesan permak kosmetik.
Mubarak juga menggelar sidang dengan para anggota kabinet untuk mencoba untuk memulihkan perekonomian Mesir yang mengalami krisis akibat demonstrasi rakyat.(IRIB/MZ/6/2/2011)
Presiden Mesir Hosni Mubarak diperkirakan mengantongi kekayaan sekitar 70 miliar dolar sejak menjabat selama tiga dekade.
Menurut para analis Timur Tengah, Mubarak telah mengeruk keuntungan dan menyimpan kekayaannya di banyak bank asing di luar negeri termasuk di sebuah rekening rahasia di Bank Swiss dan bank Inggris. Demikian dilaporkan The Guardian (5/2).
Para pengamat mengatakan bahwa Mubarak juga berinvestasi di sektor real estate di London, New York, Los Angeles dan di sepanjang kawasan mewah di pantai Laut Merah. 30 tahun menjabat sebagai presiden telah membantu Mubarak memiliki akses terhadap transaksi investasi yang menghasilkan keuntungan hingga ratusan juta pound.
Amaney Jamal, profesor ilmu politik di Princeton University, mengatakan estimasi kekayaan Mubarak mencapai 40-70 milyar dolar dan angka ini sebanding dengan kekayaan para pemimpin di negara-negara Teluk Persia lainnya.
Dikatakannya, seluruh bisnis di bidang militer dan jasa layanan pemerintah Mesir, ditambahkan Mubarak ke dalam kekayaan pribadinya. "Terjadi banyak korupsi dalam rezim ini dan perampasan sumber daya umum untuk keuntungan pribadi," tambahnya.
"Ini adalah pola yang dilakukan para diktator Timur Tengah sehingga kekayaan mereka tidak akan disita di saat transisi," ungkap profesor itu.
Sementara itu, Gamal Mubarak dan Alaa Mubarak, juga menjadi milyarder dengan rumah mewah di London. Adapun kekayaan istri Mubarak diperkirakan mencapai lima milyar dolar. (IRIB/MZ/6/2/2011)Ketua kubu Arab di partai konservetif Inggris, Wafiq Mustafa, menyatakan bahwa revolusi rakyat Mesir akan mengubah geografi politik di dunia Arab secara keseluruhan.
Dalam wawancaranya dengan televisi Alalam (6/2), Mustafa mengatakan, "Mubarak menyepelekan kebangkitan rakyat dan menggenggam erat kekuasaan. Tampaknya Mubarak tidak bersedia melepaskan kekuasaan meski dalam kondisi apapun."
Ditambahkannya, revolusi rakyat Mesir terus berlanjut dan seluruh lapisan masyarakat yang hak-hak mereka terampas oleh rezim korup itu akan membalas dendam.
Lebih lanjut dijelaskannya, "Fenomena tersebut sangat penting bagi transformasi di Timur Tengah dan global serta akan menjadi penentu nasib dunia Arab dan Mesir dalam 100 tahun mendatang."
Seraya menyinggung pentingnya rekonstruksi di Mesir, ia menegaskan bahwa rezim Mubarak merupakan penghalang besar di depan jalan kemajuan dan realisasi cita-cita bangsa Mesir.
Pejabat Inggris itu mengatakan, "Para pemuda Mesir dewasa ini sangat waspada dan kuat serta memiliki tekad bulat. Meski menghadapi batasan-batasan di sektor pertukaran informasi, namun mereka memahami kondisi di Mesir dengan baik."
Ditegaskannya pula, pemerintahan di Mesir disusun dengan cara piramida dan puncaknya dikuasai oleh Mubarak. Adapun kementerian dalam negeri, pertahanan, dan juga partai berkuasa, berada di tahapan lebih rendah.
Menurutnya, para pejabat Mesir telah merampas kekayaan rakyat dan bangsa ini pasti akan merebutnya kembali karena tidak ada satu pun pejabat rezim Mubarak yang dapat mengelak. (IRIB/MZ/6/2/2011)
Kondisi tak menentu di Mesir membuat perekonomian dunia terus dibayangi kekhawatiran dan ketakutan.
Menurut laporan Associated Press dari Washington, kerusuhan dan aksi demo terbaru di Mesir mengakibatkan harga minyak dan bahan pangan membumbung tinggi. Kekhawatiran ini terus bertambah karena tidak ada prediksi yang kuat sampai kapan aksi demo dan tak menentu di Mesir berakhir.
Meluasnya kebangkitan rakyat Mesir ke negara tetangga yang menyuplai minyak terbesar dunia kian meningkatkan kekhawatiran yang ada. Pertanyaan yang muncul saat ini adalah gerakan anti pemerintah Mubarak akan bergerak sejauh mana ? Apakah kondisi ini akan berpengaruh pada minyak ? Apakah AS akan kehilangan pengaruhnya di kawasan dan pengaruh Israel akan meningkat ?
Ini adalah sederet pertanyaan yang belum ada jawaban pasti hingga kini. Namun yang pasti, kondisi tak menentu Mesir menjadi ancaman baru bagi perekonomian dunia dan nasib pasar finansial dunia pun terancam. Berlarut-larutnya instabilitas di Timur Tengah akan mengancam proses pemulihan ekonomi Amerika dan Eropa. Upaya Barat dan Eropa untuk menciptakan lapangan pekerjaan juga akan tertutup. Selanjutnya yang terjadi adalah meningkatknya inflasi.
Mark Zandi, analis Moody's Corporation meyakini bila instabilitas di Mesir dapat ditangani maka dampak negatifnya bagi perekonomian dunia tidak akan separah seperti saat ini, namun jika aksi demo warga Mesir menyebar ke seluruh wilayah Timur Tengah maka kekhawatiran soal kondisi ekonomi dunia kian besar.
Di sisi lain, aksi demo rakyat Mesir menuntut pengunduran diri Mubarak telah berjalan sepuluh hari dan membuat kondisi dalam negeri semakin keruh. Menurut Shadi Hamid, pengamat Teluk Persia di Brookings Doha Center, berlanjutnya aksi demo rakyat Mesir dan tidak adanya jaminan soal terciptanya stabilitas di Kairo dan kawasan adalah faktor utama kekhawatiran ini. "Saya memprediksikan ekonomi di kawasan akan mengalami kelesuan dan hal ini akan berpengaruh pada ekonomi Amerika Serikat," ungkap Hamid.
Ia meyakini bahwa sikap pemerintah Barack Obama terhadap Hosni Mubarak adalah bentuk dukungan pertama dan setelah itu menekan Mubarak untuk mundur. Namun hal ini tidak akan membantu kondisi yang ada dan pemerintah Obama saat bertekad melakykan perbaikan harus memperhatikan ancaman yang ada dalam hal ini, tambah Hamid.
Associated Press menambahkan, meski aksi demo warga Mesir dibanding dengan hari Kamis lalu kian tenang, namun instabilitas di negara ini berpengaruh pada harga bahan bakar di Amerika Serikat. Rata-rata harga bensin pergalon di AS yang pekan lalu dipatok 2,4 dolar di hari Jum'at ini naik menjadi 3,12 dolar pergalon. Menurut prediksi para pengamat harga pergalon bensin (3,7 liter) akan tetap berada di atas tiga dolar. Dan jika aksi demo di Mesir tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir dan malah merembet ke negara tetangga, maka harga bensin di AS akan terus naik.
Para pengamat juga memprediksikan krisis di Mesir akan mempengaruhi harga minyak perbarel yang selama ini dipasarkan senilai 90 dolar akan naik menjadi seratus dolar perbarel. Pelaku transaksi minyak juga mengkhawatirkan kerusuhan di Mesir akan merembet ke negara produsen minyak dan berpengaruh pada transportasi kapal yang melalui Terusan Suez.
Mesir bukan negara produsen utama minyak dunia, namun negara ini memegang kontrol Terusan Suez dan pipa minyak yang menyuplai sekitar dua juta barel minyak perhari dari Timur Tengah ke Eropa dan Amerika. Hingga kini transportasi kapal di Terusan Suez belum mengalami gangguan, namun berbagai pihak mengkhawatirkan munculnya masalah yang menganggu jalannya pengiriman minyak melalui terusan ini. (IRIB/IRNA/MF/SL/6/2/2011)Sebanyak 50 mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Mesir digeledah dan diperiksa oleh pihak keamanan Mesir.
Salah seorang mahasiswa Riau yang saat ini sedang menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Faisal Amri, mengatakan bahwa dirinya digeledah oleh pihak tentara Mesir.
"Kecurigaan akan Warga Negara Asing (WNA) yang saat ini ada di Mesir semakin menjadi-jadi. Melampaui batas wajar," kata Faisal kepada Antara melalui sambungan telepon di Pekanbaru, Ahad (6/2) dini hari. Beberapa di antara mahasiswa tersebut di antaranya ada yang berasal dari Jawa Tengah dan daerah lainnya di Indonesia.
Dari keseluruhan mahasiswa yang ada di Mesir, baru sekitar satu persen yang sudah dievakuasi. Faisal menyebutkan ada sekitar 3.200 mahasiswa asal Indonesia yang masih berada di Mesir.
Fitra Mastopan, salah satu mahasiswa lainnya, mengatakan bahwa sebanyak 100 mahasiswa asal Riau saat ini masih berada di Mesir. Beberapa di antaranya adalah mahasiswi.
"Sejauh ini memang belum ada mahasiswa asal Riau yang ditangkap. Namun, kami sangat khawatir dengan keadaan Mesir yang semakin mencekam," kata Fitra.Dia mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan evakuasi terhadap WNI yang ada. Negara tetangga seperti Malaysia, sebut Fitra, sudah mengevakuasi sebanyak 11 ribu warganya.
Fitra menambahkan bahwa keadaan saat ini sangat sulit karena mahasiswa sudah kehabisan uang dan stok pangan yang menipis. Menurutnya, bantuan dari KBRI hanya 13 bungkus mie instan. "Apa jadinya, kalau kami makan mie instan terus. Tolong dan evakuasi kami secepatnya," pintanya.(IRIB/Antara/6/2/2011)
Kelompok oposisi utama Mesir, Ikhwanul Muslimin, Minggu, mengatakan bahwa mereka telah memulai dialog dengan penguasa Mesir guna melihat poin-poin apa saja yang diterima penguasa dari tuntutan-tuntutan rakyat, demikian sebuah pernyataan seperti dikutip AFP.
Seorang tokoh Ikhwanul Muslimin yang merahasiakan namanya, menyebutkan bahwa pembicaraan mulai dilakukan sejak Sabtu pagi antara mereka dengan Wakil Presiden Omar Suleiman.
"Dengan tetap mencurahkan perhatian pada kepentingan bangsa dan lembaga-lembaga serta demi menjaga kemerdekaan negara...kami telah memulai berunding guna melihat pada poin apa mereka siap menerima tuntutan rakyat," demikian sang tokoh Ikhwanul Muslimin. (IRIB/Antara/6/2/2011)
0 comments to "Kebangkitan Rakyat Mesir, Revolusi Global"