Kelompok oposisi utama Yordania menolak untuk bergabung dengan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Perdana Menteri Marouf Bakhit, dan mendesak pemilu parlemen baru.
"Mengambil bagian dalam pemerintahan di tengah situasi sekarang adalah telah keluar dari tuntutan," kata Hamzah Mansur, Sekjen Front Aksi Islam (IAF), sayap politik Ikhwanul Muslimin Yordania seperti dilansir AFP kemarin (Ahad,6/2).
"Partisipasi dalam pemerintahan akan kami terima jika datang melalui konsensus nasional dan pemilihan parlemen," tambahnya.
Pada hari Selasa, setelah tiga pekan protes anti pemerintah, Raja Abdullah II memecat Perdana Menteri Samir Rifai dan menunjuk Marouf Bakhit untuk menempati posisi itu. Raja Abdullah II memerintahkan Bakhit untuk mengambil langkah-langkah praktis, cepat dan nyata guna memulai reformasi.
0 comments to "Protes di Yordania Semakin Memanas"