Home , , , , , , , � PERANG : Apa Jadinya Jika Armada Laut Negara Islam Iran Bertemu Kapal Perang Israel : "Leader of Zionis"..!!!!

PERANG : Apa Jadinya Jika Armada Laut Negara Islam Iran Bertemu Kapal Perang Israel : "Leader of Zionis"..!!!!



Panglima Angkatan Laut Republik Islam Iran, Laksamana Habibollah Sayyari mengatakan, saat armada laut Iran menjalankan misinya berpapasan dengan kapal perang Rezim Zionis Israel di Laut Mediterania. Saat itu, kapal perang Israel meminta kita mengenalkan diri dan memberi laporan, namun mendapat reaksi dari armada Iran, ungkap Sayyari.

Menurut laporan Fars News, Laksamana Sayyari hari ini (Sabtu 5/3) dalam jumpa pers mengkaji misi armada laut Iran ke Laut Mediterania mengatakan, armada ini termasuk armada ke 12 yang menjalankan misi untuk menyambung jalur hubungan Iran di Teluk Aden. Menurutnya perbedaan misi kali ini dengan misi sebelumnya terletak pada penyertaan taruna angkatan laut Universitas Imam Khomeini dalam misi ini. Hal ini menurut Sayyari untuk menambah pengalaman para taruna juga magang bagi mereka.

Sayyari mengingatkan, pasca misi di Teluk Aden, armada laut ini menyerahkan misi selanjutnya kepada armada 13 dan memasuki Laut Merah melalui Selat Bab al-Mundib. (IRIB/Fars/MF/5/3/2011)

Khatib Tehran Kirim Pesan Keras Kepada AS dan Eropa

Khatib shalat Jumat Tehran, Ayatullah Sayid Ahmad Khatami dalam sebuah peringatan yang dialamatkan kepada Amerika Serikat dan Uni Eropa, menyeru rakyat Libya dengan seluruh kekuatannya untuk melawan intervensi militer Barat di negara mereka.

Ayatullah Khatami, hari ini (Jumat,4/3) dalam khutbahnya di kota Tehran, menyinggung kemungkinan intervensi militer Barat di Libya dengan alasan mendukung pemberontakan rakyat negara itu. Dikatakannya, kemanusiaan tidak punya nilai di mata liberal demokrasi Barat, sebab mereka bangkit menentang diktator Libya ketika kelompok revolusioner telah menguasai sumur-sumur minyak.

"Kehadiran pasukan Amerika sama seperti terjun ke kubangan baru di kawasan," tegasnya. Menurut Ayatullah Khatami, pesan kebangkitan besar bangsa-bangsa Muslim kawasan adalah memerangi Islamphobia, kediktatoran dan ketergantungan kepada sistem hegemoni. Ditegaskannya, kini adalah era kepunahan para diktator.

Ayatullah Khatami menyebut sangat luar biasa kebangkitan silih berganti di Tunisia, Mesir, Bahrain dan Yaman dengan slogan "Allahu Akbar" dan pelaksanaan shalat Jumat. Ditambahkannya, akar kebangkitan itu tentu saja ada pada kesadaran Islam.

Pada bagian lain khutbahnya, Ayatullah Khatami menyinggung upaya arogansi dunia untuk menampilkan unsur-unsur anti revolusi dan mengesankan kesamaan kerusuhan di Iran dengan protes rakyat di negara-negara kawasan. Ditandaskannya, semua upaya arogan adalah ingin menunjukkan kebobrokan teladan Revolusi Islam di tengah bangsa-bangsa Muslim kawasan, padahal Republik Islam Iran merupakan negara yang paling aman, stabil dan penuh wibawa di kawasan.

Menurut Ayatullah Khatami, Republik Islam Iran merupakan sebuah sistem kerakyatan, yang dibangun atas landasan pendapat dan kehendak rakyat serta pemilu rutin dalam tiga dekade lalu. Ditambahkannya, Iran senantiasa melawan para diktator dan arogansi dunia perlu mengetahui bahwa revolusi-revolusi regional adalah kelanjutan Revolusi Islam. (IRIB/RM/4/3/2011)

Clinton Akui AS Gagal Dalam Perang Media di Dunia

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton dalam sebuah pidatonya di Komite Kebijakan Luar Negeri AS mengakui bahwa Washington gagal dalam perang media di dunia.

Fars News mengutip Majalah TIME melaporkan, Clinton dalam pidatonya di Komite Kebijakan Luar Negeri AS pada 2 Maret menuntut dana lebih besar bagi departemennya. Ia menekankan, AS kalah dalam perang media di dunia.

Menurut sumber ini, menyusul munculnya media Rusia seperti Ria Novosti, Rusia today dan CCTV Cina di Afrika dan Asia Tenggara maka media AS seperi Suara Amerika kian tenggelam. Tuntutan Clinton ini dilontarkan di saat kubu Republik meminta anggaran Departemen Luar Negeri AS dikurangi hingga separuh. Hal ini dapat dicermati sebagai hasil dari persaingan di Washington.

Clinton dalam pidatonya juga memuji keberhasilan televisi Al-Jazeera baik edisi Arab yang terkenal di Timur Tengah maupun edisi Inggris yang mendapat sambutan luas di seluruh dunia. "Al-Jazeera adalah strategi untuk menimbulkan perubahan di opini dan sikap publik, baik itu kita membencinya atau tidak. Chanel ini memiliki pengaruh besar" ungkap Clinton.

Clinton menambahkan, secara pasti para pemirsa televisi Al-Jazeera di AS kian meningkat karena chanel ini menyiarkan berita menurut realita dan tidak berbohong. Mungkin anda tidak sepakat, namun anda mendapatkan berita sejati selama 24 jam penuh dari televisi ini, tambah Clinton.

Majalah TIME menambahkan, selama ini kita meyakini bahwa kita hidup di Desa Global. Sebelumnya berbagai informasi di Desa Global berhembus dari kawasan utara menuju selatan, namun kini muncul chanel televisi yang menggerakkan arus ini secara terbalik. (IRIB/Fars/MF/5/3/2011)

Militer Iran Siap Patahkan Setiap Ancaman

Manuver Velayat (Arsip)

Panglima Angkatan Darat Republik Islam Iran, Brigjend Ahmad Reza Pourdastan menyatakan bahwa kini pasukan trans-regional sudah tidak punya kemampuan untuk membuka front baru di kawasan. Ditegaskannya, "Kami akan mematahkan setiap ancaman di kawasan."

Brigjend Pourdastan, kepada wartawan IRNA, Sabtu (5/3) menuturkan, pasukan trans-regional telah menelan kekalahan berat selama kehadiran mereka di Afghanistan dan Irak dan mereka telah gagal.

"Namun itu bukan berarti prosentase kesiapan militer Republik Islam Iran menurun atau kami lalai dalam mengawasi ancaman-ancaman musuh," tegasnya. Menurut keterangan Pourdastan, militer Iran mengawasi seluruh ancaman di sekitar garis perbatasan atau di luar wilayah itu serta memantau ancaman-ancaman internasional dan punya kesiapan sesuai dengan bentuk ancaman.

Lebih lanjut, Pourdastan menandaskan, "Kini Angkatan Bersenjata Iran memiliki kapasitas yang sangat besar, termasuk di angkatan darat. Kapasitas itu akan memungkinkan mereka menghadapi segala bentuk ancaman baik darat, udara ataupun laut."

Berbeda dengan teori para pakar militer yang meyakini bahwa perang di masa mendatang akan terfokus pada peralatan tempur, Pourdastan menjelaskan, "Pengalaman perang modern membuktikan bahwa dalam perang, manusia masih menjadi poros dan pembuat keputusan. Berdasarkan pengalaman ini, kami memberi perhatian khusus kepada sumber daya manusia."

"Menurut salah satu fokus utama aktivitas angkatan darat Iran adalah terpusat pada penguatan semangat keimanan dan keyakinan personil serta memberi motivasi kepada mereka," ujarnya.

Pada bagian lain pernyataannya, Pourdastan menandaskan, "Dari sisi lain, industri pertahanan militer Iran kini punya kemampuan dan kekuatan prima. Dan memperhatikan hubungan baik antara industri pertahanan dan universitas, maka kebutuhan-kebutuhan militer akan terpenuhi." Ditambahkannya, sekarang angkatan darat militer Iran dapat berbangga, karena kebutuhan signifikan mereka terhadap senjata dan peralatan tempur sudah diproduksi dalam negeri. (IRIB/RM/PH/5/3/2011)

Ahmadinejad: AS Merusak 95 Persen Lingkungan Hidup

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad menjelaskan bahwa 95 persen warga dunia berupaya membenahi lingkungan hidup. Namun sebuah negara yang berjumlah lima persen, yakni AS, malah merusak upaya yang dilakukan oleh seluruh penghuni bumi.

Ahmadinejad dalam pidatonya, hari ini (Sabtu, 5/3) di acara peringatan Konvensi Ramsar ke-40 di Tehran menyebut lingkungan hidup sebagai faktor penyebab kejayaan, kemajuan, kehidupan bahagia dan persahabatan antarsesama manusia. Dikatakannya, "Allah Swt menciptakan alam semesta dalam keseimbangan yang indah sehingga manusia dapat berkembang di alam ini dan mengoptimalkan apa yang diberikan Allah ke arah kesempurnaan dan kehidupan vertikal."

Lebih lanjut Ahmadinejad menjelaskan ada tiga faktor yang merusak nilai-nilai kemanusiaan dan tatanan alam semesta. Pertama adalah tidak adanya kesadaran. Terkait faktor pertama ini, Ahmadinejad menjelaskan, "Banyak jenis orang yang tidak mengetahui langkah-langkah destruktifnya."

Menurut Ahmadinejad, faktir kedua yang merusak tatanan alam semesta adalah tidak adanya aturan standard. Dikatakannya, "Di berbagai tempat, hingga kini, tidak ada aturan standard dan komprehensiif terkait lingkunggan hidup. Saat tidak ada aturan, maka terjadilah kekacauan."

Adapun faktor destruktif ketiga adalah kapitalisme. Ahmadinejad menjelaskan, "Ketika sejumlah pihak mendefinisikan manusia sebagai eksistensi yang tidak ada kaitannya dengan langit dan ketuhanan. Bahkan mereka beranggapan bahwa manusia tidak terikat dengan norma dan etika, maka saat itu pula, mereka meletakkan pondasi destruktif di alam semesta."

Konvensi Ramsar adalah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Peringatan Konvensi Ramsar ke-40 di gelar di Tehran selama dua hari. Dalam acara itu dihadiri enam menteri, empat deputi menteri, 29 duta besar dan 14 delegasi dari berbagai negara. (IRIB/Farsnews/AR/5/3/2011)

Upaya Barat Menyimpangkan Kebangkitan Rakyat

Upaya Barat Menyimpangkan Kebangkitan Rakyat

Transformasi yang terjadi dengan sangat cepat di Timur Tengah, Afrika utara dan Teluk Persia menyentak dunia. Fenomena ini dipandang oleh AS dan sekutu-sekutu Baratnya sebagai momok yang menakutkan. Dunia sedang menyaksikan tumbangnya satu persatu rezim-rezim diktator yang notabene sekutu Barat di kawasan-kawasan ini. Sikap para pemimpin Barat dalam kaitan ini sangat kontradiktif yang menunjukkan bahwa masing-masing ingin mengail di air keruh sekaligus menyelamatkan kepentingannya. Belum lama ini, diktator-diktator seperti Zein El Abidine Ben Ali, Hosni Mubarak, Muammar Ghaddafi, Ali Abdullah Saleh dan lainnya adalah sekutu dan pelayan kepentingan Barat. Namun ketika rakyat di negara-negara seperti Tunisia, Mesir, Libya, Yaman dan lainnya bangkit menuntut mundurnya penguasa dan perubahan rezim, Barat tampil dengan muka yang seakan membela rakyat dengan alasan demokrasi dan kebebasan, dua jargon yang sejak dulu dimaknai dengan dua sikap oleh Barat.

Sikap Barat yang mengesankan membela rakyat ketika rezim diktator tak bisa lagi diharapkan bertahan, menimbulkan kecurigaan besar bahwa sikap ini dimaksudkan supaya Barat bisa menyimpangkan gerakan kebangkitan itu untuk kepentingannya. Dengan cara itu, AS dan sekutu-sekutu Eropanya berupaya memasang orang-orang yang mereka percayai di kursi kekuasaan dan mengendalikan gerakan massa ke arah yang mereka mau.

Di media, Barat menggambarkan gerakan kebangkitan rakyat di Tunisia dan Mesir sebagai aksi rakyat itu yang tak lebih dari reaksi yang timbul ketidakpuasan atas kesulitan ekonomi dan korupsi para penguasa. Padahal yang saat ini terjadi di Afrika utara jauh lebih besar dari masalah kemiskinan dan kebejatan para penguasa. Salah satu ciri khas yang bisa disaksikan dalam revolusi rakyat di Tunisia, Mesir, Libya dan negara-negara Arab lainnya saat ini adalah suburnya semangat melawan arogansi dunia.

Sejak dahulu, rezim-rezim diktator selalu menyandarkan diri kepada kekuatan-kekuatan arogansi asing tanpa pernah memikirkan dukungan rakyat. Tak beda halnya dengan rezim-rezim diktator dan despotik saat ini yang menumpukkan harap pada dukungan Barat yang mengklaim sebagai pembela demokrasi dan kebebasan nomor wahid. Terkait kebangkitan rakyat di berbagai negara, Barat khususnya AS berupaya sekuat tenaga untuk menutup-nutupi atau memalingkan perhatian publik dari hubungannya dengan rezim-rezim despotik.

Dengan membolak-balik lembaran sejarah dalam tiga dekade terakhir akan nampak dengan jelas kebijakan apa yang diambil Barat saat menghadapi gerakan kebangkitan rakyat di sebuah negara yang rezimnya dipandang bersahabat dengannya. Pada tahap awal, Barat akan berupaya mati-matian untuk mempertahankan sekutunya meski terbukti memerintah secara diktator. Upaya itu dilakukan diantaranya dengan memberikan dukungan politik, ekonomi bahkan keamanan. Jika diperlukan, Barat akan memberikan lampu hijau kepada sang penguasa untuk membantai ribuan warga sekalipun, atau memasukkan ribuan orang ke penjara atau melakukan aksi penumpasan dalam bentuknya yang terkeji. Namun jika kondisi tak bisa lagi dikendalikan, Barat akan memutar haluan dan memasang wajah anti pati terhadap penguasa terkait. Hal itulah yang dilakukan Barat terutama AS dalam kasus kebangkitan rakyat di Iran, Tunisia, dan Mesir.

Pada babak akhir, para diktator itu harus mengalami nasib tragis karena negara-negara Barat akan menutup pintu dan menolak memberi suaka atau tempat kepada mereka. Tahun 1979 ketika Revolusi Islam mulai menunjukkan tanda-tanda kemenangannya AS menolak memberi suaka kepada Syah Mohammad Reza Pahlevi. Syah Pahlevi terpaksa harus hidup terasing di beberapa negara selama dua tahun sejak rakyat Iran menumbangkan kekuasaannya. Syah akhirnya meninggal di Mesir dalam keterasingan dan kesendirian.

Nasib yang sama juga dialami oleh Ben Ali saat kabur meninggalkan Tunisia. Sebagai sekutu dekat pemerintah Perancis, Ben Ali berharap Presiden Nicholas Sarkozy mengizinkan pesawat yang membawanya untuk mendarat di Paris. Harapan itu pupus setelah ia mendengar jawaban penolakan. Ben Ali akhirnya mendapat suaka dari penguasa Arab Saudi. Di Mesir, Hosni Mubarak yang menanti undangan dari sahabat-sahabatnya di Barat terpaksa harus gigit jari. Kini seluruh hartanya sudah dibekukan dan ia sendiripun tetap tinggal di Mesir.

Terkait transformasi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, AS tampil memimpin Blok Barat untuk memalingkan gerakan rakyat melawan rezim-rezim diktator. AS dan negara-negara Eropa mengerahkan seluruh sarana diplomatik untuk mengendalikan transformasi yang ada. Tak heran jika saat ini terlihat diplomasi ketat di kawasan yang melibatkan para petinggi negara-negara Barat. Misalnya, Perdana Menteri Inggris David Cameron, PM Perancis Francious Fillon, PM Spanyol Jose Louis Rodrigez Zapatero, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen dan sejumlah petinggi AS termasuk Wapres Joe Biden, terlihat berkunjung ke negara-negara tempat revolusi-revolusi itu berlangsung.

AS dan sekutu-sekutu Eropa mengejar sejumlah target. Pertama, mencegah terjadinya reformasi dan perombakan fundamental di negara-negara itu. Tumbangnya diktator-diktator Timur Tengah jelas akan mengubah konstelasi politik di kawasan. Dengan mengusulkan resep-resep yang sepintas demokratis dan intervensi terselubung, AS dan Eropa berusaha memberi warna demokratik Barat pada revolusi rakyat di negara-negara seperti Tunisia dan Mesir. Tujuannya adalah menggiring rakyat secara perlahan ke suatu kondisi yang menjauhkan mereka dari target keislaman dan kebangsaan. Barat berusaha meyakinkan semua orang bahwa naiknya kubu berhaluan Islam dan tokoh-tokoh Islam ke roda kekuasaan adalah bahaya yang mesti dihindari.

Di tengah kekuatan anti rezim diktator yang sudah atau nyaris tumbang, Barat sibuk menebar perselisihan. Tujuannya adalah untuk menyimpangkan tuntutan rakyat yang sebenarnya. Dengan demikian, Barat berharap bisa meloloskan orang-orang sekular yang bersedia menjaga kepentingannya ke tampuk kekuasaan. Namun terkait kebangkitan rakyat di negara-negara Arab saat ini, ada satu poin penting yang dilupakan Barat. Yaitu, bahwa gerakan rakyat ini adalah satu bentuk kebangkitan Islam di negara-negara itu.

Ibarat tsunami, kebangkitan yang dilandasi kesadaran dan pengetahuan ini akan menerjang semua dinding yang menghalanginya dan akan menyebar sampai memenuhi semua kawasan Timur Tengah. Yang menarik, kondisi ini terjadi justeru setelah AS dan Barat getol menebar Islamophobia di kawasan dalam tiga dekade terakhir. Dalam waktu yang bersamaan, Barat juga membentuk satu front bersama yang disebut kubu pro-damai dengan Israel. Transformasi ini menunjukkan bahwa front tersebut sudah rapuh sementara front Islam tumbuh dan semakin menguat.

Meski media-media massa gencar menebar propaganda dan mendistorsi fakta terkait transformasi di Timur Tengah, namun gerakan kebangkitan Islam tak lagi bisa dibendung. Layar-layar televisi menunjukkan betapa para demonstran dan massa menggelar shalat jamaah yang dihadiri lautan manusia saat menyuarakan penentangan terhadap rezim despotik. Mereka terlihat bersemangat untuk menghidupkan kembali identitas keislaman dan kehormatan negara. Mungkin saja Barat bisa menghambat gelora kebangkitan ini untuk sementara waktu, tapi tak akan mungkin gerakan ini bisa mencegah derasnya arus kebangkitan Islam di Timur Tengah.

Apa yang terjadi saat ini bukan hanya gerakan yang dipicu oleh kesenjangan sosial, kesulitan ekonomi dan ketidakpuasan atas penguasa korup, tapi muncul karena kesadaran Islami bangsa-bangsa Muslim yang sudah muak terhadap hikopritas para pengklaim demokrasi dan kebebasan di Dunia Barat. Bangsa-bangsa Muslim tak bisa lagi ditipu oleh kebohongan-kebohongan para pemimpin AS dan sekutu-sekutu Eropanya.(irib/7/3/2011)

Ketika Paman Sam Masih Paranoid Terhadap Islam

Menjelang digelarnya sidang dengar pendapat di Kongres AS mengenai apa yang diklaim sebagai radikalisme Islam, masyarakat muslim dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat menggelar unjuk rasa membela hak-hak komunitas Islam di AS. Dalam aksi unjuk rasa tersebut, para pimpinan organisasi Islam dan kelompok-kelompok madani mengecam meningkatnya gelombang anti-Islam di Negeri Paman Sam. Demo yang dilancarkan pada Ahad 6 Maret 2011 di Time Square itu juga turut diikuti oleh sejumlah tokoh yahudi anti-zionisme.

Sementara itu para penyokong sidang tersebut menuntut diberlakukannya kebijakan yang lebih ketat terhadap masyarakat muslim. Mereka mengklaim, gerakan ekstrimisme Islam seperti al-Qaeda kini semakin menyebar dan tumbuh subur di kalangan masyarakat muslim sehingga bisa mengancam keamanan negara.

Tentu saja tudingan sepihak itu, sangat tidak berdasar. Pasalnya, banyak juga orang-orang yahudi maupun nasrani yang melakukan aksi-aksi teror. Namun agama mereka tidak pernah disebut-sebut sebagai agama yang mengajarkan dan mendukung terorisme. Meski agama yang dianut oleh para teroris al-Qaeda adalah Islam, akan tetapi sebagaimana yang ditegaskan oleh para ulama muslim dari berbagai mazhab, Islam menentang segala bentuk aksi-aksi teror dan pembantaian terhadap warga sipil. Karena itu segera setelah terjadinya serangan 11 September 2001, dunia Islam serentak bersama masyarakat muslim di AS mengecam keras aksi teror yang dilancarkan oleh al-Qaeda.

Tak hanya itu, sejatinya justru masyarakat muslim sendiri yang menjadi korban terbesar aksi-aksi terorisme, mulai di Afghanistan, Irak, Palestina hingga Indonesia dan negara-negara muslim lainnya. Sementara puak-puak radikal di Barat hanya memanfaatkan isu terorisme dan menisbatkannya dengan Islam sekedar untuk meraih ambisi politik dan militeristiknya.

Namun bila ditelisik lebih jauh, sidang dengar pendapat soal radikalisme Islam yang diusulkan Peter King, anggota Kongres dari Partai Republik kali ini sesungguhnya tak lepas dari atmosfer persaingan politik internal AS menjelang pemilu. Selama lebih dari satu dekade belakangan, puak-puak Republik memang terbilang sukses menjaring suara dengan menjual isu-isu keamanan dan menebar ketakutan lewat eksploitasi isu terorisme dan ekstrimisme Islam. Karena itu, dengan berpijak pada pengalaman sebelumnya, kali ini kubu garis keras Republik berusaha menguji nasib peruntungannya dalam pemilu 2012 dengan mengusung kembali isu ancaman Islam.

Mungkin saja, taktik tersebut bisa menarik dukungan luas lobi-lobi zionisme, Kristen garis keras, dan kalangan rasialis. Namun bila hal itu terus dilanjutkan, maka dampak yang ditimbulkan justru bisa sangat berbahaya bagi keberadaan masyarakat multikultural AS. Saat ini saja, lebih dari 9 juta warga AS adalah pemeluk Islam. Mereka bahkan tergolong sebagai kelompok masyarakat AS yang sukses di berbagai bidang mulai dari ekonomi, perdagangan, hingga sains dan akademik. Dalam situasi seperti itu, upaya mengidentikkan Islam dengan terorisme hanya karena agama yang dianut al-Qaeda adalah Islam niscaya bakal menambah masalah sosial dan keamanan yang mendera AS saat ini. (IRIB/LV/NA/7/3/2011)

Ribuan Rakyat Bahrain Protes Dualisme Amerika

Ribuan rakyat Bahrain dari berbagai lapisan Senin pagi (7/3) berkumpul di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Manama memprotes kebijakan Washington mendukung raja Bahrain.

Sebelumnya disebutkan, pemerintah Bahrain melarang aksi demo di depan kedubes AS, namun mengingat besarnya jumlah demonstran, militer dan pasukan keamanan tidak dapat berbuat apa-apa. Para demonstran Bahrain yang setiap harinya sejak dua pekan lalu rutin menggelak aksi demo hari ini juga menggelar pawai menuju kedubes Amerika di Manama memprotes kebijakan dualisme Washington di kawasan.

Warga dalam aksinya hari ini menuntut diakhirinya dukungan Amerika terhadap Sheikh Hamad bin Isa al Khalifa, raja Bahrain. Di sisi lain, Michael Mullen, komandan militer AS di kawasan pekan lalu menyatakan Washington mendukung pemerintahan Bahrain. Ia menuntut dialog antara pemerintah Manama dan kelompok anti pemerintah serta pemulihan stabilitas keamanan di negara ini.

Amerika memiliki pangkalan tetap di Bahrain dan mendukung penuh pemerintahan Manama. Di saat rakyat Mesir dan Libya bangkit menentang diktator mereka, Washington menuntut Hosni Mubarak dan Muammar Gaddafi segera meletakkan jabatan. Namun ketika rakyat Bahrain bangkit menentang keluarga kerajaan, Gedung Putih tidak memperlihatkan rekasinya. Bahkan Washington enggan memberikan reaksi pembantaian rakyat di Bundaran Mutiara, Manama. (IRIB/IRNA/MF/7/3/2011)

Muslim AS Protes Islamphobia

Sejumlah umat Islam Amerika Serikat berkumpul di Bundaran Times memprotes sidang Kongres yang rencananya akan membahas warga muslim negara ini. Warga muslim Amerika menilai sidang Kongres ini akan meningkatkan gelombang Islamphobia di negara ini.

Menurut laporan IRNA, Koran National Post Kanada mengutip AFP menulis, para pemimpin agama New York dan seorang musisi terkenal Amerika hari Ahad mengkoordinasi aksi demo untuk membela umat Islam dari Islamphobia dalam sidang Kongres baru-baru ini.

Koran ini menulis, tak peduli derasnya hujan, ratusan muslim berkumpul di Bundaran Times New York dan memprotes sidang Kongres yang membahas ancaman radikalisme umat Islam di negara ini.

Imam Syamsi Ali, ketua Islamic Center New York kepada peserta demo mengatakan, saya seorang muslim dan saya seperti halnya umat Kristen serta Yahudi sangat mencintai Amerika. Para demonstran sambil membawa bendera dan spanduk memprotes aksi yang mereka sebut sebagau serangan massal terhadap umat Islam. (IRIB/IRNA/MF/7/3/2011)

Bank Spanyol Blokir Rekening Kedubes Iran

Banco Santander Spanyol memberitahukan para pejabat kedutaan Iran untuk menarik uang kedutaan dari bank itu dalam waktu maksimal satu bulan.

Setelah penarikan uang tersebut, rekening Kedutaan Iran di Spanyol diblokir. Demikian dilaporkan IRNA.

Para pejabat Kedubes Iran kemudian berusaha membuka rekening baru di cabang la Caixa. Namun, la Caixa juga menghentikan seluruh transaksi perbankannya dengan rekening kedutaan Iran Jumat lalu dan akhirnya membekukan rekening tersebut kemarin (7/3).

Pembekuan rekening Kedutaan Iran itu menimbulkan banyak masalah bagi Iran dan warganya di luar negeri.

Kedua pejabat bank tersebut mengumumkan bahwa langkah itu diambil menyusul sanksi terhadap Iran dan di bawah tekanan dari Amerika Serikat.

Hingga kini tidak ada tindakan serupa dari bank-bank Spanyol terhadap rekening pribadi warga Iran termasuk staf kedutaan di Madrid.

Sementara itu, sebuah delegasi ekonomi Iran terdiri dari pejabat Departemen Urusan Ekonomi dan Keuangan dan Kamar Dagang tiba di Madrid pada hari Senin untuk bertemu dengan para pejabat Spanyol.

Beberapa tokoh Iran mendesak pemerintah Tehran untuk mengambil tindakan balasan terhadap Kedutaan Besar Spanyol dan berbagai lembaganya di Iran.(irib/8/3/2011)

AS Dukung Toleransi Agama Indonesia?




Addthis
Di Bangil, Ada Batu Ujian Amerika Serikat

ALQOIMKALTIM.COM, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) memandang penting toleransi beragama yang ada di Indonesia. Beberapa kasus kerusuhan didasarkan atas sentimen agama yang terjadi di Indonesia baru-baru ini, menjadi perhatian besar dari Negeri Paman Sam.


AS menilai ada beberapa hal yang dapat merusak nama Indonesia di dunia internasional. Kekerasan tersebut antara lain dialami oleh jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Banten dan penyerangan terhadap gereja di Tumenggung.
Kekerasan yang terjadi baru-baru ini terhadap kelompok minoritas tersebut, serta peraturan-peraturan daerah yang baru ditetapkan yang membatasi kebebasan beragama saat ini, dianggap dapat merusak reputasi internasional Indonesia sebagai negara demokrasi dengan tradisi toleransi dan komitmen perlindungan kebebasan bagi semua warga negaranya.
Sebagai sahabat dan sebagai rekan Indonesia di G-20 dan organisasi internasional lainnya, AS mendukung mayoritas rakyat Indonesia yang tidak menyukai kekerasan berlatar agama dan mendukung toleransi.

Hukum harus melindungi warga negara dari kekerasan, alih-alih membatasi hak mereka. Demikian dalam keterangan pers yang dikirim Kedubes AS di Jakarta kepada okezone, Sabtu.

Di Bangil, Ada Batu Ujian Amerika Serikat.

Gedung Putih dan orang kepercayaan Washington di Jakarta, Duta Besar Scot Alan Marciel, memilih menggarpu lidahnya dan mengambil jalan berbeda dengan mayoritas penduduk Indonesia yang mengecam keras kejadian itu.

Amerika Serikat mengobral keprihatinan yang dalam atas Tragedi Cikuesik dan Rusuh di Temanggung. Tapi untuk sebuah penyerangan berdarah yang berujung pada kerusakan sebuah pesantren modern dan terlukanya sembilan santri muda di Bangil, Jawa Timur, Gedung Putih dan orang kepercayaan Washington di Jakarta, Duta Besar Scot Alan Marciel, memilih menggarpu lidahnya dan mengambil jalan berbeda dengan mayoritas penduduk Indonesia yang mengecam keras kejadian itu.

Hingga hari ini, empat hari lepas penyerangan Pesantren Yayasan Pendidikan Islam Bangil, Washington diam seribu bahasa.

Sebuah kejanggalan besar bila mengingat pada 9 Februari lalu, mereka mengeluarkan pernyataan panjang ini: “Amerika Serikat sangat prihatin pada amuk massa di Indonesia yang ditujukan ke anggota jamaat Ahmadiyah yang berujung pada kematian tiga orang dan terlukanya sejumlah orang lainnya pekan lalu. Kami juga menaruh perhatian pada pembakaran gereja di Jawa Tengah. Kami sepemikiran dengan mayoritas orang Indonesia yang mengecam tindakan-tindakan kekerasan ini.”

Amerika menawarkan keprihatinan pada Ahmadiyah dan gereja yang dibakar orang misterius. Tapi untuk pesantren dan santri yang berdarah-darah dan sebagiannya hingga hari ini masih dirawat di rumah sakit, Amerika memilih menyumpal nuraninya.

Tidakkah ini sebuah isyarat kemunafikan?

Sumber : Oke/Red : Enoz Trapfosi/http://www.alqoimkaltim.com/in/the-news/2991-as-dukung-toleransi-agama-indonesia.html

Addthis


Indonesia terpilih sebagai tuan rumah pertemuan menteri pertahanan (Menhan) negara-negara ASEAN

ALQOIMKALTIM.COM, JAKARTA - Tahun 2011 menjadi tahun sibuk bagi para pejabat Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Indonesia terpilih sebagai tuan rumah pertemuan menteri pertahanan (Menhan) negara-negara ASEAN dan beberapa Menhan negara sahabat dalam acara ASEAN Defence Minister Meeting (ADMM) 2011.

Sejumlah rangkaian acara bakal dihelat di tujuh kota besar di Indonesia. "Sudah dimulai di Surabaya akhir Februari lalu," kata Kepala Pusat Informasi Kemenhan Brigjen Wayan Midhio, Minggu (6/3).

Total, sampai Oktober 2011 akan diselenggarakan 13 pertemuan dalam kerangka ADMM, yang berlangsung di Bandung, Denpasar, Jakarta, Jogjakarta, Makassar, Manado, dan Surabaya. Sebagai salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN, Indonesia sangat memiliki kepentingan untuk memperkuat posisi dan peran sentral ASEAN di kawasan Asia Pasifik. "Karena itu, kami berharap semua rangkaian sukses. Termasuk, unsur pengamanan delegasi," papar dia.

Utusan yang datang dari berbagai negara itu memang bukan pejabat sembarangan. Minimal, mereka adalah pejabat eselon I di bidang pertahanan. Artinya, orang-orang tersebut punya data-data penting yang rawan terhadap spionase dan mata-mata. "Untuk pengamanan, kami sudah berkoordinasi dengan Mabes TNI dan polisi," ungkap mantan atase pertahanan RI untuk India tersebut.

Indonesia mengambil pelajaran dari insiden Seoul bulan lalu, saat tiga orang asing masuk dan mencuri laptop delegasi Indonesia. Belakangan, diketahui laptop tersebut hanya berisi data presentasi menteri perindustrian yang sifatnya bukan rahasia negara.

Ide pembentukan ADMM telah memperoleh dukungan seluruh anggota ASEAN ketika Indonesia menjadi ketua ASEAN pada 2003. Kala itu Indonesia menyampaikan pentingnya ADMM sebagai salah satu platform bagi pertukaran pandangan dan terciptanya kerja sama yang konkret.

Menurut Wayan, ADMM 2011 di Indonesia merupakan yang kelima. ADMM yang dihelat di Kuala Lumpur pada 2006 merupakan pertemuan pertama sekaligus inaugural meeting. Pertemuan kedua dilaksanakan di Singapura pada 2007.

Lalu, ADMM ketiga dihelat di Bangkok pada 2009 dan pertemuan keempat dilaksanakan di Hanoi pada 2010. "Pertemuan tahun ini akan menghasilkan sejumlah kesepakatan penting di bidang kerja sama maritim, penanggulangan bencana alam, industri persenjataan, dan misi-misi perdamaian," terang dia.

Sumber : JPNN/Red : Enoz Trapfosi/http://www.alqoimkaltim.com/in/the-news/3004-indonesia-host-meeting-menhan-se-asean.html


Angkatan Laut Iran Siapkan Kapal Tempur Baru

Laksamana Habibullah Sayyari

Panglima Angkatan Laut Republik Islam Iran, Laksamana Habibullah Sayyari, mengkonfirmasikan produksi kapal tempur baru tipe destroyer.

Dalam wawancaranya dengan IRNA kemarin (7/3) Sayyari mengatakan, setelah kapal tempur Jamaran, kini Angkatan Laut Iran tengah memproduksi kapal tempur baru. Ditambahkannya bahwa Angkatan Laut Iran tengah meningkatkan kemampuan pertahanannya dengan meningkatkan kemampuan kapal-kapal tempurnya, serta berusaha memproduksi kapal tempur baru yang jauh lebih handal dari tipe sebelumnya.

"Angkatan Laut Iran selalu mempersiapkan diri menghadapi segala bentuk ancaman dan dalam hal ini tidak pernah lengah," tegasnya.

Pejabat tinggi militer Iran itu menambahkan, "Dewasa ini Angkatan Laut Republik Islam Iran dan juga Angkatan Laut Pasdaran, di perairan selatan siap menghadapi segala bentuk ancaman terhadap perbatasan maritim negara, dan kesiapan tersebut telah dibuktikan dalam berbagai manuver."

Lebih lanjut Sayyari menjelaskan, Angkatan Laut Iran juga siap membela kepentingan negara di segala kondisi.

"Kemampuan Angkatan Laut Iran harus ditingkatkan sesuai dengan berbagai macam ancaman dan atas dasar ini, produksi kapal selam juga terus ditingkatkan," ungkapnya.

Kapal tempur Jamaran, yang sebelumnya telah bergabung dengan armada Angkatan Laut Iran, memiliki panjang 94 meter dan lebar 10 meter serta tinggi mencapai 3,1 meter.

Berat minimum kapal ini mencapai 1.400 ton. Dengan dua motor berkekuatan 10.000 tenaga kuda, kapal ini mampu melaju di kecepatan 28 knot. Kapal ini juga mampu mengangkut helikopter dan mengisi bahan bakarnya.

Sejumlah sistem utama yang digunakan oleh kapal tempur Jamaran hanya dikuasai oleh segelintir negara Barat. Namun para pakar muda Iran berhasil memecah monopoli teknologi tersebut dan memasang teknologi serupa pada kapal Jamaran. (IRIB/MZ/8/3/2011)

0 comments to "PERANG : Apa Jadinya Jika Armada Laut Negara Islam Iran Bertemu Kapal Perang Israel : "Leader of Zionis"..!!!!"

Leave a comment