Home , , , , � Siapakah Sesungguhnya Perompak Somalia? "Ini adalah kejahatan yang terorganisasi."

Siapakah Sesungguhnya Perompak Somalia? "Ini adalah kejahatan yang terorganisasi."

©Dina Y. Sulaeman

Rakyat Indonesia hari ini sedang dirudung keprihatinan karena belasan pelautnya tengah disandera pembajak Somalia. Dalam sebuah berita online tentang perompak Somalia, ada seorang komentator yang bertanya, "Mengapa negara-negara Barat mau bersepakat menyerbu Libya, tetapi tidak ada tindakan yang mereka ambil untuk mengamankan Teluk Aden?

Sungguh sebuah pertanyaan yang kritis. Ya, mengapa perompak Somalia ‘dibiarkan' sedemikian merajalela? Masa sih AS dan NATO dengan persenjataan mereka yang sangat canggih tak mampu menumpas pembajak laut dari sebuah negara sangat-sangat miskin, Somalia?

Dulu saya pernah menulis (http://indonesian.irib.ir/%20http://dinasulaeman.wordpress.com/2010/01/15/yaman-perang-obama-selanjutnya-3/) mengenai indikasi ‘pembiaran' perompak Somalia itu, dengan mengutip analisis William Engdahl dari Global Research. Singkatnya begini, AS yang melancarkan serangan ke Yaman dengan alasan ‘mengejar Al Qaeda', sesungguhnya menghendaki perubahan rezim di sana. Yaman berbatasan dengan Arab Saudi di utara, Laut Merah di Barat, Teluk Aden dan Laut Arab di selatan, di seberang Teluk Aden ada Somalia, Jibouti. Di sebelah Jibouti berderet Eritrea, Sudan, dan Mesir. Dengan demikian, semua negara itu (Arab Saudi, Mesir, Somalia, Jibouti, Eritrea, Sudan, dan Yaman saling berhadapan dengan Selat Mandab (Bab el Mandab) yang super-strategis.Tanker-tanker minyak dari Teluk Persia harus lewat ke Selat Mandab, baru kemudian melewati Kanal Suez, dan menuju Mediterania.

Menurut Engdahl, jika AS punya alasan yang diterima opini publik internasional untuk memiliterisasi Selat Mandab, AS akan punya kartu truf di hadapan Uni Eropa dan China bila mereka ‘berani' di hadapan AS. Suplai energi China dan Eropa sangat bergantung dari Selat Mandab. Bahkan Selat Mandab bisa dipakai AS untuk menekan Arab Saudi agar tetap melakukan transaksi dalam dollar Amerika (sebagaimana pernah diberitakan media, Arab Saudi dan beberapa negara -termasuk Iran-pernah melontarkan keinginan untuk melakukan transaksi tidak dengan dollar). Engdahl juga menyebutkan adanya informasi dari Washington bahwa ada sumber minyak yang luar biasa besar di Yaman, yang sama sekali belum dieksplorasi.

Engdahl kemudian menyoroti kasus bajak laut Somalia yang membuat kacau di Selat Mandab selama dua tahun terakhir. Pertanyaannya: bagaimana mungkin bajak laut dari Somalia, sebuah negara yang berada di nomor teratas dalam list ‘negara gagal' (failed state) sampai punya senjata dan logistik yang canggih, sampai-sampai dalam dua tahun terakhir mampu membajak 80 kapal dari berbagai negara? Bahkan pembajak Somalia itu memakai gaya-gaya penjahat di negara maju: menelpon langsung kantor koran Times di Inggris, memberitahukan bahwa mereka sudah membajak. Saat ini, tercatat ada 56 kapal asing yang masih berada dalam ‘tawanan' pembajak Somalia beserta 800-an awak kapalnya. Selain kapal Indonesia "Sinar Kudus", ada kapal FV NN Iran yang ditawan sejak 2 Maret 2009 bersama 29 krunya.

Merajalelanya perompak Somalia di Selat Mandab memberi alasan kepada AS untuk menaruh kapal perangnya di sana. Pemerintah Mesir, Sudan, Jibouti, Eritrea, Somalia, Arab Saudi, sudah terkooptasi oleh AS sehingga diperkirakan tidak akan memberikan reaksi negatif bagi militerisasi AS di Selat Mandab. Kini, masih ada satu negara di sekeliling Selat Mandab yang masih perlu ditaklukkan: Yaman.
Pemerintah Yaman memang pro-AS, tapi masalahnya, Presiden Ali Abdullah Saleh tidak cukup kuat untuk mengontrol negaranya, karena itulah dia harus ‘digulingkan'. Aksi-aksi protes di Yaman saat ini, karenanya, sangat bersesuaian dengan keinginan AS.

Analisis Engdahl ini terasa klop dengan laporan dari AFP yang merilis pernyataan dari pejabat Interpol. Menurut mereka, aksi-aksi pembajakan di lepas laut Somalia dikontrol oleh sindikat kriminal, termasuk orang-orang asing (non-Somalia) yang tergiur oleh kesempatan untuk mendapatkan uang tebusan multi-juta dollar. Para pembajak itu memiliki senjata-senjata dan alat pendeteksi yang sangat canggih sehingga mereka mampu melakukan pembajakan di perairan dengan jarak yang sangat jauh, bahkan mencapai 1.200 nautical mil (=1380,935 mil) di lepas pantai Somalia. Mick Palmer, pejabat Interpol dari Australia, menyatakan bahwa ada bukti yang jelas, yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecanggihan perlengkapan yang dimiliki para pembajak. "Jadi mereka mendapatkan bantuan yang sangat canggih dalam mendeteksi keberadaan kapal-kapal perdagangan besar," kata Palmer.

Tak heran bila Jean-Michel Louboutin, direktur eksekutif kepolisian di Interpol yang berbasis di Prancis menegaskan, "Ini adalah kejahatan yang terorganisasi."

Lebih jauh lagi, pejabat Interpol itu menjelaskan bahwa pembajak laut Somalia sebenarnya hanya mendapatkan sebagian kecil dari uang tebusan. Rata-rata, setiap dua juta dollar yang mereka dapatkan sebagai uang tebusan, hanya 10.000 dollar yang masuk ke kantong mereka. Sisanya, masuk ke kantong sindikat kriminal. Setengah juta dollar akan diambil oleh orang yang menghantarkan tebusan (biasanya diantarkan dengan helikopter yang mendarat di atas kapal yang dibajak), dan setengah juta dollar lagi diambil oleh negosiator.
Dengan tegas Palmer menyatakan, "Ini adalah sebuah industri besar. Besar sekali uang yang bisa dihasilkan dari pembajakan. Tetapi, para pembajak itu sendiri, banyak di antara mereka adalah remaja miskin, hanya mendapat sebagian kecil saja dari uang itu."
Jadi, bila kita kembali ke pertanyaan yang diajukan komentator di atas, setelah membaca uraian artikel ini, menurut Anda, apa jawabannya?[]
(irib/13/4/2011)

Mungkinkah Militer RI Serang Perompak Somalia?

Perompak Somalia membajak kapal Indonesia, Sinar Kudus, sekitar 320 mil timur laut Pulau Socotra pada Rabu pagi, 16 Maret 2011. Dalam kapal tersebut terdapat 20 pelaut Indonesia.

Kapal MV Sinar Kudus (milik PT Samudra Indonesia) yang dibajak sejak 16 Maret 2011 tersebut hingga Sabtu malam (9 April 2011) masih disandera di perairan Teluk Aden, Somalia. Kondisi 20 anak bua kapal (ABK) dikabarkan mulai melemah dan stress berat.

Kelompok pembajak Somalia ini mengancam akan membunuh satu persatu ABK asal Indonesia jika dalam beberapa hari ini permintaan uang tebusan yang semula 2,6 juta dolar AS naik menjadi 3,5 juta dolar AS dan terakhir naik kembali menjadi 9 juta dolar AS (setara Rp 77 miliar) jika tidak segera dipenuhi perusahaan pelayaran Samudera Indonesia.

Kapal MV Sinar Kudus disandera dalam perjalanan dari dari Pomala, Sulawesi menuju Laut Merah dengan tujuan akhir ke Belanda. Di dalam kapal terdapat Kapten Kapal Slamet Juari bersama 19 orang ABK. Persediaan bahan bakar pun dikabarkan menipis.

Kapal milik PT Samudra Indonesia yan dirompak itu membawa nikel milik PT Aneka Tambang sebanyak 8.300 ton senilai Rp1,535 triliun.

Sementara itu, Duta Besar Somalia untuk Indoneesia, Mohamud Olow Barow mengungkapkan, pada umumnya aksi penyanderaan kapal yang dilakukan perompak Somalia tidak menimbulkan korban jiwa. Para perompak hanya mengancam demi mendapatkan uang tebusan. Pernyataan ini disampaikannya terkait ditawannya 20 warga negara Indonesia yang menjadi anak buah kapal MV Sinar Kudus sejak 16 Maret lalu.

"99 persen tidak ada korban jatuh. Mereka mengancam itu hal biasa. Enggak ada korban," ujarnya saat jumpa pers di Kedutaan Besar Somalia, Jakarta, Rabu (13/4/2011).

Kendati demikian, keselamatan anak buah kapal MV Sinar Kudus yang disandera para perompak Somalia merupakan hal yang harus diutamakan. Ia berharap 20 anak buah kapal MV Sinar Kudus itu segera dapat dibebaskan. Pemerintah Somalia, lanjut Barow, siap membantu Indonesia dalam menyelamatkan 20 warga negaranya.

Silahkan Serang Perompak Somalia!

Pemerintah mengatakan, pihaknya terus berupaya membebaskan 20 anak buah kapal yang disandera itu. Dubes Somalia mengatakan, pihaknya mempersilakan jika pemerintah memilih menggunakan aksi militer. Berdasarkan resolusi PBB, sejak tahun 2008, negara mana pun diperbolehkan memasuki wilayah laut Somalia menggunakan aksi militer dalam melawan para perompak.

"Somalia kasih izin siapa pun negara yang ingin melawan. Kita bisa konsultasi, kami bisa kasih informasi intelijen, kami bisa kasih masukan-masukan, kami siap," kata Barow.

Ia juga menambahkan, aksi para perompak Somalia merupakan aksi kriminal internasional. Negara mana pun yang menangkap para perompak Somalia dapat menghukum kawanan itu di negaranya.

Duta Besar Somalia Muhamod Alow Barow mengungkapkan, aksi bajak laut Somalia bukanlah tindak kriminal biasa. Ulah para perompak yang biasa menyandera kapal yang melintas di wilayah mereka dan meminta uang tebusan itu telah ditetapkan sebagai tindakan kriminal internasional. Bahkan, Barow menyebutnya sebagai "bisnis internasional".

"Ada kelompok internasional yang membiayai mereka agar mereka bisa menangkap kapal-kapal itu. Itulah yang terjadi di Somalia," katanya dalam jumpa pers di Kedutaan Besar Somalia, Jakarta, Rabu (13/4/2011).

Menurut Barow, hasil rampasan atau uang tebusan atas sandera yang diberikan kepada para perompak tidak sepenuhnya dinikmati perompak asal Somalia. Sebagian ada yang diberikan kepada kelompok pendana di negara-negara lain.

"Uangnya bisa dikirim ke Hongkong atau negara lain," kata Barow yang fasih berbahasa Indonesia itu.

Semula, kawanan perompak yang menguasai Wilayah Puntland dan Bandarbeyla Somalia itu, jelas Barow, adalah kawanan pemuda preman. Mereka berasal dari kalangan masyarakat yang marah terhadap kapal-kapal besar yang kerap mencuri ikan dan membuang limbah di perairan Somalia. Sejak tahun 1993, kawasan laut Somalia didatangi banyak pencuri ikan.

"Lebih dari 4000 kapal illegal fishing di laut Somalia, ada kelompok yang juga buang sampah ke laut Somalia. Itulah yang menyebabkan kemarahan masyarakat, anak-anak muda menangkap kapal, mereka rusakin, mereka minta ganti rugi, dikasih dollar, ketika pulang ke kota, lihat duit, mereka ambil (duitnya). Preman itu yang jadi kriminal," tutur Barow.

Barow melanjutkan, kini para perompak yang semula menggunakan kapal-kapal kecil mulai menjadi profesional. Mereka menggunakan kapal-kapal besar sekelas kapal kargo.

"Mereka menyamar dengan kapal besar," tambah Barow.

Pihak angkatan laut Somalia, lanjutnya, tidak mampu menandingi para bajak laut tersebut. Sebab, sejak perang saudara yang berlangsung di Somalia pada tahun 1991, kekuatan militer angkatan laut Somalia melemah.
"Semua fungsi militer, marinir, rusak," katanya.

Apalagi, wilayah pantai Somalia merupakan pantai terpanjang di Benua Afrika sehingga sulit jika harus sepenuhnya dijaga militer angkatan laut Somalia. Oleh karena itu, untuk melumpuhkan aksi bajak laut, pemerintah Somalia meminta bantuan internasional. Pada tahun 2008, Presiden Somalia meminta Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengeluarkan izin yang memperbolehkan negara manapun menumpas aksi bajak laut Somalia. Permintaan tersebut dikabulkan PBB dengan mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.

"Jadi tidak perlu izin lagi. Somalia kasih izin siapapun yang ingin lawan. Kita bisa kasih konsultasi, informasi intelijen, kasih masukan, bantuan, kita siap," ujar Barow.

Bahkan, menurut Barow, jika suatu negara berhasil menangkap bajak laut Somalia, maka pemerintah Somalia memperbolehkan negara tersebut mengadili para bajak laut itu sesuai hukum di negara yang bersangkutan.

"Karena ini sudah kejahatan internasional, kita tidak permasalahkan," katanya.

Barow juga menambahkan, menurut NATO, 50 persen kekuatan bajak laut Somalia telah berkurang sejak adanya resolusi PBB tersebut. Hanya saja, pemerintah Somalia meminta bantuan internasional untuk mempekuat pasukan militernya agar pemerintah Somalia dapat mencegah aksi bajak laut itu dari jalur darat. Aksi perompak atau bajak laut Somalia menjadi perhatian masyarakat setelah 20 warga negara Indonesia yang menjadi anak buah kapal MV Sinar Kudus disandera bajak laut Somalia di Laut Arab sejak 16 Maret lalu.

Bisnis Yang Menggiurkan

Bisnis merompak, omzetnya sungguh menggiurkan! Menurut menlu Kenya, Moses Wetangula, komplotan bajak laut alias perompak asal Somalia bisa meraup uang sebesar $ 150 juta dollar AS, tahun 2007, dari hasil uang tebusan atas kapal-kapal laut yang dibajak dan disanderanya.

Pemerintahan Somalia tidak berfungsi secara efektif sejak terjadi perang saudara pada tahun 1991. Setelah 6 bulan kelompok-kelompok separatsi pada tahun 2006 menguasai hampir seluruh wilayah selatan Somalia, banyak dilaporkan terjadi peristiwa perompakan.

Hampir seluruh kejadian perompakan berlangsung di sekitar Teluk Aden dan di lepas pantai Somalia. Teluk Aden berhubungan dengan Lautan Hindia dan mempunyai link dengan Terusan Suez dan Laut Tengah (laut Mediterania), dimana setiap tahunnya dilewati sekitar 20.000 kapal laut.

Selama beberapa tahun terakhir ini, bajak laut Somalia merupakan yang paling ditakuti di dunia. Biro Maritim Internasional mengatakan setidaknya 14 kapal dari berbagai negara dengan 260 ABK menjadi sandera mereka. Dalam sebagian besar kasus, para pembajak meminta uang tebusan hingga jutaan dolar. Yang paling terkenal adalam pembajakan super tanker milik perusahaan minyak Araba Saudi, Sirius Star, November 2008. Pemilik diyakini membayar 3 juta dolar AS dari tuntutan awal 25 juta dolar AS. (IRIB/Kompas/Surabaya Pos/AR/14/4/2011)

0 comments to "Siapakah Sesungguhnya Perompak Somalia? "Ini adalah kejahatan yang terorganisasi.""

Leave a comment