Home , , , , , , , , � Akhirnya Indonesia belajar Listrik Ke Negara Republik Islam Iran : " Mudahan kada tapi pajah lagi lampu !!!!

Akhirnya Indonesia belajar Listrik Ke Negara Republik Islam Iran : " Mudahan kada tapi pajah lagi lampu !!!!

Ke Iran setelah 30 tahun Di embargo Amerika (1)

Oleh : Dahlan Iskan CEO PLN Indonesia

Kuasai Teknologi Pembangkit Canggih saat Kepepet

Baru sekali ini saya ke Iran. Kalau saja PLN tidak mengalami kesulitan mendapatkan gas dari dalam negeri, barangkali tidak akan mendapatkan gas dari dalam negeri, barangkali tidak akan ada pikiran untuk melihat kemungkinan mengimpor gas dari Negara Para Mullah ini.

Sudah setahun lebih PLN berjuang untuk mendapatkan gas dari negeri sendiri. Tapi, hasilnya malah sebaliknya. Jatah Gas PLN justru diturunkan terus –menerus. Kalau awal 2010 PLN masih mendapatkan jatah gas 1.100 MMSCFD ( Million Metric Standard Cubic Feet per Day atau Juta Standar Metrik Kaki Kubik Per Hari ), saat tulisan ini dibuat justru tinggal 900 MMSCFD. Perjuangan untuk mendapatkan tambahan gas yang semula menunjukkan tanda-tanda berhasil, belakangan redup kembali.

Diembargo Amerika tapi Tetap Jual Coca cola ( Benarkah??!!!)

Gas memang sulit diraba sehingga tidak bisa terlihat kemana larinya. Bisa jadi gas itu akan berbelok-belok dulu entah kemana, baru dari sana dijual ke PLN dengan harga yang sudah berbeda. Padahal, PLN memerlukan 1,5 juta MMSCFD gas. Kalau saja PLN bisa mendapatkan gas sebanyak itu, penghematannya bisa mencapai Rp.15 Triliun setiap tahun. Angka penghematan yang mestinya menggiurkan siapapun.

Maka saya memutuskan ke Iran. Apalagi, upaya mengatasi krisis listrik sudah berhasil dan menuntaskan Daftar Tunggu yang panjang itu pasti bisa selesai bulan depan. Kini waktunya perjuangan mendapatkan gas ditingkatkan. Termasuk, apa boleh buat, kenegara yang sudah lama sejak 1980-an diisolasi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya itu. Siapa tahu ada harapan untuk menyelesaikan persoalan pokok PLN sekarang ini : Efesiensi. Sumber Pemborosan PLN adalah banyaknya Pembangkit Listrik yang “Salah Makan”. Sekitar 5.000 MW Pembangkit yang seharusnya diberi makan gas sudah puluhan tahun diberi makan minyak solar yang amat mahal. Itulah yang membuat kembung perut PLN selama ini.

Kebetulan Iran sedang memasarkan Gas dalam bentuk Cair (LNG). Iran sedang membangun Proyek LNG besar-besaran di Kota Asaleuyah di Pantai Teluk Parsi. Saya ingin tahu benarkah Proyek itu bisa jadi? Bukankah Iran sudah 30 tahun lebih di musuhi dan di isolasi secara ekonomi oleh Amerika dan sekutu-sekutunya dari seluruh dunia? Bukankah begitu banyak yang meragukan Iran bisa mendapatkan teknologi tinggi untuk membangun Proyek LNG besar-besaran ?

Saya pun terbang ke Asaleuyah, 2 jam penerbangan dari Teheran. Meski Asaleuyah kota kecil, ternyata banyak sekali penerbangan kekota yang hanya dipisahkan oleh Laut 600 Km dari Qatar itu. Bandaranya kecil, tapi cukup baik . Masih baru dan statusnya Internasional. Pesawat-pesawat lokal, seperti Aseman Air, terbang kesana. Itulah kota yang baru saja berkembang dengan pesatnya. Iran memang menjadikan kota Asaleuyah sebagai Pusat Industri Minyak, Gas, dan Petrokimia. Beratus-ratus hektare tanah disepanjang pantai itu kini penuh dengan rangkaian pipa-pipa kilang minyak, kilang, Petrokimia dan Instalasi Pembuatan LNG.

Saya heran bagaimana Iran bisa mendapatkan semua Teknologi itu pada saat Iran sedang di isolasi oleh dunia Barat. Memang terasa jalannya proyek tidak bisa cepat, tapi sebagian besar sudah jadi. Kilang minyaknya, Kilang Petrokimianya, Kilang Etanolnya sudah beroperasi dalam skala yang Raksasa. Hanya kilang LNG nya yang masih dalam pembangunan dan kelihatannya akan selesai 2 tahun lagi.

Memang, kalau saja Iran tidak di embargo, proyek-proyek itu pasti bisa lebih cepat. Namun, Iran tidak menyerah. Iran membuat sendiri banyak teknologi yang dibutuhkan disitu. Hanya bagian-bagian tertentu yang masih dia datangkan dari luar. Entah dengan cara apa dan entah lewat mana. Yang jelas barang-barang itu bisa ada. Orang kalau kepepet, biasanya memang banyak akalnya. Asal tidak mudah menyerah. Demikian juga, Iran. Bahkan, untuk memenuhi keperluan Listrik untuk Industri Petrokimia itu, Iran akhirnya bisa membuat Pembangkit sendiri. Termasuk bisa membuat bagian yang paling sulit di Pembangkit Listrik : Turbin. Maka, Iran kini sudah berhasil menguasai Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Gas, baik Open Cycle maupun Combine Cycle.

Kemampuan membuat Pembangkit Listrik itupun semula agak saya ragukan. Belum pernah terdengar ada Negara Islam yang mampu membuat Pembangkit Listrik secara utuh. Karena itu, setelah meninjau Proyek LNG, Saya minta diantar ke Pabrik Turbin itu. Saya ingin melihat sendiri bagaimana Iran dipaksa keadaan untuk mengatasi sendiri kesulitan Teknologinya.

Ternyata benar, Pabrik Turbin itu sangat Besar. Bukan hanya bisa merangkai, tetapi juga membuat keseluruhan nya. Bahkan, sudah mampu membuat Blade-blade Turbin sendiri. Termasuk mampu menguasai teknologi Coating Blade yang bisa meningkatkan Efesiensi Turbin. Baru 10 tahun Iran menekuni Alih Teknologi Pembangkit Listrik itu. Sekarang Iran sudah memproduksi 225 Unit Turbin dari berbagai ukuran . Mulai 25 MW hingga 167 MW. Bahkan, Iran sudah mulai mengekspor Turbin ke Lebanon, Syiria dan Iraq. Bulan depan sudah pula mengekspor suku cadang Turbin ke India. Bulan lalu Pabrik Turbin Iran merayakan Produksi Blade-nya yang ke 80.000 unit !!!!!

Kesimpulan Saya : Inilah Negara Islam Pertama yang mampu membuat Turbin dan keseluruhan Pembangkit Listrik nya Saya dan Rombongan PLN diberi kesempatan meninjau semua Proses Produksinya. Mulai A hingga Z. Termasuk memasuki Laboratorium Metalurginya. Dengan kemampuannya itu, untuk urusan Listrik, Iran bisa Mandiri. Bahkan, untuk Pemeliharaan Pembangkit-pembangkit Listrik yang lama, Iran tidak bergantung lagi kepada Pabrik asalnya. Mesin-mesin Siemens lama dari Jerman atau GE dari USA bisa dirawat sendiri. Iran sudah bisa memproduksi suku cadang untuk semua mesin Pembangkit Siemens dan GE. Bahkan, mereka sudah dipercaya Siemens untuk memasok kenegara lain.

“Anak Perusahaan kami sanggup memelihara pembangkit-pembangkit Listrik PLN dengan menggunakan suku cadang dari sini”, kata Manajer disitu.

Pabrik tersebut memiliki 32 anak Perusahaan , masing-masing menangani bidang yang berbeda di sektor Listrik. Termasuk ada anak perusahaan yang khusus bergerak dibidang Pemeliharaan dan Operasi Pembangkitan.

Bisnis kelihatannya tetap Bisnis. Saya tidak habis pikir bagaimana Iran tetap bisa mendapatkan alat-alat Produksi Turbin berupa Mesin-mesin Dasar Kelas 1 buatan Eropa : Italia, Jerman, Swiss dan seterusnya. Saya juga tidak habis pikir bagaimana pabrik pembuatan turbin itu bisa mendapatkan Lisensi dari Siemens.

Rupanya, meski membenci Amerika dan sekutunya, Iran tidak sampai membenci produk-produknya. Iran membenci Amerika hanya karena Amerika membantu Israel. Itu jauh dari bayangan Saya sebelum datang ke Iran. Saya pikir Iran membenci apapun yang datang dari Amerika. Ternyata TIDAK. Bahkan, Coca-cola dijual secara luas di Iran. Demikian juga, Pepsi dan Miranda. Belum lagi Gucci, Prada dan seterusnya.

INTINYA : dengan di embargo Amerika dan sekutunya, Iran hanya mengalami kesulitan pada tahun-tahun pertamanya. Kesulitan itu membuat Iran kepepet, Bangkit dan Mandiri. Kesulitan itu tidak sampai membuatnya Miskin, apalagi Bangkrut. Justru Iran dipaksa Menguasai beberapa Teknologi yang semula menjadi ketergantungannya. (bersambung/Radar Banjarmasin/Jum’at,6Mei2011/Ditulis ulang KNY team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com)

Ke Iran setelah 30 tahun Di embargo Amerika (2)

Oleh : Dahlan Iskan CEO PLN Indonesia

Tak Punya Pencakar Langit dan Gubuk Kumuh

Kami mendarat di Bandara Internasional Imam Khomeini, Teheran, menjelang waktu salat Jum’at. Maka, Saya pun ingin segera ke Mesjid : Sembahyang Jum’at. Saya tahu tidak ada kampung disekitar Bandara itu. Dari atas terlihat Bandara tersebut seperti benda jatuh di tengah gurun tandus yang mahaluas. Tapi, setidaknya pasti ada masjid di Bandara itu.

Memang ada Mesjid di Bandara itu, tapi tidak dipakai Sembahyang Jum’at. Saya pun meminta diantarkan ke desa atau kota kecil terdekat. Ternyata saya kecele. Di Iran tidak banyak tempat yang menyelenggarakan sembahyang Jum’at. Bahkan, dikota sebesar Teheran, Ibukota Negara dengan penduduk 16 Juta orang itu, hanya ada satu tempat sembahyang Jum’at. Itupun bukan di Masjid, tapi di Universitasw Teheran.

Diantara 10 Wanita, 11 yang Cantik

Dari Bandara memerlukan waktu perjalanan 1 jam. Atau bisa juga ke kota Suci Qum. Tapi, jaraknya lebih jauh lagi. Di Negara Islam Iran, Jum’atan hanya diselenggarakan di 1 tempat di setiap kota besar. “Jadi, tidak ada tempat Jum’atan di Bandara ini?”, Tanya Saya. “ Tidak ada. Kalau kita mau Jum’atan harus ke Teheran (40 Km) atau ke Qum (70 Km). Sampai disana waktunya sudah lewat”, Katanya.

Salat Jum’at ternyata tidak wajib di negara Islam Iran yang menganut aliran Syi’ah (12 Imam) itu. Juga, tidak menggantikan salat Zuhur. Jadi, siapapun yang salat Jum’at tetap harus salat Zuhur. Karena Jum’at adalah hari Libur, saya tidak dijadwalkan Rapat atau meninjau Proyek. Maka, waktu setengah hari itu saya manfaatkan untuk ke Kota Suci Qum. Jalan Tolnya tidak terlalu mulus, tapi sangat OK : 6 Jalur dan tarifnya hanya Rp.4.000,-. Tarif itu kelihatannya memang hanya dimaksudkan untuk Biaya Pemeliharaan.

Sepanjang perjalanan ke Qum tidak terlihat apapun. Sejauh mata memandang , yang terlihat hanya gurun, gunung tandus dan jaringan listrik. Saya bayangkan alangkah enaknya membangun SUTET ( Saluran Udara Tegangan Ekstra tinggi ) di Iran. Tidak ada urusan dengan Penduduk. Alangkah kecilnya gangguan listrik karena tidak ada jaringan yang terkena Pohon. Pohon begitu langka disini.

Begitu juga letak Kota Suci Qum. Kota ini seperti berada ditengah-tengah padang yang tandus. Karena itu, bangunan mesjidnya yang amat Besar, yang berada dalam satu Kompleks dengan Madrasah yang juga Besar, keliahtan sekali menonjol sejak dari jauh. Tujuan utama Kami tentu ke Masjid itu. Inilah Masjid yang luar biasa terkenalnya dikalangan Ummat Islam Syi’ah. Kalau Pemerintahan Iran dikontrol ketat oleh Para Mullah, di Qum inilah Pusat Mullah. Demokrasi di Iran memang Demokrasi yang dikontrol oleh Ulama. Presidennya dipilih secara Demokratis untuk jabatan paling lama 2 kali. Tapi, Sang Presiden harus Taat kepada Pemimpin tertinggi Agama (Rahbar) yang sekarang di pegang Imam ‘Ali Khamene’i.

Siapapun bisa mencalonkan diri sebagai Presiden ( Tidak harus dari partai), tapi harus Lolos seleksi oleh Dewan Ulama.

Tapi, sang Imam Bukan seorang Ditaktor Mutlak. Dia dipilih secara Demokratis oleh sebuah lembaga yang beranggota 85 Mullah. Setiap Mullah itu pun dipilih langsung secara Demokratis oleh Rakyat.

Dalam Praktik sehari-hari, ternyata tidak seseram yang kita bayangkan. Amat jarang Lembaga Keagamaan itu itu mengintervensi Pemerintah. “Dalam 5 tahun terakhir, kami belum pernah mendengar Campur Tangan Mullah ke Pemerintah”, ujar seorang CEO perusahaan Besar di Teheran.

Saya memang kaget melihat keadaan sehari-hari di Iran, termasuk dikota Suci Qum. Banyak sekali wanita yang mengendarai Mobil. Tidak seperti di negara-negara jazirah Arab ( Arab Saudi yang Wahabi contohnya-pen) yang wanitanya dilarang mengendarai Mobil. Bahkan, Orang Iran menilai Negara yang melarang Wanita mengendarai Mobil dan melarang Wanita memilih dalam pemilu bukanlah Negara yang bisa menyebut dirinya Negara Islam.

Dan lihatlah cara wanita Iran berpakaian. Termasuk di Kota Suci Qum. Memang, semua wanita di Wajibkan mengenakan Kerudung (Termasuk wanita Asing), tapi ya tidak lebih dari kerudung itu. Bukan Jilbab, apalagi Burqa. Kerudung itu menutup Rapi Kepala, tapi boleh menyisakan bagian depan rambut mereka. Maka, siapapun bisa melihat Mode bagian depan rambut wanita Iran. Ada yang dibuat Modis sedikit Keriting dan sedikit dijuntaikan keluar dari kerudung . Ada pula yang terlihat Modis dengan dengan cara mewarnai rambut mereka. Ada yang Blonde, ada pula yang kemerah-merahan. Bagaimana dengan baju mereka? Pakaian atas wanita iran umumnya juga sangat Modis. Baju Panjang sebatas lutut atau sampai kemata kaki. Pakaian bawahnya hampir 100% celana panjang yang cukup ketat. Ada yang terbuat dari kain biasa , tapi banyak juga yang celana jins. Dengan tampilan pakaian seperti itu, ditambah dengan tubuh mereka yang umumnya langsing, wanita Iran terlihat Modis. Apalagi seperti kata orang Iran, Diantara 10 wanita Iran yang cantik ada 11 !!! (Kaum wanita di Teheran utara yg Borjuis biasa berlaku seperti ini,mereka biasa menentang pemerintah -pen) .

Sedikit sekali saya melihat wanita Iran yang memakai Burqa, itupun tidak ada yang sampai menutup wajah.

Sampai di Kota Qum, sembahyang Jum’atnya memang sudah selesai. Ribuan orang bubaran keluar dari Masjid. Saya pun melawan arus masuk ke masjid melalui pintu 15. Setelah Zuhur, saya ikut Ziarah ke makam Fathimah (anak Imam ‘Ali ar Ridho, Imam Ke-8 Syi’ah 12 Imam – pen) yang dikunjungi ribuan jamaah itu. Makam itu berada didalam masjid sehingga suasananya mengesankan seperti Ziarah ke Makam Rasulullah di Mesjid Nabawi. Apalagi, banyak juga orang yang kemudian salat dan membaca Al-Qur’an didekat situ yangm mengesankan orang seperti berada di Raudlah.

Yang juga menarik adalah Strata Sosialnya, Kota Metropolitan Teheran berpenduduk 16 juta dan dengan ukuran 50 km garis adalah kota yang sangat besar. Sebanding dengan Jakarta dengan Jabodetabeknya. Tetapi, tidak terlihat ada keruwetan lalu lintas di Teheran. Memang, Teheran tidak memiliki kawasan yang cantik seperti jalan Thamrin-Sudirman, namun sama sekali tidak terlihat ada kawasan kumuh seperti Pejompongan dan Bendungan Hilir. Memang, tidak banyak Gedung Pencakar Langit yang cantik, tetapi juga tidak terlihat Gubuk dan Bangunan Kumuh.

Kota Teheran tidak memiliki bagian kota yang terlihat mewah, tetapi juga tidak terlihat ada bagian kota yang miskin. Teheran bukan kota yang sangat Bersih, tapi juga tidak terasa kotor. Di jalan-jalan yang penuh dengan mobil itu, saya tidak melihat ada Mercy Mewah, apalagi Ferrari, tetapi juga tidak ada bajaj, Motor atau Mobbil Kelas 600 hingga 1000 cc. Lebih dari 90% mobil yang memenuhi jalan adalah sedan kelas 1.500 hingga 2.000 cc. Saya tidak melihat ada Mall-mall yang besar di Teheran. Tapi, saya juga sama sekali tidak melihat ada Pedagang Kaki Lima, apalagi Pengemis. Wanitanya juga tidak ada yang sampai pakai Burqa (ala Ninja - pen) , tapi juga tidak ada yang berpakaian merangsang . ( Ala celana pendek yang kini marak di Banjarmasin – pen). Orangnya rata-rata juga Ramah dan Sopan. Baik dalam Sikap maupun kata-kata.

Pemerataan Pembangunan terasa sekali Berhasil diwujudkan di Iran. Semua Rumah bisa masak dengan Gas yang di alirkan melalui Pipa tersentral. Demikian juga, 99% rumah di Iran menikmati Listrik, untuk tidak menyebutkan 100%.

Melihat Iran seperti itu Saya jadi teringat Makna Kata yang di tempatkan di Bagian tengah al-Qur’an : Wal Yatalaththaf ! (bersambung/Radar Banjarmasin/Sabtu,7Mei2011/Ditulis ulang KNY team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com)

Ke Iran setelah 30 tahun Di embargo Amerika (3-Habis)

Oleh : Dahlan Iskan CEO PLN Indonesia

Tahan Banting dengan Tradisi Keilmuan dan Bazari

Bagaimana Iran kedepan ? Mengapa setelah lebih 30 tahun di isolasi dan di embargo Amerika Serikat, Iran tidak Kolaps seperti Burma, Korut atau Kuba ???

Banyak faktor yang melatar belakanginya. Pertama, saat mulai di isolasi dulu kondisi Iran sudah cukup maju. Kedua, Tradisi Keilmuan bangsa Iran termasuk yang terbaik didunia. Ketiga, Iran penghasil Minyak dan Gas yang sangat Besar. Keempat, jumlah penduduk Iran cukup Besar untuk bisa mengembangkan Ekonomi Domestik. Kelima, Tradisi Dagang Masyarakat Iran sudah terkenal dengan Golongan Bazarinya.

Tradisi Dagang itu tidak mudah dikalahkan. Pedagang selalu bisa berkelit dari kesulitan. Ini berbeda dengan Tradisi Agraris. Seperti Tiongkok, meski 60 tahun dikungkung oleh Komunisme Mao Zedong yang kaku, penduduknya tetap tidak lupa kebiasaan dagang. Demikian juga warga Iran. Ini terbukti sampai sekarangpun. Setelah lebih 20 tahun diisolasi pun sektor jasa masih menyumbang sampai 40% GDP negara itu.

Penduduk Iran yang 75 juta orang juga menjadi kekuatan ekonomi tersendiri. Apalagi saat mulai diisolasi oleh Amerika tahun 80-an kondisi Iran sudah tidak tergolong negara Miskin.

Berencana Menghapus Nol dibelakang real

Kelas menengah di Iran sangat dominan. Inilah faktor yang dulu membuat Revolusi Islam Iran tahun 1979 berhasil menumbangkan diktaktor Syah Fahlevi. Keberhasilan ini disebabkan masyarakat di Iran di dominasi Kaum Bazari. Pedagang Kelas menengah, yakni bukan Konglomerat yang ketakutan ditebas Penguasa dan bukan pedagang Kecil yang Takut kehilangan Tempat Bergantung.

Belum lagi kekayaan alamnya. Iran adalah Negara ke-2 Terbesar Penghasil Minyak dan Gas Alam. Bukan hanya memiliki cadangan Besar, tapi juga mampu melakukan Drilling dan pengolahan Sendiri. Tidak ada lagi ketergantungan akan Tekbnologi Drilling dan Pengolahan.

Salah satu sumber Gasnya, yang baru saja ditemukan, akan membuat negara itu kian berkibar. Di lepas pantainya, di Teluk Parsi, ditemukan Ladang Gas terbesar di dunia. Ladang itu setengahnya berada diwilayah Qatar dan setengahnya lagi diwilayah Iran. Tahun 1999 lau Qatar sudah berhasil menyedot Gas bawah laut itu dari wilayah Qatar. Kalau Iran tidak menyedotnya dari wilayah Iran tentu semua gas itu akan disedot Qatar. Karena itu Iran juga bergegas menyedotnya dari sisi Timur. Tahun 2003 lalu Iran sudah berhasil menyedot Gas itu dan akan terus meningkatkan sedotannya. “ 3 tahun lagi kemampuan Iran menyedot gas itu sudah sama dengan Qatar “, ujar CEO perusahaan Gas disana.

Untuk menggambarkan seberapa besar potensi Gas itu baiknya dikutip kata-kata CEO yang saya temui diatas “ Seluruh Gas Iran disitu harganya USD 12 Triliun”, katanya. Ini sama dengan 12 kali seluruh kekuatan ekonomi Indonesia yang USD 1 Triliun saat ini. Kalau Gas itu diambil dalam skala seperti sekarang, baru akan habis dalam 200 tahun’, tambahnya.

Gas itu letaknya memang 3.000 meter dibawah laut, namun dalam lautnya sendiri hanya 50 meter. Secara teknis ini jauh lebih mudah pengambilan Gasnya daripada misalnya Gas Bawah Laut Indonesia di Masela di Laut Maluku Tenggara.

Memang masih ada kendala Ekonomi yang mendasar. Defisit anggaran masih menghantui, subsidi masih besar, laju inflasi masih tinggi dan akses perdagangannya masih terjepit oleh sanksi Amerika. Inflasi yang tinggi itu akibat naiknya harga Bahan Makanan, Gas dan BBM. Bahkan akibat Inflasi itu Iran harus mencetak mata uang dengan pecahan lebih besar dari Rupiah. Kalau pecahan Rupiah Indonesia paling besar Rp.100.000,-, Real Iran terbesar adalah 500.000 Real ( 1 Real hampir sama dengan 1 Rupiah ). Bahkan ada juga Real lembaran 1.000.000, meski penggunaannya hanya dilingkungan terbatas.

Seperti Indonesia , Iran juga merencanakan menghapus 4 nol dibelakang Real yang terlalu panjang itu. Hanya saja penghapusan nol tersebut baru akan dilakukan setelah Inflasinya Stabil kelak. Itulah sebabnya Pemerintah Iran kini mati-matian memperbaiki fondasi ekonominya . Tahun lalu Parlemen Iran sudah menyetujui dilaksanakannya “Reformasi Ekonomi”. Sebuah reformasi yang sangat penting dan mendasar. Inti dari Reformasi itu adalah menjadikan Ekonomi Iran sebagai “Ekonomi Pasar”. Artinya harga-harga harus ditentukan oleh pasar. Tidak boleh lagi ada subsidi. Reformasi Ekonomi itu ditargetkan harus berhasil dalam 5 tahun kedepan.

Begitu pentingnya Reformasi untuk meletakkan Dasar-dasar Ekonomi Iran itu, sampai-sampai Presiden Iran Mahmud Ahmaddinejad berani mengambil resiko dihujat dan dibenci rakyatnya 2 tahun terakhir ini. Subsidipun dia hapus. Harga-harga merangkak naik. Ahmadinejad tidak takut tidak popular, karena ini memang sudah masa jabatannya yang kedua, yang tidak mungkin bisa maju lagi jadi Presiden.

Bahwa kini Iran memilih jalan Ekonomi Pasar , sungguh mengejutkan. Alasannyapun “sangat Ekonomi” : Untuk meningkatkan Produktivitas Nasional dan Keadilan Sosial. Subsidi (subsidi BBm tahun lalu mencapai USD 84 juta), menurut Pemerintah, lebih banyak jatuh kepada orang Kaya. Karena itu daripada Anggaran dialokasikan untuk Subsidi , lebih baik Langsung diarahkan untuk Golongan Yang Berhak.

Pemikiran Reformasi seperti itulah yang tidak ada dinegara-negara lain yang diisolasi Amerika Serikat. Inilah juga faktor yang membuat Iran tidak akan tertinggal seperti Burma, Kuba atau Libya. Dengan Bendera sebagai Negara Islam pun Iran tetap menjunjung Tinggi Ilmu Ekonomi yang Benar. Tradisi Keilmuan di Iran , termasuk Ilmu Ekonomi , memang sudah tinggi sejak zaman awal peradaban. Inilah salah satu bangsa Tertua didunia dengan peradaban Arya yang tinggi.

Dalam situasi terjepit sekarang pun, Tradisi keilmuan itu tetap menonjol. Iran kini tercatat sebagai satu diantara 15 negara yang mampu mengembangkan Nanoteknologi. Iran juga termasuk 10 negara yang mampu membuat dan meluncurkan sendiri Roket keluar Angkasa.

Dibidang rekayasa Kesehatan, Iran juga menonjol : Teknologi Stemcell, Kloning dan Jantung buatan sudah sangat dikenal didunia.. Bahkan untuk Stemcell Iran masuk 10 Besar dunia.

Maka tidak heran kalau Iran juga tidak ketinggalan dalam penguasaan Teknologi Perminyakan, Pembangkit Listrik dan Otomotif. Jangankan jenis Teknologi itu , Nuklir pun Iran sudah bisa membuat, lengkap dengan kemampuannya memproduksi Uranium Hexaflourade yang selama ini hanya dimiliki oleh 6 negara.

AS kelihatannya berhasil membuat Burma, Korut, Kuba dan Libya menderita dengan embargonya. Tapi Tidak untuk Iran . Kedepan Posisi Iran justru kian Baik, antara lain karena “dibantu” oleh Amerika Serikat sendiri. Sudah lama Iran ingin menumbangkan Saddam Husein di Iraq, namun selalu Gagal. Perang Iraq-Iran selama 8 tahun ( yang dipaksakan amerika dan sekutunya di kawasan Teluk dengan membantu Iraq, akibat takut Revolusi Islam Iran akan merambah kekawasan Timur Tengah lainnya – pen) pun tidak berhasil mengalahkan Sadam Husen. Iran tidak menyangka bahwa Saddam dengan mudah ditumbangkan Amerika Serikat. ( walau sebenarnya para pengamat Timur Tengah dunia yang selektif pun mengetahui bahwa Amerika memang terbiasa dengan standar gandanya, “pagar makan tanaman” – pen )

Dengan tumbang nya Saddam Husein, maka Iraq kini dikuasai oleh para pemimpin yang hati mereka memihak Iran. Banyak pemimpin Iraq saat ini adalah mereka yang dimasa Saddam Husein itu terusir keluar negeri dan mereka bersembunyi di Iran. Bahkan saat terjadi perang Iran-Iraq dulu, mereka ikut angkat senjata bersama tentara Iran menyerbu Iraq ( walau pada kenyataannya tidak ada fatwa dari pemimpin Syiah Iraq saat itu untuk meng hancurkan Iraq dari dalam, dimana kita mengetahui bersama di Iraq dikuasai hampir 60% Syiah, namun itu tidak dilakukan, artinya baik Syiah Iraq dan Iran tetap mempertahankan negaranya masing-masing, karena mereka mengetahui perang ini dikobarkan oleh Amerika dan sekutunya serta rezim Saddam yang diktaktor – pen ).

Demokrasi yang diperjuangkan Amerika Serikat di Iraq telah membuat golongan mayoritas berkuasa di Iraq. Padahal mayoritas rakyat Iraq adalah Islam Syiah, Golongan sunni hanya 40 %, itupun tidak utuh yang separuh adalah keturunan Arab dan separuhnya lagi keturunan Kurdi. Ada kecenderungan keturunan Kurdi memilih berkoalisi dengan syiah, padahal golongan arab itupun masih juga terpecah-pecah kedalam berbagai kabilah. Saddam Husein, misalnya, datang dari suku Tikrit , yang jumlahnya hanya sekitar 10 % dari penduduk Iraq.

Dengan gambaran seperti itu , maka masa depan Hubungan Iran dan Iraq tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menjadi amat mesra. Waktu yang tepat itu adalah ini : Mundurnya Amerika Serikat 100% dari Iraq. Dan itu tidak akan lama lagi. Pekan lalu , Pemimpin Iraq sudah mengatakan : Iraq hanya perlu bantuan Militer untuk menjaga perbatasan, untuk untuk urusan dalam negeri adalah urusan pemerintah Iraq sendiri.

Maka tidak lama lagi, Iraq akan menjadi “ Negara ke-3 “ yang akan mengalirkan barang dari dan ke Iran. Dan kalau ini terjadi masih ada gunanya kah Iran di isolasi ??????!!!!

(Habis/Radar Banjarmasin/Minggu,8Mei2011/Ditulis ulang KNY team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com)

0 comments to "Akhirnya Indonesia belajar Listrik Ke Negara Republik Islam Iran : " Mudahan kada tapi pajah lagi lampu !!!!"

Leave a comment