Marzuki di Jakarta, Selasa, memberikan tenggat waktu satu minggu kepada Kapolri untuk menuntaskan kasus itu dan menangkap serta memproses penyebar fitnah tersebut.
"Saya minta Kapolri untuk mengusut penyebar sms fitnah terhadap Presiden SBY. Waktu satu minggu saya kira cukup bagi Kapolri untuk menangkap dan memproses secara hukum penyebar fitnah ini," ujar Marzuki Ali.
Dengan peralatan canggih dan personil Polri yang terlatih, Marzuki yakin Kapolri dapat memerintahkan jajarannya demi stabilitas negara. "Kalau dibiarkan hal seperti ini tanpa tindakan, maka negara kita akan jadi negara yang penuh dengan intrik dan fitnah," katanya.
Indonesia telah memiliki aturan perundangan yang jelas bagi pihak-pihak yang menyalahgunakan teknologi informasi untuk kegiatan seperti ini. "Ancamannya 7 tahun penjara bagi mereka yang menyalahgunakan teknologi informasi ini," katanya.
Mengenai kemungkinan bahwa isu ini dimainkan oleh kader Partai Demokrat sendiri, Marzuki menegaskan bahwa siapapun yang menyebarkan fitnah ini harus ditindak. "Saya tegaskan siapapun yang memainkan isu ini harus ditindak dan diungkapkan termasuk kalau ada keterlibatan kader partai kami," katanya.
Fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat (DPP PD), Ulil Abshar Abdalla juga mengomentari SMS yang dianggap memojokkan SBY. Menurutnya, lawan-lawan politik PD telah memanfaatkan persoalan yang terjadi di internal partai itu untuk menjatuhkan wibawa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan mendelegitimasi pemerintahannya.
"Situasi politik kepartaian kita berkembang dengan cepat akhir-akhir ini. Beberapa dari perkembangan itu jelas tidak sehat karena melibatkan praktik-praktik berpolitik yang kotor dan sama sekali tidak etis," ujar Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP PD, Ulil Abshar Abdalla, kepada pers di Jakarta, Senin.
Penegasan Ulil itu berkaitan dengan beredarnya layanan pesan singkat (SMS) yang dinilai telah memfitnah Ketua Dewan Pembina PD yang juga Presiden RI.
Menurut Ulil, pesan-pesan pendek seperti itu hanyalah sebagian kecil saja dari sejumlah upaya yang dimunculkan lawan-lawan politik yang pada akhir-akhir ini bertujuan menjatuhkan wibawa presiden, dan selanjutnya tujuan akhir yang hendak dicapai adalah melakukan upaya delegitimasi atas pemerintahan.
Ada Asap, Ada Api
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin menggelar konferensi pers yang tergolong unik di dunia. Bahkan, unik dan langka. Mengapa? Karena konferensi pers itu menanggapi SMS (short message service) gelap.
SMS itu beredar Sabtu (28/5) yang dikirim dari telepon seluler nomor Singapura. Pengirimnya bernama M Nazaruddin, yang menyebut dirinya 'telah dijebak, dikorbankan, dan difitnah. Karakter, karier, masa depan saya dihancurkan'.
Isi SMS itu (demi kepatutan tidak kita beberkan) membuat kita geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecut. Isinya menohok sejumlah tokoh sentral Partai Demokrat mulai dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, hingga Andi Nurpati.
Sejak SMS itu beredar, elite Demokrat hingga kalangan Istana Kepresidenan ramai-ramai membantah isi SMS. Mereka menilai isi SMS itu hanyalah fitnah terhadap Presiden dan Partai Demokrat.
Bantahan itu ternyata tidak memuaskan. Buktinya, Presiden Yudhoyono terjun langsung menanggapi SMS itu. Sebelum berangkat ke Pontianak, Kalimantan Barat, kemarin, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Presiden menggelar konferensi pers khusus menegaskan lagi bahwa isi SMS itu sepenuhnya fitnah yang dilemparkan dari ruang gelap.
Presiden menyerukan agar negeri ini tidak menjadi tanah dan lautan fitnah karena hal itu tidak mencerdaskan bangsa. Para penyebar fitnah dinilai sebagai pengecut dan tidak kesatria.
Kita semula mengira SMS gelap itu tidak akan ditanggapi, apalagi dibantah. Sikap itu misalnya diperlihatkan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum yang enggan menanggapi SMS tersebut. Karena itu, kita tersentak sekaligus prihatin ketika Presiden menanggapi SMS tersebut. Sikap reaktif itu bisa menuai reaksi balik, jangan-jangan isi SMS itu benar.
Tentu saja kita tidak ingin anggapan itu muncul dan berkembang di tengah publik. Akan tetapi, siapakah yang dapat membendungnya tatkala publik justru memercayai isi SMS itu karena Presiden menanggapinya? Bukankah publik bisa berpandangan bahwa ada asap karena ada api?
Di sebuah negara yang baru mengalami euforia demokrasi dan gandrung ber-SMS, kita menduga akan banyak muncul SMS sejenis di masa mendatang. Lagi pula, dari sudut substansi, sesungguhnya apakah bedanya SMS gelap yang menggunakan teknologi modern dengan surat kaleng yang juga gelap? Menanggapi surat kaleng jelas perkara yang tak elok, seperti kurang kerjaan, bahkan menunjukkan kurang pede.
Pemimpin mestinya tegar menghadapi segala macam situasi. Dia harus mampu memilah isu besar yang menjadi tanggung jawabnya dan hal-hal remeh temeh yang perlu diabaikan. Surat kaleng tetaplah surat kaleng sekalipun menggunakan baju canggih bernama short message service alias SMS.
SMS bodong itu diakui muncul dari ruang gelap, dikirim pengecut yang tidak kesatria. Tetapi, mengapa menanggapi hantu? Mengapa pemimpin bangsa menanggapi pengecut? Apakah kesatria menanggapi yang bukan kesatria?
Kita teringat pepatah lama; kalau tiada angin bertiup, takkan pokok bergoyang.
Isi Pidato Konferensi Pers SBY
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar jumpa pers khusus menyikapi beredarnya SMS yang menyudutkan dirinya. Dalam jumpa pers itu, SBY tampak tegang dan marah. SBY juga menantang si pengirim SMS untuk tampil berhadapan dengan dirinya.
Berikut isi pidato lengkap SBY saat berbicara di Bandara Halim Perdanakusuma, sesaat sebelum keberangkatannya ke Kalimantan Barat, Senin (30/5):
Saudara-saudara, selama dua hari libur hari Sabtu dan Minggu, saya menerima tamu dan bertemu dengan banyak sahabat. Kita bicarakan banyak hal termasuk yang beredar di masyarakat, berkaitan dengan pemberitaan yang tidak jelas sumbernya, mengandung fitnah yang sangat keterlaluan.
Kalau bicara fitnah, banyak orang negeri ini yang menjadi korban, saya salah satunya. Selama mengemban amanah lebih dari enam tahun melalui pemilu yang sah dan demokratis, saya kira ratusan fitnah datang kepada saya. Selama ini saya memilih diam. Saya biarkan dan saya terus bekerja. Satu kali dua kali manakala fitnah itu sungguh keterlaluan, maka demi nama baik demi kebenaran dan keadilan dan merupakan hak saya untuk memberi penjelasan.
Banyak saudara-saudara kita di negeri ini yang juga sering jadi korban fitnah. Tapi mereka tidak berdaya, tidak bisa bicara dan tidak punya ruang untuk menyampaikan luka dan sakit hatinya. Mudah-mudahan yang saya sampaikan ini bisa mewakili mereka yang selama ini menjadi korban fitnah dari mereka yang kurang beradab.
Saudara, sebagai WNI dan kepala negara, saya sedih dan prihatin jika ada saudara kita memiliki perilaku menyebar fitnah tanpa beban apapun, tidak pernah merasakan seperti apa orang yang diserang dengan fitnah itu. Tadinya saya berharap dengan teknologi informasi yang berkembang seperti SMS, Twitter, BB dan semua jenis media online itu bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan justru media online yang tidak ksatria, menyebarkan fitnah dan pembunuhan karakter, caci maki,terhadap siapapun. Bukan cuma saya, tapi siapapun yang jadi korban penggunaan teknologi informasi dewasa ini.
Saudara, apa yang saya ketahui, fitnah yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat gelap dari hati yang gelap, sungguh keterlaluan. Saya katakan dengan bahasa terang, mereka tidak bertanggung jawab, tidak ksatria, pengecut. Sungguh menghina pribadi saya, karena tidak menampakkan dirinya dan tidak berani bertanggungjawab terhadap apa yang mereka katakan.
Janganlah terus menerus menyebarkan racun fitnah. Muncullah secara ksatria, mari kita berhadapan demi hukum dan keadilan. Fitnah itu 1000 persen tidak mengandung kebenaran. Disebarluaskan fitnah, katanya ada megaskandal, Bank Century. Disebutkan tindakan saya yang tidak terpuji. Ada lagi dikatakan PD punya tabungan Rp47 triliun dan Demokrat harus menjelaskan. Terbalik logikanya. Dia yang menuduh dia, yang membuktikan.
Oleh karena itu biar terang benderang di mata rakyat, jangan lakukan sesuatu dengan sembunyi melalui apa yang beredar sekarang ini. Zaman dahulu dengan alasan demokrasi belum mekar, belum ada kebebasan berbicara. Barangkali kekuasaan negara bisa ambil tindakan. Bisa jadi orang takut menyampaikan sesuatu secara terbuka. Tapi sekarang ini tersedia media massa yang mendiskreditkan di antara kita. Ada tersedia dan sah. Silahkan saja, itu bagian dari kebebasan berbicara.
Saya tidak bisa menerima jika cara seperti itu berlangsung di negeri kita. Saya menyeru supaya tidak diteruskan. Saya juga menyeru mereka yang difitnah untuk menggunakan haknya. Dijamin di negara kita yang menjunjung demokrasi dan hukum secara bersamaan. Saya tahu dalam keadaaan apapun biasanya selalu ada pembonceng, penumpang gelap. Ini selalu menimbulkan komplikasi dan masalah.
Saya ingin menyeru pada masyarakat Indonesia, janganlah negeri ini jadi tanah dan lautan fitnah, tidak akan mencerdaskan bangsa. Marilah kita menjadi bangsa yang benar-benar beradab, civilized. Justru saat ini kita harus menyatukan langkah untuk bekerja bersama meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Saya juga ingatkan, muncul situasi sekarang ini kegiatan mengadu domba satu sama lain. Mari kita aware satu sama lain. Saya juga imbau media massa, yang punya peran sangat luhur juga, ariflah.
Bayangkan kalau sebuah sumber yang sangat tidak jelas diangkat menjadi sumber berita. Rakyat kita ini dapat apa. Mestinya kita bersyukur ketika negeri kita saat ini memiliki momentum, telah melalui masa gelap. Jangan kita merugi, energi kita habis untuk menghadapi hal-hal seperti ini. Kehidupan yang bermoral, beretika, beradab, segalanya dipertanggungjawabkan secara ksatria, tidak pengecut. (IRIB/Media Indonesia/Antara/AR/31/5/2011)
0 comments to "SBY koe..kamu dan kita...oh Indonesia bangsa kami...!!!!!"