Home , , , , , , , � Kapal-Kapal Selam Negara Islam Hebohkan Dunia !!!!!

Kapal-Kapal Selam Negara Islam Hebohkan Dunia !!!!!




Kapal-Kapal Selam Iran Hebohkan Arab

Media massa Arab mereaksi kehadiran kapal-kapal selam Republik Islam Iran di Laut Merah dan menilainya sebagai bukti kemajuan bangsa Iran dan kemampuan Tehran mencapai swasembada dalam memproduksi berbagai jenis senjata dan armada maritim.

Setelah para pejabat tinggi Iran mengumumkan kesiapan armada kapal selam Iran dalam menjalankan misi jangka panjang di perairan internasional, sejumlah kapal selam Iran yang diiringi kapal-kapal tempur memulai misinya di perairan internasional dalam upaya mewujudkan keamanan dan perdamaian.

Seorang pejabat militer Iran kepada Fars mengatakan, "Armada tersebut telah dikirim April lalu ke Teluk Aden dan melanjutkan misi mereka hingga ke Laut Merah."

Setelah pemberitaan tersebut, media massa Arab segera bereaksi terhadap pengiriman kapal-kapal selam dan tempur Iran ke Laut Merah.

Koran trans-regional, al-Quds al-Arabi menyebutkan, "Tidak diragukan lagi bahwa kehadiran Iran di Laut Merah telah meningkatkan kekhawatiran Amerika Serikat di kawasan, karena Washington menilai kehadiran Iran itu sebagai ancaman bagi kelanjutan eksistensi strategis Amerika di Teluk Persia."

Kebijakan Republik Islam Iran dinilai koran tersebut sebagai bukti bahwa Tehran telah mencapai tingkat swasembada dalam memproduksi berbagai jenis senjata.

Adapun koran al-Hayat, menyinggung kehadiran armada angkatan laut Iran di Laut Merah dan merujuk pada pernyataan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, bahwa Iran tidak akan gentar menghadapi ancaman Barat, dan terus akan melanjutkan program nuklirnya.

Koran al-Sharq terbitan Qatar dalam hal ini menekankan bahwa seluruh upaya Amerika Serikat untuk menjegal Iran dalam program nuklirnya, telah gagal dan Washington tampaknya harus merumuskan cara baru untuk menghadapi kekuatan Iran.

Koran al-Wasat terbitan Bahrain turut mereaksi pengiriman kapal selam dan kapal tempur Iran ke Laut Merah dan menilainya sebagai bukti kekuatan Republik Islam Iran.

Arab Times melaporkan analisa yang berbeda tentang hal ini. Menurut koran tersebut, pengiriman armada laut oleh Iran itu menunjukkan melemahnya kekuatan Arab Saudi di kawasan.

"Pengiriman armada kapal selam Iran ke Laut Merah, beberapa hari setelah pidato Ayatullah Khamenei pada peringatan ke-22 wafatnya Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, menunjukkan betapa Iran telah meraih berbagai perkembangan pesat di kawasan," ungkap Arab Times.
(IRIB/MZ/9/6/2011)

Iran Akan Luncurkan Kapal Selam Dalam Negeri

Baru Republik Islam Iran berencana melengkapi armada lautnya dengan kapal selam produksi dalam negeri baru.

Wakil Panglima Angkatan Laut Iran, Laksamana Muda Sayid Mahmoud Mousavi (8/6) mengatakan, "Kapal selam baru itu adalah karya para ahli dalam negeri yang berkomitmen, dan akan segera bergabung dengan armada tempur angkatan laut, setelah diujicoba pada manuver militer mendatang."

Ditambahkannya, manuver tersebut akan menguji kemampuan dan efisiensi kapal selam baru itu.

Laksamana Muda Mousavi menjelaskan bahwa pihak angkatan laut Iran akan menggelar beragam manuver dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya. Dalam hal ini, Angkatan Laut Iran siap untuk menggelar latihan bersama dengan negara tetangga.

Manuver gabungan militer terbaru dilakukan Angkatan Laut Republik Islam Iran dan Oman dalam operasi penyelamatan. Manuver digelar di utara Pelabuhan Qaboos pada Februari lalu.

Manuver itu bertujuan meningkatkan kesiapan kedua pihak dalam menyediakan layanan bantuan, operasi penyelamatan, dan tingkat kerjasama regional.

Sejak kemenangan Revolusi Islam 1979 di Iran, Tehran mulai mengkampanyekan kemandirian dalam industri pertahanan dan menggulirkan berbagai proyek militer.

Bulan Februari tahun lalu, Angkatan Laut Iran meluncurkan kapal tempur pertama diproduksi dalam negeri yang diberi nama Jamaran, ke perairan Teluk Persia.

Kapal berbobot 1.420 ton itu, dilengkapi dengan radar modern dan sarana untuk menghadapi perang elektronik. Jamaran melakukan patroli rutin di perairan selatan Teluk Persia.
(IRIB/MZ/9/6/2011)

Arab Saudi Berupaya Bentuk “Klub Para Raja”

Arab Saudi menggunakan sarana keuangan dan diplomatiknya mencegah pemberontakan dan revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara agar tidak berlanjut semakin luas.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh New York Times, Arab Saudi telah mengeluarkan dana empat milyar dolar membantu Mesir, dan berusaha membantu pelarian diri Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh.

Riyadh juga mengundang kerajaan Maroko dan Yordania untuk bergabung dengan enam negara anggota Kerjasama Teluk Persia (PGCC) dalam upaya membentuk semacam "Klub Para Raja".

Upaya itu dilakukan untuk mencegah munculnya perubahan yang lebih ekstrim di kawasan.

Pada 14 Maret, Arab Saudi mengerahkan pasukannya ke Bahrain atas permintaan pemerintah Manama guna membantu menumpas gerakan protes anti-pemerintah di negara itu.

Menurut analis politik, Riyadh khawatir gelombang pemberontakan dan revolusi di dunia Arab akan merambat ke Arab Saudi. Oleh karena itu, kerajaan Saudi berjuang menggulirkan "kontrarevolusi."
(IRIB/MZ/9/6/2011)

Rakyat Mesir Tolak Bantuan Finansial Amerika Serikat

Lembaga polling Gallup merilis laporan bahwa mayoritas rakyat Mesir menolak bantuan dari Amerika Serikat.

Kantor berita Fars (9/6) mengutip laporan koran al-Wafd menyebutkan, dalam polling terbarunya, Gallup menyatakan bahwa rakyat Mesir memandang negatif pada rencana bantuan finansial Amerika Serikat dan mereka menuntut pemerintah menolak tawaran bantuan tersebut.

Berdasarkan polling tersebut, 52 persen rakyat Mesir menolak segala bentuk bantuan ekonomi dari Amerika Serikat. 75 persen responden menilai bantuan finansial Amerika Serikat terhadap partai-partai Mesir sebagai campur tangan terhadap urusan dalam negeri dan menentang bantuan tersebut.

Rakyat Mesir menilai bantuan finansial Amerika Serikat sebagai upaya Washington mencampuri proses politik Mesir dan dengan tujuan menyetir masa depan politik Mesir.

Sementara itu, 88 persen rakyat Mesir menentang intervensi Amerika Serikat dalam atmosfer politik Mesir.

Sebelumnya, rezim diktator Hosni Mubarak, merupakan salah satu sekutu utama Amerika Serikat di kawasan. Rezim Mubarak juga menerima bantuan tahunan besar dari Amerika.

Seorang pengamat politik Gallup, Muhammad Yunis kepada televisi ABC Amerika mengatakan, "Secara keseluruhan, rakyat Mesir menilai negatif bantuan finansial Amerika."

Pada KTT G8, para pejabat Amerika Serikat menyatakan akan mengucurkan bantuan 40 milyar dolar untuk Tunisia dan Mesir. Namun niat itu mendapat kecaman keras dari berbagai tokoh politik revolusioner Mesir dan negara-negara regional.
(IRIB/MZ/9/6/2011)

Belajar Mengemudi, Lima Perempuan Saudi Ditangkap

Polisi Arab Saudi telah menangkap lima perempuan yang tengah belajar mengemudi mobil di area kosong di ibukota Riyadh dan memanggil wali laki-laki mereka.

Penangkapan terjadi di utara kota Riyadh pada hari Kamis (9/6) atas pelanggaran perempuan terhadap sebuah hukum tidak tertulis, yang diterapkan di seluruh negeri untuk melarang perempuan mengemudi, AFP melaporkan.

"Kami tidak melanggar hukum. Kami tidak berkendaraan di jalan," kata salah seorang perempuan.

Arab Saudi adalah satu-satunya negara di dunia yang melarang perempuan - baik Saudi dan asing - mengemudi kendaraan. Perempuan Saudi juga tidak dapat menjadi anggota kabinet. (IRIB/RM/10/6/2011)

Bahrain dan Inggris Akan Diadukan ke ICC

Sebuah badan HAM yang berbasis di Lebanon berencana untuk mengajukan pemerintah Bahrain dan Inggris ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), karena kerjasama mereka dalam penindasan brutal terhadap para demonstran Bahrain.

Kepala Koalisi Internasional Anti Impunitas, May El Khansa dan 10 pengacara Eropa akan mengajukan gugatan pada tanggal 17 Juni ke ICC, Press TV melaporkan pada hari Kamis (9/6).

"Kami telah memasukkan berkas ke pengadilan ICC sebelum ini. Namun sekarang kita sedang mempersiapkan dokumen yang lebih penting dengan lebih banyak bukti untuk memasukkannya lagi sebelum sidang," jelas El Khansa.

Sebagai bukti, kelompok itu berharap bisa menghadirkan gambar grafik dan rekaman video ke pengadilan, yang akan menunjukkan kejahatan pemerintah Bahrain.

Ribuan demonstran anti-pemerintah telah menggelar protes damai di Bahrain sejak pertengahan Februari, menuntut pengusiran rezim Al Khalifa, yang telah berkuasa di negara Teluk Persia itu selama lebih dari 40 tahun.

Pada tanggal 14 Maret, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengerahkan pasukannya untuk membantu pasukan Bahrain dalam menekan protes nasional. Puluhan orang tewas dan banyak lagi ditangkap dalam penumpasan yang didukung Saudi.

Lembaga tersebut juga akan mengalamatkan gugatannya kepada militer Inggris karena memberikan pelatihan pasukan Bahrain untuk menghancurkan protes oposisi. "Kami punya bukti untuk melawan militer Inggris. Kami mendakwa mereka dalam hal ini," kata El Khansa.

Kelompok itu menuduh rezim Bahrain melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, agresi, kejahatan perang dan penggunaan senjata berbahaya. (IRIB/RM/10/6/2011)