Home , , , , , , , � Siapakah Dua Belas Penerus Nabi (s.a.w.a)?

Siapakah Dua Belas Penerus Nabi (s.a.w.a)?


Bingung?

Kita perlu pendapat seorang ulama Sunni lain yang dapat mengklarifikasi siapa Dua Belas Pengganti, Khalifah, para Amir atau Imam-imam sebenarnya:
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya Tadzkirat al-Huffaz , jilid
4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-'Asqalani menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi'i (disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahliHadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra)bahwa Nabi (sawa) mengatakan,
”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Mahdi.”

Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata:
”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.”
Orang bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”.
Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.”
Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?”
Nabi yang suci (sawa) menjawab:
”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”

Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (sawa) mengatakan:
”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah
yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.”
[Al-Juwayni, Fara'id al-Simtayn, Mu'assassat al-Mahmudi li-Taba'ah, Beirut 1978, p. 160.]

Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah (Syiah Dua Belas Imam) yang percaya pada individu-individu itu sebagai Dua Belas orang yang benar dan berhak sebagai Penerus Nabi (sawa) dan pelajarilah pemahaman Islam dari mereka.
Untuk keterangan lebih detil tentang Islam yang otentik, kunjungi situs ini:
http://al-islam.org/faq/v1.0

Jabir bin Samura meriwayatkan: Saya mendengar Nabi (sawa) berkata:
”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”
[Sahih al-Bukhari (Bahasa Inggris), Hadith: 9.329, Kitabul Ahkam;Sahih al-Bukhari, (Bhs Arab), 4:165, Kitabul Ahkam]

Nabi (sawa) bersabda:
"Agama (Islam) akan berlanjut sampai datangnya Saat (Hari Kebangkitan), berkat peranan Dua Belas Khalifah bagikalian, semuanya berasal dari suku Quraisy.”
[Sahih Muslim, (English), Chapter DCCLIV, v3, p1010, Hadis no. 4483; Sahih Muslim (Bhs Arab), Kitab al-Imaara, 1980 Edisi Saudi Arabia, v3, p1453, Hadis no.10]



Apa yang dikatakan para Ulama Sunni:
Ibn al-'Arabi: Kami telah menghitung pemimpin (Amir-Amir) sesudah Nabi (sawa) ada dua belas. Kami temukan nama-nama mereka itu sebagai berikut:
Abubakar, Umar, Usman, Ali,Hasan, Muawiyah, Yazid, Muawiyah bin Yazid, Marwan,Abdul Malik bin Marwan, Yazid bin Abdul Malik, Marwan bin Muhammad bin Marwan, As-Saffah...
Sesudah ini ada lagi 27 khalifah Bani Abbas.

Jika kita perhitungkan 12 dari mereka, kita hanya sampai pada Sulaiman. Jika kita ambil apa yang tersurat saja, kita cuma mendapatkan 5 orang di antara mereka dan kepadanya kita tambahkan 4 ‘Khalifah Rasyidin’, dan Umar bin Abdul Aziz….Saya tidak paham arti hadis ini.
[Ibn al-'Arabi, Sharh Sunan Tirmidhi, 9:68-69]

Qadi 'Iyad al-Yahsubi:
Jumlah khalifah yang ada lebih dari itu. Adalah keliru untuk membatasinya hanya sampai angka dua belas. Nabi (saw) tidak mengatakan bahwa jumlahnya hanya dua belas dan bahwa tidak ada tambahan lagi. Maka mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi.
[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim, 12:201-202; Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari, 16:339]

Jalal al-Din al-Suyuti:
Hanya ada dua belas Khalifah sampai Hari Pengadilan. Dan mereka akan terus melangkah dalam
kebenaran, meski mungkin kedatangan mereka tidak secara berurutan. Kita lihat bahwa dari yang dua belas itu, 4 adalah Khalifah Rasyidin, lalu Hasan, lalu Muawiyah, lalu Ibnu Zubair, dan akhirnya Umar bin Abdul Aziz. Semua ada 8. Masih sisa 4 lagi. Mungkin Mahdi, Bani Abbasiyah bisa dimasukkan ke dalamnya sebab dia seorang Bani Abbasiyah seperti Umar bin Abdul Aziz
yang (berasal dari) Bani Umayyah. Dan Tahir Abbasi juga bisa dimasukkan sebab dia pemimpin yang adil. Jadi, masih dua lagi. Salah satu di antaranya adalah Mahdi, sebab ia berasal dari Ahlul Bait (keluarga) Nabi (as).”
[Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Halaman 12; Ibn Hajar al-Haytami, Al-Sawa'iq al-Muhriqa Halaman 19]

Ibn Hajar al-'Asqalani:
Tidak seorang pun mengerti tentang hadis dari Sahih Bukhari ini.
Adalah tidak benar untuk mengatakan bahwa Imam-imam itu akan hadir sekaligus pada satu saat bersamaan.
[Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari 16:338-341]

Ibn al-Jawzi:
Khalifah pertama Bani Umayyah adalah Yazid bin Muawiyah dan yang terakhir adalah Marwan Al-Himar. Total jumlahnya tiga belas. Usman, Muawiyah dan Ibnu Zubair tidak termasuk karena mereka tergolong Sahabat Nabi (s). Jika kita kecualikan (keluarkan) Marwan bin Hakam karena adanya kontroversi tentang statusnya sebagai Sahabat atau karena ia berkuasa padahal
Abdullah bin Zubair memperoleh dukungan masyarakat, maka kita mendapatkan angka Dua Belas.… Ketika kekhalifahan muncul dari Bani Umayyah, terjadilah kekacauan yang besar sampai kukuhnya (kekuasaan) Bani Abbasiyah. Bagaimana pun, kondisi awal telah berubah
total. [Ibn al-Jawzi, Kashf al-Mushkil, sebagaimana dikutip dalam Ibn Hajar al-
'Asqalani, Fath al-Bari 16:340 dari Sibt Ibn al-Jawzi]

Al-Nawawi:
Ia bisa saja berarti bahwa kedua belas Imam berada dalam masa (periode) kejayaan Islam. Yakni ketika Islam (akan) menjadi dominan sebagai agama. Para Khalifah ini, dalam masa kekuasaan mereka, akan menyebabkan agama menjadi mulia.
[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim ,12:202-203]

Al-Bayhaqi:
Angka (dua belas) ini dihitung hingga periode Walid bin Abdul Malik. Sesudah ini, muncul kerusakan dan kekacauan. Lalu datang masa dinasti Abbasiyah. Laporan ini telah meningkatkan jumlah Imam-imam. Jika kita abaikan karakteristik mereka yang datang sesudah masa kacau-balau itu, maka angka tadi menjadi jauh lebih banyak.” [Ibn Kathir, Ta'rikh, 6:249; Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa Halaman 11]

Ibn Kathir:
Barang siapa mengikuti Bayhaqi dan setuju dengan pernyataannya bahwa kata ‘Jama’ah’ berarti Khalifah khalifah yang datang secara tidak berurutan hingga masa Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang jahat dan sesat itu, maka berarti ia (orang itu) setuju dengan hadis yang kami kritik dan mengecualikan tokoh-tokoh tadi. Dan jika kita menerima Kekhalifahan Ibnu Zubair sebelum
Abdul Malik, jumlahnya menjadi enam belas. Padahal jumlah seluruhnya seharusnya dua belas sebelum Umar bin Abdul Aziz. Dalam perhitungan ini, Yazid bin Muawiyah termasuk di dalamnya sementara Umar bin Abdul Aziz tidak dimasukkan. Meski demikian, sudah menjadi pendapat umum bahwa para ulama menerima Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang Khalifah yang jujur dan adil.
[Ibn Kathir, Ta'rikh, 6:249-250]
mainsource:http://jakfari.files.wordpress.com/2008/05/12-imam.pdf

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

40 Hadits Tentang Ali bin Abi Thalib

(Beberapa alasan dari sekian banyak alasan mengapa umat seharusnya berpegang kepada Ithrah Ahlul Bait bukan yang lainnya)


Di bawah ini kami sajikan 40 buah hadits yang men­dukung nash-nash yang tegas dan jelas, tentang siapa sesungguhnya sosok Ali bin Abi Thalib, Amiril Mukminin pengganti Rasul Saw:

1. Sabda Rasulullah Saw seraya mengangkat lengan Ali: "Inilah Imam kamu yang tulus. Yang memerangi kaum yang ingkar. Jayalah siapa yang membelanya. Hinalah siapa yang menelantarkannya. Dan beliaupun memperpanjang suara­nya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hakim dari Jabir dalam Mustadrak-nya, juz III halaman 129[1]), kemudian ia men­ielaskan: "Hadits ini sanadnya shahih, tapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya."

2. Sabda Rasulullah Saw: "Telah diwahyukan kepadaku tiga hal mengenai Ali; bahwasanya dia adalah pemuka kaum muslimin, Imam kaum muttaqiin, dan panglima al-ghurril muhajjalin (kelompok yang diliputi nur dan cahaya)*).

Hadits ini diberitakan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak juz III halaman 138.[2]) Ia menambahkan: Hadits ini bersanad shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim, tapi kedua­nya tidak merawikannya.

3. Sabda Rasulullah Saw.: "Telah diwahyukan kepadaku mengenai Ali, bahwa ia adalah pemuka kaum muslimin, kaum muttaqin, dan pemimpin al-ghurril muhajjalin.”

Hadits ini diberitakan oleh Ibnu Najjar dan lain-lainnya di antara penyusun kitab-kitab Sunan.[3]

4. Sabda Rasulullah Saw (yang ditujukan kepada Ali): "Selamat datang wahai pemuka kaum muslimin, dan Imam kaum muttaqin".

Dirawikan oleh Abu Nu'aim dalam kitab: Hilyatul A ulia.[4]

5. Sabda beliau Saw.: "Yang pertama kali masuk melalui pintu ini ialah Imam kaum muttaqin, pemuka kaum mus­limin, tokoh pusat agama, penutup para wasiy*), dan pemimpin al-ghurril muhajjalin. Maka masuklah Ali, dan Rasulullah Saw menyambutnya dengan wajah berseri-seri, memeluknya, mengusap peluh di dahinya, seraya berkata kepadanya: “Engkau mewakili aku (menyampaikan da'wah), memper­dengarkan suaraku. Dan menjelaskan kepada mereka apa-apa yang diperselisihkan oleh mereka, sepeninggalku".[5])

6- Sabda Rasulullah Saw: "Sesungguhnya Allah SWT telah berpesan kepadaku bahwa "Ali adalah (pembawa) panji kebenaran, Imam para wali-Ku, dan cahaya bagi mereka yang menaati-Ku. Dan itulah ikrar yang telah Kutetapkan atas kaum muttaqin.”[6]

Dan tentunya anda bisa memahami bahwa keenam hadits ini merupakan nash-nash yang terang dan jelas tentang kepemimpinannya, serta tentang kewajiban mentaatinya semoga Allah melimpahkan kedamaian atasnya.

7. Sabda Rasulullah Saw seraya menunjuk ke arah Ali: “Dia inilah yang pertama sekali beriman kepadaku, dan yang pertama berjabatan tangan denganku pada hari kiamat. Dan dia inilah ash-Shiddiqul Akbar (orang yang paling tulus). Dan dia inilah faruq ummat ini, yang memisahkan antara haq dan bathil. Dan inilah tokoh utama kaum mu'minin."[7]

8. Sabda Rasulullah Saw: "Wahai kaum Anshar, inginkah kamu kutunjukkan bagimu sesuatu yang apabila kamu berpegang teguh padanya, kamu tidak akan resat selama-lamanya?! Inilah Ali; cintailah dia seperti kamu mencintaiku. Muliakanlah dia seperti kamu memuliakan aku! Sebab Allah SWT - melalui Jibril, telah menyuruhku (berbuat) seperti apa yang telah kukatakan kepadamu".[8]

9. Sabda Rasulullah Saw: "Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Maka barang siapa ingin mendapat ilmu, hendaknya ia mendatangi pintunya."[9]

10. Sabda Rasulullah Saw: "Aku adalah rumah hikmah, pusat ilmu dan kebijakan, dan Ali adalah pintunya".[10]

11. Sabda Rasulullah Saw.: "Ali adalah pintu ilmuku. Dan yang menjelaskan bagi ummatku sepeninggalku, tentang apa yang aku diutus karenanya. Mencintainya merupakan (tanda) keimanan. Dan membencinya merupakan (tanda) kemunafikan."[11]

12. Sabda Rasulullah Saw (kepada Ali) : "Engkau menerang­kan bagi ummatku apa yang mereka berselisih di dalamnya, sepeninggalku".

Dirawikan oleh al-Hakim dalam Mustadrak-nya jilid III halaman 122, dari Anas.[12] Dan ia menambahkan: Hadits ini shahih sesuai persyaratan Bukhari dan Mus­lim, tapi keduanya tidak merawikannya.

Setiap orang yang membaca hadits ini dengan teliti, dan juga hadits-hadits yang serupa dengannya, pasti akan mengerti bahwa kedudukan Ali bagi Rasulullah Saw., sama seperti kedudukan seorang utusan Allah di sisi-Nya. Sebab Allah SWT berfirman kepada Nabi-Nya:

"Dan tidaklah Kami menurunkan (al-Qur'an) kepadamu, melainkan agar kamu menerangkan bagi mereka apa-apa yang mereka berselisih di dalamnya, dan agar ia menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang berimah." (S. 16 : 64).

Sedangkan Rasulullah Saw bersabda kepada Ali: "Eng­kau menerangkan bagi ummatku apa-apa yang mereka ber­selisih di dalamnya, sepeninggalku".

13. Sabda Rasulullah Saw. (seperti yang dirawikan oleh Ibnu Sammak dari Abu Bakar, secara marfu'): "Ali di sisiku sama seperti kedudukanku di sisi Tuhanku".[13]

14. Sabda Rasulullah Saw (seperti yang diberitakan oleh ad-Daruqutni dalam kitabnya: al-Ifrad, dari Ibnu Abbas, secara marfu'): "Ali bin Abi Thalib seperti pintu pengampun­an; barangsiapa masuk melaluinya, maka ia adalah mu'min, dan barang siapa keluar dari pintu itu maka ia adalah kafir".[14]

15. Sabda Rasulullah Saw pada hari 'Arafah ketika Hajji Wada" (haji perpisahan): "Ali adalah (sebagian) dari aku, dan aku adalah (sebagian) dari Ali. Tidak sepatutnya menyampaikan (atas namaku) kecuali aku sendiri atau Ali."[15]

Begitulah ucapan beliau, "dan sungguh itu adalah ucapan seorang utusan (Allah) yang mulia; yang kuat dan berkedudukan tinggi di sisi Allah Pemilik Arsy, yang ditaati di sana, lagi dipercaya. Dan sekali-kali bukanlah kawanmu itu orang yang gila…” Dan tiadalah yang diucapkannya menurut hawa nafsunya. Tapi itu tiada lain hanyalah wahyu (Allah), yang diwahyukan kepadanya…”

Maka kemanakah gerangan kalian akan pergi? Kata-kata apakah yang akan kalian ucapkan tentang hadits-hadits yang shahih itu? Serta nash-nash yang terang dan jelas ini?

Dan bila anda memperhatikan dengan tekun tentang perintah ini, dan memikirkan dengan seksama rahasia peng­umuman pada waktu haji akbar, di hadapan beribu-ribu orang saksi, niscaya kebenaran yang hakiki yang akan tampak bagi anda dalam gambaran yang paling nyata. Dan bila anda memandang ke arah kata-katanya…, betapa sedikitnya! Tapi bila anda merenungkan makna yang dikandungnya…, betapa agung dan tingginya! Anda akan mengaguminya dengan sebesar-besar kekaguman. Sebab ia — meskipun ringkas — telah mencakup segala-galanya. Serta meliputi semua­nya! Tiada lagi yang mampu dan boleh menyampaikan (atas nama Rasulullah Saw.), selain Ali. Dan ini sama sekali tidak mengherankan, sebab tiada seorangpun yang berdiri di tempat Rasulullah untuk mewakilinya kecuali seorang wasiy (atau pengemban wasiat)nya. Dan tiada akan meng­gantikannya, melainkan khalifah dan wali-nya!

Dan segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan atas kami hidayah-Nya akan hal ini. Dan sesungguhnya tiada kami akan mendapat hidayah, sekiranya Allah tidak mem­berikannya kepada kami.

16. Sabda Rasulullah saaw: "Siapa mentaatiku, maka ia mentaati Allah. Dan siapa membangkang terhadap diriku, maka ia membangkang (bermaksiat) terhadap Allah. Dan siapa yang taat pada Ali; ia taat padaku. Dan siapa membangkang terhadap Ali; ia membangkang terhadap aku.”[16]

17. Sabda Rasulullah saaw: "Hai Ali, siapa memisahkan diri dariku, maka sesungguhnya ia (juga) memisahkan diri dari Allah. Dan siapa memisahkan diri dari engkau; maka, ia me­misahkan diri dari aku."[17]

Sabda Rasulullah Saw dalam hadits (riwayat) Ummu Salamah: "Siapa yang mencaci Ali; sesungguhnya ia mencaci aku."[18]

Dan serupa dengan itu hadits Rasulullah Saw dalam hadits 'Amr bin Syasy: "Siapa mengganggu Ali; maka ia mengganggu aku.”[19]

19. Sabda Rasulullah Saw: "Barang siapa yang mencintai Ali, maka sesungguhnya ia mencintai aku. Dan barang siapa yang membenci Ali, maka sesungguhnya ia membenci aku".

Dirawikan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak jilid III halaman 130, dan ia menshahihkannya sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim. Dan juga dirawikan oleh adz-Dzahabi dalam Talkbis-nya, dan ia mengakui sebagai hadits shahih menurut persyaratan keduanya.

Dan serupa dengan itu ucapan Ali: "Demi Allah yang telah membelah butir-butir tumbuh-tumbuhan. Yang menciptakan ruh kehidupan; sesungguhnya Rasulullah Saw telah berpesan, bahwa tiada scorangpun yang mencintaiku (Ali, pent.) kecuali mu'min; dan tiada seorangpun membenciku kecuali munafiq".[20]

20. Sabda Rasulullah Saw: "Hai Ali, engkau adalah sayyid (pemimpin, pemuka) di dunia dan sayyid di akhirat. Kecin­taanmu adalah kecintaanku. Dan kecintaanmu adalah kecin­taan Allah. Musuhmu adalah musuhku. Dan musuhku adalah musuh Allah. (Neraka) wail bagi orang yang membencimu, sepeninggalku."

Dirawikan oleh al-Hakim dalam Mustadrak‑nya jilid III halaman 128, dan ia menyatakan sebagai hadits shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim.[21]

21. Sabda Rasulullah Saw.: "Hai Ali, bahagialah orang yang mencintaimu dan membenarkanmu. Dan celakalah orang yang membenci dan mendustakanmu." Dirawikan oleh al-Hakim dalam Mustadrak-nya jilid III halaman 135, dan ia menambahkan: Hadits ini sanadnya shahih, tetapi tidak dirawikan oleh Bukhari dan Muslim.

22. Sabda Rasulullah Saw: "Barangsiapa yang ingin hidup seperti kehidupanku, dan mati seperti kematianku, men­diami sorga jannatul khuldi yang dijanjikan untukku oleh Tuhanku, maka hendaknya ia menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai wali-nya. Sebab dia tak akan mengeluarkan kamu dari petunjuk yang baik. Dan takkan memasukkan kamu ke dalam kesesatan."[22]

23. Sabda Rasulullah Saw: "Aku berpesan kepada semua yang beriman kepadaku dan mempercayaiku, agar menjadi­kan Ali bin Abi Thalib sebagai wali-nya. Sebab, barang siapa yang memperwalikannya, maka la telah memperwalikan aku. Dan barang siapa yang telah memperwalikan aku, maka la telah memperwalikan Allah. Dan barangsiapa yang mencintai­nva, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang men­cintaiku, maka ia mencintai Allah. Dan barangsiapa yang membencinya, maka ia membenci aku. Dan barangsiapa yang membenci aku, maka ia membenci Allah Azza wa Jalla.”[23]

24. Sabda Rasulullah Saw: "Barangsiapa yang menyenangi hidup seperti hidupku. Dan mati seperti matiku. Mendiami sorga 'Adn yang disediakan Tuhanku untukku; hendaknya ia memperwalikan Ali dan Ahlu Baitku, kemudian memperwali­kan walinya setelah dia. Dan hendaknya ia mencontoh Ahlu Baitku. Sebab mereka adalah Itrah (kerabat)ku. Dijadikan mereka dari darah dagingku, dan diberikan kepada mereka faham dan ilmuku. Maka celakalah siapa yang mendustakan ke­utamaan mereka di antara ummatku, serta memutuskan hubungan kekeluargaan mereka denganku. Orang-orang seperti itu tidak akan mendapatkan Syafa'atku."

25. Sabda Rasulullah Saw: "Barangsiapa yang menyenangi hidup seperti hidupku, dan mati seperti matiku. Memasuki sorga yang dijanjikan Tuhanku untukku; yaitu jannatul Khuld; hendaklah ia memperwalikan Ali dan keturunannya setelah dia. Sebab mereka takkan mengeluarkan kamu dari pintu hidayah.. Dan takkan memasukkan kamu ke dalam pintu kesesatan.

26. Sabda Rasulullah Saw (kepada Ammar): "Hai Ammar, jika engkau melihat Ali menuruni sebuah lembah, sedangkan orang-orang menuruni lembah-lembah lainnya, maka ikutilah Ali, dan tinggalkanlah mereka itu. Sebab Ali takkan menun­jukkan engkau jalan kehancuran, dan takkan mengeluarkan­mu dari jalan kebenaran."[24]

27. Sabda Rasulullah Saw (dalam salah satu hadits Abu Bakar): "Telapak tanganku dan telapak tangan Ali sama dalam hal keadilan."[25]

28. Sabda Rasulullah Saw: "Hai Fathimah, tidakkah kau merasa puas bahwa Allah SWT telah memandang ke arah bumi, dan Dia memilih dua orang laki-laki; yang satu: ayah­mu, dan yang kedua: suamimu."[26]

29. Sabda Rasulullah Saw: "Aku adalah si pemberi peringatan, dan Ali adalah si penunjuk jalan. Dan dengan engkau, wahai Ali, orang akan mendapatkan petunjuk (hidayah) sepeninggalku."[27]

30. Sabda Rasulullah Saw: "Hai Ali, tidaklah dihalalkan bagi seorang junub (yaitu yang berhadats besar, pent.) untuk tinggal di masjid selain aku dan engkau."[28]

Dan serupa dengan itu, hadits Thabarani dari Ummu Salamah, dan al-Bazzar dari Sa'd, dari Rasulullah Saw: "Tidaklah halal bagi seorang junub untuk tinggal di masjid ini, kecuali aku dan Ali."[29]

31. Sabda Rasulullah Saw: "Aku dan ini (yang dimaksud ialah Ali); akan menjadi hujjah (saksi) pada hari kiamat." Dirawikan oleh al-Khatib dari hadits Anas.[30] Dan bagai­manakah Abul Hasan (Ali) menjadi hujjah seperti halnya Rasulullah Saw, seandainya is bukan putera mahkotanya, dan penggantinya sepeninggalnya!

32. Sabda Rasulullah Saw: "Tertulis di pintu sorga: Laa ilaha illallah, Muhammad Rasulullah, Ali akhu-Rasulullah" (Tiada Tuhan melainkan Allah, Muhammad adalah utusan Allah, Ali adalah saudara Rasulullah).[31]

33. Sabda Rasulullah Saw: "Tertulis di batang Arsy: La ilaha illallah. Muhammad Rasulullah, Ayyadtuhu bi Ali, wa Nashartuhu bi Ali" (Tiada tuhan melainkan Allah, Muham­mad Rasulullah, Kutunjang ia dengan Ali, Kubela ia dengan Ali).[32]

34. Sabda Rasulullah Saw: "Barangsiapa yang ingin meman­dang kepada Nuh dalam tekadnya, dan Adam dalam ilmunya, dan Ibrahim dalam keshabarannya, dan Musa dalam kecer­dasannya, dan Isa dalam zuhudnya (penolakannya terhadap kemewahan duniawi), maka hendaknya ia memandang kepa­da Ali bin Abi Thalib!" Dirawikan oleh al-Baihaqi dalarn Shahih-nya, dan Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnad-­nya.[33]

35. Sabda Rasulullah Saw: "Hai Ali, keadaanmu seperti Isa; orang-orang Yahudi sangat membencinya sampai-sampai mereka menuduh ibunya telah berbuat serong. Dan (sebaliknya) kaum Nasrani. sangat mencintainya sampai-sampai mereka mendudukkannya di tempat yang bukan tempat­nya.”[34]

36. Sabda Rasulullah Saw: "Yang paling dahulu (beriman kepada para Nabi) tiga orang; yang terdahulu kepada Musa, Yusya' bin Nun, yang terdahulu kepada Isa; kawan Yasin; yang terdahulu kepada Muhammad Saw; Ali bin Abi Thalib.”[35]

37 Sabda Rasulullah Saw: "Para shiddiq (yang benar-benar sempurna beriman secara tulus) berjumlah tiga orang; Habib an-Najjar, mu'min keluarga Yasin; yang berkata; (Hai kaum­ku, ikutilah para utusan Allah). Dan Hazqil; mu'min dari keluarga Fir'aun; yang berkata: (Apakah kalian akan mem­bunuh orang hanya karena ia berkata: Allah adalah Tuhan­ku?). Dan (yang ke tiga) Ali bin Abi Thalib; dan Ia adalah yang paling utama di antara mereka.”[36]

38. Sabda Rasulullah Saw kepada Ali: "Sesunguhnya (se­bagian) ummat akan mengkhianatimu sepeninggalku. Dan engkau akan hidup di atas (aturan), agamaku, dan berperang sesuai dengan sunnahku. Barang siapa yang mencintaimu, maka ia mencintaiku. Dan barangsiapa yang membencimu, maka ia membenci aku. Dan sesungguhnya, dari sini sampai ke sini akan berlumuran darah." (Dan beliau menunjuk jang­aut dan kepada Ali).[37]

Dan dirawikan dari Ali bahwa ia berkata: "Di antara pesan yang dipesankan Rasulullah Saw kepadaku ialah bahwa (sebagian) ummat ini akan mengkhianati aku sepeninggal beliau.”[38]

Dan dari Ibnu Abbas; bahwa Rasulullah Saw telah bersabda (kepada Ali): "Sung­guh engkau akan menjumpai kesulitan, sepeninggalku." Ali bertanya: "Tapi agamaku selamat?" "Ya", jawab beliau. "Agamamu selamat!"

39. Sabda Rasulullah Saw: "Sesungguhnya diantara kamu ada yang akan berperang demi (menjaga kemurnian) penakwil­an al-Qur'an; sebagaimana aku telah berperang demi (mem­pertahankan) turunnya al-Qur'an." Banyak di antara yang mendengar menginginkan dirinya sebagai yang dimaksud oleh Rasulullah Saw, seperti Abu Bakar dan Umar. "Akukah dia?" Tanya Abu Bakar. "Tidak!", kata Rasulullah. Umar pun ber­tanya: "Akukah dia?" "Tidak!", jawab beliau. "Tapi yang sedang menjahit sandal", kata beliau melanjutkan (yang di­maksud ialah Ali). Berkata Abu Sa'id al-Khudri: "Maka kami mendatangi Ali, dan kami beritahukan kepadanya tentang berita yang menggembirakan ini. Tapi ia tiada mengangkat kepalanya sedikitpun, seakan-akan ia telah pernah men­dengarnya dari Rasulullah."[39]

Serupa dengan itu hadits Abu Ayyub al-Anshari pada wakil pemerintahan khalifah Umar, ia berkata[40]: "Rasulullah Saw. telah memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib agar ia memerangi kaum yang melanggar (bai'atnya), yang zhalim, dan keluar dari agama."

Dan hadits Ammar bin Yasir, yang berkata: "Rasulullah Saw telah berkata kepada Ali[41]: "Hai Ali, engkau akan diperangi oleh kelompok yang zhalim, dan engkau berdiri di atas ke­benaran. Maka barang siapa yang tidak membelamu - ketika itu -bukanlah dia termasuk golonganku."

Dan hadits Abu Dzar, ketika ia berkata[42]: "Telah bersabda Rasulullah Saw.: "Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, diantara kamu ada seorang yang akan berperang karena mempertahankan (kemurnian) penakwilan al-Qur'an, sebagaimana aku memerangi kaum musyrikin demi (mempertahankan) ketika ia diturunkan."

Dan hadits Muhammad bin Ubaidillah bin Abu Rafi', dari ayahnya, dari datuknya: Abu Rafi', katanya: "Telah bersabda Rasulullah Saw.: "Hai Abu Rafi', akan ada -sepeninggalku nanti - kelompok yang memerangi Ali. Allah mewajibkan jihad untuk melawan mereka. Maka barangsiapa yang tidak mampu berjihad dengan tangannya, hendaknya ia melakukannya dengan lidah (ucapan)nya. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaknya mengingkari perbuatan mereka dengan hatinya."[43]

Dan hadits al-Akhdhar al-Anshari yang berkata: "Telah bersabda Ra­sulullah Saw: "Aku berperang (mempertahankan) diturunkannya al-Qur'an, dan Ali akan berperang (mempertahankan kemurnian) penakwilannya."[44]

40. Sabda Rasulullah Saw: "Hai Ali; aku unggul dari engkau dengan Nubuwwah (kenabian), sebab tidak ada Nubuwwah setelah aku. Dan engkau unggul dari manusia lainnya dengan tujuh perkara: Engkau adalah yang pertama yang beriman kepada Allah. Yang paling memenuhi janjinya kepada Allah. Yang paling setia melaksanakan perintah Allah. Yang paling rata dalam pembagian. Yang paling adil bagi rakyat. Yang paling menguasai persoalan. Yang paling besar - di sisi Allah - keistimewaan (keutamaannya).”[45]

Dan berkata Abu Sa'id al-Khudri: Telah bersabda Rasulullah Saw: "Hai Ali, engkau memiliki tujuh sifat, yang tiada seorangpun akan dapat mengunggulimu. Engkau adalah yang paling terdahulu beriman kepada Allah. Yang paling segera memenuhi janji kepada Allah. Yang paling setia melaksanakan perintah Allah. Yang paling menyayangi dan mengasihi rakyat. Yang paling mengerti persoalan. Dan yang paling besar keutamaannya di antara mere ka.

Masih banyak lagi hadits-hadits serupa dengan yang telah kami sebutkan, dan yang tak mungkin disebutkan semuanya dalam ruang ini, yang kesemuanya itu saling me­nguatkan dan saling menunjang, dalam satu pengertian, yaitu bahwa Ali adalah orang kedua (setelah Rasulullah Saw) diantara ummat ini. Dan bahwa ia mempunyai hak atas mereka dalam soal kepemimpinan sepeninggal Rasulullah Saw. Dengan demikian, hadist-hadist ini adalah mutawwatir (pasti dan meyakinkan) dalam makna yang dikandungnya, kalaupun tidak mutawwatir dalam susunan kata-katanya! Dan hal ini sudah lebih dari cukup sebagai hujjah yang amat kuat.



[1] Ini adalah hadits ke 2527 di antara hadits-hadits kitab: Kanzul Ummal juz VI halaman I53. Dan dirawikan juga oleh ats-Tsa’labi dari Abu Dzarr ketika menafsirkan ayat al-Wilayah dalam kitabnya.

* Sebutan (alghuuril muhajjalin) biasanya dimaksudkan untuk kuda-kuda yang putih bagian wajah serta tangan dan kakinya. Mungkin yang dimak­sud oleh beliau ialah: ummatnya yang kelak pada hari kiamat akan diliputi cahaya nur wudhu', seperti dalam suatu hadits yang dirawikan oleh Mus­lim, bahwa Rasulullah Saw kelak akan mengenali ummatnya dengan tanda nur di wajah dan tangan serta kaki mereka karena kebiasaan berwudliu' di dunia. Wallahu a'lam.

[2] Dirawikan oleh al-Barudi, Ibnu Qani', Abu Nu’aim dan al-Bazzar. Dan ini adalah hadits ke 2628 dalam al-Kanz, juz VI halaman 157.

[3] Ini adalah hadist ke 2630, kitab al-Kanz, juz VI halaman 157.

[4] Hadist yang ke 11 yang diberitakan oleh Ibnu Abil Hadid dalam jilid dua dari Nahjul Balaghah; dan merupakan hadits al-Kanz ke 2627.

* Menurut faham Syi'ah, Ali telah menerima wasiat (pesan) Rasulullah Saw untuk menjadi pemimpin ummat sepeninggal beliau, dan begitu pula Ali telah mewasiatkan hal tersebut kepada para Imam sesudahnya. Karena itu mereka disebut para Wasiy. Bacalah tentang hal ini, Dialog no. 101 dan seterusnya (pent.)

[5] Diberitakan oleh Abu Nu'aim dalam Hilyah-nya dari Anas. Dan dikutip oleh Ibnu Abil Hadid secara terperinci dalam Syarah Nahjul Balaghah jilid II halaman 450.

[6] Dirawikan oleh Abu Nu'aim dalam Hilyah-nya dari Abu Barzah al-Aslami, dan Anas bin Malik. Dan dikutip tokoh kaum Mu'tazilah: (Ibnu Abil Hadid dalam Syarah Nahjul-Balaghah jilid II halaman 449).

[7] Dirawikan oleh ath-Thabarani dalam al-Kabir dari Salman dan Abu Dzar. Dan dirawikan oleh al-Baihaqi dalam Sunan-nya, dan Ibnu 'Adi dalam al-Kamil dari Hudzaifah. Dan ia adalah hadits ke 2608 dalam kitab Kanzul Ummal (al-Kanz).

[8] Dirawikan oleh ath-Thabarani dalam al-Kabir. Dan ia merupakan hadits ke 2625 dalam al-Kanz, halaman 157, juz V1. Dan tersebut pula dalam Syarah Nahjul Balaghah jilid 11 halaman 450 karangan Ibnu Abil Hadid. Perhati­kanlah bagaimana Rasulullah Saw menjelaskan bahwa mereka akan terhin­dar dari kesesatan dengan syarat berpegang teguh pada Ali! Dengan itu bisa pula difahami, bahwa mereka yang tidak mau berpegang padanya, pasti akan sesat! Perhatikan pula betapa beliau menyuruh mereka agar mencin­tainya dengan cara mereka mencintai beliau. Dan memuliakannya dengan cara seperti mereka memuliakan beliau! Hal ini tiada lain karena dia adalah putera mahkota-nya. Dan pemegang kekuasaan sepeninggalnya. Dan jika anda meneliti ucapan beliau: “…Dan Allah SWT - dengan perantaraan Jibril - telah menyuruhku…” dan seterusnya, maka kebenaran akan tampak dengan nyata bagi anda.

[9] Dirawikan oleh ath-Thabarani dalam al-Kabir dari Abdullah bin Abbas seperti dalam halaman 107 kitab al-Jami'ash-Shaghir karangan as-Suyuthi. Dan juga dirawikan oleh al-Hakim dalam Manaqib Ali halaman 226 juz III dari kitabnya: al-Mustadrak dengan melalui dua sanad shahih: yang pertama dari Ibnu Abbas (dari dua jalur yang shahih), dan yang kedua: dari Jabir bin Abdullah al-Anshari. Dan ia telah membuktikan keshahihan­nya dengan beberapa bukti yang meyakinkan. Al-Imam Ahmad bin Muhammad ibn ash-Shiddiq al-Maghribi, yang berkediaman di Kairo; bahkan telah mengarang buku penting yang khusus menetapkan hadits itu sebagai hadits yang shahih, dengan judul: Fathul Malik al-'Aliyy bishihhati hadits Babi Madinatil Ilmi Ali. Dan telah dicetak tahun 1354 H di percetakan Islamiyyah di Mesir. Adalah penting bagi para peneliti untuk membaca­nya, sebab di dalamnya dijumpai banyak sekali ilmu pengetahuan tentang itu. Dan tidak usah dihiraukan kenekadan kaum nawashib (pembenci Ahlul Bait), yang menolak hadits yang telah dikenal setiap orang ini, dan dihafal oleh para ulama maupun kaum awam di setiap kota dan desa! Sedangkan kami telah memeriksa kecaman-kecaman mereka terhadap hadits ini, namun kami mendapatinya semuanya itu tidak beralasan dan tidak bisa diterima; sebab semuanya itu semata-mata hanyalah disebabkan kekerasan hati mereka yang keterlaluan, sebagaimana yang telah diungkap­kan oleh al-Hafizh Salahuddin al-‘Ala’i, ketika ia mengutip pendapat yang menolaknya, baik dari adz-Dzahabi maupun lainnya. Dan ia berkata: "orang-orang ini tidak berhasil menemukan alasan apapun untuk melemahkan hadits ini selain tuduhan bahwa hadits ini maudhu (=dipalsukan).

[10] Dirawikan oleh ath-Thurmudzi dalam Shahih-nya, dan Ibnu Jarir, dan telah dikutip dari keduanya oleh beberapa tokoh-tokoh penting seperti al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanzul Ummal jilid VI halaman 401; dan ia ber­kata: "Telah diberitakan oleh Ibnu Jarir seraya berkata: “Hadits ini sanad­nya shahih.” Dan juga telah dikutip dari Turmudzi oleh Jalaluddin as-­Suyuthi pads huruf "Hamzah" dalam kitab: Jami’ul Jawami' dan al-­Jami'ush-shagir.

[11] Dirawikan oleh ad-Dailami dari Abu Dzar, sebagaimana tersebut dalain Kanzul Ummal jilid VI halaman 156.

[12] Dan dirawikan oleh ad-Dailami dari Anas pula. Seperti dalam Kanzul Ummal jilid VI halaman 157.

[13] Dikutip oleh Ibnu Hajar dalam as-Sawa'iq, bab 11 halaman 106.

[14] Ini adalah hadits ke 2528 dalam kitab Kanzul Ummal jilid VI halaman 153.

[15] Dirawikan oleh Ibnu Majah pada bab: Keutamaan para sahabat; di halaman 92 jilid I kitab Sunan. Dan at-Turmudzi serta Nasa’i dalam kedua kitab Shahih mereka. Dan ini adalah hadits ke 2531 dalam Kanzul Ummal jilid VI halaman 153. Juga dirawikan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya jilid IV halaman 163, dari Habsyi bin Janadah dengan beberapa saluran yang scmuanya shahih. Dan kiranya cukup bagi anda bahwa ia merawikan­nya dari Yahya bin Adam dari Israil bin Yunus dari datuknya: Abu Ishaq as-Subai'i dari Habsyi. Semua mereka itu adalah orang-orang yang diper­caya (hujjah) bagi Bukhari dan Muslim. Dan keduanya berhujjah dengan mereka dalam shahih mereka. Dan barang siapa yang meneliti hadits ini dalam Musnad Ahmad, akan mengerti bahwa hadits ini diucapkan oleh Rasulullah Saw pada waktu haji Perpisahan; dimana Rasulullah Saw tidak lama kemudian meninggalkan dunia yang fana ini. Sebelum itu beliau telah mengutus Abu Bakar untuk membacakan 10 ayat permulaan surat Bara’ah kepada penduduk Makkah. Tapi kemudian beliau memanggil Ali – seperti yang dirawikan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya jilid I halaman 151— dan berkatalah beliau kepadanya: "Susullah Abu Bakar, dan dimana saja engkau mendapatkannya, maka ambillah ayat-ayat itu dari tangan­nya, lalu pergilah engkau menemui penduduk Makkah untuk mem­bacakannya di hadapan mereka!". Maka berangkatlah Ali, dan ia berhasil menyusul Abu Bakar di desa Juhfah. Ia pun mengambil surat itu dari tangannya. (Perawi hadits ini melanjutkan): Maka Abu Bakar (ketika) pulang bertanya kepada Rasulullah: "Apakah ada sesuatu yang diturunkan Allah berkenaan dengan diriku Ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Tidak, tapi Jibril mendatangiku dan berkata: "Tiada seorangpun yang akan menyampaikannya selain anda sendiri atau seorang dari keluargamu." Dan dalam sebuah hadits yang lainnya, yang dirawikan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, jilid I halaman 510, bahwa Rasulullah Saw ketika mengutus Ali dengan surat Bara’ah, berkata kepadanya: "Harus aku sendiri yang membawanya, atau engkau." . Ali menjawab: "Kalau memang harus, maka akulah yang akan pergi." Dan Rasulullati Saw berkata kepadanya: "Pergilah, sesungguhnya Allah akan meneguhkan lidahmu, dan memimpin hatimu."

[16] Dirawikan oleh al-Hakim dalam "Shahih"nya III/121. Demikian pula adz-Dzahabi dalam "Talkhis"nya di halaman yang sama. Dan keduanya mengakui keshahihan hadits tersebut menurut persyaratan Bukhari dan Muslim.

[17] Dirawikan oleh al-Hakim dalam Shahih"nya jilid III/124, dengan keterangan: "Hadits ini shahih sanadnya, tapi Bukhari dan Muslim tidak merawi­kannya.”

[18] Dirawikan oleh al-Hakim dalam "al-Mustadrak" jilid III halaman 121, dan ia men"shahih"kannya sesuai persyarat­an Bukhari/Muslim. Juga ad-Dzahabi memuatnya dalam "Talkhis"nya seraya menshahihkannya. Dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari Ummu Salamah, dalam "Musnad"nya jilid VI hal. 323. Juga an-Nasa’I pada halaman 17 dari kitabnya "al-Khashais al-'Alawiyyah", serta para huffadz lainnya.

[19] Telah anda baca hadits 'Amr bin Syasy sebelum ini dalam Dialog no. 36.

[20] 184 ) Sebagaimana dirawikan olch Muslim dalam kitab Shahih-nya jilid I halaman 46 bab: loran, dan ia menshahihkannya. Ibnu Abdil Barri nicrawikan kesimpulannya dalam riwayat hidup Ali dari bukunya: ablstiab, dari bebe­rapa saliabat. Dan telah anda jumpai dalam Dialog no. 36 hadits Buraidah yang -,cb,,tiknya anda mengulanginya. Dan telah diberitakan secara muta­watir Sabda Rasulullah Saw: "Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya. Dan 11ULSUhilah orang yang memusuhinya!" Telah diakui juga oleh penga­rang buku al-Fatwa al-Ifamidiyvah dalani Risalahnya yang berjudul: ash­Sh.land Fakhirah JdAh,ditsilffutawatirah.

[21] Dan dirawikannya melalui Abu Azhar dari Abdur Razzaq dari Mu'ammar dari Zuhri dari Ubaidullah bin Abdullah bin Abbas, dan semua mereka itu adalah orang-orang yang dianggap hujjah (dipercaya)- Karena itu al-Hakim berkata – setelah menshahihkannya – bahwa Abu Azhar adalah seorang tsiqah yang dipercaya secara ijma'; dan bila seorang tsiqah (yang diper­caya) – secara sendirian – meriwayatkan sebuah hadits, maka menurut peraturan itu, hadits tersebut dianggap shahih. (Ia menambalikan): Aku telah mendengar Abu Abdillah al-Q.urasyi berkata: Aku dengar Ahmad bin Yahya al-Hulwani berkata: "Ketika Abu Azhar datang dari San'a, dan mendaras hadits ini bersama ulama Baghdad; Yahya bin Ma'in tidak mau menerimanya. Maka pada hari ia mengajar, ia pun berkata: (Mana an-­Naisaburi yang menyebutkan hadits ini dari abdur-Razzaq?). Abu Azhar pun bangkit dan berkata: "Ini aku di sini!" Yahya tertawa disebabkan ucapannya, dan juga karena tindakannya berdiri dalam majlis pengajaran itu. Maka dipanggilnya dan didekatkannya kepadanya, lalu ia berkata: "Bagaimana Abdur Razzaq menyampaikan hadits ini hanya kepadamu saja, sedangkan ia tidak pernah menyampaikannya pada orang lain?" Abu Azhar menjawab: "Ketahuilah, hai Abu Zakariya (Yahya bin Ma'in), aku datang ke San'a pada waktu Abdur Razzaq tidak berada di sana, dan sedang pergi ke sebuah desa miliknya yang jauh. Akupun pergi mengun­junginya padahal aku sedang sakit. Dan ketika aku berjumpa dengan dia, ia bertanya tentang khabar kota Khurasan, dan aku beritahukan kepada­nya mengenai daerah itu. Kemudian aku menulis beberapa (keterangan) dari dia, dan ikut bersamanya kembali ke San-'a. Dan ketika aku akan berpisah dengannya, ia berkata: "Kini wajib aku membayar hakmu. Dan untuk itu aku akan merawikan untukmu sebuah hadits yang belum pernah didengar orang selain engkau. Maka ia – demi Allah – telah merawikan hadits ini dengan semua kata-katanya ..." Mendengar itu, Yahya bin Ma'in mempercayainya, dan minta maaf dari padanya. Adapun adz-Dzahabi – dalam bukunya Talkhis – telah mengakui perawi-perawi hadits ini sebagai orang-orang yang dipercaya (tsiqah), secara umum; dan begitu pula Abu Azhar, secara khusus. Meskipun begitu ia masih juga meragukan hadits tersebut, tanpa suatu alasan yang bisa diterima, kecuali ketegaran hatinya yang terang-terangan (terhadap keutamaan Ahlul Bait). Mengenai pribadi Abdur Razaaq, yang telah berusaha menyembunyikan hadits ini, sebetul­nya hanya karena rasa takutnya kepada para penguasa yang zhalim, seba­gaimana Sa'id bin Jubair telah merasa takut ketika ia ditanya oleh Malik bin Dinar: "Siapa yang memegang panji Rasulullah?" Sa'id memandang kepadanya dan berkata: "Anda tentunya bermain-main!" (Malik kemudian berkata – beberapa waktu setelah kejadian itu): Aku merasa marah dan kuadukan ia kepada beberapa kawan-kawannya yang mengerti di kalangan para qurra'. Dan mereka mengemukakan alasan baginya, bahwa ia takut dari al-Hajjaj (seorang pejabat yang kejam), jika ia menjawab bahwa Ali adalah pemegang panji Rasulullah Saw!" Hal tersebut diberitakan oleh al‑Hakim dalam at-Mustadrak jilid III, halaman 137, dan menambahkan: Hadits ini shahih sanadnya menurut persyaratan Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak merawikannya.

[22] Hadits ini telah kami sebutkan dalam Dialog No. 10.

[23] Hadits ini telah kami sebutkan dalam Dialog No. 10, maka bacalah kembali catatan kami mengenainya, dan yang sebelumnya.

[24] Dirawikan oleh ad-Dailami, dari Ammar dan Abu Ayyub (al-Kanz jilid VI halaman 156).

[25] Ini adalah hadits ke 2539 al-Kanz jilid VI halaman 153.

[26] Dirawikan oleh al-Hakim dalam Mustadrak-nya jilid III, halaman 29; dan juga dirawikan oleh banyak diantara penyusun kitab-kitab tentang hadist.

[27] Diriwayatkan oleh ad-Dailami dari hadist Abdullah bin Abbas. Dan ini adalah hadist ke 2631, jilid VI halaman 157, al-Kanz.

[28] Bacalah kembali apa yang telah kami catatkan mengenai hadist ini dalam Dialog no. 34. Dan pelajarilah dengan tekun semua hadit-hadist yang kami sebutkan padanya.

[29] Disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Sawa’iq-nya. Bacalah hadits ke 13 di antara ke 40 hadits yang dikutipnya pada bab 9.

[30] Ini adalah hadits ke 2635 dalarn al-Kanz jilid VI, halaman 157.

[31] Dirawikan oleh ath-Thabarani dalam al-Ausath; al-Khatib dalam al-Muttafaq wal Muftaraq, seperti dalam Kanzul Ummal jilid VI halaman 159. Dan telah kami sebutkan dalam Dialog no. 34, dan telah kami beri catatan tambahan yang bermanfaat bagi para peneliti.

[32] Dirawikan oleh ath-Thabarani dalam al-Kabir, dan Ibnu Asakir dalam Abul Hamra' (secara marfu'), seperti dalam al-Kanz jilid VI, halaman 158.

[33] Ibnu Abil-Hadid telah mengutipnya dari keduanya, dalam Syarah Nahjul Balaghah, jilid II halaman 449. Dan disebutkan oleh Imam ar-Razi dalam tafsir ayat al-Mubahalah (S.3:61), di kitab Tafsir al-Kabir jilid II halaman 288, dan ia menyatakan bahwa hadits ini disetujui oleh semua orang. Dan dirawikan pula oleh Ibnu Baththah dari hadits Ibnu Abbas, seperti halnya dalam kitab: Fat-hul Malikil Aliyy, halaman 34, yang dikarang oleh al-Imam Ahmad ibn ash-Shiddiq al-Hasani al-Maghribi, yang berdomisili di Kairo. Dan di antara mereka yang mengakui bahwa Ali adalah pengumpul (ilmu-ilmu) tersembunyi dari para Nabi, ialah asy-Shaikh Muhyiddin Ibnul Arabi, sebagaimana dinukilkan oleh al-Arif asy-Sya'rani dalam pembahas­an ke 32 dari kitabnya: al-Yawaqit wal Jawahir, halaman 172.

[34] Dirawikan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, jilid III halaman 122.

[35] Dirawikan oleh ath-Thabarani dan Ibnu Mardawaih, dari Ibnu Abbas. Dan dirawikan oleh ad-Dailami dari Aisyah. Dan ia termasuk di antara hadits-­hadits yang tersiar dimana-mana.

[36] Dirawikan oleh Abu Nu'aim dan Ibnu Asakir dari Abu Laila (marfu'). Dan dirawikan oleh Ibnu Najjar dari Ibnu Abbas (marfu'). Bacalah kem­bali hadits ke 30 dan 31 di antara ke 40 hadits yang diberitakan oleh Ibnu Hajar dalam as-Sawa’iq, bab 9 pasal 2.

[37] Dirawikan oleh al-Hakim dalam Mustadrak-nya, jilid III halaman 147; dan dishahihkannya. Dan disebutkan oleh adz-Dzahabi dalam Talkhis-nya, dan ia mengakuinya sebagai shahih.

[38] Hadits ini dan hadits sesudahnya (yaitu hadits Ibnu Abbas), keduanya dirawikan oleh al-Hakim dalam Mustadrak-nya, jilid III halaman 140. Dan juga oleh adz-Dzahabi dalam Talkhis-nya sambil mengakui keduanya seba­gai hadits shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim.

[39] Dirawikan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, jilid III halaman 122; dari ia berkata: Hadits ini shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak merawikannya. Juga adz-Dzahabi mengakuinya sebagai shahih menurut persyaratan Bukhari/Muslim, ketika ia menyebutkannya dalam Talkhis-nya. Dan juga dirawikan oleh Imam Ahmad dari hadits Abu Sa'id al-Khudri, dalam Musnad-nya jilid III halaman 33 dan 82. Dan dirawi­kan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman; dan Sa'id bin Manshur dalam Sunan-nya; Abu Nu'aim dalam Hilyah-nya; Abu Ya'la dalam Sunan-nya: dan tersebut dalam al-Kanz halaman 155, juz VI, sebagai hadits ke 2585.

[40] Seperti dirawikan dari padanya oleh al-Hakim melalui dua saluran dalam al-Mustadrak jilid III, halaman 139.

[41] Seperti yang dirawikan oleh Ibnu Asakir. Dan ini adalah hadits ke 2588 dalam al-Kanz, jilid VI halaman 155.

[42] Seperti yang dirawikan oleh ad-Dailami, tersebut dalam al-Kanz jilid VI halaman 155.

[43] Dirawikan olelh ath-Thabarani dalam al-Kabir, tersebut dalam al-Kanz jilid VI, halaman 155.

[44] Ia adalah Ibnu Abil Akhdhar. Disebut oleh Ibnu Sakan, dan darinya ia merawikan hadits ini melalui al-Harits bin Hushairah dari Jabir al-Ja’fi dari al-Imam al-Baqir dari ayahnya: Zainal Abidin dari al-Akhdhar dari Rasulul­lah Saw Berkata Ibnu Sakan: "Ia tidak dikenal secacara luas di antara para sahabat dan diragukan isnadnya. Al-Asqalani mengutif semua keterangan itu dalam al-Ishabah. Ad-Daruqutni merawikan hadits ini dalam al-Ifrad; dan ia berkata: "Hanya Jabir al-Ja’fi yang merawikannya, dan ia adalah seorang rafidhi (pembenci Abu Bakar, Umar dan sebagainya).

[45] Dirawikan oleh Abu Nu'aim dari hadits Mu'adz. dan ia merawikan hadits yang sesudahnya (yaitu hadits Abu Said) dalam Hilyatul Auliya' Dan keduanya ada dalam al-Kanz jilid VI halaman 156.



mainsource:http://lenteramadinah.wordpress.com/


0 comments to "Siapakah Dua Belas Penerus Nabi (s.a.w.a)?"

Leave a comment