Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, dalam artikel yang dimuat oleh koran trans-regional al-Sharq al-Awsat, mengklaim bahwa Suriah di bawah kepemimpinan (Presiden) Bashar Assad, menjadi sumber instabilitas di kawasan, namun Washington selalu berada di samping rakyat Suriah.
Clinton dalam artikel yang dimuat koran cetakan London dalam edisi terbarunya (18/6) itu, berusaha mengesankan bahwa Amerika Serikat mendukung hak-hak rakyat Suriah dengan mengecam rezim dan pemerintahan Assad.
Dikatakannya, "Seluruh masyarakat dunia, berbagi kesedihan dan duka dengan rakyat tak berdosa Suriah, khususnya kesedihan dan duka rakyat atas tewasnya seorang remaja berusia 13 tahun yang disiksa secara brutal."
Clinton mengklaim bahwa jumlah korban tewas di Suriah mencapai 1.300 orang. Tanpa menyinggung aktivitas kelompok-kelopok bersenjata yang didukung Amerika, Arab Saudi, dan sejumlah negara Eropa dan Arab, Clinton mengatakan, "Benar bahwa sejumlah tentara Suriah juga tewas namun sebagian besar korban tewas adalah warga sipil."
Dalam artikel tersebut, selain berusaha mengoyak citra Republik Islam Iran dengan menjelaskan bahwa legitimasi bersumber dari rakyat, Clinton mengatakan, "Suriah telah mengambil langkah keliru dengan mengikuti Iran."
Clinton menilai kondisi Suriah saat ini tidak dapat dikembalikan ke kondisi semula dan menekankan, "Tampaknya Bashar Assad telah menentukan pilihannya dan sampai kapan pun ia berusaha memperlambat proses perubahan di Suriah, ia tidak akan mampu mengambalikan kondisi semula."
Klaim Clinton tentang solidaritas Amerika Serikat terhadap rakyat Suriah itu mengemuka di saat Washington memberlakukan embargo dan boikot terhadap Suriah.
"Kami mengecam ketidakpedulian pemerintahan Assad terhadap tuntutan rakyat. Amerika memboikot para pejabat tinggi Suriah termasuk Bashar Asad. Kami juga menyambut baik boikot dari Eropa (anti-Suriah) dan keputusan Dewan Hak Asasi Manusia. Amerika akan melanjutkan represinya terhadap Suriah dengan berkoordinasi dengan sekutu-sekutu Washington di kawasan," jelas Clinton.
Koran al-Sharq al-Awsat menyebutkan bahwa di akhir pernyataannya, Clinton mengucurkan air mata untuk membangkitkan afeksi rakyat Suriah agar bangkit melawan pemerintah.
Artikel itu dipublikasikan di saat sebelumnya, Ghassan Ben Jeddou, mantan direktur televisi Aljazeera, yang telah mengundurkan diri, menyatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat membebaskan puluhan tahanan Irak dan memberi mereka senjata serta mengirim mereka ke Suriah untuk menyulut keonaran.
Ben Jedou menambahkan bahwa berita tersebut telah diinformasikan oleh para pejabat tinggi Irak kepada pemerintah Suriah bahwa Amerika mempersenjatai para tahanan Irak dan mengirim mereka ke sejumlah kota perbatasan Suriah untuk menyulut keonaran.
(IRIB/MZ/19/6/2011)
Uang Rakyat Dicuri Amerika, Irak Tidak Berhak Menuntut
Anggota parlemen Irak, Bahaa al-Araji dalam sebuah surat yang dilayangkan kepada PBB, menuduh lembaga-lembaga Amerika telah mencuri sekitar 17 milyar USD dana dari pendapatan minyak Irak pasca invasi tahun 2003.
Dalam sebuah surat resmi yang dilayangkan kepada kantor PBB di Baghdad bulan lalu, al-Araji, sebagai Ketua Komite Integritas Parlemen Irak, meminta lembaga internasional itu membantu mengembalikan kekayaan negara Irak yang raib di sela-sela hiruk-pikuk pasca invasi AS dan sekutunya pada tahun 2003.
Disebutkan, "Semua indikasi menyebutkan bahwa lembaga-lembaga Amerika Serikat menggelapkan dan uang rakyat Irak, yang dialokasikan untuk merekonstruksi Irak. Jumlahnya sekitar 17 milyar USD."
Awal Juni lalu, para auditor Amerika Serikat memperingatkan pencurian 6,6 milyar USD dari dana rekonstruksi Irak dan menilainya sebagai pencurian dana nasional terbesar dalam sejarah.
Dalam hal ini, Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Irak, Stuart Bowen pada 14 Juni lalu, menyalahkan Pentagon karena tidak melacak dana tersebut.
Tuduhan pencurian dana tersebut dinilai oleh Komite Integritas Parlemen Irak sebagai "kejahatan finansial " oleh instansi-instansi pemerintah Amerika Serikat.
Pengaduan parlemen Irak ini mengemuka di saat berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB, Irak tidak berhak untuk mengajukan tuntutan apapun anti-Amerika Serikat.
Bahaa al-Araji mengatakan, "Kami tidak bisa menuntut Amerika, karena hukum tidak mengijinkan kami melakukannya. Yang kami inginkan saat ini adalah menyampaikan masalah ini kepada PBB."
"Jika berhasil, maka kemungkinan uang rakyat Irak itu akan kembali," katanya.
(IRIB/MZ/20/6/2011)
Israel Mengaku Lemah dalam Memboikot Iran
Sejumlah anggota parlemen dan analis politik Tel Aviv mengakui kelemahan ketentuan yang ada dan ketidakmampuan Israel dalam memberlakukan boikot dan embargo terhadap Republik Islam Iran.
Fars mengutip laporan Los Angeles Times (19/6) menyebutkan, sejumlah anggota parlemen dan pengamat politik di Israel berpendapat, "Di saat Israel berupaya keras untuk menyatukan negara-negara dunia agar memboikot Iran, boikot ekonomi rezim Zionis terhadap Iran sendiri, sudah memudar, tidak jelas, dan memiliki banyak kelemahan dalam tahap implementasi."
Masalah ini semakin menonjol ke permukaan setelah bulan lalu, pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa perusahaan Ofer Brothers Group, yang merupakan salah satu perusahaan dagang Tel Aviv, melanggar boikot anti-Iran, melalui anak perusahaan itu di Singapura, Tanker Pacific of Singapore.
Ofer Brothers kemudian mengkonfirmasikan bahwa dalam satu dekade terakhir, anak perusahaan ini telah menurunkan muatan produk minyak di berbagai pelabuhan Iran dan merelokasi muatan dari pelabuhan setempat ke luar negeri.
Para analis dan anggota parlemen Tel Aviv mengaku terdapat banyak kelemahan serius dalam upaya Israel memboikot Republik Islam Iran.
Seorang anggota parlemen Israel (Knesset), Arieh Eldad, dalam hal ini menuntut pemerintah Tel Aviv menangani secara serius kelemahan implementasi boikot anti-Iran. Ditambahkannya, "Kita tidak bisa menunggu negara-negara lain ikut memboikot Iran, di saat perusahaan terbesar kita sendiri selalu berlalu-lalang di pelabuhan Iran. Ini sangat menggelikan."
(IRIB/MZ/20/6/2011)
Suriah Rusuh, NATO Transfer Pasukan Darat dari Eropa ke Turki
Menyusul kerusuhan yang berlangsung di Suriah, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berencana mengubah pangkalan udaranya di Turki menjadi pangkalan pasukan darat aliansi militer Barat pimpinan AS itu.
NATO akan merelokasi pasukan daratnya dari sebuah pangkalan di kota Heidelberg di barat daya Jerman dan dari sebuah pos di Spanyol menuju pangkalan udara Izmir di barat Turki. Demikian dilaporkan Jurnal of Turkish Weekly awal bulan ini.
Pangkalan udara di Izmir itu merupakan pangkalan militer NATO tertua di Turki, yang saat ini menampung 400 pasukan operasional dan teknis.
Sekjen NATO, Anders Fogh Rasmussen menilai langkah ini merupakan bagian dari reformasi dalam aliansi yang pada akhirnya akan "membuat NATO lebih ramping, lebih fleksibel, dan lebih mampu menghadapi tantangan di masa depan.
Dalam menjelaskan perubahan itu Rasmussen mengatakan, "Kami telah sepakat untuk merekonstruksi struktur komando NATO, sehingga lebih efisien, lebih mudah dikerahkan, dan lebih kompak."
Reformasi ini mencakup upaya "merampingkan lembaga-lembaga, yang menjalankan proyek-proyek individu NATO, termasuk pengawasan darat dan penerbangan strategis."
Transformasi tersebut mencuat di saat Turki tengah mengadopsi program baru untuk menyikapi perkembangan di negara tetangganya Suriah, yang berjolak sejak Maret lalu.
Pemerintah Suriah menuding kelompok bersenjata dan elemen asing, telah menewaskan puluhan orang, termasuk banyak tentara dan polisi Suriah.
Ankara mengancam akan melakukan intervensi militer terhadap Damaskus, yang dinilai mengganggu sejak pertengahan Maret lalu. Turki akan membangun sebuah kamp militer dekat perbatasan dengan Suriah.
Awal Juni, kelompok bersenjata, yang menerima senjata selundupan dari Turki, membantai 120 polisi dan militer Suriah di kota Jisr al-Shughour. Para korban dikubur secara massal.
(IRIB/MZ/20/6/2011)
Akhirnya, Turki Berulah Mengirim Helikopter Militer ke Suriah
Sebuah helikopter militer Turki melanggar zona udara Suriah, di tengah tersebarnya berbagai laporan tentang upaya Turki untuk membentuk sebuah zona di wilayah Suriah, yang memisahkan wilayah tersebut dari pemerintah pusat Damaskus.
Televisi saluran 7 Turki (19/6) melaporkan, helikopter yang mengangkut seorang komandan dan sejumlah tentara itu Turki itu memasuki wilayah udara Suriah dalam rangka pengintaian di kawasan perbatasan dua negara serta memeriksa daerah-daerah perbatasan Suriah.
Sumber Turki itu juga menurunkan liputan penuh terkait gelombang pengungsi dari Suriah ke Turki, dan mendorong penduduk perbatasan Suriah untuk berlindung di Turki.
Sebuah laporan yang dimuat oleh koran Posta terbitan Turki pada hari Kamis (16/6) menyebutkan bahwa Turki tengah mempertimbangkan rencana pengiriman pasukan ke wilayah Suriah guna membentuk "buffer zone", zona yang terpisah dari pusat pemerintahan Damaskus. Ankara mengklaim bahwa rencana tersebut diperlukan jika krisis pengungsi dari Suriah telah menimbulkan kesulitan bagi pemerintah Turki.
Sejak pertengahan Maret, Suriah menghadapi keonaran yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara ini. Kerusuhan tersebut telah merenggut puluhan nyawa, termasuk banyak tentara dan aparat keamanan.
Pihak berwenang Suriah menuding kelompok bersenjata dan antek-antek asing atas instabiltas tersebut. Damaskus juga menyatakan bahwa seluruh aparat keamanan dan tentara negara ini telah diberi instruksi tegas untuk tidak mengusik warga sipil.
Banyak dari pengungsi datang dari kota Jisr al-Shughour, yang menjadi ajang bentrokan antara militer Suriah dan kelompok-kelompok bersenjata.
Menurut sebuah laporan yang dirahasiakan, sumber-sumber di Damaskus menyatakan bahwa kerusuhan di Suriah berasal dari kesepakatan antara Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan sejumlah kelompok tak dikenal di kawasan.
Pemerintah Suriah juga menyatakan bahwa senjata yang digunakan oleh kelompok bersenjata di Jisr al-Shughour diselundupkan dari Turki.
Sebelumnya, televisi al-Manar dalam laporan khususnya pada Senin (13/6) menyebutkan, Perdana Menter Turki, Recep Tayip Erdogan, menyetujui usulan Amerika Serikat untuk terlibat secara militer di perbatasan dengan Suriah.
Amerika Serikat menyodorkan usulan soal keterlibatan militer Turki di perbatasan negara ini dengan Suriah, dan Erdogan menyetujui usulan tersebut. Kesepakatan Erdogan masih bersifat awal dan ia belum sepenuhnya menyetujui usulan Amerika Serikat. Namun kini, tampaknya Turki mulai mencoba melaksanakan usulan Amerika itu.
(IRIB/MZ/20/6/2011)
Israel Tarik Paspor Diplomatik Mantan Kepala Mossad
Rezim Zionis Israel dilaporkan telah menghukum mantan kepala Mossad, Meir Dagan dengan memintanya untuk mengembalikan paspor diplomatik, setelah ia mengkritik sikap para pejabat Tel Aviv atas Iran.Menurut Channel 2 Israel, Dagan diminta untuk menyerahkan paspor diplomatiknya setelah ia secara terbuka mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak, karena sikap mereka pada Iran.
Dagan meminta untuk bisa menggunakan paspor diplomatiknya dalam beberapa perjalanan yang dijadwalkan beberapa pekan mendatang, namun para pejabat Israel menolak permintaan Dagan dan memintanya untuk mengembalikan paspor tersebut.
Sebelumnya pada Mei, mantan kepala Mossad ini mengatakan bahwa setiap serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran akan menjadi hal terbodoh. Dia memperingatkan bahwa setiap tindakan militer dapat memicu perang regional yang akan mencakup peluncuran rudal oleh Iran.
Dagan juga menyatakan kekhawatiran bahwa individu sembrono dan tidak bertanggung jawab dalam lingkaran perdana menteri Israel mungkin mengabaikan oposisi AS untuk menyerang Iran dan permintaan Washington untuk melanjutkan perundingan dengan pihak Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967.
Dalam mereaksi penilaian Dagan itu, rekan-rekan Netanyahu menuduh mantan kepada dinas intelijen Zionis ini sebagai pengkhianat, penyabot dan pemimpin geng. (IRIB/RM/PH/20/6/2011)Presiden Suriah Bashar al-Assad dijadwalkan untuk menyampaikan pidato penting terkait perkembangan saat ini di negara itu. Menurut kantor berita Suriah (SANA), Presiden Assad akan menyampaikan pidato pada hari Senin (20/6) tentang perkembangan di Suriah.
Ini merupakan pidato ketiga Assad sejak awal kerusuhan di Suriah pada pertengahan Maret. Puluhan orang, termasuk pasukan keamanan, telah tewas dalam bentrokan itu.
Pada April, koran Washington Post menerbitkan kabel diplomatik rahasia yang dirilis WikiLeaks, bahwa AS telah melakukan kampanye panjang untuk menggulingkan pemerintah Suriah.
Pihak oposisi bayangan menuduh pasukan keamanan berada di balik pembunuhan. Namun, pemerintah menyalahkan gerombolan bersenjata atas kekerasan mematikan dan menegaskan bahwa kerusuhan didalangi oleh pihak asing.
Sementara itu, eksodus warga Suriah ke Turki terus berlanjut menyusul gangguan keamanan di Suriah dalam beberapa pekan terakhir. Setiap hari, warga Suriah mengungsi menuju kamp pengungsian di Yayladagi, provinsi wilayah selatan yang berbatasan dengan Hatay, Turki. Mereka berangkat beramai-ramai menggunakan bus untuk menghindari konflik. (IRIB/RM/PH/20/6/2011)Ribuan orang berunjuk rasa di kota Sydney, Australia untuk menandai Hari Pengungsi Sedunia, yang jatuh tepat pada tanggal 20 Juni. Mereka menyerukan pemerintah Australia untuk menjamin hak-hak pencari suaka.
Para pengunjuk rasa mendesak implementasi langsung Konvensi Pengungsi PBB dan protokol mengenai status pengungsi, yang telah ditandatangani oleh pemerintah Australia, koresponden Press TV melaporkan pada hari Senin (20/6).
Para demonstran juga meminta pemerintah untuk mengakhiri kebijakan penahanan, di mana pencari suaka yang dipenjara sampai aplikasi visa mereka diproses, bisa memakan waktu beberapa bulan dan bahkan bertahun-tahun.
Proposal terakhir Australia untuk memproses pencari suaka di Malaysia juga berada di bawah serangan. Menteri Imigrasi Australia, Chris Bowen berencana untuk mendeportasi 800 pencari suaka ke Malaysia pada awal pekan depan.
Konvensi 1951 mengenai status pengungsi adalah dokumen hukum utama dalam mendefinisikan orang-orang yang berstatus sebagai pengungsi, serta hak-hak mereka dan kewajiban negara.
Australia adalah di antara beberapa negara yang secara otomatis mengurung pencari suaka dan umumnya semua orang yang memasuki negara itu secara ilegal.
Saat ini, hampir 7.000 pencari suaka, termasuk 1.000 anak-anak ditahan di daratan Australia dan pusat-pusat penahanan lepas pantai. Meskipun pihak imigrasi menjanjikan bahwa 90 persen dari mereka akan diproses dalam 90 hari, namun periode rata-rata penahanan melebihi 200 hari.
Penahanan berkepanjangan telah menyebabkan banyak kejadian buruk, yang menyebabkan trauma psikologis dan kasus bunuh diri. Sudah ada lima insiden terpisah bunuh diri di pusat penahanan Australia dalam waktu kurang dari satu tahun dan puluhan usaha bunuh diri.
Pemerintah Australia menyatakan, penahanan perlu dilakukan demi keamanan nasional. Tapi banyak pengeritik kebijakan saat ini mengatakan penahanan tanpa batas waktu itu kejam dan mengakibatkan sakit mental.
Mereka menyatakan orang dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam keadaan terkurung sebelum status mereka diputuskan. (IRIB/RM/PH/20/6/2011)Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad menekankan pentingnya memperkuat kerjasama kolektif dan mengadopsi strategi untuk memberantas terorisme.
Pernyataan itu disampaikan Ahmadinejad dalam pembicaraan telepon terpisah dengan sejawatnya dari Azerbaijan, Ilham Aliyev dan Armenia, Serzh Sarksyan pada hari Ahad (19/6), IRNA melaporkan.
Ahmadinejad membahas cara-cara untuk meningkatkan kerjasama bilateral dan regional di berbagai bidang, terutama kampanye bersama melawan terorisme.
Iran telah menjadi korban utama terorisme yang disponsori Barat sejak kemenangan Revolusi Islam pada 1979. Tehran selalu menyerukan negara-negara regional untuk memperluas kerjasama dengan tujuan menghancurkan terorisme di kawasan. (IRIB/RM/PH/20/6/2011)Militer dan pasukan polisi rezim Zionis Israel mengambil bagian dalam manuver besar-besaran, apa yang disebut Tel Aviv sebagai ancaman keamanan.
Latihan lima hari yang dimulai kemarin (Ahad,19/6) diberi sandi "Turning Point 5" dan juga melibatkan sekitar 80 pusat layanan publik termasuk dinas pemadam kebakaran dan pusat layanan darurat. Mereka diharapkan untuk mensimulasikan aksi dalam menghadapi serangan rudal besar-besaran.
Israel menghadapi serangan rudal balasan dari gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon pada Juli 2006. Tahun lalu, ketika Israel memulai latihan perang, Sekjen Hizbullah Sayyid Hasan Nasrallah mengatakan, Israel akan mengambil bagian dalam rencana darurat karena mereka takut muqawama.
Tel Aviv juga meluncurkan serangan mematikan rutin terhadap Jalur Gaza dengan klaim bahwa rudal telah ditembakkan oleh pejuang Palestina. (IRIB/RM/PH/20/6/2011)Duta Besar Amerika Serikat untuk Afghanistan, Karl W. Eikenberry mengecam Presiden Hamid Karzai, yang menyamakan aksi militer di negaranya dengan sebuah pendudukan.
Eikenberry secara tidak langsung mengkritik pernyataan Karzai dengan berkomentar bahwa para pemimpin Kabul telah membuat statemen yang menyakitkan dan tidak pantas dengan menyebut AS sebagai penjajah. Demikian dilaporkan Press TV pada hari Senin (20/6).
"Ketika kita mendengar diri kita disebut penjajah dan buruk, maka perasaan kita tersinggung dan kita mulai kehilangan inspirasi," tegas Eikenberry.
Pernyataan Eikenberry sebagai respon terhadap serangkaian komentar yang dibuat oleh Presiden Afghanistan, khususnya pernyataan bulan lalu bahwa kehadiran Amerika di Afghanistan bisa dianggap sebagai kekuatan pendudukan jika serangan terus diklaim untuk menyelamatkan warga sipil.
Kematian puluhan ribu warga sipil Afghanistan akibat dari serangan NATO dan militer AS sejak invasi Afghanistan pada 2001, telah memicu ketegangan antara Karzai dan Barat.
Saat ini, ada sekitar 150.000 pasukan AS di Afghanistan. Amerika menyerang Afghanistan dengan tujuan resmi membatasi militansi dan membawa perdamaian dan stabilitas ke kawasan. Akan tetapi, setelah 10 tahun pendudukan, kawasan ini masih tidak stabil dan militansi telah berkembang menuju Pakistan. (IRIB/RM/PH/20/6/2011)Koran Financial Times, cetakan London, Senin (20/6) menulis, Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyatakan bahwa Moskow akan menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk mencegah adopsi resolusi atas Suriah.
Amerika Serikat, Perancis dan Jerman telah menyerukan Rusia untuk bekerja sama dalam mempersiapkan resolusi terhadap Suriah dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB.
"Rusia akan menggunakan haknya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan. Apa yang membuat Moskow tidak mendukung resolusi karena akan senasib dengan resolusi 1973 atas Libya. Saya yakin resolusi itu telah berubah menjadi selembar kertas untuk menutupi operasi militer," tegasnya.
Sejak awal serangan udara terhadap Libya, Rusia telah berulang kali mengkritik Barat dan memprotes resolusi tersebut. Menurut Moskow, resolusi yang bertujuan menegakkan zona larangan terbang di Libya untuk melindungi warga sipil, adalah "seruan untuk Perang Salib" dan telah menjadi bumerang dengan jatuhnya korban sipil.
Rusia sendiri abstain dalam pemungutan suara Dewan Keamanan PBB untuk merilis resolusi atas Libya. Moskow belakangan juga menuding negara-negara yang berkoalisi melawan Libya, telah mengambil tindakan yang melampaui mandat PBB.
Cina sebagai pemegang hak veto, sejauh ini juga menentang langkah tersebut. Kedua negara tidak ingin terlibat jauh dalam proses pembahasan draft resolusi terhadap Suriah.
Rusia telah menyerukan solusi diplomatik untuk krisis Suriah. Moskow memandang situasi di Suriah tidak akan membawa ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional dan Damaskus sendiri harus menyelesaikan kekerasan tanpa campur tangan asing.
"Barat akan mengatakan kepada kami bahwa resolusi itu untuk mengecam kekerasan. Namun, sebagian penandatangan resolusi ini pada akhirnya mungkin akan mengerahkan beberapa pesawat pembom ke Suriah untuk "mengutuk" kekerasan," tukasnya. (IRIB/RM/PH/20/6/2011)Republik Islam Iran memecahkan catatan sejarah di bidang investasi asing di tengah gencarnya tekanan sanksi Barat, terutama Amerika Serikat.
Kepala Organisasi Urusan Investasi, Ekonomi dan Bantuan Teknis Iran mengatakan, "Pada tahun 2010, Iran berhasil memecahkan rekor di bidang investasi asing langsung. Data statistik menunjukkan bahwa Iran menembus tingkat tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya."
Behrouz Alishiri mencatat bahwa pada tahun kalender berjalan, Iran berencana untuk meningkatkan investasi asing hingga 50 persen.
Sebelumnya, pada tahun 2009, Republik Islam Iran juga berhasil meningkatkan investasi asing dengan tingkat pertumbuhan mencapai 86 persen. Angka tersebut memecahkan rekor sepanjang sejarah, sekaligus menempatkan Iran di antara enam negara teratas di bidang investasi asing.
Seraya menyinggung kegagalan sanksi Barat atas Iran, Alishiri mengungkapkan bahwa perusahaan asing lebih mementingkan mengambil faktor-faktor ekonomi yang menguntungkan daripada tekanan politik anti-Iran.
Tahun lalu, Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi anti-Iran atas tudingan bahwa Tehran mungkin mengembangkan program nuklir militer. Menyusul kemudian, AS dan Uni Eropa juga menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Iran di sektor energi dan perbankan.
Tehran membantah tudingan tersebut dan menekankan bahwa Iran sebagai anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), memiliki hak yang sah untuk memanfaatkan teknologi nuklir damai.(IRIB/PH/RM/13/6/2011)©Dina Y. Sulaeman
Ada satu tesis yang pernah saya dapat dari seorang ulama Iran: dalam menganalisis konflik di dunia ini, lihat siapa yang berada di sisi AS, maka itulah pihak yang salah (atau lebih salah). Silahkan saja untuk tidak percaya. Tetapi, tesis ini berkali-kali terbukti dalam berbagai analisis politik, bahkan yang ditulis analis Barat sekalipun. Di manapun AS berada, maka yang berada di barisan AS-lah yang terbukti berbuat makar. Tak perlu jauh-jauh, kita masyarakat Indonesia hari ini bisa melihat, siapa saja yang berada satu kubu dengan AS (lewat tangan-tangannya, semisal IMF atau Bank Dunia, atau LSM-LSM asing, atau dalam berbagai bentuk ‘tangan' lainnya), pastilah dia melakukan aksi-aksi yang anti-rakyat. Contoh konkritnya, mantan Menkeu kita yang rajin menambah hutang negara ke Bank Dunia itu. Sudah banyak analis ekonomi yang memperingatkan bahaya hutang, tapi mantan menkeu kita yang anak emasnya AS itu tetap saja berhutang. Tak heran ketika dia tersandung kasus Century yang merampok uang rakyat 6,7 T, induk semangnya menyelamatkannya dengan cara mengangkatnya sebagai salah satu Direktur Bank Dunia.
Tesis ini kembali terbukti di Libya dan Syria. Libya, betapapun Qaddafi adalah diktator bagi rakyatnya, tapi ketika AS ikut campur, bisa dipastikan di antara kedua pihak, Qaddafi atau AS, maka yang lebih salah adalah AS. Qaddafi adalah pemimpin yang kejam terhadap lawan politiknya, tapi dia juga pemimpin sebuah negara dengan cadangan minyak terbanyak di Afrika; minyak yang diincar oleh serigala-serigala rakus di belakang NATO. Lebih-lebih lagi, Qaddafi sedang merintis gerakan ‘pertukaran minyak dengan emas'. Qaddafi tahu bahwa Dollar dan Euro adalah uang semu; dia menyerukan agar Afrika menjual minyak dengan emas. Bila gagasan Qaddafi terlaksana, Euro dan Dollar akan langsung kolaps. Serigala-serigala rakus (para kapitalis top dunia) tidak akan rela menukar emas mereka dengan minyak. Mereka ingin sistem dunia tetap berjalan sebagaimana hari ini: mereka bebas membeli emas dengan uang kertas yang harganya hanya setara dengan harga cetak uang kertas itu (=selembar kertas yang dicetak angka-angka tertentu di atasnya). Gagasan perlawanan dari Qaddafi adalah gagasan berbahaya, dan untuk itu dia harus disingkirkan. Untuk menutupi belangnya, mereka menamakan aksi mereka dengan istilah ‘humanitarian intervention', melakukan operasi militer demi kemanusiaan. Bahkan mengebom rumah Qaddafi dan menewaskan anak-cucunya pun dianggap sah.
Sekali lagi, kita tidak sedang membela Qaddafi, tapi dalam kasus ini, AS jauh, jauh, jauh lebih kotor dari Qaddafi.
Bagaimana dengan Syria? Bashir Al Asad bukan pemimpin suci yang harus dibela sampai mati. Tapi, Syria selama 60 tahun terakhir berada di kubu yang berbeda dengan AS. Syria berada di kubu yang sama dengan Hizbullah, Hamas, dan Iran untuk menentang Israel, ‘anak emas' AS. Mari kita pakai lagi tesis di atas, maka akan terbukti bahwa sekalipun Asad bukan pemimpin suci, tapi AS jauh,jauh, jauh lebih kotor.
Syria adalah sebuah negeri dengan tingkat pengangguran yang semakin hari semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh sikap Asad sendiri yang mau saja dibodoh-bodohi IMF. Syria adalah negara penerima petunjuk IMF: berusaha memperbaiki ekonomi dengan deregulasi keuangan, reformasi perdagangan, dan privatisasi, yang ujung-ujungnya hanya memperkaya yang kaya, dan memperbanyak kelas miskin dan pengagguran. Maka, memang wajar bila ada demo-demo menentang Asad.
Namun, ketika AS berkeras ingin menyingkirkan Asad dengan alasan demokrasi (padahal pada saat yang sama melindungi raja-raja Arab yang sudah jelas-jelas monarkhi dan despotik), maka, AS-lah yang jauh, jauh, jauh lebih salah. Benar bahwa ada sebagian rakyat Syria yang demo menentang Asad, tapi siapa mereka? Mengapa mereka juga bersenjata militer? Darimana senjata mereka? Mereka menembaki demonstran dan polisi, lalu mengapa media Barat tidak mengupas hal ini?
Pakar Timur Tengah, Michel Choosudovsky menulis ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa manipulasi dalam pemberitaan aksi demo di Syria. Bahkan media tidak memberitakan adanya demo besar-besaran pro Asad, dengan jumlah peserta yang jauh lebih besar daripada demo anti-Asad. Kenyataan bahwa Asad minta maaf kepada rakyatnya karena ada tentara yang bersikap keras menghadapi demonstran, menujukkan kualitas Asad: dia dengan segala kekurangannya sesungguhnya cinta kemanusiaan.
Asad adalah ‘bapak' bagi jutaan pengungsi Palestina dan Irak. Sejak 63 tahun yang lalu, Syria adalah tempat berlindung bagi orang-orang Palestina yang terusir dari tanah air mereka sendiri. Syria bahkan menjadi markas perjuangan Hamas untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Kondisi 500.000 pengungsi Palestina di Syria jauh lebih baik daripada kondisi pengungsi Palestina di Lebanon atau Jordan. Para pengungsi itu mendapat layanan kesehatan dan perumahan yang sama sebagaimana rakyat Syria.
Masih belum cukup, perang Irak pun membawa dampak membanjirnya pengungsi ke Syria. AS yang konon datang ke Irak untuk menyelamatkan rakyat Irak, justru telah menyebabkan 1,5 juta warga Irak terpaksa mengungsi, menjauhkan diri dari berbagai aksi kekerasan di Irak. Bagi Syria yang berpenduduk 18 juta jiwa itu, kedatangan 2000 pengungsi per hari (data tahun 2007), jelas memerlukan sebuah kelapangan hati yang luar biasa. Bandingkan dengan Mesir era Mubarak yang dengan bengis menutup pintu perbatasan Rafah, menghalangi pengungsi Palestina, yang sekarat sekalipun, untuk mendapatkan pertolongan.
Menurut UNHCR, kedatangan pengungsi dalam jumlah sangat besar itu menambah berat beban Syria karena mereka diberi layanan sebagaimana warga Syria: pendidikan, kesehatan, rumah, dan subsidi minyak. Tak heran bila Syria disebut sebagai negara yang terbaik di kawasan Timur Tengah dalam memberikan layanan sosial dan ekonomi bagi para pengungsi.
Dan kini, AS dan sekutu-sekutunya berupaya menggulingkan Assad dengan alasan demokrasi. Namun, alasan sesungguhnya adalah jelas: Asad adalah satu-satunya pemimpin Arab yang hingga hari ini tetap teguh menolak berdamai dengan Israel, Asad bahkan membantu Hizbullah untuk melawan invasi Israel ke Lebanon selatan, bahkan Asad menyediakan perlindungan bagi aktivis-aktivis top Hamas. Bagi Israel, Asad adalah duri dalam daging. Dan kepada AS-lah Israel meminta bantuan untuk menyingkirkan Asad. AS, lagi-lagi, menggunakan cara lama, membiayai kelompok-kelompok oposan di Syria untuk melawan Asad. Media pun digunakan untuk membesar-besarkan demo di Syria (bahkan dengan cara curang sekalipun, dengan menggunakan kamuflase gambar-gambar dan video). Bahkan, untuk kasus Libya dan Syria, justru Al Jazeera (yang sering dicitrakan sebagai media non-Barat) yang menjadi ujung tombak untuk menggalang opini dunia agar AS diberi hak untuk melakukan ‘humanitarian intervention': menyerbu Libya dan Syria, menggulingkan Qaddafi dan Asad, dan mengganti keduanya dengan pemimpin yang bisa ‘diatur'.
(Written by Dina Y. Sulaeman, based on article written by GRTV, Sara Flounders, and Michel Chossudovsky) (IRIB/22/5/2011)
Setelah tumbangnya kekuasaan dua diktator Arab, Zein El Abidine Ben Ali dan Hosni Mubarak, Presiden Tunis dan Mesir, kini giliran diktator Yaman yang dipaksa turun dari kekuasaan. Kekuasaan Ali Abdullah Saleh selama 32 tahun di Yaman harus berakhir dengan kondisinya yang terluka parah sehingga terpaksa dilarikan ke Arab Saudi untuk mendapat perawatan medis. Saleh terluka setelah istana kepresidenan dihujani serangan yang katanya dilakukan oleh sekelompok perwira militer yang membangkang. Keluarnya Saleh dari Yaman diikuti oleh keluarga yang menyusulnya ke Arab Saudi.
Berita kaburnya Saleh segera tersebar dan rakyat Yaman menggelar pesta berakhirnya kekuasaan sang diktator. Di tengah ingar bingar itu, media resmi pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa Saleh hanya menderita luka ringan akan segera kembali ke Yaman setelah mendapat perawatan secukupnya. Namun, berita-berita seputar serangan ke istana kepresidenan dan kondisi Ali Abdullah Saleh sampai saat ini masih diselimuti misteri. Namun dugaan yang paling kuat sementara ini adalah tumbangnya kekuasaan Saleh di Yaman. Pemerintah Arab Saudi sendiri terkesan menutup-nutupi kondisi kesehatan Saleh yang sebenarnya. Meski demikian ada sejumlah sumber yang menyebutkan kemungkinan tewasnya sang diktator.
Apa yang terjadi terhadap Ali Abdullah Saleh dan Yaman menunjukkan adanya skenario terselubung dari Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi sebagai sekutu dekatnya untuk membentuk sebuah opini umum demi mempertahankan kondisi yang selama ini ada. Bagi sekutu-sekutu dekat rezim Yaman, sudah maklum bahwa Ali Abdullah Saleh tak bisa dipertahankan untuk berkuasa lagi. Tak salah jika Arab Saudi dan AS melirik wakil Presiden Abdu-Rabbu Mansour Hadi untuk menggantikannya. Sosok inilah yang dipandang bisa menjamin kepentingan yang selama ini dilindungi oleh rezim Saleh. Dugaan adanya skenario itu menguat setelah tersebar berita pertemuan Mansour Hadi dengan Duta Besar AS di Yaman.
Seiring dengan itu, Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) yang sebelumnya sudah merumuskan proposal mengakhiri krisis di Yaman kembali ke tengah medan. P-GCC menyatakan siap menghidupkan lagi proposal yang sampai saat ini belum disetujui oleh rezim. Dalam proposal itu Saleh didesak mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya Mansour Hadi dengan jaminan kekebalan hukum bagi dirinya dan orang-orang dekatnya. Selanjutnya akan dibentuk pemerintahan transisi yang melibatkan kubu oposisi dan revolusi.
Keengganan Ali Abdullah Saleh untuk menyetujui proposal itu dan sikapnya yang bersikeras mempertahankan kekuasaan telah menyerat Yaman kepada kekacauan. AS dan sekutu-sekutunya khawatir Saleh tak mampu mengendalikan krisis yang ia ciptakan sendiri dengan banyaknya pihak di Yaman yang memilih bermusuhan dengannya. Kekhawatiran itulah yang mendorong Washington mendesak sang diktator untuk turun dari kekuasaan mengingat kubu oposisi sudah rela melunakkan sikap dan menekan tuntutannya. Tak ada pilihan lain bagi AS kecuali menyingkirkan Saleh supaya Yaman tidak keluar dari kendali AS dan Arab Saudi. Sebab, jika kekuasaan Saleh tumbang dalam gerakan rakyat, maka seluruh kendali atas negara itu akan jatuh sepenuhnya ke tangan kubu revolusi dan oposisi yang notabene berseberangan dengan AS.
Peristiwa yang terjadi pada hari Jumat 3 Juni sejalan dengan apa yang dimaukan oleh AS dengan keluarnya Ali Abdullah Saleh dari Yaman. Kejadian yang diwarnai dengan ledakan bom di istana kepresidenan Yaman itu akan selamanya menjadi rahasia sejarah negara itu. Banyak sisi yang kabur dalam insiden tersebut yang sampai saat ini belum ada penjelasan yang memuaskan terkait dengannya. Diantaranya adalah siapakah yang menyerang istana kepresidenan dan apa motif mereka? Senjata apakah yang digunakan dalam serangan dan peledakan itu? Mengapa saat kejadian itu Ali Abdullah Saleh berada di lokasi? Dan sejauh apakah luka yang diderita Presiden Yaman? Mungkinkah dia tewas dalam ledakan tersebut?
Ketidakjelasan itu sejalan dengan prakarsa Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) yang tak lain bertujuan melindungi kekuasaan rezim Yaman tanpa kehadiran Saleh. Jika sang presiden tewas atau tak mampu lagi mengendalikan pemerintahan, maka tak ada alasan bagi kubu revolusi untuk menyetujui prakarsa P-GCC. Sebab, mereka akan langsung melangkah untuk membentuk pemerintahan baru yang tidak sejalan dengan kepentingan AS. Untuk melindungi kepentingannya di Yaman pasca Saleh, AS perlu mengendalikan opini umum sehingga kubu oposisi dan pemuda revolusi bisa menerima prakarsa P-GCC dan komitmen melaksanakannya. Pengumuman kepergian Saleh ke Arab Saudi untuk perawatan dan kemudian berita akan kepulangannya ditujukan untuk menyiapkan opini umum tersebut.
Selama memerintah 32 tahun di Yaman, Ali Abdullah Saleh selalu menjadi sekutu yang baik bagi AS dan penjamin kepentingan Washington di Bab El Mandeb dan Laut Merah. Setelah peristiwa 11 September 2001 dan tahun-tahun berikutnya, Yaman berperan sebagai kawasan strategis bagi AS untuk apa yang disebut program perang anti teror. Menurut para petinggi AS, kondisi sosial dan kependudukan Yaman dengan sistem kesukuannya yang kental dan posisi geografisnya yang bersebelahan dengan Arab Saudi menjadikan negara ini sebagai salah satu sarang utama jaringan teroris Alqaeda. Kerjasama strategis antara AS dan rezim Ali Abdullah Saleh memberi keleluasaan kepada AS untuk menggempur wilayah mana saja di Yaman yang ditengarai sebagai sarang teroris kapan saja dimaukan. Kekerdilan diri rezim Yaman nampak ketika Ali Abdullah Saleh menyatakan siap menyebut operasi serangan ke sarang teroris sebagai operasi militer Yaman. Cara itu diharap bisa meredam gejolak protes rakyat yang mungkin terjadi.
Di sisi lain, Arab Saudi memandang bahwa kekuasaan rezim Ali Abdullah Saleh harus dipertahankan karena memiliki nilai strategis yang tinggi. Sebab, jatuhnya rezim ini yang tentunya akan diganti dengan pemerintahan yang dipilih rakyat akan mengancam kekuasaan rezim keluarga Saud. Berkat hubungannya yang dekat dan strategis dengan rezim keluarga Saud dan AS, Saleh diberi kesempatan untuk bermain dengan opini umum rakyat Yaman sampai AS menemukan calon yang tepat untuk menggantikannya. Ali Abdullah memang dikenal sebagai figur pemimpin Arab yang pandai berkelit dan mempermainkan opini rakyat. Kepiawaian itulah yang membuatnya bertahan sampai 32 tahun berkuasa di Yaman dan selamat dari berbagai percobaan teror.
Gerakan revolusi rakyat di Yaman dimotori oleh para pemuda terpelajar. Fenomena ini mengingatkan kepada gerakan rakyat yang terjadi di Tunisia dan Mesir yang sama-sama disponsori oleh kaum muda terpelajar dan mahasiswa. Para pemuda ini umumnya tidak terikat dengan partai politik tertentu. Mereka hanya bergerak untuk mewujudkan perubahan dengan mengerahkan massa ke jalan-jalan. Mereka bahkan mampu mengajak kekuatan-kekuatan lama politik untuk ikut mendukung gerakan ini. Mereka berhasil pula menyatukan kubu-kubu oposisi dan suku-suku Arab Yaman untuk bersatu mengusung misi yang sama yaitu menjatuhkan kekuasaan Ali Abdullah Saleh. Fenomena ini adalah yang pertama kali terjadi dalam beberapa puluh tahun terakhir.
Para pemuda revolusi di Yaman berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak terikat dengan kubu politik apapun. Mereka juga menentang perundingan yang dilakukan sebagian kelompok oposisi dengan pemerintah. Jika di Bahrain, rezim Arab Saudi berusaha mempertahankan kekuasaan Al-Khalifa lewat kekerasan dan pengiriman tentara, di Yaman yang dikerahkan oleh AS adalah P-GCC untuk terlibat melalui pendekatan diplomasi dan bertindak layaknya mediator. Mungkin apa yang dilakukan AS dan Arab Saudi bisa menunda keberhasilan gerakan rakyat Yaman ini, tapi semua langkah itu tak akan mencegah tegaknya demokrasi di sana.(irib/18/6/2011)
Tampaknya, 2011 menjadi tahun paling menentukan bagi Hollywood. Betapa tidak, di tahun ini Hollywood mengelontorkan dana besar-besaran yang menorehkan catatan baru dalam sejarah film. Tahun 2011, Hollywood memproduksi dan menayangkan sejumlah film best seller mengenai superhero yang laku keras tahun sebelumnya.
Fenomena ini sepertinya membenarkan sebuah pepatah terkenal Hollywood, "Jika bagus maka harus dilanjutkan !". Untuk itu, selama bertahun-tahun Hollywood gencar memproduksi film superhero yang laku keras di pasar industri film, dan terus berlanjut hingga tahun ini. Kisah superhero seperti dalam komik terus menjadi inspirasi film-film hollywood. Buktinya film seperti X-men, Super 8, Transformers, Harry Potter dan Captain America termasuk jajaran film-film best seller di AS dan dunia, yang kembali digarap lanjutannya tahun ini.
Sinema merupakan seni yang lahir dari rahim dunia modern, sekaligus menggambarkan pengalaman dan berbagai harapan insan industri hiburan itu. Sebagai wahana memproduksi ilusi, sutradara memanfaatkan sinema untuk menggiring pemirsa menuju dunia lain dan membenamkan pesan terselubung di benak mereka. Setelah keluar dari ruang sinema, penonton membawa gambaran yang ditanamkan dalam film yang ditontonnya itu menuju kehidupan nyata.
Selama bertahun-tahun pasca kelahiran sinema, kita menyaksikan tokoh hero yang sempurna dan tanpa cacat sedikitpun yang berperan menyelamatkan orang lain. tokoh fiktif seperti Robinhood, Spiderman, Superman, Batman, kemudian menyusul Ironman, Rambo, Terminator hingga Harry Potter dewasa ini telah menjadi ikon hero AS, bahkan mitos Negeri Paman Sam itu.
Berbeda dengan mitos di negara lainnya yang memiliki akar sejarah, AS yang tidak memiliki akar sejarah tua dan cemerlang, memproduksi mitos yang bukan berasal dari budaya dan sastra tapi dari budaya pop dan media hiburan.
Kini, mitos Amerika tersebut memainkan peran sebagai hero bangsa AS di milenium ketiga, melebihi sebelumnya dengan bantuan para pengambil kebijakan di negara ini. Lalu, siapa yang diselamatkan para hero ini ?
Realitasnya, tema "Perang Melawan Teror" yang diteriakkan Gedung Putih menyebabkan terbentuknya budaya takut di Amerika sendiri yang menjalar ke seluruh dunia. Bahkan pemerintah George W, Bush menjadikan perang melawan teroris sebagai sebuah perang suci nasional. Pasca peristiwa 11 September, ketakutan tersebut semakin menyebar luas, dan kian menjalar dengan bantuan sinema AS. Sebelumnya, Negeri paman Sam ini memproduksi hero yang berusia pendek. Namun kini, hero itu berumur panjang dan menjadi penyelamat rakyat Amerika.
Slogan, "Perang Melawan Teror" memasuki fase baru dengan menggunakan media sinema untuk memperkenalkan para hero baru. Semakin lama, slogan perang melawan teror menjadi sarana untuk mencapai tujuan lebih besar lagi. Buktinya, pasca peristiwa 11 September, Kongres mengizinkan pemerintah Bush menginvasi Irak dengan alasan menghancurkan senjata pemusnah massal. Slogan itu pulalah yang menyebabkan terpilihnya kembali Bush sebagai presiden AS pada tahun 2008. Kala itu, Bush meneriakkan slogan, "Sebuah bangsa yang sedang berperang, tidak akan mengganti pemimpin angkatan bersenjatanya !"
Kini, budaya takut telah menjadikan Amerika sebagai bangsa yang tidak memiliki tingkat kepercayaan diri. Amerika menjadi negara yang tidak aman dan dijangkiti berbagai penyakit mental. Kongres AS pada tahun 2003, mengeluarkan sebuah laporan tua yang menetapkan 160 tempat yang berpotensi besar menjadi sasaran teroris. Sebelumnya, data statistik menyebutkan lebih dari 1800. Namun pada akhir 2005 melonjak mencapai lebih dari 70 ribu. Terang saja, fakta ini menunjukkan terjadinya lonjakan penyakit mental yang diakibatkan semakin menjalarnya budaya takut di AS.
Setelah pemerintah, media massa dan industri intertainment berperan besar dalam menciptakan ketakutan bagi masyarakat AS dan dunia. Dengan memanfaatkan kondisi demikian, Hollywood dalam beberapa tahun terakhir kian gencar memproduksi para hero sebagai penyelamat AS. Bangsa Amerika tenggelam dalam bayangan para hero yang diciptakan sinemanya sendiri. Terang saja, mereka yang sudah kehilangan tingkat kepercayaan dirinya menyambut film-film semacam itu. Lalu muncul pertanyaan, siapa yang berada di balik produksi film hero itu ?
Di awal tahun 1930, bersamaan dengan kemunculan Nazi Jerman, Jerry Siegel
bersama Joe Shuster membuat tokoh fiktif superhero yang digdaya. Tokoh ini diperankan berperang melawan kejahatan dan setan. Ide ini diwujudkan dalam bentuk tokoh komik semacam superman. Sejumlah peneliti menilai Superman lebih banyak dipengaruhi oleh mitologi Yahudi. Orang yang menyelamatkan rakyat AS yang memiliki kekuatan di luar batas manusia, tidak lain dari Zionis yang mengklaim sebagai ras terbaik melebihi semua ras di dunia ini.
Beberapa waktu lalu, koran Haaretz mengakui bahwa kebanyakan superhero yang ada di dunia diciptakan oleh Yahudi. Superhero itu adalah realisasi mimpi kaum Yahudi yang membenamkan keyakinan mereka dalam tokoh fiktif yang serba super itu. Koran Zionis ini menyinggung peran Yahudi dalam genre buku mengenai superhero. Meski tokoh ini dari luar tampak bukan seperti Yahudi, namun jika diperhatikan lebih teliti, para penulis Yahudilah berada di balik terciptanya tokoh fiktif ini.
Menurut Haaretz, kebanyakan mereka adalah Yahudi kebangsaan AS. Mereka dalam berbagai bukunya menegaskan permusuhan dengan musuh seperti Hitler. Namun mimpi mereka berikutnya adalah menguasai AS yang tampak dalam tokoh fiktif rekaan mereka.
Superhero garapan para penulis dan sutradara Yahudi ini memiliki sejumlah karakteristik khusus, di antaranya memiliki kekuatan fisik yang luar biasa. Selain itu kebanyakan mereka datang dari langit, dan terkadang hasil dari sebuah uji laboratorium yang tidak disangka-sangka. Namun mereka memiliki satu tugas khusus yang sama, yaitu mengembalikan AS menuju tujuan utamanya dan rakyat terpesona atas tindakan pahlawannya itu.
Sinema Hollywood dewasa ini telah menjadi fenomena politis. Hollywood di era perang dingin, memproduksi film anti-komunis dan kini menjadi pendukung setia kebijakan luar negeri Washington. Film ini menggambarkan bahwa dunia senantiasa membutuh seorang penyelamat yang memiliki kekuatan super. Amerika senantiasa menjadi pemenang dan tidak pernah menjadi pecundang. Dalam literatur Hollywood, Amerika tidak pernah kalah dalam perang manapun.
Para analis berkeyakinan bahwa AS pasca perang dingin hingga kini menjadikan dirinya sebagai penyelamat dunia, untuk itu memiliki kekuatan yang luar bisa dan tak terbatas. Dengan cara ini, Hollywood menjustifikasi kekuatan militer dan diplomasi politik AS di dunia.
Kini, film Hollywood menjadi sarana untuk mengkampanyekan gaya hidup Amerika. Dengan demikian terdapat kaitan erat antara sinema Hollywood, masyarakat AS dan dunia. Hubungan ini menunjukkan sepak terjang haus perang AS dan budaya serta penguasaan ekonomi AS atas negara-negara dunia.
Sejatinya, hero Amerika dalam sinema Hollywood tampak dari luar sebagai penyelamat manusia. Namun sejatinya, jika ditelaah lebih cermat dari dalam, hero dalam sinema Hollywood tidak lebih dari manifestasi penguasaan ekonomi, budaya dan politik oleh Zionis di dunia. (IRIB/PH/NA/20/6/2011)
Umpat bailang lagi nah, sesama blogger Kalsel,,
Gabung jua lah di grup bubuhan blogger banua : http://www.facebook.com/home.php?sk=group_136297023107395
Makasih
misi...mau tanya post di balik "superhero" hollywood bs minta sumbernya? untuk kepentingan skripsi...makasi banyakk :)
Salam kenal dan Persahabatan dari kami team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com buat @Gaptek dan @anonymous, silahkan anda berkunjung di situs irib.ir dan dinasulaeman.wordpress.com, semoga bermanfaat...^_^...