Home , , , , , , , , � YAMAN : Skenario Amerika dan sekutunya + Zionis...TERBONGKAR....

YAMAN : Skenario Amerika dan sekutunya + Zionis...TERBONGKAR....

Hamas Kecam Pembakaran Masjid di Ramallah oleh Israel

Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) dalam statemen terbarunya mengecam aksi warga permukiman Zionis membakar sebuah masjid di Ramallah dan menulis slogan-slogan rasis pada dinding masjid tersebut. Hamas menilainya sama seperti penistaan nilai-nilai sakral agama Islam.

Kantor berita Fars melaporkan, Hamas dalam pernyatannya menegaskan bahwa kehadiran militer rezim Zionis Israel di dekat masjid tersebut sebelum terjadinya pembakaran masjid dan pencoretan slogan rasis itu, menunjukkan bahwa aksi tersebut memang telah direncanakan oleh rezim Zionis

"Kami tidak pernah takut menghadapi kejahatan militer Israel dan warga permukiman Zionis, bahkan aksi-aksi mereka justru membuat kami semakin komitmen dalam memperjuangkan hak dan tujuan-tujuan bangsa Palestna," ungkap Hamas.

Hamas juga meminta lembaga-lembaga HAM dan kemanusiaan untuk segera bertindak dalam rangka mendukung bangsa palestna dan nilai-nilai sakralnya di hadapan kejahatan dan premanisme Israel dan warganya.

Warga Palestiina di desa al-Mughir di dekat Ramallah mengatakan bahwa kemarin (7/6) warga permukiman Zionis membakar masjid di desa tersebut.

Jahad al-Nu'san, warga desa itu mengatakan, "Warga desa ketika bangun pagi, menyaksikan api telah melahap masjid tersebut. Namun sebelum seluruh masjid terbakar, warga berhasil memadamkan api."

Dijelaskannya, "Warga permukiman Zionis membakar ban-ban mobil di dalam masjid dan akibatnya hampir separoh masjid terbakar."
(IRIB/MZ/SL/8/6/2011)

Saleh Pergi, Rakyat Yaman Kini Tuntut Dewan Interim

Para demonstran Yaman berkonsentrasi di ibukota Sana'a menuntut pembentukan sebuah dewan interim untuk memblokir kepulangan Presiden Ali Abdullah Saleh ke negara itu.

Reuters (7/6) melaporkan, dalam upaya mengisi kekosongan kekuasaan di Yaman, ratusan demonstran, menuntut pembentukan sebuah dewan interim menyusul kepergian diktator Ali Abdullah Saleh ke Arab Saudi.

Ali Abdulah Saleh saat ini sedang mendapat perawatan medis intensif di Arab Saudi.

Saleh mengalami luka bakar parah dalam serangan terhadap istana presiden pada Jumat, 3 Juni.

Selasa (7/6) seorang pejabat Yaman yang menolak namanya dipublikasikan mengatakan, "40 persen tubuh Saleh terbakar."

Wakil Presiden Yaman, Abdrabuh Mansur Hadi pada hari Senin (6/6) menyatakan bahwa dalam beberapa hari Saleh akan kembali ke Yaman.

Namun, berbagai laporan lainnya menyebutkan bahwa Saleh tidak mungkin kembali ke Yaman dalam waktu dekat karena parahnya luka yang dideritanya.

Para pengunjuk rasa berkumpul di luar kediaman Wakil Presiden Abdrabuh Mansur Hadi dan menyerukan segera dilakukan transisi kekuasaan.

Abdullah al-Shrif, seorang demonstran mengatakan, "Kami menuntut dewan interim sebagai tujuan kedua dari revolusi. Sekarang setelah presiden pergi dan mudah-mudahan ia tidak akan kembali. Tujuan kedua itu merupakan tugas semua partai politik untuk membentuk dewan interim, yang dipimpin oleh wakil (Presiden). Oleh karena itu kami berdemo menuntut pembentukan dewan interim dan pembentuk pemerintah guna mengatur urusan negara."

Gelombang protes Yaman dimulai sejak akhir Januari, terinspirasi dari revolusi di Tunisia dan Mesir. Rakyat menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh meletakkan jabatannya setelah berkuasa selama lebih dari tiga dekade.
(IRIB/MZ/SL/8/6/2011)

Korut Diam-Diam Ujicoba Rudal di Laut Kuning

Korea Utara mengujicoba rudal jarak dekat barunya pekan lalu. Kantor berita AFP dari Seoul hari ini (Rabu, 8/6) melaporkan, ini merupakan ujicoba rudal pertama kalinya oleh Korea Utara dalam 19 bulan terakhir.

Pada saat yang sama, kantor berita Yonhap juga mengutip keterangan sumber-sumber intelejen melaporkan, "Korut pertengahan pekan lalu, mengujicoba rudal jarak dekat KN-06 di Laut Kuning."

Sumber itu menambahkan bahwa tampaknya dalam ujicoba tersebut, Korea Utara berusaha meningkatkan daya tempuh rudal itu. Menteri Pertahanan Korea Selatan, menolak berkomentar tentang berita tersebut.
(IRIB/MZ/SL/8/6/2011)

NATO Tolak Proposal Rudal Rusia

NATO secara tegas menolak proposal Rusia mengenai rencana aliansi militer Barat untuk menggelar sebuah sistem rudal kontroversial di Eropa Timur.

Moskow menyatakan bersedia untuk mencabut penentangannya terhadap instalasi sistem rudal, jika NATO memberikan jaminan hukum bahwa rudal itu tidak akan digunakan terhadap Rusia.

"Jalan yang paling menjanjikan menuju kepercayaan yang lebih besar adalah memperbanyak diskusi dan pertukaran pandangan," kata Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Interfax pada Selasa (7/6).

Rasmussen mengesampingkan formula hukum rumit, yang akan sulit untuk disetujui dan diratifikasi antara negara-negara anggota NATO dan Rusia.

Penolakan itu muncul menjelang pertemuan Dewan Rusia-NATO di Brussels pada hari Rabu (8/6), di mana Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Serdyukov akan berusaha untuk meyakinkan Barat guna menandatangani perjanjian kerjasama yang mengikat secara hukum.

Moskow menginginkan rincian tentang jumlah maksimum dan jenis rudal pencegat, kecepatan mereka serta lokasi rudal dan radar, yang akan ditetapkan dalam perjanjian.

Rasmussen menekankan bahwa ekspansi NATO ke timur tidak akan mengancam kepentingan Rusia, tetapi sebaliknya, proses itu sendiri akan bermanfaat bagi keamanan Euro-Atlantik, termasuk Federasi Rusia.

"Saya juga bisa menjamin Anda (Rusia). Saya telah mengatakan itu secara terbuka pada banyak kesempatan bahwa NATO tidak akan pernah menyerang Rusia dan kami yakin Moskow juga punya pandangan yang sama tentang NATO," katanya. (IRIB/RM/8/6/2011)

Wartawan AS: Barat tidak Punya Bukti Misi Militer Nuklir Iran

Wartawan investigasi AS, Seymour Hersh mengatakan, Barat tidak memiliki bukti yang menunjukkan bahwa Iran mengejar program nuklir militer.

"Inspektur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) tidak mampu menemukan bukti yang menunjukkan bahwa uranium yang diperkaya telah dialihkan ke program senjata terlarang," tulis Hersh dalam artikel terbarunya untuk majalah New Yorker.

Dia juga mengatakan, menurut National Intelligence Estimate AS baru-baru ini, tidak ada bukti bahwa Iran telah melakukan upaya untuk membuat sebuah bom nuklir. Demikian dilaporkan Press TV pada hari Selasa (7/6).

Wartawan pemenang hadiah Pulitzer ini menuturkan, meskipun rezim Zionis Israel menganggap Republik Islam Iran sebagai ancaman atas eksistensinya, namun banyak pakar Non-Proliferasi Israel sepakat bahwa Iran saat ini tidak memiliki senjata nuklir.

Hersh memperingatkan pemerintah AS untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan atas mantan diktator Irak Saddam Hussein delapan tahun lalu, kemudian menyerang Iran berdasarkan perkiraan keliru.

Di tengah kebuntuan Barat dengan Iran mengenai program nuklirnya, baik Tel Aviv dan Washington berulang kali telah mengancam Tehran dengan opsi serangan militer.

Iran mengatakan program nuklirnya adalah benar-benar untuk tujuan damai dan dalam kerangka Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Para pejabat Tehran juga menekankan bahwa setiap tindakan agresi oleh AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, akan direspon secara serius. Ditambahkannya, setiap tindakan seperti itu bisa mengakibatkan perang yang akan menyebar ke luar Timur Tengah. (IRIB/RM/8/6/2011)

Ahmadinejad kembali Bongkar Skenario AS

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad memperingatkan rencana busuk Amerika Serikat untuk menabur perselisihan dan menekan gelombang kebangkitan rakyat di Timur Tengah.

"AS ingin menekan gerakan rakyat dan menabur perpecahan di kawasan dalam rangka membuka jalan bagi kehadirannya," ujar Ahmadinejad dalam konferensi pers pada hari Selasa (7/6) di Tehran.

"AS bukan teman yang baik. Satu-satunya yang mereka kejar adalah kepentingan ilegalnya. Kita telah menyaksikan bahwa sejak Perang Korea sampai hari ini, semua perang AS adalah melawan sekutunya sendiri," jelasnya.

Menurut Ahmadinejad, Washington telah berlaku sangat tidak adil terhadap sekutu-sekutunya dan mencabut dukungannya kepada mereka demi kepentingannya sendiri.

Pada bagian lain pernyataannya, Ahmadinejad menandaskan bahwa pembentukan rezim Zionis Israel ditujukan untuk mengembangkan dominasi AS di Timur Tengah.

Ia mendesak negara-negara regional untuk membantu membebaskan Palestina dan menekankan bahwa Israel akan membahayakan keamanan kawasan selama masih menempati bagian terkecil dari tanah Palestina.

Ahmadinejad juga mengimbau negara-negara Amerika Latin untuk bangkit melawan arogansi global. Dikatakannya, "Jika kita semua bangkit bersama, maka kematian imperialisme dan kolonialisme semakin dekat." (IRIB/RM/8/6/2011)

Iran: Amano di Bawah Tekanan AS

Yukiya Amano

Anggota senior parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi mengatakan, klaim baru-baru ini kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) tentang isu nuklir Iran dikeluarkan di bawah tekanan AS.

"Klaim Dirjen IAEA, Yukiya Amano tentang misi militer kegiatan nuklir Iran telah dibuat di bawah tekanan politik AS," ujar Boroujerdi, kepala Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran pada hari Selasa (7/6).

Pernyataan itu disampaikan sehari setelah Amano mengklaim IAEA telah menerima informasi baru yang tidak spesifik, yang mengindikasikan bahwa Iran mungkin tidak hanya mengembangkan program nuklir untuk tujuan sipil.

"Sebagai dirjen IAEA, Amano belum mampu mempertahankan sikap independen dalam memimpin organisasi penting internasional, dan telah berubah menjadi orang yang terpengaruh oleh tekanan AS," sesal Boroujerdi seperti dikutip IRNA.

Menurutnya, IAEA adalah organisasi yang paling penting untuk mengawasi kegiatan nuklir dan ketergantungan pemimpinya kepada AS adalah sebuah kepincangan.

Amerika Serikat, rezim Zonis Israel dan sejumlah sekutunya menuduh Tehran mengejar sasaran militer dalam program nuklirnya. Sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota IAEA, Iran menyatakan memiliki hak untuk mengembangkan dan memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai. (IRIB/RM/8/6/2011)

40 Persen Tubuh Presiden Saleh Terbakar

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menderita luka lebih serius dari yang pertama kali dilaporkan dalam serangan roket ke istananya, seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan.

Pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim, menuturkan pada hari Selasa (7/6) bahwa Saleh mengalami luka bakar yang mencakup lebih dari sekitar 40 persen tubuhnya, menurut laporan Reuters.

Dia juga menderita luka pecahan mortir dalam serangan roket ke istananya, wajahnya mengalami luka bakar serius, pejabat itu menambahkan.

Pemimpin Yaman saat ini sedang menerima perawatan medis di Arab Saudi. Sementara wakilnya mengatakan pada hari Senin bahwa Saleh akan kembali ke Yaman dalam beberapa hari mendatang.

Namun, mengingat luka serius yang diderita Saleh, maka dia tidak akan kembali ke Yaman dalam waktu dekat. Pihak oposisi juga mengatakan akan berupaya maksimal untuk mencegah kembalinya penguasa despotik dari Arab Saudi. (IRIB/RM/8/6/2011)

Ahmadinejad: AS Ingin Sabotase Fasilitas Nuklir Pakistan

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, Amerika Serikat berencana untuk menyabotase fasilitas nuklir Pakistan dalam upaya melemahkan pemerintah dan bangsa Pakistan.

"Kami memiliki informasi akurat, dalam rangka untuk memperoleh dominasi atas Pakistan dan melemahkan pemerintah dan bangsa negara itu, Amerika ingin menyabotase fasilitas nuklir Pakistan," ujarnya.

"Langkah itu juga bertujuan membuka jalan bagi perpanjangan kehadiran AS dan memperlemah pemerintahan nasional Pakistan melalui Dewan Keamanan PBB dan beberapa organisasi internasional," tambah Ahmadinejad dalam konferensi pers pada hari Selasa (7/6).

Presiden Iran mencatat bahwa kolonialis memanfaatkan peristiwa 11 September sebagai dalih untuk memulai invasi militer terbesar di Timur Tengah guna memulihkan krisis ekonominya dan menyelamatkan rezim Zionis Israel, sebagai landasan utama kolonialisme ultra-modern.

Pada bagian lain pernyataannya, Ahmadinejad menandaskan, Washington berencana untuk memperoleh popularitas di Timur Tengah dengan berpura-pura mendukung rakyat Bahrain.

Ahmadinejad menjelaskan, Amerika, yang mendukung aksi kekerasan di Bahrain, kini ingin tampil sebagai pendukung rakyat Bahrain dan menekan penguasa Manama untuk membuat konsesi dan mengembalikan hak-hak rakyat.

Menurutnya, dengan cara itu, AS ingin memperoleh popularitas di tengah bangsa-bangsa regional dan menunjukkan diri sebagai pendukung hak-hak rakyat. Ditegaskannya, masalah Bahrain bukan antara rakyat dan pemerintah, namun pangkalan militer AS, yang menjadi sumber masalah.

Dia menegaskan bahwa jika saat ini rakyat Bahrain berada di bawah tekanan, atau jika pemerintah Manama bangkit melawan rakyatnya demi mempertahankan pangkalan AS, itu semua karena AS dan kepentingan ilegalnya. (IRIB/RM/8/6/2011)

Yaman Masa Depan yang Tak Jelas

Ali Abdullah Saleh

Dengan larinya Ali Abdullah Saleh ke luar negeri, pembahasan yang saat ini menghangat di Yaman adalah soal mekanisme pengelolaan negara dan masa depan politik negara itu. Secara lahiriyah, pemerintahan memang sedang dijalankan oleh Wakil Presiden Abduraboo Mansur Hadi, namun kubu oposisi yang menentangnya menuntut pembentukan pemerintahan transisi sesegera mungkin. Komite Pemuda Yaman, kelompok yang paling berpengaruh dalam revolusi di Yaman ini dalam sebuah statemennya menekankan pembentukan segera Dewan Transisi Nasional yang melibatkan banyak pihak dan penyusunan undang-undang dasar yang baru.

Kubu oposisi berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengambil alih kevakuman politik di Yaman pasca kepergian Saleh. Di tengah medan, kondisi keamanan masih panas yang membuat banyak kalangan memandang cemas akan masa depan negara ini. Meski Ali Abdullah Saleh, seperti diberitakan, sudah melarikan diri ke Arab Saudi, namun putranya yang bernama Ahmad masih berada di Yaman.

Di saat yang sama, Yahya Mohammad Saleh, keponakan sang diktator masih memimpin pasukan keamanan pusat dan pasukan anti teror. Sementara, saudaranya yang bernama Tareq masih tetap memimpin pasukan pengawal khusus. Ini berarti, sebagian besar kekuatan militer dan keamanan masih berada di tangan orang-orang dekat Saleh. Dengan demikian, ancaman dan bahaya yang selama ini membayangi revolusi rakyat Yaman masih belum sirna.

Kondisi semakin diperparah oleh munculnya friksi internal di dalam suku Hashid yang belakangan ini terlibat bentrokan bersenjata dengan pasukan loyalis rezim. Di wilayah selatan, suku-suku kecil yang bekerjasama dengan kelompok Al Qaeda juga berhasil menguasai beberapa daerah. Seiring dengan itu, pihak-pihak asing seperti Arab Saudi dan AS berusaha memalingkan revolusi ini untuk dimanfaatkan sesuai kepentingannya.

Yang pasti perkembangan terbaru menunjukkan bahwa rakyat revolusioner Yaman masih harus menghadapi banyak rintangan dan tantangan. Sekarang, sejumlah media massa asing berusaha mengesankan bahwa kepergian Ali Abdullah Saleh bakal berakibat pada pecahnya perang saudara di Yaman. Akan tetapi fakta sebenarnya adalah bahwa Saleh bukan pemimpin yang disukai rakyatnya. Bukan hanya rakyat, suku-suku Arab Yaman yang asalnya mendukung kini berbalik menolak sang diktator.

Tak boleh dilupakan bahwa Yaman adalah negara dengan sistem kesukuan yang kuat. Masing-masing suku yang berpengaruh akan meminta bagian dalam pemerintahan mendatang. Karena itu, kubu revolusi mesti bermain cantik dan bersikap bijak, apalagi mayoritas kekuatan militer masih berada di tangan orang-orang dekat Saleh. (IRIB/AHF/7/6/2011)

TV Turki: Presiden Yaman Tewas

Televisi NTV Turki melaporkan bahwa Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah tewas. IRNA mengutip televisi tersebut melaporkan dari Ankara, oposisi pemerintah Yaman menyatakan bahwa Saleh tewas dalam serangan pasukan oposisi ke Istana Presiden.

Sementara itu, televisi milik pemerintah Yaman, Jumat (3/6) melaporkan bahwa Presiden Saleh telah dipindahkan ke suatu tempat yang aman dan dia kini dalam kondisi baik.

Menurut seorang pejabat yang tidak disebut namanya, Presiden Saleh hanya menderita luka ringan di sekitar leher dan telah mendapat perawatan di istananya. Serangan roket kelompok oposisi itu telah menewaskan sedikitnya empat tentara pengawal presiden dan tujuh pejabat tinggi lainnya terluka.

Serangan hari Jumat ke Istana Presiden Yaman itu merupakan gempuran pertama yang langsung ditujukan ke istana, sejak pertempuran mengguncang Sanaa pada 23 Mei silam.

Serangan roket oleh kelompok oposisi tersebut terjadi akibat militer Yaman menyerang rumah dua kepala suku oposisi dan rumah seorang jenderal yang membelot. Ketiga rumah itu rata dengan tanah. (IRIB/RM/4/6/2011)

Ulama Mesir Serukan Perlawanan Anti Israel

Seorang ulama senior Mesir memuji langkah yang diambil dalam membangun kembali hubungan antara Iran dan Mesir serta menyerukan seluruh umat Islam untuk membentuk sebuah front persatuan melawan rezim Zionis Israel.

Jamaluddin Quthb, imam shalat Jumat Kairo dan guru di Universitas al-Azhar, menyesalkan ketidakmampuan umat Islam dalam menghadapi kekejaman Israel terhadap bangsa Palestina meskipun komunitas Muslim tergolong besar, IRNA melaporkan pada hari Jumat (3/6).

"Muslim mendiami 54 negara di dunia, tapi mereka tidak punya kekuatan, sementara Zionis meskipun populasinya kecil, namun mereka mampu menggertak 1,5 miliar umat Islam," kata Quthb.

Ulama Mesir ini mendesak solidaritas di tengah umat Islam sehingga mereka bisa mencapai kemajuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, politik dan militer.

"Jika kita bisa memperkuat diri dalam segala aspek, maka kita akan mampu membuat Zionisme global menggigit jari," tegasnya.

Quthb lebih lanjut menyoroti era revolusi di Mesir dan Iran dan memuji hubungan dekat antara Republik Islam Iran dan Mesir pasca-revolusi. "Bangsa Iran pada 11 Februari 1979 dan bangsa Mesir pada 11 Februari 2011, memperoleh kemenangan atas penguasa tiran dan kita menilai kesamaan ini sebagai pertanda baik," tambahnya.

Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar selain melihat bangsa Mesir dan Iran hidup berdampingan setelah mereka terbebas dari tirani untuk mewujudkan persatuan umat Islam dan kemuliaan Islam, ujarnya. (IRIB/RM/4/6/2011)

Ahmadinejad Serukan Perlawanan Anti Hegemoni

Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, front arogan dunia berada di ujung jalan. Ditambahkannya, "Pihak arogan saat ini adalah penghalang terakhir front tauhid dan jika kita berhasil melewatinya, maka gerakan tauhid untuk mencapai kebahagiaan akan berjalan mulus."

Sebagaimana dilaporkan IRNA, Ahmadinejad, Jumat malam (3/6) pada acara Peringatan Haul Imam Khomeini ra ke-22 di kompleks makam ulama besar itu, menuturkan, Amerika Serikat yang berada di puncak seluruh pemerintah arogan, akan lenyap dan segera runtuh.

Seraya menjelaskan bahwa imperialisme modern mulai memasuki arena dengan topeng baru, Ahmadinejad menegaskan, tujuan mereka tetap ingin memulihkan ekonomi AS yang diterpa krisis dan menyelamatkan rezim Zionis Israel.

Dalam pernyataan yang ditujukan kepada bangsa Iran, Ahmadinejad menandaskan, bangsa Iran harus waspada dan perlu mengetahui bahwa arah dan jalur utama dalam memerangi arogansi adalah perang melawan hegemoni AS dan eksistensi Israel. "Selama Zionis masih menduduki bahkan satu jengkal dari tanah Palestina, maka wilayah kita tidak akan pernah tenang," tegasnya.

"Seluruh bangsa dunia perlu bergerak untuk melenyapkan AS dan Israel," tandas Ahmadinejad menyeru bangsa-bangsa merdeka di dunia. Menurutnya, ide-ide kediktatoran muncul dari sistem arogan.

"Di negara-negara yang dikuasai oleh sistem arogan, maka kediktatoran berada di puncak kekuasaan. Rakyat di sana tidak diberi hak untuk mengeluarkan aspirasinya menyangkut berbagai isu, termasuk masalah Holocaust," jelasnya.

Pada bagian lain pidatonya, Ahmadinejad menuturkan, perjalanan waktu menjadikan Imam Khomeini ra semakin hidup dan gemilang. Umat manusia dari hari ke hari juga semakin membutuhkan pemikiran-pemikiran beliau.

Menurut Ahmadinejad, karakteristik pertama Bapak Pendiri Republik Islam Iran ini adalah keikhlasan dalam beramal. Ditambahkannya, semua pekerjaan Imam dilakukan karena Allah Swt.

"Sifat lain Imam Khomeini ra adalah keberanian. Imam pernah berkata bahwa jika Khomeini ra tinggal seorang diri, maka ia akan tetap melawan seluruh hegemoni kaum arogan," jelas Ahmadinejad.

Lebih lanjut, Ahmadinejad mengatakan, Imam Khomeini ra memiliki pandangan global dan berpikir untuk menyelamatkan seluruh bangsa serta mendirikan pemerintahan global dan menumbangkan sistem-sitem arogan di seluruh penjuru dunia. (IRIB/RM/4/6/2011)

Ben Eliezer: Netanyahu Seret Israel ke Arah Tragedi

Binyamin ben Eliezer

Anggota parlemen Israel (Knesset), Binyamin ben Eliezer, mengkritik politik Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu dan menilai bahwa politiknya telah menyeret Israel ke jurang tragedi.

Ben Eliezer, yang juga mantan menteri perdagangan dan industri Israel dalam wawancaranya dengan Radio Israel (7/6), mengecam politik Netanyahu yang dinilainya sangat merugikan Israel.

Menyinggung aksi protes para pengungsi Palestina di Dataran Tinggi Golan di perbatasan antara Suriah dan Israel pada peringatan hari Naksa (Ahad, 5/6), ben Eliezer mengatakan, "Israel tidak mereaksi dan membalas aksi demo di dekat perbatasannya."

Ben Eliezer juga menilai politik Tel Aviv dalam menghadapi para pengungsi Palestina dan demonstrasi mereka, gagal total. Ditambahkannya, "Israel juga gagal dalam menjelaskan operasi militernya dan juga aksi penembakan terhadap para demonstran Palestna hingga terjadi bentrokan."

Di bagian lain pernyataannya, ben Eiliezer menyinggung upaya para pejabat Palestina di PBB mendapatkan pengakuan internasional terkait kemerdekaannya pada sidang September mendatang, seraya mengatakan, "September mendatang kita akan menyaksikan "peristiwa mengerikan" yang akan menimbulkan kerugian besar di bidang ekonomi bagi Israel.

Rentetan aksi brutal Israel dalam beberapa waktu terakhir, dinilai akan mempengaruhi nuansa sidang Majelis Umum PBB pada bulan September mendatang, dan menguntungkan pihak Palestina.

Ben Eliezer menilai pemerintah Israel pimpinan Benyamin Netanyahu telah melakukan semua kekeliruan yang dapat dilakukan dan hal ini menyeret rezim Zionis ke arah tragedi.
(IRIB/MZ/SL/7/6/2011)

Ban: Arab Harus Dengarkan Tuntutan Rakyat Sebelum Terlambat

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon, mengimbau para pemimpin Arab untuk mendengarkan tuntutan kebebasan dan demokrasi rakyat, sebelum terlambat.

IRNA melaporkan, hal itu dikemukakan Ban pagi ini (7/6) di markas besar PBB di New York.

Ditanya terkait transformasi di Timur Tengah, Ban mengatakan, "Dalam kunjungan saya ke kawasan, saya telah mengatakan dengan jelas kepada para pemimpin Arab, ini merupakan peluang langka demi kemajuan demokrasi dan kebebasan. Dan PBB akan mendukung penuh."

Terkait Bahrain, Ban menegaskan, "Kami menyambut pencabutan kondisi darurat militer di negara tersebut. Namun kami kembali menekankan bahwa segala bentuk kesepakatan harus memenuhi seluruh tuntutan legal rakyat Bahrain dan harus berubah menjadi perundingan yang berarti dan nyata."

Mengenai krisis di Libya, Sekjen PBB menandaskan, "Abdullah al-Khatib, Utusan Khusus PBB, besok (8/6) akan berkunjung ke Tripoli untuk bertemu dengan kedua pihak yang bertikai, dan memberikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB pekan depan."

Seorang wartawan bertanya kepada Ban, "Apakah Anda memperhatikan berbagai pelanggaran HAM di seluruh negara termasuk di lima negara anggota tetap Dewan Keamanan? Atau apakah karena mereka memilih Anda, mereka terkecualikan?"

Ban menjawab, "Semua negara sama dalam menghormati HAM."

Adapun terkait program perdamaian Timur Tengah (Israel dan Palestina), Ban menjelaskan, "Kedua pihak harus kembali ke meja perundingan dan kedua negara, Israel dan Palestina, harus dapat hidup bersanding dengan damai dan aman."

Seorang wartawan lain menanyakan sikap Ban terkait serangan brutal tentara rezim Zionis Israel terhadap para pengungsi Palestina di perbatasan antara Suriah dan Palestna pendudukan. Tanpa mengecam aksi sadis Israel, Ban hanya mengatakan, "Saya kembali menekankan bahwa kedua pihak saling bertanggung jawab atas tumpahnya darah warga sipil."

Ahad (5/6) para pengungsi Palestina menggelar demo anti-Israel di Dataran Tinggi Golan, pada hari Naksa yang menandai 44 tahun pendudukan Baitul Maqdis oleh Israel. Tentara Zionis menembak mati 23 warga Palestina dan mencederai 350 orang lainnya.

Brutalitas militer Zionis itu terjadi hanya selang tiga pekan dari pembantaian terhadap para pengungsi Palestina di Lebanon dan Suriah yang memperingati Hari Nakba (Hari Petaka Palestina) pada tanggal 15 Mei lalu.
(IRIB/MZ/7/6/2011)

Talak Amerika, Venezuela Teken Kontrak Besar dengan Brazil

Chavez (kiri) dan sejawatnya dari Brazil, Dilma Rousseff

Brazilia dan Karakas menandatangani perjanjian di bidang minyak, infrastruktur pertanian, dan bioteknologi dalam kunjungan resmi Presiden Venezuela, Hugo Chavez ke Brazil.

Dalam kunjungan sehari itu, kedua negara menandatangani 10 kesepakatan Senin (6/7) yang meliputi beberapa kesepakatan soal pendanaan dua perusahaan raksasa Petroleos de Venezuela (PDVSA) dan Bank Pembangunan Sosial Brazil (BNDES), seorang koresponden Press TV melaporkan.

PDVSA adalah mitra dalam perjanjian minyak senilai milyaran dolar di Brazil yang didanai oleh BNDES.

Perjanjian tersebut juga mencakup pendanaan sebuah galangan kapal di Venezuela milik Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika Kita (ALBA). ALBA terdiri dari Antigua dan Barbuda, Bolivia, Kuba, Dominika, Ekuador, Nikaragua, dan St Vincent dan Grenadines.

Presiden Brazil, Dilma Rousseff dan Chavez juga menandatangani nota kesepahaman pada pengembangan industri dan pertanian.

"Venezuela ingin memperkuat industri dan pertanian, memperkuat infrastruktur dan nilai tambah pada sumber daya alam besar yang ada,"dan Brazil bersedia dan mampu memberikan kontribusi dalam upaya itu," kata Rousseff dalam konferensi persnya bersama Chavez

Venezuela juga mempertimbangkan pembelian 30 pesawat produksi perusahaan Brazil, Embraer.

Chavez menegaskan bahwa Venezuela dan Brazil menciptakan model baru kerjasama "yang tidak terbatas pada persaingan."

Sebelumnya, Venezuela memutuskan hubungannya dengan Amerika Serikat setelah Washington mengenakan sanksi terhadap perusahaan minyak milik negara itu karena memasok bensin ke Iran. Venezuela resmi membekukan hubungan dengan AS pada hari Ahad (5/6).

Pada tanggal 24 Mei, AS memberlakukan sanksi terhadap perusahaan minyak raksasa Venezuela, Petroleos de Venezuela (PDVSA) karena memberikan bensin dan produk minyak sulingan ke Iran.
(IRIB/MZ/SL/7/6/2011)

Gaddafi: Saya Tidak Akan Meninggalkan Libya

Televisi Aljazeera hari ini (Rabu, 8/6) menyiarkan pernyatan terbaru diktator Libya, Muammar Gaddafi.

Dalam rekaman suara yang ditayangkan oleh televisi nasional Libya Selasa malam (7/6), Gaddafi menyatakan tidak akan meninggalkan Libya meski dalam kondisi seperti apa pun. Dikatakannya, "Hidup dengan kemenangan tidak penting bagi saya, namun yang terpenting adalah melaksanakan tugas di hadapan negaranya, baik harus mati, bunuh diri, atau menang di jalan tersebut."

Ditekankan Gaddafi bahwa satu-satunya jalan baginya adalah tetap berada di Libya sampai detik akhir.

Dalam beberapa pekan terakhir, Gaddafi menghadapi eskalasi serangan udara pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terhadap kota Tripoli, khususnya terhadap kompleks Bab al-Aziziyah, tempat kediaman Gaddafi dan keluarganya. Selama itu pula, Gaddafi tidak tampil di televisi seperti yang sebelumnya sering dilakukannya.

Ditujukannya kepada pasukan NATO yang menginginkan dirinya meletakkan jabatan, Gaddafi menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan menyerah di hadapan NATO dan pasukan asing tidak akan mampu mengalahkan bangsa Libya.

Gaddafi bersikeras akan tetap berada di Libya dan tidak akan pernah menyerah.

"Saya tidak akan menjual negara saya," kata Gaddafi.

"Jutaan rakyat Libya di timur dan barat atau di kawasan yang di sana ada kelompok bersenjata, pada akhirnya akan memaksa kelompok-kelompok bersenjata itu untuk melucuti senjata mereka tanpa perang dam roket-roket NATO tidak akan mampu membebaskan mencegah gerakan pembebasan seluruh wilayah Libya."
(IRIB/MZ/SL/8/6/2011)

Ahmadinejad: Kami Punya Bukti AS Akan Sabotase Nuklir Pakistan

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad menyatakan, Amerika Serikat berencana melakukan sabotase terhadap fasilitas nuklir Pakistan dalam upaya melemahkan pemerintah dan bangsa Pakistan.

Hal itu dikemukakan Ahmadinejad kemarin (7/6) dalam jumpa persnya di Tehran. Dikatakannya. "Kami memiliki informasi yang akurat bahwa untuk mendominasi Pakistan serta dalam rangka melemahkan pemerintah dan bangsa Pakistan, Amerika akan melakukan sabotase terhadap fasilitas nuklir Pakistan. Sabotase itu akan membuka jalan bagi berlanjutnya kehadiran AS dan pelemahan kekuatan pemerintahan dengan memanfaatkan Dewan Keamanan dan sejumlah organisasi internasional."

Presiden Iran mencatat bahwa kekuatan penjajah menggunakan peristiwa serangan 11 September sebagai dalih untuk memulai invasi militer terbesar di kawasan [Timur Tengah] dalam rangka "menyelamatkan diri dari krisis ekonomi yang diderita dan juga rezim Zionis (Israel) sebagai pondasi kolonialisme ultra-modern. "

Pada hari yang sama, dalam konferensi pers lain, Ahmadinejad mengatakan bahwa Washington berupaya menggalang popularitas di Timur Tengah dengan berpura-pura mendukung rakyat Bahrain.

Amerika, menurut Ahmadinejad, yang telah menilai diri mereka berhak menghadapi rakyat Bahrain, kini ingin berlaku sebagai pendukung Bahrain dan menekan para penguasa negeri itu menentukan konsesi dan mengembalikan sebagian hak-hak rakyat dan dengan cara ini masalah terselesaikan.

Ahmadinejad menilai Amerika Serika sedang berupaya menggalang popularitas di antara bangsa-bangsa regonal dan memperkenalkan diri sebagai pendukung hak-hak rakyat.

Ahmadinejad mencatat bahwa bagi Amerika Serikat masalah Bahrain bukan antara rakyat dan pemerintah, namun nasib pangkalan militer AS di negara itu.

Ditegaskannya, "Jika rakyat Bahrain saat ini berada di bawah tekanan, atau jika pemerintah Bahrain tengah menghadapi penentangan rakyatnya karena pangkalan militer Amerika, itu semua diakibatkan oleh Washington dan kepentingan ilegalnya.
(IRIB/MZ/SL/8/6/2011)

Ahmadinejad: Kereta Program Nuklr Kami Tidak Memiliki Rem

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad mengecam di Badan Energi Atom Internasional (IAEA) karena bertindak sebagai sarana penawaran bagi AS, seraya mendesak lembaga ini untuk tidak terpengaruh oleh tekanan politik.

"(Direktur Jenderal IAEA) Yukiya Amano bergerak ke arah merusak reputasi lembaga tersebut ... Badan ini menerima instruksi dari Amerika Serikat," kata Presiden Ahmadinejad dalam konferensi pers Selasa di Teheran.

Pernyataan Ahmadinejad itu mengemuka sehari setelah Amano mengklaim bahwa IAEA telah menerima informasi tidak spesifik baru yang menunjukkan bahwa Iran kemungkinan "tidak hanya mengembangkan energi nuklir untuk tujuan sipil."

Dirjen IAEA juga menuding Teheran tidak bekerja sama dengan para pakar nuklir internasional.

Namun Ahmadinejad membantah tuduhan itu seraya menegaskan bahwa "statemen itu tidak memiliki bobot hukum dan selain dari merusak reputasi lembaga tersebut, juga tidak akan memiliki hasil lain."

Dia menekankan bahwa Iran akan terus melanjutkan program nuklirnya dan hanya Republik Islam akan bekerjasama dengan IAEA jika lembaga itu berlaku adil.

Presiden Ahmadinejad juga mengkritik sejumlah negara Barat yang memanipulasi isu nuklir Iran hanya sebagai "taktik politik" seraya menekankan, "Saya kembali menekankan bawah kereta nuklir Iran tidak memiliki rem dan tidak ada gigi mundur."

"Barat, khususnya AS dan sekutunya, tidak tertarik pada kemandirian dan kemajuan bangsa-bangsa ... Ini adalah alasan di balik permusuhan mereka terhadap kami," tegas Ahmadinejad.

Presiden Iran lebih lanjut menegaskan bahwa tidak ada tawaran dari Kelompok 5 +1 (Rusia, Cina, Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat ditambah Jerman ) yang dapat membujuk Iran untuk menghentikan pengayaan uraniumnya.

"Mesin-mesin sentrifugal saat ini tengah bekerja sementara mesin sentrifugal generasi baru sedang dikembangkan," ungkap Ahmadinejad seraya menjelaskan bahwa tidak ada "masalah teknis" pada program nuklir Teheran.

Di bagian lain pernyataannya, Ahmadinejad menekankan bahwa Iran memiliki "kerjasama terbaik" dengan IAEA dan menyatakan siap untuk melanjutkan kerjasama dengan badan tersebut jika IAEA merubah cara-cara pendekatan hegemoninya.

Iran berulang kali menolak tuduhan Barat bahwa Teheran tengah mengacu program nuklir militer. Para pejabat Iran mengaskan bahwa sebagai anggota IAEA dan penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), ia berhak terlibat dalam kegiatan nuklir untuk tujuan damai.

IAEA secara rutin melakukan pemeriksaan ketat terhadap fasilitas nuklir Iran. Hingga kini IAEA tidak menemukan bukti adanya penyimpangan pada program nuklir Iran.
(IRIB/MZ/SL/8/6/2011)

0 comments to "YAMAN : Skenario Amerika dan sekutunya + Zionis...TERBONGKAR...."

Leave a comment