Home , , , , , , � Masa Depan Kelam Para Penguasa Saudi di Mata Media AS

Masa Depan Kelam Para Penguasa Saudi di Mata Media AS

Pelarian para diktator regional ke Riyadh, kegagalan politik Arab Saudi di Organisasi Negara-Negara Pengeskpor Minyak (OPEC), kehadiran Iran sebagai rival strategis, serta kegagalan Riyadh dalam memperluas Dewan Kerjasama Teluk Persia, semuanya menggambarkan masa depan suram dan berbahaya bagi para pangeran tua di Arab Saudi.

Majalah Foreign Policy dalam ulasan yang ditulis Simon Henderson menyebutkan, Arab Saudi sebagai pusat spiritual dunia Islam dan pengekspor minyak dunia, serta pemimpin dunia Arab, selalu menjadi sentra perhatian. Namun tahun ini, nama negara tersebut diingat di saat dunia Islam tengah mencari pemimpin baru di tempat lain.

Pelindung Para Diktator

Mungkin kondisi yang ada saat ini lebih buruk bagi Arab Saudi. Zine el-Abidin Ben Ali, mantan presiden Tunisia, pada bulan Januari lalu, meninggalkan negaranya setelah instabiltas semakin lepas kontrol. Ia bernaung di kota Jeddah, Arab Saudi. Kini pemerintahan baru Tunisia menuntut ekstradisi Ben Ali untuk diadili. Pada bulan Februari, mantan diktator Mesir, Hosni Mubarak, yang merupakan sekutu lama Arab Saudi juga terpaksa meletakkan jabatannya pasca protes massif rakyat selama 18 hari. Washington secara gradual melepaskan dukungannya terhadap Mubarak. Setelah itu, pada Maret lalu, ketika rakyat Bahrain menuntut dibentuknya pemerintahan konstitusional, pasukan anti huru-hara Saudi bersama dengan tank-tanknya memasuki Bahrain.

Amerika Berpaling dari Para Penguasa Arab

Para pangeran dan sheikh di Saudi dan berbagai negara Arab lainnya benar-benar ingin mengetahui seberapa besar tingkat dukungan Amerika Serikat terhadap mereka. Ketika Presiden Amerika Serikat, Barack Obama berpidato pada 19 Mei tentang politik luar negeri Washington soal Timur Tengah, Bahrain dikritik karena perilaku buruknya terhadpa para demonstran. Pertemuan Obama dengan pangeran Bahrain, Salman bin Hamd al-Khalifah, dipersingkat. Kemudian, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, juga tidak hadir dalam konferensi pers bersama Salman. Dari peristiwa tersebut, para penguasa Arab, telah mendapat jawaban soal dukungan Amerika Serikat terhadap rezim-rezim Arab.

Tantangan dari Iran

Di sisi lain, Arab Saudi juga menghadapi tantangan lain di Teluk Persia, yaitu kehadiran Republik Islam Iran yang terus tampil gemilang di kawasan. Iran tampil sebagai negara pemimpin kaum Syiah di kawasan dan kini Tehran memiliki pengaruh besar di antara rakyat regional.

Oleh karena itu, Riyadh harus mencari solusi baru guna mempertahankan posisinya di kawasan. Para pejabat Arab Saudi mulai meningkatkan perhatiannya terhadap masalah Israel-Palestina. Diharapkan melalui strategi ini mereka dapat mempertahankan sisa-sisa kekuatannya di antara negara-negara Arab.

Dalam hal ini, Pangeran Turki al-Faisal, yang di kalangan media massa Amerika Serikat lebih dikenal sebagai mantan dinas rahasia Arab Saudi, 12 Juni lalu mengatakan, "Politik internal Amerika Serikat dan blokade Israel tidak akan dapat menghalangi bangsa Palestina dalam meraih hak-haknya."

Ditambahkannya bahwa "Arab Saudi dengan pengaruh besar diplomatiknya akan mundukung upaya bangsa Palestina dalam menggalang dukungan internasional terkait pembentukan negara independen Palestina, pada sidang Majelis Umum PBB, September mendatang."

Menurut, Henderson, dengan berbagai kendala tersebut, wajar jika para pangeran dan penguasa Arab Saudi perlu mengkhawatirkan masa depan mereka.
(IRIB/MZ/5/7/2011)

Gelorakan Jihad Islam Hancurkan Zionis

Bendera Israel

Melihat Hegemoni Barat terutamanya Amerika terhadap perlakuan yang tidak adil USA dan sekutunya, terutama sikap standar ganda yang korup dan dzhalim atas sesama kaum muslimin dan nasib kaum mustadh'afin selama ini.

Di mana kaum muslimin diberikan sanksi sebagai jaringan Teroris Internasional, sementara pada saat yang sama rezim jahat Israel dibiarkan sedemikian rupa menjajah Palestina, dan menguatkan cengkramannya atas kaum muslimin Palestina. Hal ini, kembali memperlihatkan kecongkakan dan tiraninya dengan melanggar kehormatan, mencemari lingkungan suci Masjdil Aqsha serta membunuhi umat Islam. Rezim ini telah menumpahkan darah para jamaah shalat dan memberondong seorang bocah kecil dalam pelukan ayahnya dengan peluru hingga gugur sebagai syahid. Adegan ganas dan brutal yang dilakukan rezim ini dalam kurun waktu 50 tahun sekarang kembali diperagakan, anehnya Amerika Serikat bungkam seribu bahasa. Bahkan melindungi dan membiarkan perlakuan Zionis Israel tersebut.

Kini kita lihat Tragedi Kemanusiaan di Iraq, setelah diberlakukan embargo ekonomi, kemudian dilucuti senjatanya atas nama PBB, apa yang yang kita perhatikan saat ini. Rezim Amerika dan tentara koalisi Inggris, Ausralia membombardir jutaan amunisi ke seluruh pelosok wilayah kedaulatan Irak. Tak ubahnya mereka sedang beronani di tengah-tengah penderitaan dan ketidak berdayaan rakyat Irak. Rezim ini berangan-angan bahwa mereka akan bisa memadamkan kobaran jihad untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kebenaran yang tak kenal lelah. Mereka akan dapat melicinkan proses perdamaian dan memaksakan ambisi secara lebih keras terhadap pihak yang pro-perdamaian.

Namun sebagaimana yang kita ketahui, kejahatan ini pun tidak akan dibiarkan begitu saja. Praktik-praktik kotor dan khayalan-khayalan iblis dalam benak rezim Zionis pasti akan sia-sia. Aksi-aksi tak berprikemanusiaan yang penuh kebencian ini, sudah disusul dengan gelora protes warga muslim di seluruh antero dunia, kekuatan pasca tumbangnya Rusia (Uni Sovyet) ternyata kini beralih antara Amerika, Inggris dan seluruh kekuatan Eropa, Asia dan lainnya, semisal Perancis, Jerman, Rusia, China, dan negara-negara lainnya. Terbukti bahkan di negara aneksasi seperti Amerika, Inggris dan Australia sendiri gelombang besar secara bergantian memprotes serta mengutuk dengan aksi aksi demonya, tak terkecuali di belahan hampir di pelbagai negara Islam.

Tindakan koboi Amerika bak Drunkin Master dengan menembak seadanya tak peduli teman dan rekan sesamanya, terbukti telah banyak korban berjatuhan dari pihak tentara Inggris dan Kuwait akibat ulah tentara koboi Amerika. Jargon demokrasi yang dibawakan oleh Bush, kini nilai "The Dark Crime" dan "The Satanic War", dimana korban tak dapat disangkal lagi berjatuhan dari pihak sipil (anak, istri dan keluarga serta masyarakat yang tak berdosa turut pula dimbantainya). Pasal dan traktat PBB yang mana lagi yang dipatuhi oleh Mr. Bush. War for Oil, demikian alih-alih menyebutnya, karenanya bila kran-kran oildistop ke Amerika kita yakin rakyat dan pemerintah USA, akan menyadari ternyata ketergantungan mereka pada sebahagian negara-negara produksen minyak adalah sangat besar.

Saatnya, kita boikot eksport minyak ke Amerika, dan beralih dengan penggunakan uang Euro, bila belum mungkin menggunakan real/dinar. Saatnya umat Islam bersatu, dibawah panji kebersamaan tauhid, sejarah telah menunjukkan dengan tegas bahwa Hizbullah (Libanon) negara kecil dapat membuat Israel hengkang dari negaranya, dan dipermalukan di dunia internasional. Karenanya gerakan intifadah menemukan spirit baru dan jalan jihad Islam semakin banyak diminati. "Umat Islam yang sadar dan waspada menggelar demonstrasi besar-besaran dan penuh dengan gelora semangat untuk meneriakkan slogan-slogan kebenaran, selanjutnya mendesak pemerintah negara-negara Islam agar membuka jalan jihad dan mengizinkan warga muslim untuk menunaikan tugas ini sebagai satu-satunya jalan demi mengusir para penjajah dari tanah-tanah pendudukan, serta memulangkan warga Palestina ke tanah air dan kampung halaman mereka.

Telah cukup melelahkan mereka, segala upaya dan jalur diplomatik yang ditempuh oleh media Internasional (baca:PBB), yang telah membuahkan hasil resolusi berupa kutukan dan ancaman kepada Israel, tetapi pada saat yang sama itu semua dianggapnya sebagai isapan jempol, dan angin lalu saja. Namun standar ganda ini berbeda dengan Irak, sekali negara muslim Irak ini melanggar resolusi PBB, maka saat itu pula kutukan dan kecaman dan bahkan serangan USA serta sekutu membenarkan atasnya. Nampaknya dunia kian melek, bahwa gelombang kutukan terhadap rezim penjajah Irak maupun Palestina sekarang kian merebak serta meredupkan proses perdamaian. Hal ini akan semakin memperjelaskan kesia-siaan proses perdamaian tersebut di depan mata semua orang.

Dukungan materi, spirit, dan politik kini semakin tercurah kepada gerakan-gerakan
jihad dan intifadah. Dan, pada akhirnya dunia yang sadar akan membenarkan tindakan bom bunuh diri sebagai gerakan perlawanan membela diri atas agresor Israel.

Gembar-gembor mereka yang mengaku pembela HAM sekarang sia-sia. Deru gendering skandal para penyokong Israel sudah terdengar sehingga sebagian besar dari mereka bahkan terpaksa turut mengutuk kejahatan rezim Zionis. Tragedi terkutuk ini dilakukan dengan tujuan memaksakan ambisi-ambisi kotor para penguasa Zionis terhadap pihak yang pro perdamaian. Namun, bangsa Palestina yang pemberani mengecam perundingan damai. Bangsa ini akan menyempitkan ruang pihak-pihak yang pro perdamaian, selanjutnya akan mengubah status mereka yang hina.

Perjuangan dengan janji-janji kemenangan dari Allah, suatu hari nanti pasti akan berhasil; Tanah-tanah yang terampas akan bebas dan modal harta kekayaan yang terjarah akan kembali kepada yang berhak. "Semangat ini bergelora sebagai lanjutan atas perjuangan rakyat Palestina dan dikobarkan oleh generasi muda yang tergodok oleh revolusi maupun jihad, dengan mengandalkan berbagai pengalaman berharga mereka. Ini menandakan bahwa generasi sekarang telah menemukan jalan yang benar untuk merebut kemenangan dan akan menempuhnya dengan tekad yang bulat". Sepatutnya kita atas nama warga cinta keadilan dan damai mengucapkan selamat kepada seluruh bangsa Palestina dan Irak yang teraniaya, khususnya yang menempuh jalan jihad dan intifadah. Kabar gembira untuk Anda semua bahwa kebangkitan Anda kian hari kian mendapat sambutan dari umat Islam dan kaum revolusioner. Dan para penjajah akan kembali ke tempat asal mereka. Insyaallah.

Ali Zainal Abidin, cucu Rasulullah, mengabadikan do'a yang diajarkan datunya dengan nama "Do'a Li ahli Tsughuur" untuk Pejuang di Medan Perang sebagai berikut:

"Ya Allah sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, Kuatkan pertahanan kaum muslimin dengan kekuasaan-Mu, Kokohkan para pembelanya dengan kekuatan-Mu. Banyakkan bekal mereka dengan kekayaan Mu....Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Banyakkan bilangan mereka. Tajamkan senjata-senjata mereka. Jaga daerah mereka. Pertahankan medan mereka, Persatukan pasukan mereka.... Ketika mereka berjumlah dengan para musuh mereka, lupakan mereka (kaum muslimn) pada kenangan dunia mereka yang mengecoh dan menipu. Hapuskan bisikan mereka dari godaan harta yang penuh cobaan. Jadikan surga di depan mata mereka apa yang telah Kau persiapkan di dalamnya, tempat tinggal yang kekal, rumah kemuliaan, bidadari cantik jelita, sungai yang memancarkan macam-macam minuman, pohon-pohon rindang yang direndahkan, sehingga mereka tidak sekali-kali berniat lari dan juga tidak terlintas keinginan untuk desersi."

Sekali lagi "Ma aktsaru 'ibar wa aqollul i'tibar" betapa banyak peristiwa dan kejadian, namun sedikit sekali kita mengambil pelajaran (Imam Ali, Nahjul Balaghah).

Bila kita berniat mengambil pelajaran atas invansi Amerika dan koalisi terhadap
Iraq, dan bahkan tidak menutup kemungkinan kepada negara satu-satunya di dunia yang menggunakan nama Islam (yaitu Republik Islam Iran) dan Syria yang di dalamnya terdapat Hizbullah, maka mari kita bersatu singsingkan segala bentuk perbedaan dan ikhtilaf apa pun yang tak berdasar. Tuhan kita satu Allahu Rabbi, Kitab kita satu Al-Qur'anul Karim, Nabi kita satu Muhammad Rasulullah SAW, Kiblat kita satu Ka'batul Musyarrafah, dst. Jelas bahwa musuh kita pun semestinya satu alias sama yaitu Zioinisme Israel, dan Syetan serta Dajjal yang berlindung di jubah demokrasi baik itu Amerika, Inggris, dsb. Arru'yah al Kauniyah (pandangan alam semesta) secara benar kaum muslimin setidaknya dapat mengantarkan performa hubungan antara kebaikan dan keburukan. Jangan-jangan nasib buruk yang menimpa kaum muslimin di sebahagian besar belahan dunia, tak lain kain performa kelalaian, kepicikan, dan cara pandang yang salah selama ini terhadap siapa sebenarnya musuh kita.

Sekali lagi kami bagian dari kaum muslimin di Indonesia masih tetap melanjutkan dukungan dan restunya atas gerakan suci ini dengan penuh rasa bangga. Atas perjuangan rakyat Palestina dan rakyat Irak atas agresor Israel dan Amerika, Doa kami mengiringi setiap langkah putra-putri terbaik Anda, gerakan perlawanan Anda semakin membuka jalan yang panjang bagi mereka untuk lebih mengetahui lagi, bahwa kelanjutan do'a di atas :

"Ya Allah, dengan begitu, kalahkan musuh kaum muslimin, gunting taring-taring
mereka, pisahkan mereka dari senjata mereka, lepaskan ikatan hati mereka, jauhkan mereka dari perbekalan mereka, kacaukan mereka di jalan-jalan antara mereka sendiri, sesatkan mereka dari tujuan mereka sendiri, putusasakan bala bantuan mereka, kurangi bilangan mereka, penuhi hati hati mereka dengan (bayang-bayang) ketakutan, tahan tangan mereka dari penyerangan, ikat lidah mereka dari pembicaraan, cerai beraikan orang-orang di belakang mereka, putuskan Ya Allah dengan kekalahan."
(Imam Ali Zainal Abidin, Shahifah Sajjadiyah). Intansuruullaaha yansurukum wa yutsabbit aqdaamakum. (IRIB/20/6/2011)oleh Bahrudin

Iran Pekan Ini Ujicoba Rudal “Supersonik” Baru

rudal Iran (arsip)

Iran berencana mengujicoba rudal "supersonik" baru tipe darat ke laut, sebagai bagian dari manuver perang di Teluk Persia dalam beberapa hari mendatang

Panglima Divisi Angkatan Udara Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran), Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan bahwa rudal baru tersebut dirancang untuk menghantam kapal dan target di laut.

Hajizadeh menambahkan, "Tahun lalu, kami berhasil mencapai (teknologi) rudal anti-kapal baru yang dapat mencapai target dengan kecepatan suara beberapa kali lipat."

Hajizadeh menambahkan bahwa rudal yang telah di-upgrade itu akan segera diujicoba pada fase latihan pasukan Angkatan Laut Pasdaran dalam manuver Nabi Besar keenam di Teluk Persia.

Sebelumnya, Sabtu (2/7), Hajizadeh menyatakan bahwa manuver Nabi Besar Muhammad Saww keenam sedang memasuki fase kedua di divisi Angkatan Laut Pasdaran.

Lebih lanjut dijelaskan Hajizadeh, "Pertengahan pekan ini, fase kedua manuver akan dimulai dengan latihan pasukan angkatan laut dan peluncuran rudal dari darat ke laut baru."

Pasdaran memulai manuver Nabi Besar keenam yang berlangsung selama 10 hari pada 27 Juni dan telah memamerkan silo rudal balistik bawah tanah dan menembakkan rudal jarak menengah Fateh 110, yang presisinya telah ditingkatkan.

Pada hari kedua manuver tersebut, Pasdaran berhasil meluncurkan 14 rudal balistik tipe dari darat ke darat.

Pada hari ketiga manuver Nabi Besar keenam, Pasukan Gardar Revolusi Islam Iran mengujicoba sistem radar Ghadir, yang memiliki radius pantau hingga 1.100 kilometer dan sampai ketinggian 300 kilometer.

Manuver Nabi Besar keenam itu digelar di sela-sela santernya klaim para pejabat Amerika Serikat dan Israel untuk menyerang instalasi nuklir Iran.

Namun para pejabat Iran menegaskan bahwa segala bentuk serangan dari Amerika Serikat atau Israel akan berdampak buruk mengingat Tehran bersumpah akan melancarkan serangan balasan yang sangat destruktif terhadap rezim Zionis Israel dan kepentingan Amerika di kawasan. (IRIB/MZ/4/7/2011)

Komandan Iran: Pasdaran Hanya Pamer Sebagian Kekuatan

Seorang komandan senior Iran mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh oleh Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (Pasdaran), musuh ingin menciptakan ketidakamanan di negara ini melalui serangan teroris.

"Kami telah memperoleh informasi dan bukti tentang langkah-langkah tersebut," kata Komandan Pasdaran, Brigadir Jenderal Mohammad Ali Jafari kemarin (Senin,4/7).

Jafari menambahkan bahwa keputusasaan musuh dalam mencapai tujuannya telah mendorong mereka untuk melakukan aksi teror dan menciptakan ketidakamanan. Ditambahkannya, langkah-langkah itu termasuk perang atau tindakan destabilisasi, yang dilakukan oleh kelompok bersenjata yang dibentuk di negara-negara tetangga Iran di sebelah tenggara atau barat laut.

Mengacu pada latihan militer baru-baru ini, Jafari menuturkan, Pasdaran hanya memamerkan sebagian dari kemampuan rudalnya dalam manuver.

"Menembakkan rudal dari SILO bawah tanah, menyembunyikan rudal dari musuh dan menggunakan unsur kejutan adalah isu-isu penting bagi kami dan kami telah menekuninya selama beberapa tahun. Sebagian dari kemampuan itu telah dipentaskan dalam manuver," jelasnya.

Komandan Iran ini menandaskan bahwa Iran tidak akan membatasi diri untuk memblokir Selat Hormuz jika ada tindakan agresi terhadap negara. Dikatakannya, opsi untuk menutup Selat Hormuz tetap dirundingkan dan tentu ada rencana untuk menutup selat strategis itu dalam kasus ancaman terhadap Iran.

"Iran punya rencana untuk memanfaatkan potensi pertahanannya di laut lepas. Ini berarti jika musuh mencoba untuk mengancam Iran di luar Selat Hormuz, negara memiliki kekuatan untuk membalas dan strategi ini ada dalam agenda kami," tegasnya.

Pada Agustus lalu, Ketua Departemen Operasi Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Brigadir Jenderal Ali Shademani mengatakan bahwa negara akan mengambil tiga langkah untuk mengatasi tindakan agresi potensial.

"Opsi pertama, mengambil kontrol penuh Selat Hormuz dimana kami tidak akan membiarkan siapa pun bergerak," jelasnya.

Sementara opsi kedua, ujar Shademani, "Kami akan mengawasi semua pangkalan militer Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak." "Dengan sedikit bergerak menuju Iran, kita akan melumpuhkan tentara yang ditempatkan di pangkalan-pangkalan tersebut dan tidak akan memungkinkan mereka untuk memulai langkah apapun," tegasnya.

"Rezim Zionis Israel adalah pendukung penuh Amerika Serikat, jadi kita akan merusak ketenangan mereka," paparnya ketika menjelaskan pilihan ketiga. (IRIB/RM/5/7/2011)

0 comments to "Masa Depan Kelam Para Penguasa Saudi di Mata Media AS"

Leave a comment