Home , , , , , , , , � Arab Saudi Boyong Senjata dari Jerman.....sikaaatttt....

Arab Saudi Boyong Senjata dari Jerman.....sikaaatttt....

Media massa Jerman hari Jum'at (12/8) kembali melaporkan perkembangan terbaru penjualan senjata dan peralatan militer Berlin ke Arab Saudi.

Menurut laporan IRNA, televisi ARD hari Jum'at merilis laporan terkait transaksi senjata ilegal Jerman dengan Arab Saudi. ARD menyebutkan, sebuah perusahaan Jerman membangun pabrik pembuatan senjata di Arab Saudi.

Televisi ARD seraya mengisyaratkan undang-undang Jerman yang melarang pengiriman perlengkapan militer ke wilayah yang bergolak menyebutkan, Perusahaan Heckler & Koch membangun pabrik pembuatan senapan jenis G-36 bagi perusahaan militer Arab Saudi.

Poin penting lainnya adalah tindakan pemerintah Arab Saudi yang menjual serta mengekspor senjata ini, padahal tindakan tersebut dilarang oleh Jerman. Sumber ini menambahkan, senjata yang diekspor Jerman ke negara lain, berdasarkan syarat transaksi dilarang dijual ke pihak lain, sementara Arab Saudi di sebuah pameran militer mengiklankan senjata buatan Jerman ini dan berusaha mencari pasar untuk penjualan senjata tersebut.

Sementara itu, kubu oposisi Jerman meminta pemerintah memberi penjelasan terkait hal ini. Di sisi lain, pemerintah Jerman dan perusahaan Heckler & Koch memilih bungkam dan enggan berkomentar dengan alasan rahasia kontrak penjualan dengan Arab Saudi.

Laporan pekan lalu juga menyebutkan rencana Jerman menjual 200 tank Leopard kepada Arab Saudi.

Menurut berbagai laporan, Dewan Keamanan Federal di mana kanselir, menteri pertahanan dan menteri luar negeri juga termasuk anggota sepakat menyetujui ekspor tersebut. Di sisi lain, penjualan senjata ini dilakukan di saat Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir terlibat dengan sejumlah negara menumpas aksi demo rakyat Arab.

Sebelumnya Focus juga melaporkan program pelatihan menumpas aksi demo oleh Jerman kepada aparat keamanan Arab Saudi. Berdasarkan kesepakatan yang ditentang kubu oposisi, ribuan perwira militer Jerman akan diterjunkan untuk melatih serdadu Arab Saudi.

Berdasarkan informasi, pasukan Arab Saudi yang dilatih Jerman juga ikut dalam menumpas aksi demo rakyat menentang keluarga Saud.

Menurut kontrak ini, polisi federal Jerman diharuskan menggelar 3200 periode pelatihan dan melatih 3500 perwira, 600 pelatih dan 28.500 perwira tinggi Arab Saudi hingga tahun 2015. (IRIB/IRNA/MF/13/8/2011)

Al-Mustaqbal, Otak Penyelundupan Senjata ke Suriah

Ketua Fraksi al-Mustaqbal di parlemen Lebanon dituding terlibat dalam penyelundupan senjata ke Suriah.

Reporter al-Manar, Muna Tahini melaporkan, berdasarkan penyidikan seorang tokoh penting Partai al-Mustaqbal memainkan peran penting dalam pengiriman senjata dari negara ini ke Suriah.

Muna Tahini dalam laporannya menyebutkan, pasukan keamanan Lebanon berhasil menangkap tiga penyelundup senjata ke Suriah. Menurut pengakuan mereka terdapat orang keempat yang berperan sebagai otak dari aksi penyelundupan ini.

Penyidikan juga menunjukkan bahwa operasi jaringan penyelundup senjata ke Suriah bukan pertama kali, namun mereka telah menyelundupkan senjata ke Damaskus 30 kali.

Mereaksi hal ini, Sheikh Naim Qassem, deputi sekjen Hizbullah menilai gerakan anti Suriah melalui Lebanon tidak dapat diterima. "Memanfaatkan Lebanon sebagai jembatan untuk memprovokasi, mendanai dan mempersenjatai milisi serta teroris di Suriah merupakan pelanggaran nyata terhadap kedaulatan Beirut," tegas Sheikh Naim Qassem. (IRIB/al-Manar/MF/11/8/2011)

Davutoglu: Suriah Mampu Jadi Teladan Bangsa Arab

Turki yang beberapa pekan lalu bersikap keras terhadap Suriah kini tampaknya berubah total. Hal ini terlihat dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu dan Presiden Suriah, Bashar Assad. Dalam pertemuan tersebut Oglu menandaskan, Suriah mampu menjadi teladan Dunia Arab di bawah kepemimpinan Assad.

Bashar Assad saat bertemu dengan Davutoglu Selasa (9/8) menekankan bahwa Damaskus serius memburu kelompok teroris demi menjaga stabilitas nasional dan keamanan warga. Demikian dilaporkan Fars News mengutip kantor berita resmi Suriah.

Presiden Suriah di pertemuan tersebut juga menegaskan tekadnya untuk menjalankan secara penuh reformasi. Ditambahkannya, Suriah siap menyambut bantuan dari negara sahabat di kawasan. Di pertemuan itu Assad menjelaskan kepada Davutoglu kejadian di sejumlah kota Suriah akibat aksi teror kelompok teroris membantai warga sipil.

Sementara itu, Davutoglu menekankan dirinya tidak membawa pesan dari pihak manapun dan Turki mengharapkan stabilitas serta keamanan di Damaskus. Oglu juga menandaskan bahwa mengingat hubungan strategis antara Ankara dan Damaskus maka keduanya menyadari bahwa setiap transformasi yang terjadi di negara lain sepenuhnya urusan internal negara tersebut.

Ia menegaskan, Suriah di bawah kepemimpinan Assad dan pasca reformasi akan mampu menjadi teladan bagi bangsa Arab. "Stabilitas Suriah bagi kawasan sangan vital," ungkap Davutoglu. (IRIB/Fars/MF/10/8/2011)

Arab Saudi Dituding Terlibat Pembantaian Rakyat Yaman

Ali Saleh Jassar, wartawan Yaman menuding Arab Saudi bertanggung jawab atas tewasnya rakyat Sanaa karena Riyadh berperan dalam melanggengkan kekuasaan Diktator Ali Abdullah Saleh selama 33 tahun di negara ini.

Menurut laporan al-Alam Senin (8/8), Ali Saleh Jassar menyiapkan dokumen dan bukti intervensi Arab Saudi dan Amerika Serikat di Yaman dan keterlibatan mereka dalam pembantaian warga negara ini. Ia menuntut bukti-bukti tersebut diberikan kepada Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda.

Seraya mengisyaratkan bahwa rakyat Yaman tidak akan pernah mengizinkan Ali Abdullah Saleh kembali ke Sanaa, Ali Saleh Jassar mengingatkan, rakyat Yaman hanya bersedia mengizinkan Saleh kembali ke negara ini jika ia beserta keluarganya diadili.

Wartawan Yaman ini di bagian lain pernyataannya mengisyaratkan bentrokan bersenjata di Yaman selatan. "Pasukan rezim Saleh menyerang rakyat revolusioner di kota Hadramaut, Abyan, Al Habilayn, Radfan dan Arhab. Ia juga menuding mafia yang berafiliasi dengan Ali Abdullah Saleh berusaha mengobarkan perang saudara. (IRIB/al-Alam/MF/9/8/2011)

Arab Saudi, Negara Kaya Minyak Juga Kaya Pengangguran

Arab Saudi selama ini dikenal dengan negara kaya minyak, namun negara yang dikuasai keluarga Saudi ini ternyata berada di bawah Jalur Gaza dan Irak dari sisi jumlah pengangguran.

Koran al-Quds al-Arabi cetakan London dalam sebuah artikelnya terkait kondisi sosial dan ekonomi yang mengenaskan di Arab Saudi menyebutkan, di saat lebih dari 70 persen warga Saudi tidak memiliki rumah serta banyak keluarga mengalami kesulitan akibat tingginya biaya hidup, maka harus diakui bahwa mayoritas warga negara ini tidak jauh berbeda kehidupannya dengan warga Palestina di Jalur Gaza dan Irak yang tengah dijajah Amerika Serikat.

Di artikel ini disebutkan, Arab Saudi menempati ranking pertama dari sisi kebobrokan politik, administrasi serta tidak adanya kebebasan, oleh karena itu wajar jika universitas negara ini menempati posisi paling buncit di antara negara-negara Arab meski mendapat anggaran melimpah dari pemerintah.

Di bagian lain artikelnya, koran ini menandaskan, kehadiran lebih dari enam juta pekerja asing di negara ini dan melonjaknya angka pengangguran warga Arab Saudi membuat tertolak asumsi bahwa Riyadh termasuk kota paling terbaik di Arab. (IRIB/al-Quds al-arabi/MF/9/8/2011)

Al-Wefaq Biokot Pemilu Legislatif di Bahrain

Kubu al-Wefaq, kelompok terbesar Syiah anti rezim al-Khalifa Bahrain memboikot pemilu parlemen negara ini.

"Partai al-Wefaq tidak akan ambil bagian dalam pemilu perlemen ilegal negara ini," demikian ungkap Khalil Marzuk, petinggi al-Wefaq hari Jum'at (12/8) di depan ribuan rakyat Bahrain yang berkumpul di desa Abu Quwah dan dilaporkan al-Alam.

Dalam kesempatan tersebut, Khalil al-Marzuk meminta pemerintah Manama memenuhi tuntutan rakyat seperti penyusunan undang-undang baru dan pemilu parlemen yang bebas.

Rencananya pemilu legislatif di Bahrain akan digelar 24 September 2011. keputusan untuk menggelar pemilu parlemen diambil setelah diadakannya dialog nasional di negara ini dengan tujuan meredam demo rakyat. Sementara itu, al-Wefaq saat digelar dialog nasional oleh rezim al-Khalifa memilih keluar dari perundingan yang mereka sebut sebagai sandiwara rezim.

Di sisi lain, rakyat Bahrain hari Jum'at juga menggelar aksi demo di berbagai wilayah negara ini dan menuntut pembubaran rezim. Adapun pasukan pemerintah menjawab aksi demo rakyat ini dengan menembakkan gas air mata kepada mereka untuk membubarkan aksi legal tersebut.

Di pulau Sitra, Bahrain terjadi bentrokan antara rakyat dan pasukan keamanan setelah dinas keamanan rezim menyerang para demonstran.

Rakyat Bahrain sejak 14 Februari 2011 menggelar aksi demo menuntut pembubaran kekuasaan rezim al-Khalifa dan pasukan keamanan Manama bersama militer Arab Saudi aktif menumpas aksi demo damai rakyat. Hingga saat ini tercatat puluhan orang tewas dan cidera di tangan pasukan pemerintah dan Arab Saudi. (IRIB/al-Alam/MF/13/8/2011)

0 comments to "Arab Saudi Boyong Senjata dari Jerman.....sikaaatttt...."

Leave a comment