Pada tanggal 26 Mehr 1359 (18 Oktober 1980), bersamaan dengan dimulainya perang Pertahanan Suci, Mohammad Ali Rajaee, merupakan Perdana Menteri Iran pertama yang hadir di sidang Majelis Umum untuk menyampaikan laporan mengenai agresi dan aneksasi rezim Saddam ke Irak dan juga ketertindasan bangsa Iran dalam brutalitas tersebut, kepada para pejabat tinggi seluruh dunia.
Sebagai protes terhadap sistem yagn berkuasa di dunia, Rajaee menyampaikan pidatonya dari tempat duduk untuk para delegasi Republik Islam Iran, bukan dari tribun yang telah disediakan.
Rajaee mengutuk kebungkaman masyarakat dunia di hadapan agresi rezim Saddam ke Iran dan mengangkat kakinya yang tanpa alas ke atas meja, untuk membuktikan penyiksaan yang dialaminya dalam penjara rezim despotik Pahlevi dukungan Amerika Serikat.
Selama berada di New York, Syahid Rajaee bertemu dengan para pejabat PBB dan menekankan pentingnya reformasi lembaga internasional ini, sama seperti yang kembali ditekankan oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad, dalam kunjungannya beberapa tahun lalu ke PBB. Usulan reformasi PBB itu mendapat sambutan luas banyak negara.
Kehadiran Rajaee dengan telanjang kaki itu merupakan salah satu peristiwa yang tidak pernah terjadi sebelumnya di sidang Majelis Umum PBB, di tengah meruncingnya perang melawan agresi rezim Saddam ke Iran, yang merampas kesempatan kehadiran para pejabat Iran di PBB hingga tujuh tahun mendatang.
بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ لَّا يُحِبُّ اللَّـهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَن ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّـهُ سَمِيعًا عَلِيمًا
(Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya). Dengan ayat tersebut, Rajaee menyerukan kepada seluruh dunia terkait ketertindasan bangsa Iran di hadapan agresi rezim Saddam.
Dalam beberapa hari mendatang, Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, akan melanjutkan kunjungannya yang ketujuh ke Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam rangka menyampaikan tuntutan kebenaran dan anti-imperialisme bangsa Iran di hadapan para pejabat negara-negara dunia./
Seruan yang telah dinanti-nanti oleh telinga masyarakat dunia di berbagai belahan dunia. Mereka yang haus akan nikmatnya keadilan, cinta, dan kemanusiaan, yang terkandung dalam untaian kata-kata Ahmadinejad, sebagai penyeru keadilan di dunia. Moment tersebut akan menjadi titik dimulainya penyamapaian seruan tegas Revolusi Ruhullah Khomeini di jantung imperialisme dan kaum arogan dunia.
Enam tahun lalu, di tribun Perserikatan Bangsa-Bangsa, Presiden Ahmadinejad menyerukan independensi dan kehormatan Republik Islam sebagai contoh sebuah bangsa independen dunia. Agar dunia tahu bahwa Iran yang islami saat ini sama dengan Iran yang revolusioner pada 1979. Yang selalu membela ketertindasan bangsa-bangsa baik dari kekuatan Barat maupun Timur. Kini tidak diragukan lagi bahwa media massa dunia tengah menanti apa yang akan disampaikan oleh sosok "bom media" pada sidang Majelis Umum PBB tahun ini.(IRIB/19/9/2011)
Menapaktilasi Enam Lawatan Ahmadinejad ke PBB (Bagian II)
Tanggal 14-16 September 2005, Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, berkunjung ke New York guna menghadiri sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-60. Kunjungan itu dilakukan Ahmadinejad hanya selang dua bulan setelah dia menjabat sebagai Presiden Iran.
Selain itu, Iran sebelumnya menyegel instalasi nuklirnya dan oleh karena itu, Tehran sedang menghadapi ancaman dan kecaman Barat.
Kunjungan Ahmadinejad ke New York dan janjinya untuk mengajukan usulan baru dalam rangka menyelesaikan kendala terkait program nuklir Tehran, menimbulkan berbagai macam spekulasi dari para pejabat dan media massa Barat.
Termasuk di antara transformasi penting di dalam negeri, regional, dan internasional pada masa itu adalah, upaya Iran untuk melepaskan ketergantungannya dalam proses pengayaan uranium, politik luar negeri Iran yang cenderung ke timur, upaya Tehran untuk memperluas kerjasama nuklirnya dengan Timur jauh, perundingan Iran dengan tiga negara Eropa, pengakuan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa kasus radiasi nuklir di Tehran berasal dari luar Iran, dan keinginan Rusia untuk terlibat dalam proyek nuklir Iran, serta dukungan kelompok NAM terhadap usulan pembentukan konsorsium nuklir oleh Iran.
Kunjungan Ahmadinejad ke PBB itu sangat penting bagi bangsa Iran meningat kandungan berbagai usulan baru yang dikemukakan Presiden Iran itu pada pidato perdananya di sidang Majelis. Ahmadinejad termasuk di antara lima pejabat yang menyampaikan pidato pertama.
Di antara topik terpenting yang dikemukakan Ahmadinejad saat itu adalah restrukturisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengumuman kebijakan Iran di sektor nuklir dan penentangan terhadap sistem apartheid nuklir, serta usulan terkait pembentukan sebuah konsorsium pengayaan uranium yang akan melibatkan perusahaan negara dan swasta.
Namun media massa Barat dan juga para politisi banyak negara terkejut atas pidato tegas Ahmadinejad. Sehari sebelumnya, Associated Press mengutip keterangan para diplomat Eropa menyebutkan, "Kemungkinan besok dalam pidatonya, Ahmadinejad akan mengumumkan penangguhan kembali aktivitas pengayaan uranium Tehran."
Namun keesokan harinya, Ahmadinejad justru menekankan hak Republik Islam Iran dalam memanfaatkan teknologi nuklir, dan mengutarakannya sedemikian rupa sehingga koran trans-regional al-Sharq Alawsat menulis, "Pernyataan Ahmadinejad di Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan tamparan dan pukulan telak untuk tiga negara Eropa."
Pada saat itu, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan, "Pidato Ahmadinejad di Majelis Umum PBB sangat "agresif" dan di sisi lain, telah melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh Eropa, khususnya pada bagian pengayaan uranium, dan karena pernyataannya itu, sejumlah negara lemah bergembira."
Menurut banyak penjabat asing yang hadir di sidang Majelis Umum PBB dan juga media massa, Ahmadinejad adalah satu-satunya pembicara yang mengawali pidatonya dengan menyebut Bismillah dan nama Imam Mahdi (as) serta mengakhiri pidatonya dengan menyampaikan syair karya penyair terkemuka Persia, Sa'di.
Mengikuti shalat Jumat di kota New York, Ahmadinejad mendapat sambutan hangat dari warga Muslim di kota tersebut dan bertemu dengan warga Iran yang berdomisili di New York, begitu pula wawancara dengan sejumlah media, merupakan di antara jadwal acara Ahmadinejad.
(IRIB/20/9/2011)
Menapaktilasi Enam Lawatan Ahmadinejad ke PBB (Bagian III)
Kunjungan enam kali Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, ke New York, merekam berbagai peristiwa menarik. Pada kunjungan kedunya ke New York, September 2006, juga tidak terkecuali, karena selain menuntut restrukturisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa khusus Dewan Keamanan, Ahmadinejad juga mengutarakan pertanyaan serius tentang Holocaust yang akhirnya menimbulkan berbagai kontroversi di tingkat global
Pertanyaan Ahmadinejad soal Holocaust itu direaksi secara meluas oleh media massa internasional.
Peristiwa penting lainnya bersamaan dengan kunjungan Ahmadinejad ke New York adalah :
- Kemenangan Hizbullah Lebanon di hadapan rezim Zionis Israel pada Perang 33 Hari.
- Pengajuan syarat penangguhan aktivitas pengayaan uranium di Iran oleh negara-negara Barat sebelum perundingan nuklir.
- Ancaman John Bolton untuk memberlakukan berbagai boikot unilateral jika Iran gagal melaksanakan syarat tersebut.
- Laporan Dirjen IAEA, Mohammed ElBaradei bahwa Iran tetap melanjutkan pengayaan uranium.
- Pelaksanaan sidang Kelompok 5+1 di Berlin.
- Janji Rusia untuk mengoperasikan reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr pada September 2007.
- Kritikan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terhadap kebohongan Amerika Serikat terkait program nuklir Iran.
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Ahmadinejad menyoal pemberian hak istimewa kepada segelintir negara di Dewan Keamanan, dan menuntut perombakan sistem PBB.
Di antara pernyataan Ahmadinejad yang menggelegar di kancah media internasional adalah isu Holocaust. Presiden Iran itu memaparkan keterkaitan krisis di Timur Tengah dengan pembentukan rezim Israel secara ilegal di atas bumi Palestina.
Dikatakannya, "Akar krisis Palestina kembali pada era Perang Dunia II. Dengan dalih mendukung para korban perang, mereka menduduki bumi Palestina dengan merampas wilayah dan mengusir jutaan rakyat di negeri itu."
Ditambahkannya, "Apakah ada logika, undang-undang, atau hukum yang membenarkan aksi tersebut? Apakah ada anggota PBB dapat menerima jika peristiwa itu terjadi di negara mereka? Sedemikian lemah alasan pembentukan rezim ilegal Israel sehingga para pengklaimnya tidak membiarkan seorang pun membicarakannya karena fakta filosifis eksistensi rezim itu akan sirna, dan yang sebenarnya telah lenyap."
Presiden Iran mengkritik kinerja minimum Dewan Keamanan dalam membela bangsa-bangsa tertindas dan menilai klaim HAM dan demokrasi oleh kaum adidaya hanya "omong kosong."
Menurut para pengamat politik, kehadiran Ahmadinejad di Majelis Umum PBB sangat penting karena melalui kunjungan tersebut, Republik Islam Iran mampu memanfaatkan secara maksimal peluang-peluang politik yang tersedia.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa Ahmadinejad seorang diri bak sebuah media global yang sangat berpengaruh yang mampu memanfaatkan setiap tribun sebagai kesempatan emas dalam menyerukan tuntutan bangsa-bangsa tertindas dan dalam menjelaskan "fakta-fakta tabu" yang jarang sekali ada politisi dunia yang memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkannya.
(IRIB/21/9/2011)
Di AS, Ahmadinejad Pertanyakan Kotak Hitam 11 September
Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, bangsa-bangsa dunia punya pertanyaan atas peristiwa 11 September dan tidak puas dengan laporan-laporan yang diberikan. Ditambahkannya, perlu dibentuk sebuah tim investigasi independen untuk mempelajari dimensi peristiwa kontroversial itu.
"Di dalam Kotak Hitam 11 September ada sesuatu yang belum diungkap dan pemerintah Amerika Serikat mengkhawatirkan hal ini serta tidak ingin menjelaskannya kepada publik," ujar Ahmadinejad.
Presiden Iran dalam wawancara eksklusif dengan televisi NBC, Amerika, pada Selasa (20/9) menjelaskan beberapa pertanyaan seputar 11 September. Dikatakannya, "Dalam peringatan peristiwa itu beberapa waktu lalu, sejumlah warga Amerika berkumpul di Ground Zero dan memprotes klaim-klaim pemerintah Washington. Mereka menilai 11 Septermber sebagai peristiwa yang mencurigakan."
"Polling yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen warga negara itu, tidak puas dengan masalah tersebut," ujarnya.
"11 September merupakan sebuah peristiwa besar, yang merenggut nyawa 4 ribu manusia tak berdosa. Insiden itu juga telah menjadi alasan pendudukan dua negara lain dan lebih dari satu juta orang terbunuh. Apakah tidak pantas mengusut faktor-faktor terjadinya peristiwa sebesar itu, lalu memberi penjelasan kepada bangsa-bangsa dunia?," tanya Ahmadinejad penuh heran.
Lebih lanjut, Ahmadinejad menuturkan, "Apakah kita harus menerima mentah-mentah setiap laporan versi pemerintah Amerika tentang peristiwa itu?," Ditambahkannya, jika dampak 11 September hanya terbatas di wilayah Amerika, mungkin laporan Washington dapat diterima, namun peristiwa itu adalah sebuah isu internasional dan karenanya dua negara diinvasi dan keamanan kawasan dirampas."
"Jika laporan pemerintah Amerika benar, mengapa tidak mengizinkan sebuah tim independen juga melakukan investigasi atas peristiwa itu? Jika laporan itu benar, tentu saja tim independen juga akan mengkonfirmasikannya dan ini akan menguntungkan Amerika. Jika laporan itu keliru, hal ini juga akan menguntugkan Amerika dan mendorong mereka untuk memperbaiki kebijakan yang salah dan tidak lagi memperburuk citranya di tengah bangsa-bangsa," jelas Ahmadinejad.
Pada kesempatan itu, Ahmadinejad menuturkan, usulan Iran untuk memperbaiki kebijakan keliru Amerika pada tingkat internasional, tentu saja akan menguntungkan warga negara itu.
"Pesan kami adalah jangan sampai pemuda-pemuda Amerika tewas di medan tempur dan juga jangan membantai warga di kawasan. Uang rakyat Amerika harus digunakan untuk kesejahteraan mereka," tutupnya. (IRIB/RM/MZ/21/9/2011)Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa para pejabat AS adalah tokoh paling lemah dan paling tidak bijaksana di dunia, mereka bahkan tidak mampu menyelesaikan masalah kecil yang dihadapi.
Ahmadinejad dalam pertemuan dengan para aktivis anti-perang Amerika dan para pemimpin di New York, mengatakan, "Negara di dunia telah menganggap pemerintah AS sebagai kekuatan tak terkalahkan selama 30 tahun terakhir, namun telah mencapai status di mana ia bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah terkecil dalam negerinya."
Ia menambahkan bahwa para pejabat AS tidak bisa menemukan solusi tepat untuk masalah Palestina setelah lebih dari 60 tahun, demikian laporan kantor berita IRNA, Rabu (21/9).
"Hari ini, kekuatan hegemonik berbicara tentang kebebasan dan demokrasi ke negara-negara lain, tetapi mereka mengejar prinsip-prinsip tersebut dalam kerangka memanfaatkan bom dan senjata untuk melayani kepentingan kapitalis," tandasnya.
Ahmadinejad juga menyatakan bahwa kekuatan jahat tertentu menyerang negara-negara lain dan membunuh jutaan orang dalam upaya untuk mengisi kantong kapitalis dan melayani kepentingan mereka.
Pada awal pertemuan, para aktivis anti-perang Amerika menyatakan pandangan mereka tentang cara-cara untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas dan keamanan di dunia. (IRIB/RA/SL/21/9/2011)Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, proses transformasi global mengarah ke terealisasinya cita-cita besar bangsa independen.
Ahmadinejad menandaskan, fitrah, penyembahan terhadap Tuhan Yang Esa dan tuntutan keadilan bangsa-bangsa yang saat ini mulai bangkit serta misi mereka memperkokoh kebangkitan ini dan membersihkannya dari segala polusi termasuk dalam proses transformasi global yang tengah berkembang dewasa ini.
Hal ini disampaikan Ahmadinejad saat bertemu dengan menteri penasehat Nikaragua di sela-sela sidang Majelis Umum PBB ke 66 di New York. Dalam pertemuan tersebut Ahmadinejad menyinggung bahwa bangsa dunia tidak puas atas kondisi yang ada saat ini dan tengah mencari solusi baru serta membangun tatanan dunia yang baru pula.
Menurut Ahmadinejad, membangun tatanan dunia baru hanya dapat terwujud dengan ajaran Ilahi dan negara independen dunia mampu memainkan peran vital dalam menyebarkan ajaran Ilahi ini di tengah-tengah umat manusia. Presiden Iran menyebut PBB sebagai hasil karya manusia dan menandaskan, kita harus berusaha menjaga organisasi ini di jalan perdamaian dan persahabatan.
Ahmadinejad menambahkan, Iran dan Nikaragua tengah bergerak di jalan yang transparan dan di jalan seperti ini tidak ada kata kalah. Ia juga membenarkan bahwa hubungan kedua negara terus meningkat. "Iran tidak membatasi hubungan bilateralnya dengan Nikaragua di segala bidang," ungkap Ahmadinejad.
Sementara itu, menteri penasehat Nikaragua dalam pertemuan ini memuji ketegaran Ahmadinejad dalam menghadapi imperialisme dunia. Dikatakannya, dewasa ini banyak negara di dunia mendukung seratus persen sikap tegas Iran di isu-isu internasional.
Seraya mengisyaratkan bahwa kesadaran bangsa dunia menentang imperialisme telah bangkit, menteri penasehat Nikaragua mengatakan, negara-negara Amerika Latin dan Iran dapat berperan aktif di transformasi global. (IRIB/MF/22/9/2011)
0 comments to "Teriakan orang yang kalian sebut " Bertampang Desa ""