Home , , , , , , � Hari Ibu di Negara Islam...

Hari Ibu di Negara Islam...




Specially for My and also Our Mother:
“M” is for the million things she gave me
“O” is for the way she never grows old
“T” is for the tears she shed to save me
“H” is for her heart of purest gold
“E” is for her eyes, with love-light shining
“R” means right, and right she’ll always be
Put them all together,they spell “MOTHER”,A word that means the world to me.
(Howard Johnson, 1915)


Hari ini di Republik Islam Iran, hari Ibu dan hari Perempuan diperingati dan dirayakan, sudah menjadi kebiasaan, jauh hari sebelum hari H, para suami sibuk mencari hadiah untuk diberikan kepada isterinya tercinta, begitupula anak anak sibuk mencari hadiah untuk para ibunya. Toko toko, supermarket, atau pun pusat pembelanjaan, rame dengan iklan dan discount harga khusus.
Hari Ibu dan Hari Perempuan ini di Iran diperingati berdasarkan atas hari kelahiran putri Nabi Muhammad Saw, Sayyidah Fatimah al Zahra, yang diyakini sebagai perempuan “rahmatan lil alamin”, sosok perempuan teladan dan panutan sepanjang masa, yang lahir pada hari Jumat, tanggal 20 Jumadi al Tsani (biasanya antara bulan April, Mei dan Juni) pada tahun kelima sebelum ayahandanya Nabi Muhammad Saw menjadi Rasul. Sudah menjadi kebiasaan di Iran, para ibu mendapatkan hadiah dari anak anaknya, ataupun para isteri mendapatkan hadiah dari para suaminya, begitupun para perempuan yang belum menikah, mereka saling mengucapkan selamat satu sama lain, disamping hadiah atau bunga yang mereka berikan satu sama lain. Dan saya (penulis artikel ini) sebagai perempuan yang “Mojarrad” atau single, alhamdulillah kebagian juga hadiah, walaupun hanya “shirini” atau kue manis, dan ucapan selamat via sms atau yang diucapkan secara langsung ketika kita bertemu satu sama lain.
Teringat sosok Ummi (sebutan ibu dalam keluarga) yang jauh di sana di daerah Cianjur Jawa Barat, Indonesia, sudah sekitar satu tahun setengah saya (penulis artikel ini) tidak memeluk dan menciumnya, hanya sesekali saya kadang melakukan chatting via webcam, dan terlihatlah sosok yang selama ini saya rindukan, saya melihat ummi menangis..
Oh ummi… semoga Allah swt memanjangkan usiamu dalam keadaan sehat wal afiat dan taat kepadaMu, sungguh ingin sekali bertemu denganmu, tapi engkau selalu memberi nasihat agar jangan pulang sebelum berhasil, apa kata dunia kalau teteh (sebutan kakak dalam bahasa sunda, karena saya adalah anak pertama dalam keluarga) pulang dengan tangan hampa dan kosong..!? Sungguh, nasihat dan doamu menjadi motivasi dan kekuatan anakmu di sini.

Sejarah Hari Ibu di Dunia

Kenapa di seluruh dunia Hari Ibu diperingati? walaupun peringatan dan perayaannya pada tanggal dan bulan yang berbeda-beda, termasuk yang menjadi alasan dan penyebab terbentuknya Hari Ibu pun berbeda beda, seperti contohnya di Yunani, yang disebut sebut negara yang pertama-tama merayakan hari ibu, dengan tujuan menghormati Rhea (ibu dari para dewa zaman Yunani kuno) pada saat perayaan musim semi, tepatnya pada tanggal 2 Februari.
Kemudian selama tahun 1600 an, orang-orang Inggris merayakan suatu hari yang disebut dengan “Mothering Sunday” yang dirayakan pada minggu keempat pada 40 hari sebelum Paskah, guna menghormati The Mother of England, dengan tujuan yang semula hanya untuk menghormati para ibu, berubah menjadi hari untuk menghormati “Mother Church” dengan alasan agar dapat mengasihi, menghargai, menghormati ibu mereka , sebagaimana menghormati gereja).

Pada tahun 1872 perayaan hari ibu mulai dikampanyekan di Amerika sebagai hari pedamaian oleh Julia Ward Howe (penulis lagu Battle hymn of the Republic). Di Amerika sendiri hari Ibu diperingati setiap minggu kedua bulan Mei, begitupun dengan tujuh puluh empat negara lainnya di dunia ini memperingati pada waktu yang sama. Sementara di sebagian besar negara negara Arab, hari Ibu diperingati pada tanggal 21 Maret.
Termasuk di negara kita tercinta Indonesia, Hari Ibu diperingati juga dengan tidak “mencontek” negara negara yang telah saya sebutkan di atas, terbukti hanya Indonesia yang memperingati Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Sejarah Hari Ibu di Indonesia, diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22 Desember 1928 di Jogjakarta, dengan misi mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa Indonesia. Sedangkan penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu itu sendiri diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938, oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Sekarang, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

I was wishing that I had the riches to buy all my dreams as I sat by the fire,
What a life I would live, What could riches not give?
What more could a heart desire?
When my fond little mother drew close to my side.
There are some things, my child, You can’t buy she replied:
You can’t buy the sun-shine at twi-light,
You can’t buy the moon-light at dawn,
You can’t buy your youth when you’re growing old,
Nor your life when the heart-beat is gone.
You can’t buy your way into heaven,
Tho wealth may hold power un-told
And when you lose your mother, you can’t buy another,
If you had all the world and its gold.
(Al. Piantadosi, 1916)











Memaknai Hari Ibu



Kasih Ibu...kepada beta..tak terhingga sepanjang masa...
Hanya memberi..tak harap kembali.. bagai sang surya menyinari dunia....

Komisi Nasional Perempuan menilai Hari Ibu, 22 Desember 2011, telah tergerus maknanya menjadi sekadar perayaan jasa seorang ibu di ranah domestik. Padahal maknanya lebih dari itu.

"Peringatan Hari Ibu saat ini cenderung melupakan makna sejarahnya," kata Neng Dara Affiah, Komisioner Komnas Perempuan Bidang Pendidikan, di Jakarta, Kamis, 22 Desember 2011.

Sejatinya, menurut Dara, perayaan Hari Ibu pada 22 Desember mempunyai makna peran perempuan di ranah yang lebih luas. Bermula pada 1928, sejumlah organisasi perempuan berkumpul dan melakukan Kongres Perempuan Pertama. Kongres yang dihadiri seribu orang itu mendeklarasikan perjuangan melawan kolonialisme, memikirkan konsep negara-bangsa, dan merupakan titik tolak Era Kebangkitan Nasional. Peran penting inilah yang sering dilupakan oleh sejarah bangsa dan generasi berikutnya.

"Saat ini, seolah-olah perempuan dan ibu tidak memiliki kontribusi signifikan dalam gerakan kebangkitan nasional dan pembentukan Indonesia sebagai negara-bangsa," katanya.

Dalam konteks kekinian, Dara menilai penghargaan terhadap kaum ibu berarti membebaskan perempuan dari berbagai bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual. Realitasnya, kata Dara, para istri dan ibu belum terbebaskan dari kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga. 

Hari Ibu, Stop KDRT 

Komisi Nasional Perempuan menyatakan angka kekerasan terhadap perempuan di Indonesia masih tinggi.

Komnas mencatat tahun ini ada 105.103 kasus kekerasan terhadap perempuan. "Dari jumlah itu, 96 persen adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)," kata Komisioner Komnas Perempuan Bidang Pendidikan, Neng Dara Affiah, di Jakarta, Kamis, 22 Desember 2011.

Catatan Komnas periode 1998-2010 menguak fakta yang tidak menggembirakan. Menurut Dara, pada rentang waktu tersebut, ada 93.960 kasus kekerasan seksual berupa pemerkosaan, pelecehan seksual, dan perdagangan perempuan.

Salah satu bentuk kekerasan seksual yang kini marak terjadi, terutama di Ibu Kota, adalah pemerkosaan dalam angkutan umum. Hal ini semestinya jadi perhatian penting pemerintah. Hal yang mesti jadi fokus adalah keadilan dan pemulihan psikologis korban serta pemberian sanksi hukum setimpal bagi pelaku.

Selama kekerasan terhadap perempuan masih kerap terjadi, pemberdayaan terhadap perempuan dinilai bakal sulit. "Syarat perempuan untuk berdaya adalah membebaskannya dari kekerasan dalam bentuk apa pun," kata Dara.

Kekerasan terhadap perempuan mempengaruhi mental, menyebabkan depresi dan kerapuhan jiwa yang akut, kemampuan menyelesaikan masalah yang rendah, keinginan untuk bunuh diri, bahkan membunuh pelaku. Adapun secara fisik, kekerasan terhadap perempuan akan berdampak pada kesehatan reproduksi.

Dara berharap, peringatan Hari Ibu tak menjadi sekadar perayaan. Lebih dari itu, dengan kesadaran untuk menghargai kaum ibu berarti membebaskan perempuan dari berbagai bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual.

Banyak Salah Kaprah Hari Ibu

Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dewi Motik menilai masyarakat acap salah kaprah mengartikan Hari Ibu. Momen 22 Desember itu dianggap memperingati peran seorang ibu belaka.

"Kita banyak mengalami miskomunikasi dalam memperingati Hari Ibu, di mana Hari Ibu itu diperingati seperti Mother`s Day di Amerika, padahal bukan. Hari Ibu itu hari pergerakan perempuan," ungkap Dewi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (21/12).

Tema Hari Ibu 2010 menyoal kesetaraan perempuan-lelaki untuk membangun karakter bangsa. Sasarannya, mewujudkan bangsa nan sehat dan bermartabat. Peringatan esok, kata Dewi, sengaja melibatkan banyak lembaga swadaya masyarakat dan organisasi. Penyelenggara hendak mengembangkan kesetaraan perempuan dengan lelaki.

Pun Presiden Susilo Bambang  Yudhoyono mendukung kesetaraan lelaki dengan perempuan dalam memberikan peran untuk pembangunan. Support diunjuk Presiden kala menerima panitia perayaan Hari Ibu di Kantor Kepresidenan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau kaum perempuan di Indonesia agar meningkatkan peran dalam masyarakat. Imbauan ini disampaikan Presiden dalam pidato peringatan Hari Ibu Nasional di Jakarta, hari ini.

Di hadapan ribuan kaum ibu, Presiden SBY juga meminta para ibu terus ber-inisiatif menyukseskan program pemerintah. Lebih khusus, Presiden mengimbau para ibu memerhatikan kebutuhan gizi keluarga, melalui makanan sehat. Presiden berterima kasih kepada para perempuan Indonesia yang telah aktif berperan dalam program-program sosial dan ekonomi kreatif yang melibatkan perempuan secara khusus. (IRIB Indonesia/RM/Tempo/Ant/Metrotv)

0 comments to "Hari Ibu di Negara Islam..."

Leave a comment